Case Report DHF 1
Case Report DHF 1
Pembimbing:
dr. Fedriyansyah, M.Kes., Sp.A
dr. Roro Rukmi WP, M.Kes., Sp.A
Oleh:
Fahma Azizaturrahmah
Harry Salomo
Putri Giani
Rini Safitri
Anamnesis
Anamnesis diambil dari Alloanamnesis dengan Ayah pasien
Identitas
Nama Pasien :An. Anita
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur :12 tahun 10 bulan
Agama :Islam
Suku :Lampung
Alamat :Tanjung Suka Asih, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten
Tanggerang
Nama Ayah :Tn. Ambari
Umur :39 tahun
Pekerjaan :Buruh
Pendidikan :SMP
Nama Ibu :Ny. S
Umur : 33 tahun
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :Pasien demam tinggi sejak 5 hari SMRS
Keluhan Tambahan :Sakit kepala, pegal-pegal, mimisan dan muntah darah
10 hari yang lalu pasien pernah berkemah di daerah rajabasa, namun tidak
menginap. Keluhan sakit kepala dan pegal-pegal sudah dirasakan oleh pasien
sehabis berkemah.
Riwayat Nutrisi:
Pasien diberikan ASI Eksklusif dari usia 0 bulan sampai usia 6 bulan. Dari usia 6
sampai 1,5 tahun ditambahkan MP ASI.
Riwayat Imunisasi:
BCG : 1x usia 1 bulan
DPT : 3x usia 2, 4, 6 bulan
HiB : 3x usia 2, 4, 6 bulan
Campak : 1x usia 9 bulan
Hepatitis : 3x usia 0, 2, 6 bulan
Polio : 3x usia 0, 2, 4 bulan
Kesan: Lengkap sesuai usia dan sesuai jadwal imunisasi dasar Kementrian
Kesehatan
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Somnolen, gelisah
Suhu : 36,6 C
Frekuensi Nafas : 25 x/menit
Frekuensi Nadi : 116 x/menit
TD : 100/60 mmHg
Berat Badan Sekarang:28 kg
Tinggi Badan Sekarang:130 cm
Status Gizi (CDC) :
Secara Antropometris
BB : 28 kg
Umur : 10 tahun
TB : 130 cm
BB/U= P10 -P25(normoweight)
TB/U = P3(short strature)
BB/TB = 92,45% (Gizi baik)
Status Generalis
Kelainan Mukosa Kulit / Subkutan Yang Menyeluruh
Pucat : (-)
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Edem : Tidak ada
Turgor : Baik
Pembesaran KGB : Tidak ada
KEPALA
Bentuk : Normocephal
Muka : Simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut, persebaran merata
Ubun-ubun Besar : Sudah menutup
Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, discharge (-), nyeri tekan pos aurikular (-)
Hidung : Bentuk normal, discharge (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir tidak pecah-pecah dan tidak kering, sianosis (-),
kandidiasis (-), faring: hiperemis (-), discharge (-),
permukaan rata (+) tonsil: T1-T1, hiperemis (-),
discharge(-), Lidah kotor (-)
LEHER
Bentuk : Dalam batas normal
Trakea : Tidak terdapat deviasi
KGB : Tidak ada pembesaran
THORAKS
Bentuk : Normothorax, simetris
Retraksi suprasternal : Tidak ada
Retraksi substernal : Tidak ada
Retraksi interkostal : Tidak ada
Retraksi subkostal : Tidak ada
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, gallop (-), murmur (-)
PARU
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Ekspansi dada simetris, fremitus taktil ka=ki
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, lesi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), soepel (+)
Perkusi : Timpani, asites (-)
Auskultasi : Bising usus normal, 10x/menit
GENITALIA EKSTERNA
EKSTREMITAS
Superior: akral dingin, edema (-), sianosis (-), pucat (+), CRT < 2 detik
Inferior: akral dingin, edema (-), sianosis (-), pucat (+), CRT < 2 detik
Status Neurologis
A. Motorik
Kanan Kiri
Kekuatan 5/5 5/5
Gerakan Aktif Aktif
Tonus Normotonus Normotonus
Klonus Negatif Negatif
Reflek fisiologis (+) N (+) N
Reflek Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan
B. Sensorik
Dalam batas normal
D. Otonom
BAB (+), BAK (+)
Pemeriksaan Tambahan
Uji tourniquet : (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tanggal 24-03-2018 pukul 21:36
Kesan : Trombositopenia
Hemokonsentrasi
Dengue (+)
RESUME
Pasien perempuan berusia 10 tahun datang ke RSAM diantar oleh keluarganya.
Pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak terus menerus sejak 5 hari
SMRS. Demam turun ketika diberi obat penurun panas, lalu naik lagi. Batuk (-),
pilek (-), nyeri kepala (+), nyeri sendi (+), mimisan (-), gusi berdarah (-), mual (-),
muntah (-), nyeri saat BAK (-), nyeri ulu hati (+). 2 hari SMRS pasien
mengeluhkan mimisan, mimisan dialami sebanyak 3 kali dalam sehari.Mimisan
berwarna merah terang (+), gumpalan darah (-). Lalu, 1 hari SMRS pasien
mengalami mimisan kembali sebanyak 1 kali dalam sehari. Kemudian pasien
dibawa berobat ke puskesmas palapa. Di puskesmas palapa mendapatkan obat
berwarna merah kecil dan antasida karena pasien juga mengeluhkan nyeri pada
ulu hati. Kemudian pada siang hari pasien mengalami muntah darah sebanyak ± 5
kali, muntah darah berwarna merah terang (+), gumpalan darah (+). Lalu, pasien
dibawa ke RSAM. Di IGD RSAM pasien mendapatkan terapi infus RL 28 tpm,
dilakukan pemasangan tampon, cefotaxim 2x700 mg IV, Ranitidin 2x25 mg IV,
paracetamol 4x1/2 tab, dan asam Traneksamat 3x250 mg IV. Pasien dijadikan
kasus pada saat perawatan hari ke-2 diruangan alamanda.
10 hari yang lalu pasien pernah berkemah di daerah rajabasa, namun tidak
menginap.Keluhan sakit kepala dan pegal-pegal sudah dirasakan oleh pasien
sehabis berkemah.
DIAGNOSIS KERJA
1. DBD dengan syok terkompensasi
PENATALAKSANAAN
IGD RSAM 02/10/2017
IVFD RL 28 tpm makro
Pemasangan tampon
Cefotaxim 2x700 mg IV
Ranitidin 2x25 mg IV
Paracetamol 4x1/2 tab
Asam Traneksamat 3x250 mg IV
RUANG ALAMANDA
IVFD RL 2 jalur makro 30 tpm 20 menit – 15 tpm 3 jam – 12 tpm 6 jam –
10 tpm (1 jalur)
Omeprazol 40 mg/24 jam
Dexamethason 1 amp/8 jam
PROGNOSIS
Quo ad Vitam: ad Bonam
Quo ad Fungsionam: ad Bonam
Quo ad Sanationam: ad Bonam
FOLLOW UP TANGGAL 03 –06 OKTOBER 2017
RR: 25 x/menit
o
T: 36,6 C
TD: 110/70 mmHg
Kepala: Pada hidung tidak terdapat sekret,
napas cuping hidung (-), sianosis (-)
Thoraks: Pernapasan: Ronkhi (-), Retraksi (-)
Jantung: Normal
Abdomen: Datar, Bising Usus (+), Soepel (+),
Nyeri tekan (-)
Kulit: Turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), sianosis
(-), pucat (-), CRT < 2 detik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue
yang ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo, 2006).
2.2Epidemiologi
Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden
tertinggi pada tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 penduduk, namun pada
tahun 2008 menurun menjadi 59,02 per 100.000 penduduk. Walaupun angka
kesakitan sudah dapat ditekan namun belum mencapai target yang diinginkan
yakni <20 per 100.000 penduduk (Depkes, 2008).
2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya aegipty (dahulu
disebut Aedes aegipty) dan Stegomiya albopictus (dahulu Aedes albopictus),
yang termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan
RASCAL321
Selain virus dengue, virus lain yang termasuk dalam genus ini adalah
Japanese encephalitis virus (JEV), yellow fever virus (YFV), West nile virus
(WNV), dan tickborne encephalitis virus (TBEV). Masing-masing virus
tersebut mempunyai kemiripan dalam struktur antigeniknya, sehingga
memungkinkan terjadi reaksi silang. Genom virus dengue terdiri dari 3 protein
struktural (C=capsid, prM=pre-membrane, dan E=envelope) dan 7 protein non
struktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5). Protein NS1
merupakan satu-satunya protein non struktural yang dapat disekresikan oleh
sel pejamu, sehingga dapat ditemukan dalam darah pejamu sebagai antigen
NS1 (Hadinegoro S, 2014).
2.4 Patogenenis
Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi
demam berdarah dengue belum diketahui secara pasti karena kesukaran
mendapatkan model binatang percobaan yang dapat dipergunakan untuk
menimbulkan gejala klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagaian
besar masih menganut the secondary heterologous infection hypothesis atau
the sequential infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi
RASCAL321
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes
Aegypti atau Aedes Albopictus. Organ sasaran dari virus adalah organ RES
meliputi sel kupffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum
tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-
sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam
peredaran darah, virus tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer
(Soegijanto, 2006).
RASCAL321
Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue yaitu (Pudjiadi, 2010):
Gambar 2. Spektrum klinis infeksi virus dengue 1.
Sindrom virus (Demam tidak khas)
Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali gejala mungkin tidak bisa dibedakan dari infeksi virus
lainnya. Bercak maculopapular biasanya mengiringi demam dan
muncul gejala saluran pernafasan atas dan gejala gastrointestinal
(WHO, 2011).
2. Demam dengue
Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik lebih
sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum,
manifestasi berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai
dengan gejala nyeri kepala, mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan
trombositopenia. Adakalanya, secara tidak biasa muncul perdarahan
gastrointestinal, hipermenorea, dan epistaksis masif. Pada daerah yang
endemis, insidensi jarang muncul pada penduduk lokal (WHO, 2011).
2.6Diagnosis
A. Kriteria Klinis
Demam
RASCAL321
Demam mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
Tipe demam bifasik (saddleback).
B. Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia (trombosit < 100.000 /ul)
2. Hemokonsentrasi (Peningkatan Ht 20% atau penurunan Ht 20%
setelah mendapat terapi cairan).
Penegakan diagnosis Demam Berdarah Dengue berdasarkan atas 2
kriteria klinis ditambah trombositopenia dan hemokonsentrasi atau
peningkatan hematokrit.
RASCAL321
3
trombositopenia <100.000/mm
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dua atau lebih tanda dan gejala
lain, diagnosis demam dengue dapat ditegakkan
- letargi, gelisah
- perdarahan mukosa
- pembesaran hati
- akumulasi cairan
- oligoria
Laboratorium
- Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan penurunan cepat
jumlah trombosit
- Hematokrit awal tinggi
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok.
b. Kelainan Ginjal
c. Edema paru
RASCAL321
Tanda dan gejala keterlibatan organ/ Ensefalitis-ensefalopati, perdarah hebat seperti melena,
hematemesis, hematokesia, hematuria, urin berwarna gelap
(hemoglobinuria), gangguan jantung, gagal ginjal akut,
haemolytic uraemic syndrome
Indikasi sosial Rumah jauh atau tidak ada orangtua/wali yang dapat diandalkan
untuk merawat dirumah
Tidak Ya
Rawat jalan;
Rawat Inap :
Apakah terdapat : - Demam dengue
- Demam berdarah dengue
Warning signs (Boks C) Ya - Demam berdarah dengue dengan syok
- Expanded dengue syndrome
RASCAL321
dehidrasi. Berikan nasihat kepada orang tua agar anak diberikan minum
banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus buah, dan lain – lain. Selain itu
diberikan pula obat antipiretik golongan parasetamol. Penggunaan antipiretik
golongan salisilat tidak dianjurkan pada penanganan demam. Parasetamol
0
direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah 39 C dengan dosis
10 – 15 mg/KgBB/kali.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi,
anoreksia, dan muntah. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/KgBB dalam 4 –
6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi, anak dapat diberikan
cairan rumatan 80 – 100 ml/KgBB/hari dalam 24 jam berikutnya. Bayi yang
masih minum ASI, tetap diberikan disamping larutan oralit.Bila terjadi kejang
demam, disamping diberikan antipiretik, diberikan pula antikonvulsif selama
masih demam. Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5
yang memperlihatkan penurunan tajam hitung trombosit dan peningkatan
tajam hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan cairan, Observasi
tanda vital, kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal
12 jam sekali) perlu dilakukan. Kunci keberhasilan pengobatan DBD ialah
ketepatan volume replacement atau penggantian volume, sehingga dapat
mencegah syok.
1. Anak terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
Pada pasien DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus
menerus selama < 7 hari tanpa sebab yang jelas, disertai tanda
perdarahan spontan, disertai penurunan jumlah trombosit, dan
peningkatan kadar hematokrit. Pada saat pasien dating, berikan cairan
kristaloid 7 ml/KgBB/jam. Monitor tanda vital dan kadar hematokrit
RASCAL321
Sindroma syok dengue adalah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat, nadi
teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit, bibir biru, tangan
dan kaki dingin, dan tidak ada produksi urin. Langkah yang harus dilakukan
adalah segera berikan infus kristaloid 20 ml/KgBB secepatnya dalam 30 menit
dan oksigen 2 liter/menit. Untuk DSS berat 20 ml/KgBB/jam diberikan bersama
koloid 10 – 20 ml/KgBB/jam.Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit
dan trombosit tiap 4 – 6 jam, serta periksa pula elektrolit dan gula darah.
Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan kristaloid belum
dilanjutkan 20 ml/KgBB, ditambah plasma atau koloid sebanyak 10 – 20
ml/KgBB maksimal 30 ml/KgBB. Koloid ini diberikan pada jalur infus yang sama
dengan kristaloid, diberikan secepatnya. Observasi keadaan umum, tekanan darah,
RASCAL321
keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4 – 6 jam.Lakukan pula
koreksi terhadap asidosis, elektrolit, dan gula darah.
Apabila syok teratasi disertai penurunan kadar Hb/Ht, tekanan nadi > 20 mmHg,
nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10 ml/KgBB/jam dan
dipertahankan hingga 24 jam atau sampai klinis stabil dan Ht menurun < 40%.
Selanjutnya cairan diturunkan menjadi 7 ml/KgBB sampai keadaan klinis dan Ht
stabil, kemudian secara bertahap diturunkan menjadi 5 ml/Kg/BB/jam dan
seterusnya 3 ml/Kg/BB/jam. Dianjurkan pemberian cairan tidak melebihi 48 jam
setelah syok teratasi. Apabila syok belum teratasi, sedangkan Ht menurun tapi
masih > 40%, berikan darah dalam volume kecil 10 ml/KgBB. Apabila tampak
perdarahan massif, berikan darah segar 20 ml/KgBB dan lanjutkan cairan
kristaloid 10 ml/Kg/BB/jam. Pemasangan CVP pada syok berat kadang
diperlukan, sedangkan pemasangan sonde lambung tidak dianjurkan.Bila pada
syok DBD tidak berhasil diatasi selama 30 menit dengan resusitasi kristaloid
maka cairan koloid harus diberikan sebanyak 10 – 20 ml/kgBB/jam. Cairan koloid
tersebut antara lain :
Dekstan
Gelatin
Hydroxy Ethyl Starch (HES)
Fresh Frozen Plasma (FFP)
Pemasangan CVP pada DBD tidak dianjurkan karena prosedur CVP bersifat
traumatis untuk anak dengan trombositopenia, gangguan vaskular dan
homeostasis sehingga mudah terjadi perdarahan dan infeksi, disamping prosedur
pengerjaannya juga tidak mudah dan manfaatnya juga tidak banyak.
agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar hemoglobin rendah dapat pula
diberikan packed red cell (PRC).
Setelah fase krisis terlampau, cairan ekstravaskular akan masuk kembali dalam
intravaskular sehingga perlu dihentikan pemberian cairan intravena untuk
mencegah terjadinya edem paru. Pada fase penyembuhan (setelah hari ketujuh)
bila terdapat penurunan kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan tetapi terjadi
hemodilusi sehingga kadar hemoglobin akan kembali ke awal seperti saat anak
masih sehat. Pada anak yang awalnya menderita anemia akan tampak kadar
hemoglobin rendah, hati-hati tidak perlu diberikan transfusi.
RASCAL321
Sindrom syok dengue terkompensasi: anak gelisah, takikardi, takipnue, kulit dingin,
tekanan nadi<20 mmHg, CRT >2 detik, jumlah diuresis turun
Ya
Ht meningkat Ht menurun
Sindrom syok dengue dekompensasi: kulit dingin dan lembab, takikardi, syok hipotensif (hipotensi,
nadi cepat dan kecil), syok dalam (nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak terukur), pernafasan
kussmaul/hiperpneu, sianosis
Berikan oksigen 2-4 l/m, bolus kristaloid atau koloid 10-20 ml/kgBB dalam waktu 10-20 menit, periksa
ABCS; hematokrit, analisis gas darah, gula darah, kalsium
Transfusi
Bila tidak teratasi koloid darah
10-20 ml/kgBB dalam 10-
20 menit jika syok
menetap, dianjurkan
transfusi darah
Gambar 9. Tatalaksana kasus DBD derajat I dan II. Gambar 10. Tatalaksana Kasus DBD derajat III dan IV atau DSS.
Kriteria memulangkan pasien antara lain (Soedarmo, 2012) :
3.1 Prognosis
Bila tidak disertai renjatan dalam 24 – 36 jam, biasanya prognosis akan
menjadi baik. Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda perbaikan,
kemungkinan sembuh kecil dan prognosisnya menjadi buruk (Rampengan,
2008). Penyebab kematian Demam Berdarah Dengue cukup tinggi yaitu 41,5
% (Soegijanto, 2001). Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara
jenis kelamin penderita demam berdarah dengue, tetapi kematian lebih banyak
ditemukan pada anak perempuan daripada laki – laki. Penyebab kematian
tersebut antara lain (Rampengan, 2008) :
1. Syok lama
2. Overhidrasi
3. Perdarahan masif
4. Demam Berdarah Dengue dengan syok yang disertai manifestasi yang
tidak syok
RASCAL321
3.2 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara Pengendalian vector virus
dengue. Pengendalian vektor bertujuan (Purnomo, 2010) :
3. Penyelidikan Epidemiologi
a. Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam
setelah menerima laporan kasus
RASCAL321
BAB III
ANALISA KASUS
Hal ini sesuai dengan pasien didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium pada hari
pertama Hematokrit : 51% dan Trombosit : 40.000 /µL. Diagnosis pada pasien
dapat ditegakan dengan demam berdarah dengue grade II sesuai dengan temuan
klinis, pemeriksaan laboratorium dan adanya perdarahan yang dialami oleh pasien
sesuai dengan teori.
Maka dapat disimpulkan dosis pemberian terapi omeprazole sudah tepat dan
sudah sesuai indikasi.
Pada pasien ini demam yang terjadi sudah memasuki demam hari keenam
yang timbul secara tiba-tiba dan terus menerus dengan pola demam yang
bersifat kontinyu. Kemudian, pada pasien ini di dapatkan adanya keluhan
nyeri kepala, nyeri sendi (atralgia), nyeri perut, dan maninfestasi
perdarahan (mimisan, muntah darah, uji tourniquet positif). Pada
pemeriksaan penunjang pasien ini di dapatkan trombositopenia,
hemokonsenteasi dan dengue positif.
DAFTAR PUSTAKA