Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

THE TRANSTHEORETICAL MODEL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I

DOSEN PENGAMPU
Ns. RONA FEBRIONA, M.Kep

Disusun oleh:
KELOMPOK 7

Fitriyanty Oktaviani
Friskawaty S. Ahmad
Hendra Jamil
Ijul Adhi Satria
Indrianitami Lihu
Izrak Habu
Laras Siswati Aliwu
Lilis Nugrawati
Maryam Kau

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
yang berjudul “Makalah Keperawatan Komunitas I” yang merupakan salah
satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa
kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia
yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu
kesalahan.
Akhir kata penulis berharap semoga dengan terselesainya tugas ini
mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya. Amiin....

Gorontalo, 15 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian..................................................................................................3
2.2 Proses Transtheoretical Model..................................................................4
2.2.1 Tahap Perubahan Perilaku.................................................................4
2.2.2 Proses Perubahan Perilaku.................................................................6
2.2.3 Decisional Balance (Putusan Seimbang)...........................................6
2.2.4 Self-Efficacy (Kepercayaan Diri).......................................................7
2.3 Aplikasi Teori perilaku  Transtheoritical Model......................................8
2.3.1 Precontemplation...............................................................................9
2.3.2 Contemplation....................................................................................9
2.3.3 Preparation........................................................................................9
2.3.4 Action.................................................................................................9
2.3.5 Maintenance.......................................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10


3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan Diclement, 1983 adalah
suatu model yang integrative tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun dari
teori lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang
memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif dari
perubahan perilaku tersebut.
Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu
keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan
perilaku, melibatkan pula suatu kepercayaan diri.
Makalah ini akan mempertunjukkan aplikasi dari Transtheoretical Model
itu. Model telah sebelumnya berlaku untuk suatu perilaku masalah yang luas. Ini
meliputi perhentian merokok, latihan, diet rendah yang gemuk, radon/radium yang
menguji, alkohol menyakititi, berat/beban mengendalikan, kondom gunakan untuk
perlindungan HIV, perubahan keorganisasian, penggunaan dari sunscreens untuk
mencegah kanker kulit, obat/racun menyakititi, pemenuhan medis, mammography
menyaring, dan menekan manajemen.
Disebut Transtheoretical Model karena berupaya mengintegrasikan dan
menyatukan konstruksi kunci dari beberapa teori menjadi suatu model perubahan
perilaku yang komperhensif agar dapat digunakan dalam beragam perilaku,
populasi dan keadaan (pengobatan, upaya pencegahan, atau upaya pembuat
kebijakan). Terdapat 4 teori dalam model ini. Teori pertama adalah tahap
perubahan, teori kedua adalah keseimbangan keputusan (decisional balance), teori
ketiga adalah efikasi diri (self-efficacy) dan teori keempat adalah proses
perubahan (process of change).
1.2  Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penulisan makalah adalah:
1.        Menjelaskan pengertian The Transtheoretical Model.
2.        Menjelaskan proses dari The Transtheoretical Model.
3.        Menjelaskan aplikasi dari The Transtheoretical Model.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai
kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan
memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu
melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan. Suatu
model yang teoritis tentang perubahan perilaku, yang telah (menjadi) basis untuk
mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transteoretical model ini adalah sebuah model integrative
pada perubahan perilaku.
Model Transtheoretical adalah model perubahan yang disengaja. Ini adalah
model yang berfokus pada pengambilan keputusan individu. pendekatan lain
untuk promosi kesehatan telah berfokus terutama pada pengaruh sosial terhadap
perilaku atau pengaruh biologis terhadap perilaku. Dalam kasus merokok, sebagai
contoh dari pengaruh sosial akan menjadi model pengaruh peer (Flay, 1985) atau
perubahan kebijakan (Velicer, Laforge, Levesque, & Fava, 1994). Contoh
pengaruh biologis akan model pengaturan nikotin (Leventhal & Cleary, 1980;
Velicer, Redding, Richmond, Greeley, & Swift, 1992) dan terapi penggantian
(Fiore. Smith, Jorenby, & Baker, 1994). Dalam konteks Model Transtheoretical,
ini dipandang sebagai pengaruh luar, berdampak melalui individu.
Model ini melibatkan emosi, kognisi, dan perilaku. Ini melibatkan
kepercayaan pada diri-laporan. Misalnya, dalam berhenti merokok, laporan diri
telah terbukti sangat akurat (Velicer, Prochaska, Rossi, & Snow 1992).
pengukuran yang akurat memerlukan serangkaian item jelas bahwa individu dapat
merespon secara akurat dengan sedikit kesempatan untuk distorsi, dan salah satu
langkah penting untuk aplikasi model melibatkan pengembangan langkah-langkah
pendek, handal, dan berlaku dari kunci konstruksi.
Transtheoretical Model mengusulkan satu set membangun format itu adalah
suatu ruang hasil multivariate dan meliputi ukuran yang adalah sensitif untuk
maju di seluruh langkah-langkah. Ini membangun meliputi yang pro dan kontra

2
dari Decisional Balance Scale, Temptation atau Self-efficacy, dan perilaku target.
Suatu lebih terperinci presentasi dari aspek/ pengarah ini pada model disajikan di
tempat lain (Velicer, Prochaska, Rossi, & Diclemente, 1996).

2.2 Proses Transtheoretical Model


Kemunduran terjadi ketika individu berbalik ke suatu lebih awal langkah
perubahan. Berbuat tidak baik lagi adalah satu format dari kemunduran,
menyertakan kemunduran dari Maintenance atau Action (bagi/ kepada) suatu
langkah yang lebih awal.
2.2.1 Tahap Perubahan Perilaku
Tahapan perubahan model pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970-an
dan 1980-an oleh James Prochaska dan Carlo DiClemente di Universitas Rhode
Island ketika mereka sedang belajar bagaimana perokok bisa melepaskan
kebiasaan atau kecanduan, sebagai perubahan perilaku yang menjelaskan proses
mulai dari diperolehnya sebuah perilaku baru hingga pada pemeliharaan perilku
tersebut. Tahapan perubahan berguna dalam menjelaskan kapan terjadinya
perubahan dalam kognitif, emosi, dan perilaku.
a. Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa
depan yang dapat diduga pada umumnya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang
mungkin termasuk dilangkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang
konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi
atau mempersiapkan promosi kesehatan.
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
1) Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
2) Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional
3) Environmental : mempertimbangkan pandangan ke
reevaluation lingkungan.
4) Self-reevaluation    : penilaian kembali pada diri sendiri.

3
b. Contemplation / Perenungan.
Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka sadar
akan mengubah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakan. Tahapan
ini menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkan 2 sifat
bertentangan yang dapat menyimpan dalam periode lama. Belum membuat
keputusan yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation.
c. Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang
lalu. Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu
kelas pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter mereka, membeli suatu buku
bantuan diri atau bersandar pada suatu perubahan. Pada tahap preparation ke
action melalui proses : self liberation
d. Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan
perilaku. Banyak yang beranggapan bahwa tindakan sama dengan perilaku.
Namun dalam model ini perilaku tidak menghitung semua tindakan. Langkah
action juga merupakan langkah dimana kewaspadaan melawan terhadap berbuat
tidak baik lagi adalah kritis. Mulai aktif berperilaku yang baru. Pada tahap action
ke maintenance melalui proses :
1) Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa
punishment juga.
2) Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain
untuk mengubah perilaku.
3) Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.
4) Stimulus control : aadanya control pengacu untuk merubah perilaku.
e. Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak baik lagi
tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering seperti halnya orang-
orang dalam perang. Suatu langkah yang mana diperkirakan untuk terakhir.
Ketika hasil dari maintenance positif / dapat mengubah perilaku yang lebih baik

4
maka akan terjadi termination/ perhentian. Setelah maintenance dapat terjadi
relaps sehingga kembali pada tahap contemplation-preparation-action-maintence.
Tidak lagi kembali ke Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat.
f. Relaps (Kekambuhan)
Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema
dapat terjadi pada proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan
merupakan kembalinya perilaku seseorang pada kebiasaan yang lama. Biasanya
pada tahap pelaksanaan (action) maupun pemeliharaan (maintenance) relaps
dapat terjadi, apalagi bila seseorang tidak mendapatkan dukungan positif dari
lingkungannya.
2.2.2 Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan berguna untuk membantu menjelaskan bagaimana strategi
atau teknik untuk modifikasi terjadinya perubahan tersebut. Proses Perubahan
adalah kegiatan terselubung maupun terbuka yang digunakan orang untuk maju
melalui tahap-tahap. Proses perubahan memberikan panduan penting bagi
program intervensi, karena proses adalah variabel independen bahwa orang perlu
untuk menerapkan, atau terlibat dalam, untuk berpindah dari panggung ke
panggung.
Sepuluh proses (Prochaska & DiClemente, 1983; Prochaska, Velicer,
Diclemente, & Fava, 1988) telah menerima dukungan yang paling empiris dalam
penelitian sampai saat ini. Lima pertama diklasifikasikan sebagai Proses
Experiential dan digunakan terutama untuk tahap awal transisi. Lima terakhir
diberi label Proses Perilaku dan digunakan untuk transisi tahap selanjutnya.
2.2.3 Decisional Balance (Putusan Seimbang)
Pengambilan keputusan dikonseptualisasikan sebagai "neraca" untuk
keputusan dengan mengkomparasi antara keuntungan dan kerugian perubahan
perilaku. Dua komponen keseimbangan putusan, pro dan kontra, telah menjadi
konstruksi kritis dalam model transtheoretical. Individu mengalami perubahan
dengan cara yang kritis berdasarkan tahap perubahan (stage of change) dan
keseimbangan putusan.

5
Ketika seorang individu dalam tahap pre-contemplation, demi menjaga
perilaku yang ada, pro yang mendukung perubahan perilaku sebanding dengan
kontra relatif untuk perubahan. Pada tahap pre-contemplation, pro dan kontra
cenderung untuk membawa bobot yang sama, sehingga meninggalkan ambivalen
individu terhadap perubahan.
Jika terjadi ketidakseimbangan keputusan, seperti pro mendukung
perubahan lebih besar dari kontra untuk menjaga perilaku tidak sehat, banyak
orang pindah ke tahap persiapan atau bahkan tahap aksi. Untuk individu yang
memasuki tahap pemeliharaan, pro mempertahankan perubahan perilaku harus
lebih besar daripada yang kontra mempertahankan perubahan dalam rangka
mengurangi risiko kambuh.
Telah ditemukan hubungan antara yang pro, kontra, dan tahap perubahan
perilaku di 48 dan lebih dari 100 populasi diteliti yaitu:
a.  Perubahan dari kontra  lebih  besar daripada pro dalam tahap
precontemplation.
b. Pro kontra melampaui pada tahap menengah.
c. Pro lebih besar daripada kontra dalam tahap aksi.
Decisional Balance membangun cerminan individu yang menimbang dari
baik buruknya perubahan. Berasal dari model Mann’s dan Janis, pengambilan
keputusan itu mencakup empat kategori dari pro (laba yang sebagai penolong).
Bagaimanapun, suatu test yang empiris dari model mengakibatkan suatu banyak
struktur yang lebih sederhana. Hanya dua faktor, yang pro dan kontra ditemukan.
2.2.4 Self-Efficacy (Kepercayaan Diri)
Mencerminkan tingkat kepercayaan individu memiliki perubahan yang
diinginkan dalam menjaga perilaku mereka dalam situasi yang sering memicu
kambuh. Hal ini juga diukur dengan kemungkinan individu merasa tergoda untuk
kembali ke perilaku bermasalah mereka dalam situasi berisiko tinggi. Pada tahap
pre-contemplation dan contemplation, godaan individu untuk terlibat dalam
perilaku bermasalah jauh lebih besar.
Dalam penelitian, biasanya ditemukan tiga faktor yang mencerminkan jenis
yang paling umum pada situasi: mempengaruhi negatif atau gangguan emosi,

6
situasi sosial yang positif, dan keinginan. Untuk individu pada tahap persiapan
aksi, ada perbedaan antara self-efficacy dan godaan individu, dan perubahan
perilaku tercapai. Kambuh sering terjadi dalam situasi ketika godaan mengalahkan
perasaan, dan self-efficacy untuk menjaga perubahan perilaku yang diinginkan.
Self-Efficacy membangun kehadiran keyakinan situasi yang spesifik yang
orang-orang mempunyai bahwa mereka dapat mengatasi situasi yang resiko-tinggi
tanpa relapsing kepada kebiasaan tak sehat atau yang resiko-tinggi mereka.
Situational Temptation Measure (Diclemente, 1981, 1986; Velicer,
DiClemente, Rossi, & Prochaska, 1990) cerminkan intensitas dari himbauan untuk
terlibat dalam suatu perilaku yang spesifik ketika dalam situasi yang sulit.
Situational Self-efficacy Measure tidak cerminkan keyakinan dari individu
untuk terlibat dalam suatu perilaku yang spesifik ke seberang satu
rangkaian ke situasi yang sulit. Keduanya ukuran Temptation dan Self-efficacy
mempunyai struktur yang sama. Ukuran Temptation/ Self-efficacy adalah terutama
sekali sensitif pada perubahan yang dilibatkan sedang dalam proses di langkah-
langkah yang kemudiannya adalah meramal yang baik dari berbuat tidak baik lagi.
2.3  Aplikasi Teori perilaku  Transtheoritical Model
Judul Jurnal “Application of the Transtheoretical Model for HIV Prevention
in a Facility-Based and a Community-Level Behavioral Intervention Research
Study”
Fokus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penggunaan kondom
dan kontrasepsi. Model ini diaplikasi dengan dua pendekatan intervensi yang
berbeda yaitu  fasilitas-based  intervensi (konseling individual untuk perempuan
di klinik, penampungan, dan pusat-pusat perawatan narkoba) dan intervensi pada
tingkat masyarakat (termasuk produksi media kecil bahan, jalan penjangkauan,
dan masyarakat mobilisasition). Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
transtheoretical model memiliki nilai untuk desain dan  pelaksanaan program
pencegahan HIV.
Contoh Intervensi untuk mencegah  HIV dengan menggunakan kondom :

7
2.3.1 Precontemplation
Wanita/mereka tidak berniat dalam menggunakan kondom secara konsisten
dalam hubungan badan pada masa mendatang (6 bulan ke depan).
2.3.2 Contemplation
Mereka sudah memikir serius/niat dalam menggunakan kondom secara
konsisten dalam berikutnya 6 bulan tetapi belum membuat komitmen untuk
mengambil indakan dalam waktu dekat.
2.3.3 Preparation
Mereka sudah berniat untuk mulai menggunakan kondom setiap kali mereka
berhubungan badan pada 1 bulan kedepan dan mungkin sudah mulai
menggunakan tapi  tidak konsisten.
2.3.4 Action
Mereka telah mulai menggunakan kondom setiap kali berhubungan intim
tetapi merek melakukannya masih kurang dari 6 bulan.
2.3.5 Maintenance
Kondom telah digunakan pada setiap tindakan hubungan seksual selama 6
bulan atau lebih.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
The Transtheoretical Model mempunyai implikasi umum untuk semua
aspek dari implementasi dan pengembangan intervensi. Transtheoretical Model
adalah suatu model yang sesuai untuk perekrutan dari suatu keseluruhan populasi.
Intervensi yang tradisional sering berasumsi bahwa individu adalah siap untuk
suatu perubahan perilaku segera dan permanen. Strategi perekrutan cerminkan
asumsi, dan sebagai hasilnya, itu hanya suatu proporsi yang sangat kecil dari
populasi mengambil bagian.
Transtheoretical Model tidak membuat asumsi apapun tentang bagaimana
individu siap adalah untuk berubah. Untuk mengenali individu yang berbeda itu
akan berada pada langkah-langkah yang berbeda dan intervensi sesuai
dikembangkan untuk semua orang. Sebagai hasilnya, daftar biaya pengiriman
barang-barang keikutsertaan yang sangat tinggi telah dicapai. Transtheoretical
Model dapat memudahkan suatu analisa dari mekanisme mediational itu.
Intervensi adalah nampaknya akan secara diferensial efektif dengan membangun
dan hubungan yang tergambar jelas, model dapat memudahkan suatu analisa
proses dan pemandu peningkatan dan modifikasi dari intervensi itu.
Transtheoretical Model dapat mendukung penilaian yang sesuai tentang
hasil. Intervensi harus dievaluasi dalam hal dampak bagi mereka, yaitu perekrutan
menilai kemanjuran. Intervensi yang didasarkan pada Transtheoretical Model
mempunyai potensi yang tinggi dan suatu tingkat tarif perekrutan yang tinggi,
dengan begitu secara dramatis meningkatkan potensi yang berdampak pada di
keseluruhan populasi dari individu dengan resiko kesehatan yang tingkah laku.
3.2 Saran
Sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk mengetahui the transtheoritical
model dalam memberikan promosi kesehatan bagi klien, keluarga, dan masyarakat
yang kita layani. Karena dengan penerapan the transtheoritical model ini kita
dapat memberikan promosi yang tepat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ogden, J. Health Psichology. Open University Press Buckingham Philadelphia

10

Anda mungkin juga menyukai