Anda di halaman 1dari 19

Penyakit Bakteri

Sistem reproduksi

Nurseta Rais Mahendra (185130101111043)


shoofiyah iftinan p.f. (185130101111014)
Farhan karami 185130107111007
Qoriana Nabila N. 185130107111002
Bian Febry Rohmana A_185130107111009
jeremy evan anggara_185130101111038
Brucellosis
Etiologi

• Klasifikasi:

• Kingdom: Bacteria

• Phylum: Proteobacteria

• Class: Alphaproteobacteria

• Order: Rhizobiales

• Family: Brucellaceae

• Genus: Brucella

• Spesies: B. abortus, B. melitensis, B. ovis, B. suis, B. canis, B. ceti, B. neotomae, B. inopinata,


B. microti, B. pinnipedialis
• bakteri kecil yang berukuran 0,6-1,5 μm x 0,5-0,7 μm

• bentuk kokobasili

• Gram-negatif

• non motil

• tidak membentuk spora

• tidak mempunyai flagella atau pili

• tidak mempunyai kapsula yang sebenarnya

• bersifat aerobik fakultatif.

• biasanya tersusun tunggal, jarang berpasangan atau menggerombol.

• Morfologi Brucella konstan, kecuali sebagai kultur tua mempunyai bentuk pleomorfik. Tidak tahan asam yang sesungguhnya, tetapi resisten terhadap
dekolorisasi menggunakan asam lemah.

• Sebagai parasit fakultatif intraseluler, spesies Brucella dapat menyebabkan infeksi kronik, dan biasanya bakteri persisten sepanjang hidup hospes.
merupakan bakteri intraseluler dan merupakan blood borne pathogen, yang dapat menyebabkan aborsi fetus sapi.

• bersifat zoonotik
Mekanisme transisi

• Penyakit menyebar dengan cepat dan menyebabkan aborsi pada sapisapi yang
tidak divaksinasi dan bersifat endemik. Penyebaran alami terjadi melalui ingesti
bakteri. Bakteri ditemukan dalam jumlah besar pada fetus yang aborsi,
membran fetal dan leleran uterin, sehingga merupakan faktor penyebaran,
terutama pada hewan yang peka. Sapi mungkin memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi.tranmisi veneral dari sapi jantan yang terinfeki
pada sapi betina jarang terjadi. Transmisi bisa juga terjadi pada saat inseminasi
buatan, ketika semen terkontaminasi brucella dan deposit dalam uterus.
Brucella masuk kedalam tubuh melalui membrana mukosa, konjungtiva, luka
atau melalui melalui kulit intak manusia ataupun hewan. Brucella mampu hidup
dari fetus dan feses yang berada dalam lingkungan dingin lebih dari 2 bulan.
Paparan langsung sinar matahari membunuh brucella dalam beberapa jam.
Mekanisme patogenesis

• anak babi dapat digugurkan pada setiap tahap perkembangan. Mereka


mungkin memiliki organ yang bengkak dengan edema, seringkali bernoda
darah, cairan, atau terlihat normal. janin bisa dikeluarkan dengan membran
utuh. ibu mungkin menderita radang katarral dan rahim atau mastitis
Patologi

• sumber penularan Brucellosis antara lain sapi, babi, domba dan kambing. Sumber
penularan yang potensial dari hewan ke manusia adalah sapi, melalui kontak dengan
placenta, fetus, cairan organ reproduksi hewan,darah dan urin. dokter hewan juga
berpotensi tertular saat melakukan vaksinasi,petugas laboratorium tertular saat
menangani spesimen dan petugas kandang dari feses dan ekskret dari sapi abortus, dan
pada manusia dapat tertular dengan mengkonsumsi susu dan daging asal hewan yang
mengandung Brucella sp. Penularan paling banyak melalui konsumsi susu dan produk
olahannya yang tidak dipasteurisasi sempurna.

• brucella sp. masuk kedalam tubuh hewan melalui mulut, saluran reproduksi, oronasal,
mukosa konjungtiva dan luka terbuka. Hewan yang mengalami keguguran dapat
mengeluarkan Brucella sp dalam jumlah banyak dalam membran fetus, cairan
reproduksi, urin dan feses yang dapat mencemari rumput dan air minum, sehingga
hewan dapat tertular.
Gejala klinis

• Gejala yang timbul mula-mula adalah demam, merasa kedinginan dan


berkeringat pada malam hari. Kelemahan dan kelelahan tubuh adalah gejala
umum.Sakit kepala, nyeri sendi, dan kadang-kadang penderita sering
didiagnosa malaria atau influenza. Kadang ditemukan batuk non produktif dan
pneumonitis. Kesembuhan dapat terjadi dalam 3-6 bulan. Brucellosis juga
dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama dan kedua.
Diagnosis

• Diagnose brucellosis dan campylobacter fetus pada hewan didasarkan pada isolasi dan isdentifikasi bakteri brucella,
identifikasi bakteri campylobacter, uji serologis, dan gejala klinis.kedua bakteri ini bersifat bakteri gram negative yang
berbentu seperti koma sehingga biasanya dibutuhkan diagnose pembanding untuk mengidentifikasi kedua jenis bakteri ini

• - Pemilihan

• Dapat dilihan apabila timbul atau terjadi keluron pada terbak yang nantinya diikuti penyakit lain, keluron biasanya
ditemukan pada trimester terakhir atau umur 6 bulan atau lebih.

• Pengambilan dan penangann sampel

• Semua specimen ditempatkan kedalam wadah yang berisi bahan pendingin atau bila memungkinkan dibekukan dan
segera dikirim ke laboratorium. Bila keadaan tersebut tidak memungkinkan maka specimen dapat dimasukkan kedalam
suatu wadah berisi lartan pengawet( phosphate buffer gliserin, larutan gliserin, garam faali 50%)

• pemeriksaan

• Dapat dilakukan uj serologis menggunakan darah , serum, cairan vagina, semen, dan susu. Dapat dilakukan dengan uji
aglutinasi cepat dan aglutinasi tabung, Milk ring test, dan ELISA.
Pengobatan dan kontrol

• Pengobatan dan control

• Kombinasi antibiotik (doksisiklin dan rifampin atau aminoglikosida)

• Pencegahan

• Faktor sanitasi merupakan unsur penting dalam program pencegahan brucellosis

• Ternak pengganti yang mempunyai sertifikat bebas brucellosis dilakukan uji


serologis dalam selang waktu 60-120 hari setelah dimasukkan ke dalam
kelompok ternak

• Vaksinasi RB51/B.abortus Strain 19


Campylobacter
fetus
Etiologi

• Klasifikasi C. fetus adalah sebagai berikut:

• Kingdom: Bacteria

• Phylum: Proteobacteria

• Class: Epsiolon Proteobacteria

• Order: Campylobacterales

• Family: Campylobacteraceae

• Genus: Campylobacter

• Spesies: C.fetus
• merupakan bakteri patogen

• Gram-negatif

• motil dengan flagella polar pada kedua ujungnya

• bentuk batang seperti hurif S (S-shaped rod) atau spirally curved, berbentuk oval pada ujung bakteri

• Panjang bakteri 1.5- 6.0 μm dan lebar 0.2-0.5 μm

• C. fetus mempunyai struktur yang biasa ditemukan pada spesies lainnya, yaitu mempunyai mikrokapsula
atau lapisan S (S layer) pada permukaannya, yang terdiri dari protein-protein dengan berat molekul tinggi
dan tersusun dalam formasi seperti kisi-kisi. Genus Campylobacter menghasilkan oksidase, tidak
memfermentasi karbohidrat, memiliki enzim katalase dan superoksidase dismutase pada kondisi aerob.

• tumbuh optimum kondisi anaerob dengan 5% O2 (mikroaerofilik)


Mekanisme transisi

• Campylobacter fetus dapat ditularkan melalui lingkungan yang terkontaminasi


dan juga coitus atau tindakan inseminasi buatan, menggunakan instrumen
terkontaminasi oleh agen. Sapi pejantan yang terinfeksi dapat menjadi carrier
bakteri ini. Kekebalan lokal pada bakteri ini dapat terbentuk di dalam tuba
falopii dan uterus selama tiga bulan. Betina yang terinfeksi menunjukkan
tingkat konsepsi yang rendah yaitu 40-50%.
Patologi

• infeksi C. jejuni yang menyebabkan pembengkakan, kongesti, hiperemi,


edema serta degenerasi sel-sel hati yang dapat meningkatkan berat
organ,hepatik nekrosis,Lesi yang terlihat bervariasi berupa warna belang,
merah kehijauan, bengkak, pucat dan rapuh.Secara mikroskopis infeksi C.
jejuni pada usus menimbulkan perubahan mikroskopik berupa edema,
pendarahan dan infiltrasi sel radang,pemendekan vili dan produksi eksudat
pada lumen
Gejala klinis

• Sapi yang mengalami infeksi C. fetus akan mengalami siklus estrus yang tidak
teratur, bila konsepsi yang terjadi kemudian terinfeksi, maka embrio akan
terserap dan siklus estrus baru mulai lagi. Radang rahim (endometritis),
radang vagina (vaginitis) dan radang leher rahim (cervicitis)
Pengobatan dan kontrol

• Pengobatan dan kontrol

• Terapi antibiotik yang diberikan bersamaan dengan vaksinasi kedua


(Erithromisin/gentamisin,furazolidone,doksisiklin dan kloramfenikol)
Pencegahan

• Vaksinasi menggunakan vaksin bivalen. Vaksinasi pada sapi pejantan


menghasilkan kesembuhan dan dapat mencegah infeksi permanen, tetapi
vaksinasi untuk sapi pejantan diperlukan tiga kali ulangan dengan waktu
antara 4 minggu. Untuk mencegah penularan lewat cairan sperma ketika
melakukan inseminasi buatan, dilakukan pengenceran sperma 1:25 kemudian
ditambahkan 500 IU Penisilin dan 0,5 mg dihdrostreptomisin untuk setiap ml
cairan sperma yang telah diencerkan tadi. Cairan sperma dengan perlakuan
seperti tersebut perlu disimpan terlebih dahulu dalam temperatur 4,40C
selama 6 jam sebelum diaplikasikan.
Daftar Pustaka

• Murwani, Sri, 2017. Penyakit Bakterial pada Ternak Hewan Besar dan
Unggas. UB Press. Malang.

• Nielsen,klaus., J.Robert Duncan. 2018. Animal Brucellosis. US: CRC Press

• Novita,Risqa.2016.Brucellosis : Penyakit Zoonosis Yang Terabaikan.jurnal


BALABA.vol 12(2): 135-140

• Poloengan, M., Noor, S.M., Komala,i., Andriyani. 2017.Patogenesis


Campylobacter Terhadap Hewan dan Manusia. Bogor: Balai Penelitian
Veteriner

Anda mungkin juga menyukai