Anda di halaman 1dari 9

Laporan Individu

Modul Fluidisasi dan Perpindahan Kalor pada Unggun Terfluidisasi


Praktikum UOB 1 Departemen Teknik Kimia FTUI

Nama/NPM : Nabila Shaffa Rizky Chandra / 1806207513


Kelompok : 13
Tgl. Pengumpulan : 9 November 2020

1.

Gambar 1. Alat-alat pada percobaan fluidisasi

Apakah nama dari alat-alat yang ditandai dan apa fungsinya dalam percobaan Anda? Kaitkan
data yang didapat dari alat-alat tersebut dengan rumus atau formula yang digunakan dalam
percobaan Anda!
a. Manometer
Manometer berfungsi sebagai pengukur tekanan chamber (𝑃𝑐ℎ𝑎𝑚𝑏𝑒𝑟 ) dan tekanan unggun
(𝑃𝑏𝑒𝑑 ). Pembacaan pada manometer dilakukan dengan menggunakan satuan panjang
𝐻2 𝑂. Dimana data yang didapat dari manometer ini merupakan pressure drop (∆𝑃) dari
chamber dan unggun, atau dengan kata lain ∆ℎ𝐻2 𝑂 . Nilai ∆𝑃 ini dapat digunakan untuk
mencari korelasinya dengan laju alir fluida. Hal ini dinyatakan dalam persamaan Ergun.
∆𝑃 150 (1−𝜖𝑚𝑓 )𝑑𝑝 𝜌𝑔 1,75𝑑𝑝 𝜌𝑔 𝑑𝑝 2 𝜌𝑔 (𝜌𝑠 −𝜌𝑔 )𝑔
= 𝑈𝑚𝑓 + 𝑈𝑚𝑓 2 = …(1)
𝐿 𝜖𝑚𝑓 3 𝜇 𝜖𝑚𝑓 3 𝜇 𝜇2

Selain itu pada persamaan Darcy juga dinyatakan korelasi antara ∆𝑃 dengan laju alir fluida.
𝐾(−∆𝑃)
𝑢𝑐 = … (2)
𝑙
Dimana berdasarkan kedua persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju
alir fluida, maka nilai dari pressure drop juga akan semakin besar.
b. Manometer Lingkungan
Manometer lingkungan digunakan untuk mengukur tekanan udara di lingkungan di sekitar
unggun.

c. Amperemeter
Amperemeter digunakan untuk mengukur besar arus listrik (I) yang digunakan oleh heater.
Dimana nilai I digunakan untuk menghitung besar kalor yang dihasilkan (Q), yang sesuai
dengan persamaan (3)
𝑄 = 𝑉. 𝐼 … (3)
Nilai Q tersebut kemudian digunakan untuk menghitung koefisien perpindahan panas secara
konveksi (h), dimana nilai h adalah
𝑄
ℎ= … (4)
𝐴∆𝑇
d. Voltmeter
Digunakan untuk mengukur tegangan listrik yang digunakan oleh heater. Dimana nilai ini
akan diunakan bersama I untuk mengukur Q dan h.

e. Flowmeter
Flowmeter berfungsi untuk mengatur laju alir fluida yang akan masuk ke dalam unggun.
Variasi dari laju alir fluid aini akan digunakan dalam menentukan hubungan antara pressure
drop (∆𝑃) dan tinggi unggun dengan laju alir fluida. Dimana sesuai dengan teori dan
pengolahan data didapatkan bahwa hubungan keduanya adalah berbanding lurus. Selain itu,
melalui perhitungan kita juga bisa mengetahui nilai kecepatan superfisial fluida minimum
𝑈𝑚𝑓 atau kecepatan minimum yang diperlukan untuk membuat partikel terfluidisasi.

2. Bagaimana prinsip kerja atau mekanisme dari proses fluidisasi? Kaitkan dengan gambar
berikut!
Gambar 2. Grafik hubungan antara pressure drop dengan superficial gas velocity

Aliran fluida yang melewati partikel unggun yang ada di dalam tabung akan memberikan gaya
seret (drag force) pada partikel dan pressure drop di sepanjang unggun. Pressure drop akan
naik jika kecepatan superfisial naik, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Kecepatan superfisial
fluida minimum (𝑈𝑚𝑓 ) adalah kecepatan minimum dari kecepatan suplai udara (𝑈0 ) yang
dialirkan melalui bagian bawah fluidized bed ke partikel padat melalui plate distributor yang
membuat partikel terfluidisasi. Saat kecepatan superfisial rendah, maka unggun akan diam
seperti yang ditunjukkan bagian A pada Gambar 2. Akan tetapi, saat kecepatan superfisialnya
ditingkatkan maka pressure drop akan semakin bertambah di sepanjang unggun hingga gaya
seret (drag force) menyebabkan unggun mengembang dan pressure drop-nya menjadi tetap
sehingga gaya seret (drag force) akan membuat unggun terfluidisasi seperti bagian B pada
Gambar 2. Pada saat unggun akan bergerak dan melayang-layang ke atas perbedaan tekanan
sama dengan berat unggun dibagi luas penampang. Selanjutnya, ketika kecepatan aliran
dinaikkan di atas 𝑈𝑚𝑓 maka akan menyebabkan partikel terpisah satu sama lain sehingga
partikel akan ikut terbawa oleh aliran fluida yang masuk seperti yang terlihat pada bagian C
di Gambar 2. Dengan semakin bertambahnya laju alir fluida, maka porositas unggun juga akan
semakin besar (dibanding 𝜖𝑚𝑓 ) sehingga penurunan tekanannya juga akan lebih kecil.

3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses fluidisasi!

• Laju alir fluida

Laju alir fluida akan mempengaruhi apakah unggun akan terfluidisasi atau tidak.
Dimana kecepatan minimum aliran fluida yang dibutuhkan untuk menyebabkan
unggun terfluidisasi disebut 𝑈𝑚𝑓 . Jika kecepatan yang dialirkan kurang dari 𝑈𝑚𝑓 maka
tidak akan terjadi fluidisasi. Sementara apabila kecepatan aliran fluida sama dengan
𝑈𝑚𝑓 maka akan terjadi fluidisasi yang disebut dengan incipient or minimum
fluidization. Ketika laju alir fluida melebihi 𝑈𝑚𝑓 maka yang terjadi adalah bubbling
fluidization, slugging fluidization, atau turbulent fluidization.

• Diameter dan bentuk partikel


∆𝑃 150 (1−𝜖𝑚𝑓 )𝑑𝑝 𝜌𝑔 1,75𝑑𝑝 𝜌𝑔 𝑑𝑝 2 𝜌𝑔 (𝜌𝑠 −𝜌𝑔 )𝑔
= 𝑈𝑚𝑓 + 𝑈𝑚𝑓 2 = …(1)
𝐿 𝜖𝑚𝑓 3 𝜇 𝜖𝑚𝑓 3 𝜇 𝜇2

Semakin besar diameter dari partikel maka nilai Reynold number-nya juga akan
semakin besar dimana hal ini juga akan mempengaruhi perhitungan 𝑈𝑚𝑓 seperti yang
dituliskan pada persamaan (1). Untuk aliran laminar dan turbulen, besar 𝑈𝑚𝑓 dapat
dicari dengan menurunkan persamaan Ergun.

• Aliran laminar (Re<20)


𝑑𝑝 2 (𝜌𝑠 −𝜌𝑔 )𝑔 𝜖 𝑚𝑓
3
𝑈𝑚𝑓 = . (1−𝜖 …(2)
150 𝜇 )
𝑚𝑓

• Aliran turbulen (Re>1000)


𝑑𝑝 (𝜌𝑠 −𝜌𝑔 )𝑔
𝑈𝑚𝑓 2 = 𝜖𝑚𝑓 …(3)
1,75 𝜌𝑔

Besarnya diameter juga akan mempengaruhi pergerakan tinggi unggun dan semakin
besar dimaeter maka friksinya juga akan semakin kecil. Persamaan Ergun digunakan
untuk bentuk partikel padat yang berbentuk bola dengan diameter 𝑑𝑝 . Oleh karena itu,
apabila bentuk partikel yang digunakan berbeda maka perlu ada penyesuaian atau faktor
koreksi dalam perhitungan 𝑈𝑚𝑓 . Seperti yang sudah diketahui, nilai 𝑈𝑚𝑓 merupakan
kecepatan fluida minimum agar terjadi fluidisasi. Sehingga untuk mengetahui berapa
kecepatan fluida saat fluidisasi terjadi maka perhitungan 𝑈𝑚𝑓 dilakukan. Dimana
nilainya tergantung pada diameter dan bentuk partikel (salah satu faktor yang
mempengaruhi).

• Jenis dan densitas partikel

Densitas partikel juga akan mempengaruhi nilai 𝑈𝑚𝑓 sesuai dengan persamaan (1), (2),
dan (3). Sehingga laju fluida minimum yang diperlukan agar fluidisasi terjadi juga
dipengaruhi oleh densitas. Dimana hal ini nantinya juga akan mempengaruhi gerakan
partikel dan tinggi unggun. Selain densitas, jenis partikel yang digunakan juga akan
mempengaruhi fluidisasi. Dimana semakin kasar partikel yang digunakan maka friksi
dan tenaga yang hilang juga akan semakin besar.

• Porositas unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun, yang dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut:
𝑉𝑣
𝜀=
𝑉𝑇

Dimana 𝜀 merupakan porositas, 𝑉𝑣 merupakan volume ruang kosong, dan 𝑉𝑇


merupakan volume total. Porositas unggun juga merupakan salah satu parameter
penting pada persamaan Ergun atau persamaan (1) di atas. Dimana apabila laju alir yang
digunakan pada bed adalah laju air fluida minimum, maka porositasnya merupakan
porositas minimum atau 𝜖𝑚𝑓 . Nilai 𝜖𝑚𝑓 juga akan bertambah seiring penambahan
kecepatan superfisial minimum. Porositas minimum bergantung pada ukuran dan
bentuk butiran. Nilai 𝜖𝑚𝑓 akan semakin kecil seiring bertambah besarnya partikel
padat.

4. Jelaskan klasifikasi partikel menurut Geldart dan kaitkan dengan proses fluidisasi!

a. Geldart A

Partikel dengan kategori Geldart A umumnya memiliki diameter antara 30 𝜇𝑚 dan


100 𝜇𝑚 dengan densitas partikel 𝜌 < 1400 𝑘𝑔/𝑚3. Partikel dengan kategori ini mudah
terfluidisasi dan memiliki kecepatan bubbling yang lebih besar dibandingkan kecepatan
minimum fluidisasi. Partikel jenis ini banyak digunakan untuk circulating CFB.

Berikut karakteristik dan sifat dari partikel Geldart A:

• Kualitas fluidisasinya bagus

• Mudah terfluidisasi

• Smooth pada kecepatan rendah, bubbling pada kecepatan sedang, dan slug pada
kecepatan tinggi

• Pencampuran padatannya baik

• Ukuran partikel rata-rata kecil

b. Geldart B

Partikel dengan kategori Geldart B umumnya memiliki diameter antara 100 𝜇𝑚 dan
500 𝜇𝑚 dengan densitas partikel 1400 𝑘𝑔/𝑚3 < 𝜌 < 4000 𝑘𝑔/𝑚3. Partikel pada
kategori ini mudah terfluidisasi dan memiliki kecepatan bubbling yang hampir sama
dengan kecepatan minimum fluidisasi. Partikel kategori ini banyak digunakan dalam
bubbling FBC.

Berikut karakteristik dan sifat dari partikel Geldart B:

• Kualitas fluidisasi bagus

• Partikel seperti pasir

• Ukuran gelembung berpengaruh terhadap ukuran distribusi udara dan rata-rata


diameter partikel

• Unggun terkespansi sedikit

c. Geldart C

Partikel dengan kategori Geldart C umumnya memiliki diameter di bawah 30 𝜇𝑚. Pada
kategori ini, gaya antar partikel seimbang dengan gaya gravitasi sehingga akan sulit
terfluidisasi.

Berikut karakteristik dan sifat dari partikel Geldart C:

• Kualitas fluidisasi kurang baik

• Kohesif, kaena gaya antar partikel yang kuat

• Banyak terjadi slugging dan aglomerasi

• Menimbulkan gaya elektrostatik

• Pencampuran padatan jelek

d. Geldart D

Partikel dengan kategori Geldart C merupakan partikel paling kasar dengan diameter di
atas 30 𝜇𝑚 dengan densitas partikel 𝜌 > 1400 𝑘𝑔/𝑚3 . Pada kategori ini, partikel
memiliki kecepatan minimum fluidisasi yang lebih tinggi. Partikel kategori ini biasanya
digunakan pada spouted bed dan bubbling FBC.

Berikut karakteristik dan sifat dari partikel Geldart D:

• Kualitas fluidisasi jelek

• Sulit terfluidisasi untuk unggun yang dalam

• Ukuran bubble besar

• Channeling kuat

• Pencampuran padatan relative jelek


• Partikel besar dan berat

5. Jelaskan satu operasi atau proses teknik kimia pada industri yang menerapkan prinsip
fluidisasi (satu operasi atau proses hanya dapat dijelaskan oleh maksimal dua orang dalam satu
kelompok).
Salah satu alat yang menggunakan prinsip fluidisasi dan banyak diaplikasikan pada
industri adalah fluidized bed dryer (FBD). Pada industri farmasi, FBD digunakan dalam proses
pengeringan obat. Pengeringan merupakan proses dimana sejumlah zat cair dipisahkan
(dikurangi) dari bahan hingga suatu nilai yang dikehendaki (Hasibuan, R. 2005). Manfaat dari
pengeringan menggunakan prinsip fluidisasi adalah (1) Melindungi obat dari kontaminasi
mikroorganisme (2) Melindungi obat dari pengaruh degradasi (3) Meningkatkan stabilitas obat
yang dikemas (4) Memudahkan proses pengecilan partikel.
Proses pengeringan menggunakan FBD dalam industri farmasi dilakukan dengan mula-
mula menempatan obat yang akan dikeringkan ke dalam unggun. Kemudian mengalirkan udara
panas yang berasal dari kipas atau blower, yang telah disaring sebelumnya, dari bagian bawah
unggun hingga fluidisasi terjadi. Kecepatan laju alir udara serta temperature juga dapat diatur
dalam control panel mesin hingga didapatkan besaran yang dikehendaki. Dengan
meningkatkan laju alir udara yang masuk ke dalam unggun maka partikel obat akan mulai
bergerak secara turbulen. Dengan menggunakan udara panas maka lama-kelamaan partikel
obat akan mongering. Dalam proses ini biasanya juga dilakukan pengecekan kadar air dengan
parameter LOD (loss of drying). Proses pengeringan dengan FBD ini akan dihentikan setelah
diperoleh LOD yang diinginkan (Mujumdar, 2000).
Gambar 3. Skema kerja FBD
Sumber: https://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/24/mengenal-metode-pengeringan-dalam-
bidang-farmasi/
Daftar Pustaka
Hasibuan, R. 2005. Proses Pengeringan. Universitas Sumatera Utara : Program Studi Teknik
Kimia
Mujumdar (Ed.) 2000. Handbook of Industrial Drying, 2nd Ed., Marcel Dekker, New York.

Anda mungkin juga menyukai