Anda di halaman 1dari 4

Persoalan yang dihadapi manusia dari waktu ke waktu tampaknya makin lama makin

komplik, baik persoalan yang berhubungan dengan pribadinya, keluarganya, pekerjaan,


maupun masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah itu telah mengarahkan
sebagian dari manusia mengaami konflik dan hambatan daam memenuhi apa yang manusia
harapkan bahkan sampai dapat menimbulkan tekanan yang sangat mengganggu. Kompleksitas
masalah demikian inilah yang diantaranya menuntut adanya treatment yang dapat membantu
mengatasi segenap permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.Sejumlah rasa pesimis dan
takut dalam menghadapi hidup melanda kebanyakan masyarakat, beriringan dengan persoalan
hidup yang kian rumit dan senantiasa berubah bentuk dan coraknya. Tanpa pegangan apapun
dan hanya mengandalkan materi belaka, manusia semakin kehilangan arah dalam
kehidupannya dan kehilangan arti dan tujuan hidup dengan membawa sejuta persoalan
psikologisnya. Salah satunya adalah ganggan psikologis berupa rasa cemas.Kecemasan adalah
manifestasi dari berbagai proses emosi yang sedang bercampur baur, yang terjadi ketika orang
sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan itu
mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau
bersalah, terancam dan sebagainya. Kecemasanmerupakan perasaan subyektif yangmempunyai
reaksi terhadap pengalaman yang tidak mengenakkan diri. Apabila pengalaman tersebut
disimbolisasikan dan dimasukkan ke dalam ketidaksadaran dapat menyebabkan konsep diri dari
individu berubah (Darajat, 1978). Menurut Freud mendefinisikan kecemasan merupakan situasi
afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oeh sensasi fisik yang memperingatkan
seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan yang tidak menyenangkan ini biasanya
samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu dirasa.

Penelitian kali ini ialah mengenai bagaimana psikoterapi dzikir ammpu menangani sebuah
kecemasan. Penelitian ini dilakukan di Asrama Minhajul Huda, Cilongok, Banyumas. Metode
penelitian ini ialah pendekatan kualitatif deskriptif dengan cara mengumpulkan data dari
observasi dan wawancara terhadap beberapa santri yang berada di API Minhajul Huda.
Narasi

Psikoterapi dzikir ini dimaksudkan untuk memberikan ketenangan jiwa sehingga penderita
tidak merasa takut, khawatir dan gelisah. Dalam hal ini kondisi psikologis pasca dzikir dapat
berdampak positif terhadap kondisi psikologis yang dialami karna melalui dzikir hati merasa
tentram. Psikoterapi dzikir yang telah dilaksanakan akan mencapai tahapan dimana
kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Dzikir ini
terdiri dari beberapa kalimat thayyibah, tahlil, takbir, tahmid, tasbih serta doa doa yang
merujuk pada sebuah ketenangan.Dalam Al-Quran surat Ar-Ra’du ayat 28, Alloh berirman yang
artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.Dari ayat
tersebut dapat di jelaskan bahwa Ayat tersebut menegaskan bahwa dzikir adalah sebuah
metode yang bersumber langsung dari Tuhan. Dzikir disini diposisikan sebagai kehidupan yang
mampu menenangkan gejolak kejiwaan yang dialami sesorang.

Selanjutnya dalam penelitian ini, kami mengobservasi 5 orang responden melalui wawancara
mengenai bagaimana pengalaman saat para responden mengalami kecemasan. Dari kelima
responden ini, tiga diantaranya mengutarakan bahwa saat mengalami sebuah kecemasan
mereka membaca dzikir terus menerus sampai mereka tenang. Setelah melakukan wawancara
kembali terhadap tiga orang responden, mereka menyatakan bahwa dengan bacaan bacaan
dzikir ini mampu mengurangi tingkat kecemasan saat melanda perasaan mereka. Salah satu
responden mengungkapkan, ketika ia mengalami sebuah kecemasan, lalu membaca berbagai
dzikir, hasilnya ia merasakan sebuh ketenangan. Dan dari sebuah ketenangan ini, ia mampu
berpikir lebih jernih dibandingkan saat ia berada dalam kecemasan. Karena biasanya, orang
yang sedang mengalami kecemasan maka mereka akan merasa khawatir, tidak tenang, tidak
dapat berpikir jernih, dan merasa takut.

Salah satu responden juga mengungkapkan bahwa dirinya pernah mengalami sebuah
kecemasan yang teramat dikala ia mengalami sebuah kecelakaan. Saat itu responden merasa
cemas, takut dan tidak menentu pikirannya. Kemudian ia mengungkapkan kala rasa kecemasan
tersebut hadir, ia langsung mengucapkan beberapa dzikir, dan ia terus-menerus berdzikir dalam
hatinya. Dan hasilnya, selang beberapa waktu ia merasa lebih baik, dan merasa lebih tenang
untuk menghadapi realita yang terjadi.

Rasa cemas ini juga seringkali melanda seorang pelajar, slaah satunya responden kita yaitu
Ghilman. Ghilamn mengungkapkan seringkali ia merasa takut dan cemaa dikala ia akan
menghadapi sebuah tes atau ujian di sekolah nya. Dan saat ia akan menghadapi ujian tersebut
biasanya ia akan berdzikir dalam hatinya, dengan mengucapkan tahlil, takbir, tahmid, dan
tasbih terus menerus. Tak lupa pula ia selalu berdoa agar ia dimudahkan dalam menjalani
ujiannya. Dan Ghilamn mengungkapkan bahwa, ketika ia berdzikir ini ia akan merasa lebih
tenang dan lebih yakin bahwa ia mampu mengerjakan ujiannya dengan baik, karena ia telah
berusaha dengan belajar dan berdoa, masalah hasil ia telah berpasrah diri terhadap Tuhan.

Dari ketiga responden tersebut, dapat diketahui bahwa dzikir ini mampu menjadi psikoterapi
dalam menghadapi sebuah kecemasan dan ketakutan agar lebih menjadi tenang. Psikoterapi
dzikir ini mampui menjadi sebuah terobosan psikolog dalam menangani hal hal yang berkaitan
dengan rasa kecemasan takut, dan sebagainya.

Kesimpulan dan komentar

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa melalui psikoterapi zikir, akan diperoleh efek
ketenangan bagi pelakunya, kepasrahan yang mendalam terhadap Allah tentang kekuasaan dan
kasih sayang-Nya yang tersirat dari kalimat thayyibah yang diucapkan berkali-kali dalam
kegiatan zikir sehingga seseorang tidak merasa takut, khawatir dan cemas dalam menjalani
masalah mereka. Selain itu, melalui zikir, terbangun sugesti positif yang berkontribusi dalam
menciptakan keyakinan, kekuatan dan sikap optimisme bagi diri seseorang dalam mengahadapi
ujian dan masalah mereka secara lebih baik.

Kemudian komentar saya terhadap psikoterapi dzikir sebagai sebuah penanganan kecemasan
ini ialah, psikoterapi dzikir ini memang benar mampu mengurangi kecemasan yang ada, dan hal
ini juga telah diketahui dalam AlQuran bahwa seseorang apabila mengingat Tuhannya, maka ia
akan me.jadi tenang. Namun dalam hal ini terkadang maish ada orang yang tidak bersungguh-
sungguh dalam melakukannya, sehingga terkadang ia kurang mendapatkan ketenangan selama
ia berdzikir. Semuanya ini adalah berawal dari sebuah niat, kita berniat baik mengingat Alloh
dalam dzikir dan bukan untuk coba coba atau menguji saja. Berdzikir lah dengan bersungguh-
sungguh , maka kita akan mendapatkan sebuah ketenangan jiwa yang diberikan langsung oleh
Alloh kepada kita.

Anda mungkin juga menyukai