Anda di halaman 1dari 50

CASE REPORT

SEORANG ANAK PEREMPUAN 12 TAHUN DENGAN DENGUE SYOK


SINDROM TERKOMPENSASI

Pembimbing:
dr. Fedriyansyah, M.Kes., Sp.A
dr. Roro Rukmi WP, M.Kes., Sp.A

Oleh:
Fahma Azizaturrahmah
Harry Salomo
Putri Giani
Rini Safitri

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD DR.


H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
BAB I
STATUS PENDERITA

No. Rekam Medik : 00.54.23.09


Masuk RSAM : 24 Maret 2018

Anamnesis
Anamnesis diambil dari Alloanamnesis dengan Ayah pasien

Identitas
Nama Pasien :An. Anita
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :12 tahun 10 bulan
Agama :Islam
Suku :Lampung
Alamat :Tanjung Suka Asih, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten
Tanggerang
Nama Ayah :Tn. Ambari
Umur :39 tahun
Pekerjaan :Buruh
Pendidikan :SMP
Nama Ibu :Ny. S
Umur : 33 tahun
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :Pasien demam tinggi sejak 5 hari SMRS
Keluhan Tambahan :Sakit kepala, pegal-pegal, mimisan dan muntah darah

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien perempuan berusia 10 tahun datang ke RSAM diantar oleh keluarganya.
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak terus menerus sejak 5 hari
SMRS. Demam turun ketika diberi obat penurun panas, lalu naik lagi. Batuk (-),
pilek (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), mual (-),
muntah (-), nyeri saat BAK (-), nyeri ulu hati (+). 2 hari SMRS pasien
mengeluhkan mimisan, mimisan dialami sebanyak 3 kali dalam sehari. Mimisan
berwarna merah terang (+), gumpalan darah (-). Lalu, 1 hari SMRS pasien
mengalami mimisan kembali sebanyak 1 kali dalam sehari. Kemudian pasien
dibawa berobat ke puskesmas palapa. Di puskesmas palapa mendapatkan obat
berwarna merah kecil dan antasida karena pasien juga mengeluhkan nyeri pada
ulu hati. Kemudian pada siang hari pasien mengalami muntah darah sebanyak ± 5
kali, muntah darah berwarna merah terang (+), gumpalan darah (+). Lalu, pasien
dibawa ke RSAM. Di IGD RSAM pasien mendapatkan terapi infus RL 28 tpm,
dilakukan pemasangan tampon, cefotaxim 2x700 mg IV, Ranitidin 2x25 mg IV,
paracetamol 4x1/2 tab, dan asam Traneksamat 3x250 mg IV. Pasien dijadikan
kasus pada saat perawatan hari ke-2 diruangan alamanda.

10 hari yang lalu pasien pernah berkemah di daerah rajabasa, namun tidak
menginap. Keluhan sakit kepala dan pegal-pegal sudah dirasakan oleh pasien
sehabis berkemah.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada keluarga yang sedang menderita penyakit seperti pasien saat ini.

Riwayat DBD Pada Teman:


Tidak ada teman di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah pasien yang
mengalami penyakit DBD.

Riwayat Penyakit Kehamilan:


Saat kehamilan ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya, tidak memiliki
riwayat penyakit.
Riwayat Persalinan:
Lahir normal pervaginam ditolong oleh dukun dengan BBL tidak diketahui,
langsung menangis.Tidak ada gangguan nafas, sianosis, atau kuning saat lahir.

Riwayat Nutrisi:
Pasien diberikan ASI Eksklusif dari usia 0 bulan sampai usia 6 bulan. Dari usia 6
sampai 1,5 tahun ditambahkan MP ASI.

Riwayat Imunisasi:
BCG : 1x usia 1 bulan
DPT : 3x usia 2, 4, 6 bulan
HiB : 3x usia 2, 4, 6 bulan
Campak : 1x usia 9 bulan
Hepatitis : 3x usia 0, 2, 6 bulan
Polio : 3x usia 0, 2, 4 bulan
Kesan: Lengkap sesuai usia dan sesuai jadwal imunisasi dasar Kementrian
Kesehatan

Riwayat Alergi: Tidak ada

Riwayat Operasi: Tidak ada

Riwayat Transfusi: Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Somnolen, gelisah
Suhu : 36,6 C
Frekuensi Nafas : 25 x/menit
Frekuensi Nadi : 116 x/menit
TD : 100/60 mmHg
Berat Badan Sekarang:28 kg
Tinggi Badan Sekarang:130 cm
Status Gizi (CDC) :
Secara Antropometris
BB : 28 kg
Umur : 10 tahun
TB : 130 cm
BB/U= P10 -P25(normoweight)
TB/U = P3(short strature)
BB/TB = 92,45% (Gizi baik)

Kesan Status gizi secara antropometris : gizi baik, normoweight

Status Generalis
Kelainan Mukosa Kulit / Subkutan Yang Menyeluruh
Pucat : (-)
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Edem : Tidak ada
Turgor : Baik
Pembesaran KGB : Tidak ada

KEPALA
Bentuk : Normocephal
Muka : Simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, persebaran merata
Ubun-ubun Besar : Sudah menutup
Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, discharge (-), nyeri tekan pos aurikular (-)
Hidung : Bentuk normal, discharge (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir tidak pecah-pecah dan tidak kering, sianosis (-),
kandidiasis (-), faring: hiperemis (-), discharge (-),
permukaan rata (+) tonsil: T1-T1, hiperemis (-),
discharge(-), Lidah kotor (-)

LEHER
Bentuk : Dalam batas normal
Trakea : Tidak terdapat deviasi
KGB : Tidak ada pembesaran

THORAKS
Bentuk : Normothorax, simetris
Retraksi suprasternal : Tidak ada
Retraksi substernal : Tidak ada
Retraksi interkostal : Tidak ada
Retraksi subkostal : Tidak ada

JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, gallop (-), murmur (-)

PARU
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Ekspansi dada simetris, fremitus taktil ka=ki
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), soepel (+)
Perkusi : Timpani, asites (-)
Auskultasi : Bising usus normal, 10x/menit

GENITALIA EKSTERNA
EKSTREMITAS
Superior: akral dingin, edema (-), sianosis (-), pucat (+), CRT < 2 detik
Inferior: akral dingin, edema (-), sianosis (-), pucat (+), CRT < 2 detik

Status Neurologis
A. Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan 5/5 5/5
Gerakan Aktif Aktif
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus Negatif Negatif
Reflek fisiologis (+) N (+) N
Reflek Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

B. Sensorik
Dalam batas normal

C. Tanda Rangsang Meningeal


Tidak dilakukan

D. Otonom
BAB (+), BAK (+)

Pemeriksaan Tambahan
 Uji tourniquet : (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tanggal 24-03-2018 pukul 21:36

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Hemoglobin : 16,1 mg/dL 11,80 – 15,00
Leukosit : 7.100/µL 4.800 – 10.800
Eritrosit : 5,6 juta/µL 4,2 – 5,4
Hematokrit : 45%
Trombosit : 37.000 /µL 150.000-450.000
MCV : 81 fL 79-99
MCH : 29 pg 27-31
MCHC : 36 g/dl 30-35
LED : 4 mm/jam

Ig M anti Dengue : (+)


Ig G anti Dengue : (+)
Pada tanggal 02-10-2017
20:37
 Hemoglobin : 14,4 mg/dL
 Leukosit : 6.230/µL
 Eritrosit : 5,4 juta/µL
 Hematokrit : 39 %
 Trombosit : 29.000 /µL
 MCV : 72 fL
 MCH : 27 pg
 MCHC : 37 g/dl

Kesan : Trombositopenia
Hemokonsentrasi
Dengue (+)
RESUME
Pasien perempuan berusia 10 tahun datang ke RSAM diantar oleh keluarganya.
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak terus menerus sejak 5 hari
SMRS. Demam turun ketika diberi obat penurun panas, lalu naik lagi. Batuk (-),
pilek (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), mual (-),
muntah (-), nyeri saat BAK (-), nyeri ulu hati (+). 2 hari SMRS pasien
mengeluhkan mimisan, mimisan dialami sebanyak 3 kali dalam sehari.Mimisan
berwarna merah terang (+), gumpalan darah (-). Lalu, 1 hari SMRS pasien
mengalami mimisan kembali sebanyak 1 kali dalam sehari. Kemudian pasien
dibawa berobat ke puskesmas palapa. Di puskesmas palapa mendapatkan obat
berwarna merah kecil dan antasida karena pasien juga mengeluhkan nyeri pada
ulu hati. Kemudian pada siang hari pasien mengalami muntah darah sebanyak ± 5
kali, muntah darah berwarna merah terang (+), gumpalan darah (+). Lalu, pasien
dibawa ke RSAM. Di IGD RSAM pasien mendapatkan terapi infus RL 28 tpm,
dilakukan pemasangan tampon, cefotaxim 2x700 mg IV, Ranitidin 2x25 mg IV,
paracetamol 4x1/2 tab, dan asam Traneksamat 3x250 mg IV. Pasien dijadikan
kasus pada saat perawatan hari ke-2 diruangan alamanda.

10 hari yang lalu pasien pernah berkemah di daerah rajabasa, namun tidak
menginap.Keluhan sakit kepala dan pegal-pegal sudah dirasakan oleh pasien
sehabis berkemah.

Riwayat persalinannya Lahir normal pervaginam dengan BBL tidak diketahui,


langsung menangis. Tidak ada gangguan nagas, sianosis, atau kuning saat lahir,
riwayat imunisasi lengkap. Tidak ada riwayat alergi dan riwayat operasi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, dengan
kesadaran kompos mentis, suhu 36,2C, frekuensi nafas 25x/menit, frekuensi nadi
116x/menit, dengan berat badan 28kg. Pada status generalis didapatkan kulit pucat
(-), dengan turgor baik. Kepala didapatkan normochepal. Pada pemeriksaan leher
dalam batas normal, pada pemeriksaan dada didapatkan hasil normal, pada
pemeriksaan abdominal didapatkan hasil dalam batas normal, pemeriksaan
ekstremitas didapatkan hasil normal.
DIAGNOSIS BANDING
1. DBD
2. Malaria
3. Demam Thypoid

DIAGNOSIS KERJA
1. DBD dengan syok terkompensasi

PENATALAKSANAAN
IGD RSAM 02/10/2017
 IVFD RL 28 tpm makro
 Pemasangan tampon
 Cefotaxim 2x700 mg IV
 Ranitidin 2x25 mg IV
 Paracetamol 4x1/2 tab
 Asam Traneksamat 3x250 mg IV

RUANG ALAMANDA
 IVFD RL 2 jalur makro 30 tpm 20 menit – 15 tpm 3 jam – 12 tpm 6 jam –
10 tpm (1 jalur)
 Omeprazol 40 mg/24 jam
 Dexamethason 1 amp/8 jam

PROGNOSIS
Quo ad Vitam: ad Bonam
Quo ad Fungsionam: ad Bonam
Quo ad Sanationam: ad Bonam
FOLLOW UP TANGGAL 03 –06 OKTOBER 2017

Tanggal Catatan Instruksi


dan Waktu
04/10/2017 S/ Os mengatakan keadaan sudah membaik, P/
demam (-), mimisan (-)  IVFD RL 10 tpm
O/ Keadaan umum: Tampak sakit sedang makro
Kesadaran: Compos mentis  Omeprazol 40
HR: 116 x/menit mg/24 jam
RR: 25 x/menit  Dexamethason 1
o
T: 36,6 C amp/8 jam
TD: 110/70 mmHg
Kepala: Pada hidung tidak terdapat sekret,
napas cuping hidung (-), sianosis (-)
Thoraks: Pernapasan: Ronkhi (-), Retraksi (-)
Jantung: Normal
Abdomen: Datar, Bising Usus (+), Nyeri tekan
(-)
Kulit: Turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), sianosis
(-), pucat (-), CRT < 2 detik

 Hemoglobin : 9,5 mg/dL


 Hematokrit : 27%
 Trombosit : 25.000 /µL
05/10/2017 S/ Os mengatakan keadaan sudah membaik, P/
demam (-), mimisan (-)  IVFD RL 10 tpm
O/ Keadaan umum: Tampak sakit sedang makro
Kesadaran: Compos mentis  Cek Hb, Ht dan
HR: 116 x/menit Trombosit
RASCAL321

RR: 25 x/menit
o
T: 36,6 C
TD: 110/70 mmHg
Kepala: Pada hidung tidak terdapat sekret,
napas cuping hidung (-), sianosis (-)
Thoraks: Pernapasan: Ronkhi (-), Retraksi (-)
Jantung: Normal
Abdomen: Datar, Bising Usus (+), Soepel (+),
Nyeri tekan (-)
Kulit: Turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), sianosis
(-), pucat (-), CRT < 2 detik

 Hemoglobin : 10,6 mg/dL


 Hematokrit
 Trombosit
: 30%
: 93.000 /µL
06/10/2017 Pasien dipulangkan
RASCAL321

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2006).

2.2Epidemiologi
Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden
tertinggi pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 penduduk, namun pada
tahun 2008 menurun menjadi 59,02 per 100.000 penduduk. Walaupun angka
kesakitan sudah dapat ditekan namun belum mencapai target yang diinginkan
yakni <20 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).

2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya aegipty (dahulu
disebut Aedes aegipty) dan Stegomiya albopictus (dahulu Aedes albopictus),
yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan
RASCAL321

virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal


6
dengan berat molekul 4x10 (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).

Selain virus dengue, virus lain yang termasuk dalam genus ini adalah
Japanese encephalitis virus (JEV), yellow fever virus (YFV), West nile virus
(WNV), dan tickborne encephalitis virus (TBEV). Masing-masing virus
tersebut mempunyai kemiripan dalam struktur antigeniknya, sehingga
memungkinkan terjadi reaksi silang. Genom virus dengue terdiri dari 3 protein
struktural (C=capsid, prM=pre-membrane, dan E=envelope) dan 7 protein non
struktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5). Protein NS1
merupakan satu-satunya protein non struktural yang dapat disekresikan oleh
sel pejamu, sehingga dapat ditemukan dalam darah pejamu sebagai antigen
NS1 (Hadinegoro S, 2014).

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4


yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotype terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungnan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).

2.4 Patogenenis
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
demam berdarah dengue belum diketahui secara pasti karena kesukaran
mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk
menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagaian
besar masih menganut the secondary heterologous infection hypothesis atau
the sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi
RASCAL321

apabila seseorang telah terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan


infeksi kedua dengan virus serotype lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5
tahun. (Soedarmo, 2012)

Gambar 1. Hipotesis secondary heterologus infections (Soegijanto, 2006)

Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
Aegypti atau Aedes Albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ RES
meliputi sel kupffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum
tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-
sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam
peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer
(Soegijanto, 2006).
RASCAL321

2.5 Manifestasi Klinis

Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue yaitu (Pudjiadi, 2010):
Gambar 2. Spektrum klinis infeksi virus dengue 1.
Sindrom virus (Demam tidak khas)

Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali gejala mungkin tidak bisa dibedakan dari infeksi virus
lainnya. Bercak maculopapular biasanya mengiringi demam dan
muncul gejala saluran pernafasan atas dan gejala gastrointestinal
(WHO, 2011).

2. Demam dengue
Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik lebih
sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum,
manifestasi berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai
dengan gejala nyeri kepala, mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan
trombositopenia. Adakalanya, secara tidak biasa muncul perdarahan
gastrointestinal, hipermenorea, dan epistaksis masif. Pada daerah yang
endemis, insidensi jarang muncul pada penduduk lokal (WHO, 2011).

3. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)


Demam berdarah dengue lebih sering muncul pada anak usia kurang dari
15 tahun pada daerah yang hiperendemis. Hal ini dikaitkan dengan
RASCAL321

infeksi virus dengue berulang. Demam berdarah dengue memiliki


karakteristik onset akut demam yang sangat tinggi, disertai dengan
tanda dan gejala yangsama dengan demam dengue. Gejala perdarahan
yang muncul dapat berupa tes torniquet yang positif, ptekie,
perdarahan gastrointestinal yang masif. Saat akhir dari fase demam,
ada tendensi untuk berkembang menjadi keadaan syok hipovolemik
oleh karena adanya plasma leakage (WHO, 2011).

Terdapat tanda bahaya, antara lain : muntah persisten, nyeri abdomen,


letargi, oligouria yang harus diketahui untuk mencegah syok. Kelainan
hemostasis dan adanya plasma leakage merupakan tanda utama dari
demam berdarah dengue. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit
harus segera ditemukan sebelum muncul adanya tanda syok.Demam
berdarah dengue biasa terjadi pada anak dengan infeksi sekunder virus
dengue yang mana sudah pernah terinfeksi oleh virus dengue DEN-1
dan DEN-3 (WHO, 2011)

4. Dengue Shock Syndrome (DSS)


Manifestasi yang tidak lazim melibatakn berbagai organ misalnya
hepar, ginjal, otak, dan jantung yang dikaitkan dengan infeksi dengue
telah dilaporkan meningkat pada berbagai kasus yang tidak memiliki
bukti terjadinya plasma leakage. Manifestasi tersebut dikaitkan dengan
syok yang berkepanjangan (WHO, 2011).

2.6Diagnosis

Berdasarkan kriteria WHO 2011 untuk diagnosis Demam Berdarah Dengue:

A. Kriteria Klinis

 Demam
RASCAL321

Demam mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
Tipe demam bifasik (saddleback).

Gambar 3. Demam Bifasik pada Demam Berdarah Dengue

 Manifestasi perdarahan, dapat berupa: uji torniket (+),


petechie,ekhimosis ataupun purpura, perdarahan mukosa traktus
gastrointestinal, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan melen
 Hepatomegali
 Kegagalan sirkulasi (tanda-tanda syok): ekstremitas dingin, nadi
cepat dan lemah, sistolik kurang 90 mmHg, dan tekanan darah
menurun sampai tidak terukur, kulit lembab, penyempitan tekanan
nadi (< 20 mmHg), capillary refill time memanjang (>2 detik) dan
pasien tampak gelisah.

B. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia (trombosit < 100.000 /ul)
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Ht 20% atau penurunan Ht 20%
setelah mendapat terapi cairan).
Penegakan diagnosis Demam Berdarah Dengue berdasarkan atas 2
kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit.
RASCAL321

Tabel 1. Pembagian derajat Demam Berdarah Dengue menurut WHO

DD/DBD Grade Tanda dan Gejala Laboratorium


Demam Demam disertai 2 keadaan - Leukopenia
Dengue berikut : ( < 5000 sel/mm3 )
- Nyeri Kepala - Trombositopenia
- Nyeri retro-orbita ( < 150.000 sel/mm3 )
- Mialgia - Peningkatan Hematokrit
- Rash ( 5 – 10 % )
- Atralgia/Nyeri tulang - Tidak ditemukan kebocoran
- Manifestasi perdarahan plasma
- Tanpa disertai adanya
plasma Leakage
DBD I Demam disertai manifestasi Trombositopenia
perdarahan (torniquet tes +) ( < 100.000 sel/mm3 )
dan adanya plasma leakage Hematokrit Meningkat
( > 20 % )
DBD II Grade I ditambah Trombositopenia
perdarahan spontan ( < 100.000 sel/mm3 )
Hematokrit Meningkat
( > 20 % )
DBD III Grade I atau II ditambah Trombositopenia
3
(DSS) adanya kegagalan sirkulasi : ( < 100.000 sel/mm )
- pulsasi nadi yang Hematokrit Meningkat
lemah, ( > 20 % )
- hipotensi,
- perbedaan sistole dan
diastole yang sempit
- kondisi umum gelisah
DBD IV Grade III ditambah dengan Trombositopenia
(DSS) syok berat serta nadi dan ( < 100.000 sel/mm3 )
tekanan darah yang tidak Hematokrit Meningkat
terukur ( > 20 % )

Boks A Diagnosis klinis demam dengue


 demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik
 manifestasi perdarahan baik spontan seperti, ptekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun
berupa uji tourniket positif
 nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital
 dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau disekitar
rumah
3
 leukopenia <4.000/mm
RASCAL321

3
 trombositopenia <100.000/mm
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dua atau lebih tanda dan gejala
lain, diagnosis demam dengue dapat ditegakkan

Boks B Diagnosis klinis demam berdarah dengue


 demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, kontinyu
 manifestasi perdarahan baik spontan seperti, ptekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun
berupa uji tourniket positif
 nyeri kepala, mialgia, atralgia, nyeri retroorbital
 dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau disekitar
rumah
 hepatomegali
 terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda atau
gejala:
- peningkatan nilai hematokrit >20% dari pemeriksaan awal atau dari
data populasi menurut umur
- ditemukan adanya efusi pleura, asites
- hipoalbuminemia dan hipoproteinemia
3
 trombositopeni <100.000/mm
Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis, ditambah bukti
perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis
DBD.

Boks C Tanda Bahaya (Warning sign)


 klinis:
- demam turun, tetapi keadaan anak memburuk
- nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
- muntah yang menetap
RASCAL321

- letargi, gelisah
- perdarahan mukosa
- pembesaran hati
- akumulasi cairan
- oligoria
 Laboratorium
- Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat
jumlah trombosit
- Hematokrit awal tinggi

Demam berdarah dengue dengan syok (SSD)


 Memenuhi kriteria DBD
 Ditemukan tanda dan gejala syok hipovolemik baik yang terkompensasi
maupun yang dekompensasi
Boks D Tanda dan gejala Syok Terkompensasi
 Takikardi
 Takipnue
 Tekanan nadi (perbedaan sistolik dan diastolik) <20mmHg
 Waktu pengisian kapiler >2 detik
 Kulit dingin
 Produksi urin (urin output) menurun <IML/kgBB/jam
 Anak gelisah

Boks D Tanda dan gejala Syok Dekompenasasi


 Takikardi
 Hipotensi
 Nadi cepat dan kecil
 Pernafasan kussmaul (hiperpneu)
 Sianosis
RASCAL321

 Kulit lembab dan dingin


 Profound shock : nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur

Expanded Dengue Syndrome


Memenuhi kriteria DD atau DBD baik disertai syok maupun tidak, dengan
manifestasi klinis, komplikasi infeksi virus dengue, atau dengan manifestasi klinis
yang tidak biasa, seperti tanda dan gejala:
 Kelebihan cairan
 Gangguan elektrolit
 Ensefalopati
 Ensefalitis
 Perrdarahan hebat
 Gagal ginjal akut
 Hemolitic uremic syndrom (HUS)
 Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, perikarditis
 Infeksi ganda

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu
ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa
ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau
bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi yang
disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai
hematokrit.Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis,
limfositosis relatif dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat
sebelum suhu turun atau syok. Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma
biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi tampak
pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan
RASCAL321

antitrombin III. PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah


kasus DBD.
b. Pencitraan
Pada pemeriksaan radiologi dan USG kasus DBD, terdapat beberapa
kelainan yang dapat dideteksi yaitu, dilatasi pembuluh darah paru, efusi
pleura, kardiomegali dan efusi perikard, hepatomegali, cairan dalam
rongga peritoneum, penebalan dinding vesica felea.
c. Pemeriksaan Rumple leed test
Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh
pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan
merembes ke dalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak
merah kecil pada permukaan kulit (petechiae). Test dikatakan positif jika
terdapat lebih dari dikatakan positif 10 petechiae dalam lingkaran.
d. Pemeriksaan lainnya
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui infeksi
virus dengue yaitu (WHO, 2011):
 Isolasi Virus
 Karakteristik serotypic/genotypic
 Deteksi Asam Nukleat Virus
Dengan RT-PCR (Reverse Transcripterase Polymerase Chain
Reaction)
 Deteksi Antigen Virus
Deteksi antigen NS1
 Pemeriksaan serologis yang meliputi : Haemagglutination-
inhibition (HI), Complement Fixation (CF), Neutralization Test
(NT), Ig M capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-
ELISA), danpemeriksaan Ig G ELISA indirect
RASCAL321

Gambar 4. Deteksi jumlah Ig M dan Ig G pada Demam Berdarah Dengue

2.8 Diagnosis Banding


Diagnosis banding Demam Dengue terdiri atas ( WHO, 2011) :

a. Infeksi virus golongan Arbovirus : Chikungunya


b. Penyakit virus lainnya
Misalnya : Measles, Rubella, dan berbagai virus lainnya, seperti :
Epstein barr virus, Enterovirus, Influenza, Hepatitis A, Hantavirus
c. Penyakit bakterial
Meningocuccaemia, Leptospirosis, Thypoid, Meliodosis, Rackettsial
disease, Scarlet Fever
d. Penyakit parasit : Malaria

2.9 Komplikasi DBD

a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok.
b. Kelainan Ginjal
c. Edema paru
RASCAL321

3.0 Penatalaksanaan DBD


Pada saat seorang pasien datang dengan dugaan menderita infeksi dengue,
maka diantar ke Unit Triase untuk menjalani pemeriksaan anamnesis dan
pemeriksaan jasmani yang teliti dan dilakukan pemeriksaan darah perifer
lengkap, minimal kadar hemoglobin, nilai hematokrit, jumlah leukosit dan
trombosit. Skrining di triase adalah untuk menentukan pasien mana yang
dapat diperlakukan sebagai pasien rawat jalanm dan pasien rawat inap.

Tersangka Infeksi Dengue

Demam 2-7 hari mendadak tinggi kontinua, nyeri kepala, mialgia,


atralgia, nyeri retroorbital, maninfestasi perdarahan
(spontan/rumple leede), leukosit <4.000/mm3, dan kasus DBD di
lingkungan

Umum Menolak makan dan minum


Muntah persisten
Warning signs dari DBD Nyeri perut hebat, hepatomegali yang nyeri tekan, letargi, gelisah,
akumulasi cairan, hematokrit awal tinggi, demam turun tetapi
keadaan anak memburuk (Boks C)
Tanda dan gejala syok Terkompensasi (Boks E) dan Dekompensasi (Boks F)

Tanda dan gejala keterlibatan organ/ Ensefalitis-ensefalopati, perdarah hebat seperti melena,
hematemesis, hematokesia, hematuria, urin berwarna gelap
(hemoglobinuria), gangguan jantung, gagal ginjal akut,
haemolytic uraemic syndrome

Indikasi sosial Rumah jauh atau tidak ada orangtua/wali yang dapat diandalkan
untuk merawat dirumah

Tidak Ya

Rawat jalan;

Nasihat kepada orangtua (Boks F)

Rawat Inap :
Apakah terdapat : - Demam dengue
- Demam berdarah dengue
Warning signs (Boks C) Ya - Demam berdarah dengue dengan syok
- Expanded dengue syndrome
RASCAL321

Tatalaksana Rawat Jalan Demam Dengue


Boks F Nasihat kepada orangtua untuk pasien rawat jalan
Nasihat di rumah

 Anak harus istirahat


 Cukup minum selain air putih dapat diberikan susu, jus buah, cairan
elektrolit, air tajin. Cukup minum ditandai dengan frekuensi buang air
kecil tiap 4-6 jam
o
 Parasetamol 10mg/kgBB/kali, diberikan apabila suhu >38 C dengan
interval 4-6 jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan
kompres hangat.
 Pasien rawat jalan harus berobat setiap hari, dan dinilai oleh petugas
kesehatan sampai melewati fase kritis mengenai: pola demam, jumlah
cairan yang masuk dan keluar, tanda-tanda perembesan plasma dan
perdarahan, serta pemeriksaan darah perifer lengkap
 Pasien harus segera dibawa ke rumah sakit jika ditemukan satu atau
lebih keadaan berikut: pada saat suhu turun keadaan anak memburuk,
nyeri perut hebat, muntah terus menerus, tangan dan kaki dingin dan
lembab, letargi atau gelisah atau rewel, anak tampak lemas, perdarahan
(misalnya BAB hitam, atau muntah hitam), sesak nafas, tidak BAK >4-
6 jam atau kejang.

Tatalaksana pasien rawat inap demam berdarah dengue


Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan memperbaiki
sirkulasi dan mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi
Intravaskuler Diseminata (KID). Perbedaan patofisiologi utama antara Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue/Demam Syok sindrom dan penyakit lain,
ialah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan
perembesan plasma, dan gangguan hemostasis. Penatalaksanaan fase demam
pada Demam Berdarah Dengue dan Demam Dengue tidak jauh berbeda,
bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah
RASCAL321

dehidrasi. Berikan nasihat kepada orang tua agar anak diberikan minum
banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus buah, dan lain – lain. Selain itu
diberikan pula obat antipiretik golongan parasetamol. Penggunaan antipiretik
golongan salisilat tidak dianjurkan pada penanganan demam. Parasetamol
0
direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah 39 C dengan dosis
10 – 15 mg/KgBB/kali.

Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,
anoreksia, dan muntah. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/KgBB dalam 4 –
6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi, anak dapat diberikan
cairan rumatan 80 – 100 ml/KgBB/hari dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang
masih minum ASI, tetap diberikan disamping larutan oralit.Bila terjadi kejang
demam, disamping diberikan antipiretik, diberikan pula antikonvulsif selama
masih demam. Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5
yang memperlihatkan penurunan tajam hitung trombosit dan peningkatan
tajam hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan cairan, Observasi
tanda vital, kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal
12 jam sekali) perlu dilakukan. Kunci keberhasilan pengobatan DBD ialah
ketepatan volume replacement atau penggantian volume, sehingga dapat
mencegah syok.

Cairan intravena diperlukan apabila :

1. Anak terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
Pada pasien DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus
menerus selama < 7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda
perdarahan spontan, disertai penurunan jumlah trombosit, dan
peningkatan kadar hematokrit. Pada saat pasien dating, berikan cairan
kristaloid 7 ml/KgBB/jam. Monitor tanda vital dan kadar hematokrit
RASCAL321

serta trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12 – 24 jam. Apabila


selama observasi keadaan umum membaik, yaitu anak tampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, dan kadar PCV cenderung
turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut – turut, maka tetesan
dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam. Apabila dalam observasi
selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3
ml/KgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan dalam 24 – 48 jam.
Apabila keadaan klinis pasien tidak ada perbaikan, yaitu : anak tampak
gelisah, nafas cepat, frekuensi nadi meningkat, deuresis kurang,
tekanan nadi < 20 mmHg memburuk, serta peningkatan PCV, maka
tetesan dinaikkan menjadi 10 ml/KgBB/jam. Apabila belum terjadi
perbaikan setelah 12 jam, maka tetesan di naikkan menjadi 10
ml/KgBB/jam. Apabila belum terjadi perbaikan klinis setelah 12 jam,
cairan dinaikkan menjadi 15 ml/KgBB/jam. Kemudian dievaluasi 12
jam lagi. Apabila tampak distress pernafasan menjadi lebih berat dan
ht naik maka berikan koloid 10 – 20 ml/KgBB/jam, dengan jumlah
maksimal 30 ml/KgBB. Namun bila Ht atau Hb turun, berikan tranfusi
darah segar 10 ml/KgBB/jam.

Bila terdapat asidosis, ¼ dari cairan total dikeluarkan dan diganti


dengan larutan berisi 0,167 mol/liter Natrium bikarbonat (3/4 bagian
berisi larutan NaCl 0,9 % + glukosa ditambah ¼ Natrium bikarbonat).
Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan
untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan
ditambah deficit 6 % (5 – 8 %) seperti tertera pada tabel dibawah ini.
RASCAL321

Tabel 2. Kebutuhan Cairan pada Dehidrasi Sedang ( Defisit Cairan 5 – 8 %)

Berat Waktu Masuk (Kg)


< 7 Kg
7 – 11 Kg
12 – 18 Kg
> 18 Kg
Jumlah Cairan tiap hari
220 ml/KgBB/hari
165 ml/KgBB/hari
132 ml/KgBB/hari 88 ml/KgBB/hari

Tabel 3. Kebutuhan cairan berdasarkan berat badan ideal


BB Ideal Rumatan Rumatan + Defisit 5 %
(kg) (mL) (mL)
5 500 750
10 1000 1500
15 1250 2000
20 1500 2500
25 1600 2850
30 1700 3200

Sindroma syok dengue adalah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat, nadi
teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit, bibir biru, tangan
dan kaki dingin, dan tidak ada produksi urin. Langkah yang harus dilakukan
adalah segera berikan infus kristaloid 20 ml/KgBB secepatnya dalam 30 menit
dan oksigen 2 liter/menit. Untuk DSS berat 20 ml/KgBB/jam diberikan bersama
koloid 10 – 20 ml/KgBB/jam.Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit
dan trombosit tiap 4 – 6 jam, serta periksa pula elektrolit dan gula darah.

Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan kristaloid belum
dilanjutkan 20 ml/KgBB, ditambah plasma atau koloid sebanyak 10 – 20
ml/KgBB maksimal 30 ml/KgBB. Koloid ini diberikan pada jalur infus yang sama
dengan kristaloid, diberikan secepatnya. Observasi keadaan umum, tekanan darah,
RASCAL321

keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4 – 6 jam.Lakukan pula
koreksi terhadap asidosis, elektrolit, dan gula darah.

Apabila syok teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi > 20 mmHg,
nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/KgBB/jam dan
dipertahankan hingga 24 jam atau sampai klinis stabil dan Ht menurun < 40%.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/KgBB sampai keadaan klinis dan Ht
stabil, kemudian secara bertahap diturunkan menjadi 5 ml/Kg/BB/jam dan
seterusnya 3 ml/Kg/BB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi. Apabila syok belum teratasi, sedangkan Ht menurun tapi
masih > 40%, berikan darah dalam volume kecil 10 ml/KgBB. Apabila tampak
perdarahan massif, berikan darah segar 20 ml/KgBB dan lanjutkan cairan
kristaloid 10 ml/Kg/BB/jam. Pemasangan CVP pada syok berat kadang
diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.Bila pada
syok DBD tidak berhasil diatasi selama 30 menit dengan resusitasi kristaloid
maka cairan koloid harus diberikan sebanyak 10 – 20 ml/kgBB/jam. Cairan koloid
tersebut antara lain :

Dekstan
Gelatin
Hydroxy Ethyl Starch (HES)
Fresh Frozen Plasma (FFP)

Pemasangan CVP pada DBD tidak dianjurkan karena prosedur CVP bersifat
traumatis untuk anak dengan trombositopenia, gangguan vaskular dan
homeostasis sehingga mudah terjadi perdarahan dan infeksi, disamping prosedur
pengerjaannya juga tidak mudah dan manfaatnya juga tidak banyak.

Pemberian suspensi trombosit umumnya diperlukan dengan pertimbangan bila


terjadi perdarahan secara klinis dan pada keadaan KID.Bila diperlukan suspensi
trombosit maka pemberiannya diikuti dengan pemberian fresh frozen plasma
(FFP) yang masih mengandung faktor-faktor pembekuan untuk mencegah
RASCAL321

agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar hemoglobin rendah dapat pula
diberikan packed red cell (PRC).
Setelah fase krisis terlampau, cairan ekstravaskular akan masuk kembali dalam
intravaskular sehingga perlu dihentikan pemberian cairan intravena untuk
mencegah terjadinya edem paru. Pada fase penyembuhan (setelah hari ketujuh)
bila terdapat penurunan kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan tetapi terjadi
hemodilusi sehingga kadar hemoglobin akan kembali ke awal seperti saat anak
masih sehat. Pada anak yang awalnya menderita anemia akan tampak kadar
hemoglobin rendah, hati-hati tidak perlu diberikan transfusi.
RASCAL321

Sindrom syok dengue terkompensasi: anak gelisah, takikardi, takipnue, kulit dingin,
tekanan nadi<20 mmHg, CRT >2 detik, jumlah diuresis turun

Beri oksigen 2-4 L/menit, periksa hematokrit, kristaloid RL/NS 10-20


ml/kgBB dalam 60 menit

Ya

IVFD 10 ml/kgBB 1-2 jam

Tanda vital stabil, turunkan


IVFD bertahap 7, 5, 3, dan
1,5 ml/kgBB/jam

Stop IVFD maksimal 48


jam setelah syok teratasi
Syok teratasi Tidak

Periksa A-B-C-S: Ht, gas darah,


glukosa darah, kalsium, perdarahan. Koreksi bila ditemukan segera asidosis, hipoglikemia, hipokalsemi.

Ht meningkat Ht menurun

Bolus kedua kristaloid atau Perdarahan


koloid 10-20 ml/kgBB
dalam waktu 1-20 menit Transfusi
darah

Bila tidak teratasi koloid


10-20 ml/kgBB dalam 10-
20 menit jika syok
menetap, dianjurkan
transfusi darah

Gambar 5. Bagan tatalaksana sindrom syok dengue terkompensasi


RASCAL321

Sindrom syok dengue dekompensasi: kulit dingin dan lembab, takikardi, syok hipotensif (hipotensi,
nadi cepat dan kecil), syok dalam (nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur), pernafasan
kussmaul/hiperpneu, sianosis

Berikan oksigen 2-4 l/m, bolus kristaloid atau koloid 10-20 ml/kgBB dalam waktu 10-20 menit, periksa
ABCS; hematokrit, analisis gas darah, gula darah, kalsium

Ya Syok teratasi Tidak

IVFD 10 ml/kgBB 1-2 jam Koreksi segera asidosis, hipoglikemia, hipokalsemia,


perhatikan nilai hematokrit

Tanda vital stabil, turunkan


IVFD bertahap 7, 5, 3, dan Ht meningkat Ht menurun
1,5 ml/kgBB/jam
Bolus kedua kristaloid atau
koloid 10-20 ml/kgBB Perdarahan Klinis
Stop IVFD maksimal 48 dalam waktu 1-20 menit tidak jelas perdarahan
jam setelah syok teratasi

Transfusi
Bila tidak teratasi koloid darah
10-20 ml/kgBB dalam 10-
20 menit jika syok
menetap, dianjurkan
transfusi darah

Gambar 6. Bagan tatalaksana sindrom syok dengue dekompensasi


Penatalaksanaan DBD disesuaikan dengan derajat terlampir sebagai berikut:

Gambar 7. Tatalaksana infeksi virus Dengue pada


Kasus tersangka DBD
Gambar 8. Tatalaksana tersangka DBD (rawat inap) atau demam Dengue.
RASCAL321

Gambar 9. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II. Gambar 10. Tatalaksana Kasus DBD derajat III dan IV atau DSS.
Kriteria memulangkan pasien antara lain (Soedarmo, 2012) :

1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik


2. Nafsu makan membaik
3. Tampak perbaikan secara klinis
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit diatas 50.000/ml dan cenderung meningkat
7. Tidak dijumpai adanya distress pernafasan (akibat efusi pleura atau
asidosis).

3.1 Prognosis
Bila tidak disertai renjatan dalam 24 – 36 jam, biasanya prognosis akan
menjadi baik. Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda perbaikan,
kemungkinan sembuh kecil dan prognosisnya menjadi buruk (Rampengan,
2008). Penyebab kematian Demam Berdarah Dengue cukup tinggi yaitu 41,5
% (Soegijanto, 2001). Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara
jenis kelamin penderita demam berdarah dengue, tetapi kematian lebih banyak
ditemukan pada anak perempuan daripada laki – laki. Penyebab kematian
tersebut antara lain (Rampengan, 2008) :

1. Syok lama
2. Overhidrasi
3. Perdarahan masif
4. Demam Berdarah Dengue dengan syok yang disertai manifestasi yang
tidak syok
RASCAL321

3.2 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara Pengendalian vector virus
dengue. Pengendalian vektor bertujuan (Purnomo, 2010) :

1. Mengurangi populasi vektor serendah–rendahnya sehingga tidak


berarti lagi sebagai penular penyakit.
2. Menghindarkan terjadi kontak antara vektor dan manusia.

Cara efektif untuk pengendalian vektor adalah dengan penatalaksanaan


lingkungan yang termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pemantauan aktivitas untuk modifikasi faktor-faktor lingkungan dengan suatu
pandangan untuk mencegah perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor-
patogen. Pengendalian vektor dapat berupa (Purnomo, 2010):

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


a. Melakukan metode 4 M (menguras, Menutup dan Menyingkirkan,
dan monitor tempat perindukan nyamuk) minimal 1 x seminggu
bagi tiap keluarga,

b. 100% tempat penampungan air sukar dikuras diberi abate tiap 3


bulan
c. ABJ (angka bebas jentik) diharapkan mencapai 95%

2. Foging Focus dan Foging Masal


a. Foging fokus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 m dengan
selang waktu 1 minggu
b. Foging masal dilakukan 2 siklus diseluruh wilayah suspek KLB
dalam jangka waktu 1 bulan
c. Obat yang dipakai : Malation 96EC atau Fendona 30EC dengan
menggunakan Swing Fog

3. Penyelidikan Epidemiologi
a. Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam
setelah menerima laporan kasus
RASCAL321

b. Hasil dicatat sebagai dasar tindak lanjut penanggulangan kasus


4. Penyuluhan perorangan/kelompok untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat.
5. Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DBD.
RASCAL321

BAB III

ANALISA KASUS

1. Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat?

Iya sudah tepat


Alasan : Dari hasil anamnesis pada kasus ini, pasien sudah mengalami demam
sejak 5 hari SMRS. Hal ini sesuai dengan masa inkubasi demam berdarah dengue
yang berkisar antara 3-15 hari. Pada umumnya adalah 4 hari. Pada awal penyakit,
semua pasien demam berdarah dengue selalu menderita demam. Demam berdarah
dengue memiliki karakteristik onset akut demam yang sangat tinggi, disertai
dengan tanda dan gejala yang sama dengan demam dengue. Gejala perdarahan
yang muncul dapat berupa tes torniquet yang positif, ptekie, perdarahan
gastrointestinal yang masif. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh pasien selain
mengeluhkan demam tinggi, 2 hari SMRS pasien mengeluhkan mimisan, mimisan
dialami sebanyak 3 kali dalam sehari. Mimisan berwarna merah terang (+),
gumpalan darah (-).Lalu, 1 hari SMRS pasien mengalami mimisan kembali
sebanyak 1 kali dalam sehari. Kemudian pada siang hari pasien mengalami
muntah darah sebanyak ± 5 kali, muntah darah berwarna merah terang (+),
gumpalan darah (+).

Pemeriksaan laboratorium pada penderita demam berdarah dengue biasanya


didapatkan :

1. Trombositopenia (trombosit < 100.000 /ul)


2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Ht 20% atau penurunan Ht 20% setelah
mendapat terapi cairan).Penegakan diagnosis Demam Berdarah Dengue
berdasarkan atas 2 kriteria klinis ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit.

DBD II Grade I ditambah Trombositopenia


perdarahan spontan ( < 100.000 sel/mm3 )
Hematokrit Meningkat
( > 20 % )
RASCAL321

Hal ini sesuai dengan pasien didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium pada hari
pertama Hematokrit : 51% dan Trombosit : 40.000 /µL. Diagnosis pada pasien
dapat ditegakan dengan demam berdarah dengue grade II sesuai dengan temuan
klinis, pemeriksaan laboratorium dan adanya perdarahan yang dialami oleh pasien
sesuai dengan teori.

2. Apakah terapi pada pasien ini sudah tepat?

Pada pasien ini diberikan terapi (di ruang rawat alamanda):

- IVFD RL 2 jalur makro 30 tpm 20 menit – 15 tpm 3 jam – 12 tpm 6 jam – 10


tpm (1 jalur)
Jenis cairan yang diberikan pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan teori,
namun jumlah cairan yang diberikan kurang sesuai.
Jika kebutuhan cairan dihitung menurut Pedoman diagnosis dan tatalaksana
virus dengue pada anak, maka pada pasien ini yang sedang dalam fase DBD
dengan syok terkompensasi maka diberikan cairan kristaloid RL 10-2 cc/kgBB
dalam 60 menit. Dengan BB 28 kg maka didapatkan 280 cc dalam 60
menit~92 tpm yang terbagi menjadi 2 jalur makro (@46 tpm makro). Bila
setelah pemberian cairan dalam 1 jam pertama didapati adanya perbaikan atau
syok teratasi maka cairan dipertahankan 10 cc/kgBB selama 1-2 jam.
Kemudian bila selanjutnya tanda-tanda vital tetap stabil maka cairan
diturunkan bertahap 7,5,2, dan 1,5 cc/kgBB/jam. Dan cairan di stop sampai 48
jam setelah syok teratasi.

- Omeprazole 40 mg/24 jam


Omeprazole dapat diberikan pada pasien ini, karna adanya keluhan mual dan
muntah. Dosis omeprazole injeksi pada anak 2 mg/kg/hari, kemudian 1
mg/kg/hari. Jadi dengan BB pasien 28 kg, maka dosis omeprazole injeksi yang
diberikan 56 mg/24 jam. Dikarenakan sediaan omeprazole injeksi yang
tersedia adalah 40 mg, maka dapat diberikan dengan dosis 40 mg/24 jam.
RASCAL321

Maka dapat disimpulkan dosis pemberian terapi omeprazole sudah tepat dan
sudah sesuai indikasi.

- Dexamethasone 1 amp/8 jam


Kortikosteroid merupakan agen antiinflamasi yang poten yang memiliki efek
luas pada proses imunologis. Meskipun kortikosteroid tidak disebutkan pada
guideline management DHF WHO, para klinisi menggunakan kortikosteroid
secara empiris, berdasarkan asumsi komplikasi dengue secara imunologis.
Diduga kortikosteroid memiliki peran dalam meningkatkan jumlah trombosit
dan mengurangi kebocoran plasma dengan cara menekan sitokin proinflamasi.
Penggunaan regimen kortikosteroid pada beberapa penelitian masih
kontroversi. Ada sebagian penelitian yang menunjukan manfaat kortikosteroid
terhadap hitung trombosit, dan ada beberapa penelitian yang menunjukan
tidak ada manfaat. Maka pemberian dexamethasone pada pasien ini
dibenarkan karna adanya tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi) dan
tanda pre-syok (somnolen, takikardi, disertai akral dingin). Untuk dosis yang
diberikan adalah 0,5-2mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Dengan BB
pasien 28 kg maka dosis yang diberikan adalah 14 mg/hari atau 4,6 mg/8 jam.
Karna sediaan dexamethasone injeksi adalah 5 mg/cc, maka dapat diberikan 1
ampul/8 jam. Kesimpulannya dosis yang diberikan sudah sesuai.

3. Apakah diagnosa banding pada kasus ini sudah tepat?


Pada kasus ini di diagnosis banding dengan demam typhoid dan malaria.
 Pada demam typhoid terjadi demam yang berlangsung lebih dari 7 hari
yang dirasakan terus-menerus dan lama-kelamaan semaking tinggi (step
ladder temperature chart) disertai gejala sistemik seperti nyeri kepala
(malaise), anoreksia, nausea, mialgia, nyeri perut, dan radang
tenggorokoan. Selain itu terdapat gejala gastrointestinal seperti diare,
obstipasi. Dan pada temuan klinis bisa di dapatkan adanya hepatomegali,
splenomegali, lidah kotor (typhoid tongue) dan rose spot. Serta pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia normokrom normositik,
leucopenia, trombositopenia, dan uji widal positif.
RASCAL321

 Pada malaria demam terjadi dengan interval tertentu (paroksisme) yang


diselingi suatu (periode laten) bebas demam. Periode paroksisme biasanya
terdiri dari tiga stadium yaitu dingin, demam, dan berkeringat. Keluhan
juga disertai nyeri kepala, tidak nafsu makan, mual atau muntah yang
dirasakan sebelum demam dan biasanya juga terdapat riwayat berpergiaan
atau menetap di daerah endemis malaria. Pada pemeriksaan fisik sering
dijumpai adanya hepatomegali, splenomegali, ikterus pada beberapa anak.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya anemia,
trombositopenia dan dapat ditemukan adanya parasit plasmodium sp pada
pemeriksaan darah tepi.

 Pada pasien ini demam yang terjadi sudah memasuki demam hari keenam
yang timbul secara tiba-tiba dan terus menerus dengan pola demam yang
bersifat kontinyu. Kemudian, pada pasien ini di dapatkan adanya keluhan
nyeri kepala, nyeri sendi (atralgia), nyeri perut, dan maninfestasi
perdarahan (mimisan, muntah darah, uji tourniquet positif). Pada
pemeriksaan penunjang pasien ini di dapatkan trombositopenia,
hemokonsenteasi dan dengue positif.

Diagnosis typhoid dapat dijadikan sebagai diagnosis banding. Namun,


tidak dapat dijadikan diagnosis kerja karena pada pasien ini tidak
didapatkan gejala thypoid seperti lidah kotor, rose spot dan
organonemagali, serta pada demam typhoid jarang ditemukan adanya
maninfestasi perdarahan seperti yang ditunjukan pada pasien ini.

Diagnosis malaria juga dapat dijadikan sebagai diagnosis banding. Namun,


tidak dapat dijadikan diagnosis kerja karena pada pasien ini memiliki pola
demam yang kontinyu sedangkan pada malaria demam bersifat
paroksismal. Kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium pada malaria
tidak didapatkan adanya trombositopenia, hemokonsentrasi. Berbeda
halnya pada pasien ini didapatkan adanya trombositopenia dan
RASCAL321

hemokonsentrasi. Pada pasien ini juga tidak dilakukan pemeriksaan darah


tepi sebagai penegakan diagnosis utama pada malaria.

4. Apakah kriteria pemulangan pasien pada kasus ini sudah


tepat? Iya sudah tepat
Alasan : Pada pasien juga dapat dipulangkan karena sudah ada perbaikan baik
secara klinis maupun dengan hasil laboratorium. Hasil laboratoium pasien
sebelum dipulangkan terakhir didapatkan :
 Hemoglobin : 10,6 mg/dL
 Hematokrit : 30%
 Trombosit : 93.000 /µL
Hal ini sesuai dengan teori kriteria pemulangan pasien demam berdarah dengue
sebagai berikut :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Tampak perbaikan secara klinis
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit diatas 50.000/ml dan cenderung meningkat
7. Tidak dijumpai adanya distress pernafasan (akibat efusi pleura atau
asidosis).
RASCAL321

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2008. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyelamatan


Lingkungan.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1.Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rampengan, T.H. 2008.Penyakit Infeksi Tropis pada Anak Edisi 2.Jakarta : EGC
Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis
Edisi Kedua.Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Soegijanto, Soegeng. 2001. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada
Anak.Surabaya : Tropical Disease Center (TDC) Universitas Airlangga
Surabaya
Soegijanto, Soegeng. 2006. Patogenesa dan Perubahan Patofisologi Infeki Virus
Dengue.Surabaya : Tropical Disease Center (TDC) Universitas Airlangga
Surabaya
Soegijanto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue edisi 2.Surabaya :
Airlangga University Press
Sudoyo Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Trihadi, Djoko. 2012. Demam Berdarah Dengue. Semarang : Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang.
WHO.2011. Conprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Haemorraghic Fever.India : WHO

Anda mungkin juga menyukai