Anda di halaman 1dari 3

Nama : Wan Dinanti Sendang Swari

NIM : 170521626054

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Desa, Pembangunan


Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sebagai bagian dari
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 mengkonfirmasi bahwa lebih
dari 84 ribu desa telah membentuk "Pos Jaga Desa", sebagai upaya untuk
pemantauan warga yang masuk maupun keluar wilayah desa selama 24 jam.

Selain pemantauan, fungsi lain dari Pos Jaga Desa itu juga memberikan rasa aman
bagi warga bahwa desanya memang dilakukan pengawasan yang serius dan dijaga
sesuai anjuran pemerintah dalam mencegah penularan COVID-19.

“Pos Jaga Desa ini satu hal yang sangat penting hari ini, untuk memantau
mobilitas warga desa, baik warga desa yang dari dalam, maupun keluar. Supaya
apa? Supaya memberikan rasa aman, bahwa desanya memang dilakukan
pengawasan yang serius,” ungkap Menteri Desa PDTT, Abdul Halim Iskandar
melalui keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan
COVID-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta,
Minggu (19/4).

Kemudian hal yang juga menjadi penting dari Pos Jaga Desa antara lain juga
memberikan rekomendasi dan saran khususnya bagi warga desa yang datang dari
wilayah episentrum COVID-19 tentang apa yang harus dilakukan demi mencegah
penularan virus SARS-CoV-2 atau corona jenis baru itu.

Perlu diketahui bahwa, setiap warga desa yang datang dari wilayah episentrum
COVID-19 akan otomatis masuk dalam kriteria Orang Dapam Pemantauan
(ODP), sehingga yang bersangkutan harus menjalani isolasi mandiri selama 14
hari, sesuai anjuran protokol kesehatan dan rekomendasi Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO).

"Pemudik langsung berstatus ODP, maka tugas relawan adalah menyiapkan ruang
isolasi desa,” kata Mendes PDTT Halim.

Kemendes PDTT mencatat dari desa yang telah mendirikan ruang isolasi
berjumlah 8.954 desa, dengan fasilitas lebih dari 35.000 tempat tidur.

Ruang isolasi tersebut berada di balai desa, ruang pertemuan desa maupun
Gedung yang ada di desa, seperti PADU, sekolah maupun rumah penduduk yang
dikosongkan. Ruang-ruang yang memang telah dipersiapkan dilengkapi fasilitas
kamar mandi, air, listrik dan logistik.
Sebagai informasi, Pos Jaga Desa menjadi bagian dari kegiatan dan tanggung
jawab "Relawan Desa Lawan COVID-19" yang sudah dibentuk dan dipimpin
langsung oleh Kepala Desa beserta wakilnya, Ketua Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dan aparat desa serta berbagai tokoh sebagai anggota. Dalam
pelaksanaan kegiatan, Babinkamtibmas, babinsa dan pendamping desa berperan
sebagai mitra.

Terkait pelaksanaan dan anggaran, pembentukan daripada Relawan Desa Lawan


COVID-19 termasuk kegiatan Pos Jaga Desa diatur dalam Peraturan Menteri Desa
(Pemendes) Nomor 6 Tahun 2020 yang memuat tiga hal yang menyinggung
mengenai peran desa dalam pencegahan dan penanganan COVID-19, padat karya
tunai dan penggunaan dana desa untuk COVID-19.

Keberhasilan dalam upaya pencegahan penularan COVID-19, tergantung dari


peran serta masyarakat sebagai garda terdepan. Dari cakupan RT, RW, Dusun,
Desa, Kelurahan, akan berdampak ke cakupan yang lebih luas. Oleh sebab itu
Mendes PDTT Halim berharap agar masyarakat dapat mendukung penuh upaya
pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran COVID-19.

"Kita yakin, kalau tiap-tiap Desa melakukan penanganan serius sebagaimana


harapan kepala gugus tugas tadi, Desa Mandiri, maka scope kecil selesai, otomatis
akumulasi dari scope kecil tadi akan berdampak pada scope yang lebih luas.
Scope kecamatan, scope kabupaten, scope provinsi dan tentu scope Negara
Kesatuan Republik Indonesia,” pungkas Mendes PDTT Halim.

Agus Wibowo

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB


PENDAPAT

Untuk berita penanggulangan diatas, menurut saya sudah baik dan


memang sepatutnya tindakan tersebut dilakukan. Dengan adanya upaya
penanganan tersebut, masyarakat memperoleh rasa aman dikarenakan adanya
pengawasan serius yang dilakukan oleh pemerintah yang memang sangat
dibutuhkan untuk menenangkan kondisi masyarakat.

Untuk waega yang datang dari daerah terpapar COVID-19 langsung


segera ditangani oleh pihak yang bertugas agar mereka tidak menyebabkan carier
bagi masyarakat tempat tinggalnya. Setelah datang, mereka langsung diisolasi di
wilayah tempat tinggal dengan di lakukan pengawasan kondisi kesehatan sampai
waktu yang ditentukan yaitu selama 14 hari. Hal ini sangat efektif untuk
memutuskan persebaran virus ketika seseorang terseut pulang dari daerah zon
merah.

Selain itu, peran masyakarat sekitar diharapkan turut andil dalam


memutuskan persebaran COVID-19 ini dengan cara selalu mematuhi anjuran
pemerintah dalam segala aktivitas yang dilakukan dikala ini seperti menjaga jarak
sosial, menghindari perkumpulan, menerapkan etika batuk dan bersin, dan lain-
lain

Anda mungkin juga menyukai