Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu elemen penting yang bermanfaat
bagi seetiap orang terutama generasi muda penerus bangsa. Melalui
pendidikan, seseorang dapat secara aktif mengembangkan seluruh potensi
diri mereka agar kehidupan yang mereka jalani lebih baik lagi. Dalam
pendidikan, aspek penting yang wajib dimiliki setiap siswa yaitu haruslah
memiliki penanaman nilai karakter yang baik untuk membentuk dirinya
menjadi manusia yang terampil di kehiduoan bermasyarakat, berbangsa,
dan beragama. Salah satu karakter yang dibutuhkan setiap siswa adalah
kemandirian dalam belajar agar siswa dapat menghadapi segala tantangan
yang ada dikemudian hari.
Kemandirian siswa dalam belajar sangat diharapkan supaya siswa
dapat menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya tanpa bantuan dari
orang lain. Kemandirian belajar juga turut berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa dalam belajar. Kemandirian adalah suatu keadaan
seseorang yang telah memiliki keinginan bersaing dan kepercayaan diri
untuk mampu menentukan keputusan sendiri dan inisiatif mampu
melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab tanpa bergantung
pada orang lain (Rahmawati, 2016:17). Namun kenyataannya, banyak
siswa yang kurang percaya diri akan kemampuan belajar yang dimilikinya,
sehingga mereka tidak berusaha untuk belajar karena mereka yakin tidak
dapat melakukannya. Ini terlihat pada saat diberi soal latihan oleh guru,
antara siswa yang satu dengan siswa lainnya saling bergantung untuk
menyelesaikan tugas tersebut sehingga jawaban dan hasil belajar yang
siswa cenderung sama antar siswa. Penelitian ini penting dilakukan karena
kemandirian siswa ini memungkinkan untuk mengikuti proses
pembelajaran secara aktif dan kreatif.
Menurut Lestari (2019) mengatakan kemandirian belajar siswa
merupakan kegiatan tidak menggantungkan diri pada orang lain,
bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat, kesadaran untuk belajar
sendiri dan tidak dipengaruhi oleh pihak lain, dan percaya dengan
kemampuan yang dimiliki oleh dirinya. Dalam belajar mandiri, siswa tidak
bergantung dengan orang lain, dan akan berusaha sendiri untuk memahami
materi yang diajarkan oleh guru, mencatat, dan kemudoan menanyakan
jika masih belum mengerti. Keadaan ini nantinya akan membawa siswa
untuk menitikberatkan kesadaran belajar siswa sehingga siswa tersebut
dapat mengatur dan menetapkan waktu, metode, dan cara belajarnya
sendiri agar mendapatkan tujuan belajarnya.
Selain dituntut untuk belajar mandiri, siswa juga dituntut untuk
memahami setiap konsep yang ada dalam setiap mata pelajaran. Palumpun
(2019:7) dalam penelitiannya mengungkapkan pemahaman konsep
merupakan kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi
yang diberikan sehingga siswa dapat menemukan ide atau gagasan baru
dan mampu mendukung ilmu yang telah didapatkan sebelumnya.
Tidak semua siswa dapat memahami konsep dari materi secara
cepat, dengan begitu guru perlu mengenal kondisi dan gaaya belajar
masing-masing siswa. Tanpa adanya pemahaman konsep diawal, kita akan
sulit menyelesaikan suatu permasalahan dalam bentuk yang berbeda
kedepannya. Dalam hal ini pemahaman konsep bukan hanya
menghafalkan materi saja, namun juga memahami, mengkomunikasikan
dan menerapkannya dalam keadaan yang berbeda sehingga nantinya hasil
belajar siswa akan statis dan tidak naik turun dikarenakan kurangnya
pemahaman konsep diawal.
Pemahaman konsep merupakan hal penting yang harus ada pada
siswa dalam semua mata pelajaran tidak terkecuali Simulasi dan
Komunikasi Digital. Memahami konsep mata pelajaran Simulasi dan
Komunikasi Digital penting dilakukan terlebih dahulu agar siswa tidak
mengalami kesulitan saat proses belajar di tingkat selanjutnya. Sesuai
dengan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor 130/D/KEP/KR/2017 tentang Struktur Kurukulum
PMK, Simulasi dan Komunikasi Digital merupakan mata pelajaran yang
wajib dipelajari dan diikuti oleh seluruh siswa SMK kelas X pada semua
program keahlian dan masuk dalam kelompok C1 (dasar bidang
peminatan). Mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital di SMKN 6
Malang ini memiliki alokasi waktu 3 jam pelajaran dalam satu minggu.
Sebelum adanya pandemi, kegiatan pembelajaran dilakukan di
laboratorium komputer yang ada di SMK tersebut.
Menurut Bapak Wigonggo, M.Pd, selaku guru pengampu mata
pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital pada program keahlian
Teknologi Konstruksi dan Properti (TKP) menuturkan dalam keadaan
sebelumnya para siswa dapat langsung mempraktekkan apa yang telah
dipelajari dan dipahami dalam modul dan dituntun oleh guru. Ketika
mempraktekkan, secara tidak langsung siswa telah memahami konsep
yang dipelajari dan tidak sekedar membaca dan hafalan. Lain halnya
dengan saat ini siswa mempelajari lewat modul yang diberikan dalam
google classroom, ini tidak menjamin semua siswa dapat melakukan hal
yang sama dikarenakan kondisi internal dari setiap siswa itu berbeda.
Selain itu dorongan orang disekitar juga bisa berpengaruh pada tingkat
kepatuhan siswa saat diberi perintah oleh guru.
Dalam pembelajarannya, mata pelajaran ini menerapkan penggunaan
media teknologi dan komunikasi dan perangkat lunak. Meski demikian
dalam mata pelajaran ini siswa juga belajar untuk bernalar dengan baik
seperti mengidentifikasi permasalahan, mencari ide atau gagasan, serta
mendapatkan solusi dari permasalahan yang ada.
Dengan adanya pemahaman konsep dan kemandirian belajar yang
baik, maka akan lebih besar kesempatan siswa untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik. Menurut Aminah (2018) hasil belajar adalah hasil usaha
belajar siswa yang diperoleh selama menerima pengalaman belajar yang
nantinya akan memberikan perubahan menjadi yang lebih baik. Perubahan
ini meliputi perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara
teoritis, hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari
dalam maupun faktor dari luar. Faktor dari dalam ialah faktor biologis dan
psikologis misalnya kecerdasan dan kemampuan kognitif sedangkan yang
termasuk faktor dari luar misalnya guru, kurikulum, dan model
pembelajaran. Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran yang dapat diamati dengan adanya
perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan.
Hingga saat ini pembelajaran secara daring masih terus dilakukan
guna mematuhi upaya pemerintah agar memutus mata rantai penyebaran
COVID-19 dengan menggunakan media elektronik yang telah terinstall
aplikasi yang dibutuhkan untuk pembelajaran daring. Salah satu media
pembelajaran daring yang banyak digunakan saat ini adalah Google
Classroom.
Google Classroom merupakan aplikasi yang diciptakan oleh mesin
peramban google yang berfungsi sebagai media untuk pembelajaran online
yang memungkinkan terciptanya ruang kelas maya untuk mempermudah
interaksi antara guru dengan siswa.. Dalam penerapannya, Google
Classroom merupakan aplikasi mudah digunakan. Pengguna akan dapat
melakukan menerima materi, sharing pendapat, mengumpulkan tugas dan
masih bnayak lagi. File yang telah kita bagikan atau kita terima akan
direkap oleh pihak Google dan langsung tersimpan didalam Google Drive.
Dengan adanya itu, kita dapat membukanya kembali saat kita
membutuhkan. Pembelajaran ini dapat dilakukan dimanapun dan
kapanpun kita mau tanpa ada batasan waktu.
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian berbentuk skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemanfaatan Google Classroom Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau dari Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi yang dituliskan, didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pemahaman konsep terhadap hasil belajar
melalui media google classroom?
2. Bagaimana pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar
melalui media google classroom?
3. Bagaimana pengaruh pemahaman konsep dan kemandirian belajar
terhadap hasil belajar melalui media google classroom?
C. Hipotesis Penelitian
Dari hasil permasalahan yang diteliti, didapatkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada pengaruh pemahaman konsep terhadap hasil belajar
dalam proses pembelajaran online melalui google classroom
H1 : Ada pengaruh pemahaman konsep terhadap hasil belajar dalam
proses pembelajaran online melalui google classroom
2. H0 : Tidak ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil
belajar dalam proses pembelajaran online melalui google classroom.
H1 : Ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar
dalam proses pembelajaran online melalui google classroom.
3. H0 : Tidak ada pengaruh pemahaman konsep dan kemandirian belajar
siswa terhadap hasil belajar dalam proses pembelajaran online melalui
google classroom
H1 : Ada pengaruh pemahaman konsep dan kemandirian belajar siswa
terhadap hasil belajar dalam proses pembelajaran online melalui
google classroom
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian yang dilakukan ini difokuskan pada
hasil belajar siswa dalam menggunakan media pembelajaran online
Google Classroom ditinjau dari pemahaman konsep dan kemandirian
belajar pada mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital kelas X
program keahlian Teknologi Konstruksi dan Properti (TKP) di SMKN 6
Malang.
E. Manfaat Penelitian
Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber atau acuan untuk
penelitian berikutnya yang sejenis.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal yang berkaitan
dengan penggunaan Google Classroom sebagai media
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
kemandirian siswa.
b. Penelitian diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa
dalam menerapkan pembelajaran online menggunakan media
Google Classroom.
c. Diharapkan mampu menambah pengalaman mengajar dengan
menggunakan model pembelajaran yang baru.
F. DEFINISI OPERASIONAL
1. Google Classroom
Google Classroom merupakan salah satu media pembelajaran
berbasis digital (online) yang digunakan untuk memudahkan interaksi
antara guru dengan siswa. Dengan adanya media pembelajaran ini,
guru maupun siswa dapat melakukan pembelajaran dimana saja dan
kapan saja tanpa adanya batasan ruang dan waktu.
2. Pemahaman Konsep (X1)
Pemahaman Konsep merupakan kemampuan siswa saat
melakukan proses pembelajaran dimulai dari membaca materi,
memahami materi, mengkomunikasikan, dan menerapkannya pada
kehidupan sehari-hari.
3. Kemandirian Belajar (X2)
Kemandirian Belajar adalah kemampuan belajar seorang siswa
yang tidak bergantung pada teman maupun gurunya dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Dalam hal lain
kemandirian belajar juga berarti bertanggung jawab atas keputusan
yang telah diambil untuk mengatasi permasalahan yang ada.
4. Hasil Belajar (Y)
Hasil Belajar yang dimaksudkan adalah nilai yang didapatkan siswa
setelah melaksanakan proses pembelajaran menggunakan media
google classroom. Untuk melihat nilai hasil belajar tersebut, siswa
diharuskan mengerjakan tes yang telah dibuat oleh peneliti.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk


menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi
(Herlambank, 2015). Menurut Arif (2014) dalam bukunya, media
merupakan sarana atau alat bantu yang digunakan guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan berfungsi untuk
menyampaikan materi dari guru kepada siswa. Dalam hal ini media
merupakan suatu yang penting dalam penyampaian segala informasi yang
diperlukan untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan.
Tafonao (2018) dalam penelitiannya menyebutkan media
pembelajaran adalah alat bantu dalam proses kegiatan belajar mengajar
untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
keterampilan pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar. Menurut Khasanah (2015) media pembelajaran adalah suatu alat
yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan penyampaian materi
pelajaran yang dilakukan pada saat proses pembelajaran yang bertujuan
untuk menambah minat dan antusias siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu baik berupa fisik maupun
teknis dalam proses pembelajaran yang dapat membantu guru untuk
mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan (Adam & Syastra, 2015). Media pembelajaran merupakan
salah satu komponen yang terjadi dalam proses belajar mengajar yang
berperan penting guna mendukung keberhasilan proses belajar mengajar
(Rusman, 2016). Media pembelajaran adalah segala bentuk dan sarana
penyampaian informasi yang dibuat atau dipergunakan sesuai dengan teori
pembelajaran, dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran dalam
menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang
disengaja, bertujuan, dan terkendali. (Suryani, dkk. 2018)
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu baik
berupa fisik atau teknis yang dilakukan dalam menyampaikan materi saat
proses kegiatan belajar mengajar guna merangsang keterampilan dan
pemahaman siswa agar dapat tercapainya tujuan belajar yang
sesungguhnya.
B. Media Google Classroom
1. Pengertian Google Classroom
Google classroom merupakan salah satu platform pembelajaran
yang dikembangkan oleh google yang digunakan sebagai media
pendukung pembelajaran jarak jauh yang dapat dilakukan dimana saja
dan kapan saja. Iftakhar dalam Su’uga, dkk. (2020) google classroom
merupakan media yang digunakan untuk membantu guru mengelola
proses pembelajaran tanpa sebuah lembaran kertas dengan
memanfaatkan fitur yang terdapat pada aplikasi tersebut.
Google Classroom merupakan aplikasi yang dikhususkan sebagai
media pembelajaran online atau dalam bahasa Indonesia diartikan
kelas online sehingga dapat memudahkan guru dalam membuat,
membagikan, menilai dan mengelompokkan setiap tugas dengan
menggunakan fitur yang ada tanpa menggunakan kertas (paperless)
(Khairunnisa, 2020 : 11). Melalui aplikasi ini guru maupun siswa dapat
mengakses tugas, mendistribusikan tugas, menilai tugas yang
diberikan oleh guru tanpa ada batasan waktu maupun tempat.
Menurut Rahmanto & Bunyamin (2020) mengutarakan Google
Classroom merupakan media yang dapat menumbuhkan kreativitas
seorang guru dalam menyampaikan materi sehingga pembelajaran
menjadi lebih aktif, efektif dan efisien. Untuk mendukung aktivitas
pembelajaran online, google suite for education memiliki beberapa
layanan yang saling terkait diantaranya google clasroom, google
formulir, google mail, google drive, google kalender dan lainnya.
Seluruh layanan tersebut dapat diakses ketika pengguna sudah
memiliki akun google.
Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disimpulkan bahwa
google classroom merupakan media pembelajaran berbasis aplikasi
untuk memudahkan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran
tanpa adanya penggunaan kertas sehingga menjadi lebih efektif dan
efisien. Dengan digunakannya aplikasi ini, pembelajaran menjadi lebih
praktis dan hemat waktu saat pandemi karena dapat dilakukan tanpa
harus bertatap muka.
2. Fitur Google Classrom
Google Classroom memiliki beberapa fitur yang memiliki fungsi
masing-masing, diantaranya:
a. Assignment (Tugas)
Assignment merupakan fitur penugasan yang digunakan oleh
guru untuk memberikan tugas maupun materi kepada siswa. Semua
tugas yang telah dibuat disimpan dan dinilai pada aplikasi
rangkaian google suite for education sehingga memungkinkan
adanya interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa yang satu
dengan lainnya. Saat melampirkan file tugas, guru dapat memilih
dokumen dari perangkat sendiri maupun dari drive pribadi. Guru
dapat memilih file yang dijadikan sebagai template agar setiap
siswa dapat mengedit salinan mereka sendiri dan kemudian
kembali untuk mendapatkan nilai sehingga semua siswa bisa
melihat, menyalin, atau mengedit dokumen yang sama. Siswa juga
dapat melampirkan dokumen tambahan dari drive mereka ke tugas.
b. Grading (Penilaian)
Google classroom memiliki ragam sistem penilaian yang
berbeda. Guru memiliki pilihan membuat tugas dengan
melampirkan file yang telah disiapkan sehingga siswa dapat
melihat, mengedit, hingga mendapatkan salinan individual. Setiap
siswa dapat memberikan komentar dan mengeditnya agar guru
dapat memantau perkembangan dam kemajuan siswa. Tugas yang
dikirimkan oleh siswa dinilai oleh guru kemudian dikembalikan ke
siswa dengan tambahan komentar sehingga siswa dapat merevisi
kembali tugasnya sesuai dengan komentar yang tertulis. Setelah
dinilai, tugas hanya dapat diedit oleh guru kecuali jika guru
mengembalikan tugas masuk.
c. Communication (Komunikasi)
Untuk menjalin adanya komunikasi antara siswa dengan
guru, guru dapat memposting pengumuman ke kelas online yang
dapat dikomentari oleh siswa. Selain guru, siswa juga dapat
melakukan hal yang sama namun tidak akan setinggi prioritas
postingan pengumuman oleh guru dan dapat dimoderasi. Beberapa
media pembelajaran berupa video dapat disisipkan ke dalam
pengumuman tersebut seperti google drive dan youtube. Gmail
juga menyediakan opsi email bagi guru untuk mengirim email ke
satu atau lebih siswa di antar muka Google Kelas. Kelas dapat
diakses di perangkat laptop melalui web maupun menggunakan
smartphone menggunkanan aplikasi Google Classroom.
d. Time-Cost (Hemat Waktu)
Siswa dapat mengikuti kelas setelah mendapatkan kode grup
yang diberikan oleh guru. Guru dapat menggunakan kembali
postingan pengumuman, tugas, atau pertanyaan untuk dibagikan ke
kelas yang lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di beberapa kelas
dan kelas arsip untuk digunakan masa depan. Dengan begitu, lebih
hemat waktu karena tidak membuat tugas berulang kali dan hanya
memposting pengumuman maupun tugas dengan satu waktu
e. Archieve Course (Arsip Program)
Guru memungkinkan untuk mengarsipkan sebuah kursus saat
akhir semester ataupun akhir tahun ajaran. Ketika kursus
diarsipkan, maka akan terhapus dari beranda dan ditempatkan
khusus dalam kelas arsip agar guru dapat mempertahankan kelas
mereka saat ini. Ketika kursus diarsipkan, guru dan siswa dapat
melihatnya, namun tidak dapat merubah apapun sampai dipulihkan
kembali.
f. Mobile Aplication ( Aplikasi dalam Telepon Genggam)
Aplikasi google classroom tersedia dan dapat diakses oleh
pengguna perangkat iOS dan Android sejak diperkenalkan pada
Januari 2015. Pengguna dapat mengambil foto dan
melampirkannya pada tugas, berbagi file dengan aplikasi lain dan
mendukung akses offline
g. Privacy (Privasi)
Google Classroom sebagai bagian dari Google Suit for
Education tidak menampilkan iklan apapun dalam antarmuka
untuk siswa, guru, dan fakultas seperti yang ada pada layanan
konsumen google yang lain. Data pengguna tidak akan digunakan
untuk tujuan periklanan
3. Kelebihan dan Kekurang Google Classroom
a. Kelebihan Google Classroom
1) Tampilan lebih sederhana sehingga lebih mudah digunakan.
2) Tidak perlu lagi menggunakan buku maupun kertas.
3) Seluruh data kelas tersimpan dalan drive kelas.
4) Situs tidak berbayar
b. Kekurangan Google Classroom
1) Menjadi tidak efektif ketika siswa sekaligus bermain internet
dalam satu waktu.
2) Tidka semua siswa memiliki jaringan internet yang memadai
3) Terkadang guru hanya fokus untuk memberikan tugas ke siswa
hingga lupa untuk menjelaskan materi yang kurang dipahami
siswa.
C. Pemahaman Konsep
1. Pengertian Pemahaman Konsep
Konsep merupakan hasil pemikiran seseorang atau kelompok
orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga terbentuk produk
pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep
diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan
berpikir abstrak. Konsep diartikan sebagai gagasan abstrak yang dapat
digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek (Depdiknas dalam
Kesumawati, 2008).
Pemahaman konsep adalah kemampuan seseorang untuk
menjelaskan suatu situasi atau tindakan yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip,
hukum, dan teori (Sagala dalam Rosa & Rahmawati, 2019). Palumpun
(2019:7) dalam penelitiannya mengungkapkan pemahaman konsep
merupakan kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami materi
yang diberikan sehingga siswa dapat menemukan ide atau gagasan
baru dan mampu mendukung ilmu yang telah didapatkan sebelumnya.
Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau
kemahiran matematis yang diharapkan dapat tercapai dalam
pembelajaran yaitu dengan menunjukkan pemahaman materi yang
dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan
masalah (Depdiknas dalam Wijaya, dkk., 2018).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa
pemahaman konsep merupakan kemampuan seseorang untuk
menyerap dan memahami apa yang telah dikomunikasikan kepadanya
dan dapat menerapkannya di kondisi yang berbeda. Pemahaman
konsep merupakan hal paling utama dalam belajar agar dapat
menguasai, mengingat, dan mengaplikasikannya dalam bentuk yang
berbeda. Dengan memahami konsep, siswa dapat berpikir dengan jauh
dan tidak mudah lupa seperti hanya dengan menghafal.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Konsep
Menurut Sukmawati (2017) terdapat beberapa faktor baik faktor
internal maupun faktor eksternal yang mempengaruhi pemahaman
konsep soerang siswa dalam memahami suatu materi. Faktor
internaltersebut diantaranya yaitu minat, motivasi, kemampuan dasar,
dan kemampuan kognitif. Adapun faktor eksternalnya yaitu tenaga
pendidik, strategi pembelajaran yang dipakai, kurikulum, dan sarana
prasarana dan lingkungan.
Puspa, dkk. (2021) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
beberapa faktor berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
pemahaman konsep antara lain motivasi, peran guru, fasilitas belajar,
aserta lingkungan keluarga. Hal lain yang dapat mempengaruhi
pemahaman konsep secara signifikan yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang sekolah
(Rahayu, 2019).
Dapat disimpulkan dari beberapa penelitian diatas bahwa terdapat
beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi
seorang siswa dalam memahami konsep materi yang diberikan. Faktor
internal tersebut diantaranya kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, minat, motivasi, dan perilaku belajar. Selain itu terdapat
pula faktor eksternal antara lain peran guru, kurikulum, strategi
pembelajaran, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah.
3. Indikator Pemahaman Konsep
Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman konsep yang
baik dapat dilihat dari kemampuan menyatakan ulang konsep,
mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan
konsepnya, memberi contoh masalah dan pengaplikasiannya dalam
pemecahan masalah, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup
dari suatu konsep, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih
prosedur (Wijaya, dkk. 2018).
Menurut Duffin & Simpson dalam Kesumawati (2008)
menjelaskan pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk
(1) menjelaskan konsep, yaitu siswa dapat memahami dan
mengkomunikasikan kembali apa yang telah ia dapatkan, (2)
menerapkan konsep yang telah didapatkan pada kehidupan sehari-hari,
(3) mengembangkan beberapa akibat suatu konsep.
Anderson & Krathwohl dalam Hendawati & Kurniati
menyebutkan indikator yang yaitu menafsirkan (interpreting),
memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying),
meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan
(comparing), dan menjelaskan (explaining).
Dari beberapa pendapat diatas diperoleh bahwa indikator dari
pemahaman konsep yaitu menyatakan ulang, menjelaskan kembali,
memberikan contoh, mengklasifikasikan berdasarkan kategori yang
ada, menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan
beberapa akibat dari suatu konsep.
D. Kemandirian Belajar
1. Pengertian Kemandirian Belajar
Menurut Nurhayati dalam Lestari (2019) kemandirian belajar
merupakan kemampuan diri mengambil tanggung jawab dalam
belajar. Kemandirian belajar juga diartikan sebagai suatu keadaan
dimana siswa bertanggung jawab penuh mengambil keputusan serta
menerapkannya dalam pembelajaran.
Suhendri & Mardalena dalam Ningsih & Nurrahmah (2016)
menyebutkan kemandirian belajar adalah suatu aktivitas belajar yang
dilakukan siswa sendiri tanpa bergantung kepada orang lain baik
teman maupun gurunya dalam mencapai tujuan belajar yang
diinginkan. Dalam kemandirian belajar, siswa dituntut untuk mampu
mengggali informasi materi pelajaran tidak hanya bersumber dari
guru. Sumber lain yang dapat digunakan untuk menggali informasi
yang dibutuhkan diantaranya yaitu internet. Dengan adanya sumber
tersebut siswa diharapkan dapat melakukan aktivitas pembelajaran
secara mandiri dan tidak bergantung pada teman.
Kemandirian belajar merupakan perilaku individu yang mampu
berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya diri,
bertanggung jawab dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa
bergantung pada orang lain dalam belajar (Martinis dalam Rosa &
Rahmawati, 2019). Menurut Ningsih & Nurrahmah (2016:76)
kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang dalam mengatur
semua aktivitas pribadi, kompetensi, dan kecakapan secara mandiri
berbekal kemampuan dasar yang dimiliki individu tersebut, khususnya
dalam proses pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa, kemandirian belajar merupakan
kemampuan belajar seseorang yang dilakukan sendiri tanpa
bergantung pada teman maupun guru dalam bertanggungjawab dan
mengambil keputusan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar yang ada dalam diri seorangf siswa tentu
dipengaruhi dengan adanya faktor-faktor tertentu. Terdapat dua faktor
dalam mempengaruhi kemandirian belajar seseorang yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mendukung
kemandirian belajar seseorang diantaranya (1) kedisiplinan, (2)
tanggung jawab, (3) percaya diri, (4) inisiatif, dan (5) motivasi.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu (1) lingkungan
keluarga, (2) lingungan sekolah, dan (3) keluarga (Aisah, dkk 2018).
Ali & Asrori dalam Lestari (2019) mengatakan bahwa terdapat
sejumlah faktor yang mempengaruhi seorang siswa, baik faktor dalam
dan faktor luar. Berikut terdapat beberapa yang mempengaruhi
kemandirian seseorang, diantaranya:
a. Genetika (keturunan)
Orang tua dengan sifat kemandirian yang tinggi kemungkinan besar
akan diturunkan kepada anaknya. Hal tersebut dikarenakan orang
tua mendidik anak sejak usia dini dengan cara yang disiplin agar
bisa menjadi seseorang yang mandiri.
b. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh yang dilakukan orang tua kepada anak juga dapat
mempengaruhi kemandirian seorang siswa. Sikap orang tua yang
baik tidak terlalu mengekang dan mengatur segala kegiatan yang
dilakukan anak. Hal ini berpengaruh buruk terhadap perkembangn
kemandirian anak tersebut. Orang tua harus membangun interaksi
dan situasi yang nyaman agar dapat memberikan kelancaran
perkembangan yang ada dalam diri anak.
c. Sistem Pendidikan
Proses pendidikan yang dilakukan di sekolah diharapkan dapat
memberikan kebebasan pola pikir kreatifitas dan beraspirasi kepada
siswanya, sehingga dapat melatih sikap kemandirian siswa. Pihak
sekolah memberikan dukungan dan penghargaan terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa juga merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kemandirian siswa.
d. Sistem Bermasyarakat
Untuk mendorong siswa agar memiliki kemandirian yang baik
sebaiknya tinggal di lingkungan yang baik pula. Lingkungan yang
masyarakat yang aman, damai, dan saling menghargai potensi
setiap anak akan memperlancar perkembangan kemandirian anak.
sebaliknya jika lingkungan tidak aman, gaduh, dan potensi anak
kurang dihargai, seorang anak akan mudah tertekan dan akan
menghambat kemandirian anak.
3. Indikator Kemandirian Belajar Siswa
Setiap siswa memiliki kemandirian yang berbeda satu sama lain,
sehingga diperlukan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
kemandirian siswa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hidayati
& Listyani dalam Lestari (2019:42) terdapat enam indikator yang
menentukan kemandirian belajar yaitu berperilaku disiplin, tidak
bergantung pada orang lain, percaya diri, memiliki rasa tanggung
jawab, melakukan kontrol diri, dan berperilaku dengan inisiatif diri
sendiri.
Sejalan dengan penelitian diatas, Septiyaningsih (2017:21)
menyebutkan kemandirian belajar memiliki indikator diantaranya tidak
bergantung pada orang lain, memiliki sikap tanggung jawab, percaya
diri, disiplin, berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri, melakukan
kontrol diri. Dalam penelitian lain menyebutkan ada beberapa
indikator kemandirian belajar antara lain progresif dan ulet dalam
belajar, berinisiatif, mengendalikan diri dari dalam, percaya diri, dan
bertanggung jawab (Rahmawati, 2016:25).
Berdasarkan beberapa penelitian tentang indikator kemandirian
belajar diatas, dapat disimpulkan indikator yang menentukan
kemandirian seorang siswa yaitu percaya diri, bertanggung jawab,
tidak bergantung pada orang lain, berprogres dalam belajar, kontrol
diri, dan berinisiatif.
E. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut KBBI (2008 : 513) hasil merupakan sesuatu yang
didapatkan oleh pikiran seseorang. Sedangkan belajar yaitu kegiatan
yang dilakukan seseorang dalam merubah tingkah laku kearah yang
lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan
(Harisandy, 2015 : 11).
Rusman dalam Puspadita (2018 : 16) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar sendiri
bukan hanya penguasaan konsep teori suatu mata pelajaran saja, tetapi
juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-bakat,
penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan, cita-cita, keinginan
dan harapan.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, keterampilan. Hasil belajar adalah
suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam rumusan perilaku tertentu (Suprijono dalam Aminah, 2018 : 8).
Aminah (2018 : 9) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan dari
sesuatu yang kurang baik menjadi sesuatu yang lebih baik yang
diperoleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Perubahan ini
meliputi perubahan pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Bungalangan (2020) hasil belajar dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotor (keterampilan) sebagai hasil dari kegiatan belajar yang
dilakukan sebelumnya. Sejalan dengan peneliti sebelumnya, Sudjana
dalam Mulyani (2017) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku dan sebagai umpan balik dalam upaya
memperbaiki proses belajar.
Dari pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu ukuran keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
melakukan pengalaman di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan siswa dalam meningkatkan hasil belajar dipengaruhi
oleh banyak faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Menurut Aminah (2018) faktor internal yang mempengaruhi hasil
belajar meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, faktor kelelahan.
Sedangkan faktor eksternalnya yaitu faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil beajar
terbagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri pembelajar (internal)
dan faktor dari luar diri pembelajar (eksternal). Faktor internall antara
lain faktor fisik dan faktor psikologi. Faktor lainnya yaiu faktor
eksternal meliputi faktor sosial dan faktor non sosial (Puspadita, 2018).
Menurut Susanto dalam Rahmawati (2016:39) Faktor dari dalam
diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar antarra lain
kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan
kesehatan, serta kebiasaan siswa. Faktor dari luar diri siswa yang
mempengaruhi hasil belajar di antaranya adalah lingkungan fisik dan
non fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program
pembelajaran sekolah, dan teman sekolah.
Faktor internal yang menentukan hasil belajar siswa dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor jasmani (Fisik)
Keadaan fisik pembelajar dapat mempengaruhi hasil belaajar. Jika
keadaan fisik siswa tersebut dalam keadaan baik, aktif dan siap
menerima pelajaaran, maka siswa tersebut berkemungkinan besar
mendapatkan hasil belajar yang baik pula dan begitu juga
sebaliknya. Selain itu kondisi fungsional fisik juga turut
berpengaruh dalam belajar. Jika kondisi fisik berfungsi dengan baik
maka hasil belajar yang didapatkan akan baik.
b. Faktor psikologi
1) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensi yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Sehingga bakat yang dimiliki oleh siswa merupakan dasar dari
siswa dalam belajar dan memperoleh hasil belajar yang maksimal.
2) Minat
Kecenderungan siswa untuk tetap memperhatikan, mengamati
dan melakukan kegiatan tersebut. Minat akan mendorong ssiwa
untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang
maksimal.
3) Motivasi
Kegiatan untuk mendorong siswa melakukan sesuatu. Motivasi
belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang
dicapainya.
4) Intelegensi
Inteligensi merupakan modal utama dalam melaksanakan
aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
Orang yang berintelegensi rendah tidak akan mungkin
mencapai hasil belajar yang melebihi oraang yang
berintelegensi tinggi.
5) Memori
Memori merupakan kemampuan untuk merekam, menyimpan,
dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari dalam
proses belajar dan mencapai hasil belajar yang baik.
6) Emosi
Penelitian tentang otak menunjukkan bahwa emosi yang
posistif akan sangat membantu kerja saraf otak untuk
merekatkan apa yang dipelajari ke dalam memori, karena
informasi pelajaran yang dikirim ke pusat memori melalui
amygdala sebagai pusat emosi berjalan tanpa halangan.
7) Perhatian
Perhatian yaitu menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
Faktor eksternal yang menentukan hasil belajar siswa dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor sosial
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor dalam lingkungan keluarga meliputi cara orang tua
mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua.
2) Faktor lingkungna sekolah
Faktor yang terjadi di lingkungan sekulah yaitu metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung tugas rumah.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Faktor yang terjadi di lingkungan masyarakat aantara lain
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
b. Faktor non sosial
1) Keadaan cuaca, udara, dan suhu
Keadaan cuaca, udara, dan suhu harus sejuk dan adem agar
mendukung kenyamanan dalam belajar sehingga mencapai
hasil belajar yang optomal.
2) Waktu
Sebagian besar orang lebih mudah memahami pelajaran di
waktu pagi hari dibandingkan pada waktu siang atau malam
hari.
3) Tempat
Tempat yang baik untuk belajar haruslah tenang dan tidak
berisik.
4) Perlengkapan belajar
Dalam pelajaran tertentu yang memerlukan alat, belajar tidak
akan mencapai hasil yang maksimal jika tanpa alat tersebut.
3. Indikator Hasil Belajar yang Baik
Menurut Harisandy (2015) hasil belajar adalah ukuran tingkat
keberhasilan yang dapat dicapai oleh seorang siswa berdasarkan
pengalaman belajar yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi berupa
tes dan umumnya diwujudkan dengan nilai tertentu serta menyebabkan
terjadinya perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil
belajar yang terukur dan tertuang dalam rapot maupun ijazah
merupakan salah satu dampak dari hasil belajar (Dimyati dan
Mudjiono, 1994).

Diagram tersebut menunjukkan hubungan antara ketiga aspek


yang terjadi saat kegiatan pembelajaran. Garis (a) merupakan
hubungan antara pengalaman belajar dan tujuan instruksional, garis
(b) menunjukkan antara pengalaman belajar dan hasil belajar,
sedangkan garis (c) menunjukkan hubungan antara hasil belajar
dengan tujuan instruksional. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
penilaianya yang sesungguhnya ditunjukkan oleh garis (c) dimana
dengan adanya hasil belajar yang terlihat dapat tercapainya tujuan
instruksional. Sedangkan garis (b) menunjukkan penilaian untuk
mengetahui keefektifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil
belajar yang optimal (Sudjana, 1995).
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dapat dijadikan sumber acuan serta
pembanding bagi penulis untuk melakukan penelitian. Berikut merupakan
beberapa penelitian terbaru yang relevan dengan penelitian ini:
1. Penelitian oleh Nanda Denilasari pada tahun 2018 dengan judul
“PENGARUH PENGGUNAAN GOOGLE CLASSROOM
TERHADAP RESPON SISWA SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN” menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode eksperimen melalui teknik analisis korelasi. Hasil dari
penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara penggunaan google classroom terhadap respon siswa sebagai
media pembelajaran, karena nilai korelasi bernilai positif. nilai korelasi
atau (R) sebesar 0,394 yang berarti pengaruh penggunaan google
classroom memiliki korelasi dengan tingkat yang kuat terhadap respon
siswa sebagai media pembelajaran. Selanjutnya dilakukan uji
signifikasi korelasi hasilnya 0,017 < 0,05 yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan diantara variabel X dengan variabel Y.
2. Penelitian oleh Rita Ningsih & Arfatin Nurrahmah pada tahun 2016
yang berjudul “PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN
PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA” menggunakan metode metode survei
dengan analisis korelasional yaitu mengkaji keterkaitan variabel bebas
dengan variabel terikat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner (angket) dan tes tulis. dengan menggunakan subyek 90
orang responden. Berdasarkan hasil dari nilai koefisien determinasi
besar sumbangan kemandirian belajar dan perhatian orang tua terhadap
prestasi belajar matematika sebesar 45.3% sisanya sebesar 54.7%
disumbang oleh variabel-variabel lain selain kemandirian belajar dan
perhatian orang tua. Hasil pengujian hipotesis bahwa ada pengaruh
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika (t0 = 4,372
dan sig. = 0,000 < 0,05). Persamaan regresi linier: Y= -23.305 + 0.112
X1, hal ini menunjukkan setiap kenaikan satu unit kemandirian belajar
akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0.112 unit secara
signifikan, ceteris paribus atau variabel Perhatian Orang Tua tidak
berubah.
3. Penelitian oleh Sri Septiyaningsih tahun 2017 yang berjudul
“PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMANDIRIAN
BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
PENDIDIKAN EKONOMI ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA” dengan menngunakan pendekatan
penelitian kuantitatif dengan metode Ex-post Facto . Penelitian ini
menggunakan subjek 79 mahasiswa Pendidikn Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta angkatan 2013. Teknik pengumpuan data yang
digunakan berupa angket dan doumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemandirian belajar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Hasil tersebut
ditunjukkan oleh koefisien 0,314 yang bernilai positif dan t hitung
sebesar 4,936 dengan signifikansi 0,000 atau kurang dari 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemandirian
belajar maka semakin tinggi pula prestasi belajar mahasiswa tersebut.
Nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan besarnya sumbangan
efektif dari kedua variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
Hasil pengujian regresi ganda menunjukkan bahwa koefisien
determinasi (R2) variabel bebas sebesar 0,459 atau 45,9%, sedangkan
sisanya berasal dari faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar dan
tidak diteliti seperti minat, motif, pola asuh orang tua, dan lainnya.
Dari 45,9% tersebut 30,9% merupakan nilai sumbangan efektif dari
variabel kemandirian belajar.
G. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dibuat untuk mengetahui bagaimana pengaruh
penggunaan media pembelajaran Google Classroom yang digunakan
selama proses pembelajaran semasa pandemi. Selain itu, pada penelitian
ini siswa diminta belajar mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Diharapkan media pembelajaran ini mampu menghasilkan pengaruh baik
sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran saat kedepannya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan penelitian dibawah ini.

Media Pembelajaran Google


Classroom

Pemahaman Konsep Kemandirian Belajar

Pengaruh Penggunaan Google Classroom terhadap Hasil


Belajar Siswa Ditinjau dari Pemahaman Konsep dan
Kemandirian Belajar

Mengetahui Pengaruh Penggunaan Google Classroom


terhadap Hasil Belajar

Hasil

Hasil Penggunaan Google Classroom terhadap Hasil


Belajar Siswa Ditinjau dari Pemahaman Konsep dan Hasil
Belajar pada Siswa Kelas X DPIB Mata Pelajaran Sinulasi
dan Komunikasi Digital SMKN 6 Malang.

Kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan bertujuan untuk memberikan solusi atas
permasalahan yang ada. Solusi tersebut nantinya akan dijadikan sebagai
evaluasi dalam pemecahan masalah. Dalam merencankan suatu solusi
permasalahan, peneliti umumnya memiliki dugaan faktor kendala dan
faktor pendukung dari permasalahan yang ada. Dugaan tersebut tentunya
hanya dugaan semnetara yang perlu dibuktikan dengan penelitian yang
akan dilakukan. Untuk membuktikan dugaan sementara, perlu
diadakannya pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
metode pengumpulan data dan analisa data yang tepat dalam penelitian.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif
karena dalam penelitian ini semua data disajikan dalam bentuk angka
mulai dari pengumpulan data, analisis data, dan hasil penelitian. Selain itu,
Pemilihan pendekatan penelitian kuantitatif ini dikarenakan penelitian
kuantitatif mendukung proses dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
korelasi hubungan variabel-variabel yang telah dipilih penulis dalam
penelitiannya.
Menurut Sugiyono (2015 : 13) dalam bukunya dijelaskan bahwa
penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian ex post facto yang
berarti sesudah fakta. Menurut Sugiyono (2015:53) penelitian ex past
facto adalah penelitain yang dilakukan setelah terjadinya suatu peristiwa.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan suatu permasalahan yang sudah terjadi. Permasalahan yang
terdapat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa yang ditinjau
pemahaman konsep dan kemandirian belajar. Selain itu, tujuan dalam
melakukan penelitian kuantitatif yaitu menentukan hubungan antara satu
variable bebas dan variable terikat. Jenis penelitian ini dipilih untuk
menentukan korelasi pemahaman konsep (X1) dan kemandirian belajar
(X2) dengan hasil belajat (Y). Sehingga dapat diselidiki dan di korelasikan
dengan menggunakan rumus analisis korelasi tunggal dan ganda.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 3 variabel yaitu variabel bebas, variabel
perantara dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
bebas yaitu Pemahaman Konsep (X1) dan Kemandirian Belajar (X2),
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Hasil Belajar (Y).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2015:92). Populasi merupakan keseluruhan
dari subjek yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X kompetensi keahlian Desain Permodelan dan
Informasi Bangunan (DPIB) di SMKN 6 Malang yang terdiri dari
kelas X DPIB 1, X DPIB 2 dan X DPIB 3.

No Kelas Jumlah
1 X DPIB 1 34
2 X DPIB 2 36
3 X DPIB 3 35
Jumlah 105

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015:93) sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteistik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dari
populasi ini haruslah benar-benar representatif (mewakili) agar
kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Dalam penelitian
ini digunakan teknik probability sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap anggota. Metode penelitian yang digunakan
yaitu simple random sampling yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Pada
penelitian ini mengambil langkah secara merata disetiap offering, yaitu
sebesar 40% dari total populasi.

No K Jumlah
1 X DPIB 1 14
2 X DPIB 2 14
3 X DPIB 3 14
Jumlah 42

D. Metode Pengumpulan data


Metode pengumpulan data yng digunakan pad apenelitian ini yaitu
metode kuisioner (angket) dan tes. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2015:199).
Kuisioner (angket) merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan seputar dengan permasalahan
peneliti. Peneliti membuat kuisioner secara online melalui google form
yang nantinya akan di bagikan kepada responden. Kuisioner ini dibuat
bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan kemandirian
belajar setiap siswa khususnya di masa pandemi ini. siswa dapat memilih
salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan sesuai dengan apa yang
dilakukannya. Skala yang digunakan oleh penulis merupakan skala likert
dengan 4 pilihan jawaban, yaitu “selalu”, “sering”, “jarang”, dan “tidak
pernah”.
Selain menggunakan kuisioner, peneliti juga menggunakan tes
sebagai teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil
belajar siswa. Tes dibuat dengan sodel soal pilihan ganda dengan tingkat
kesulitan yang berbeda di setiap soal. Dalam menjawab soal pilihan ganda,
siswa hanya diperbolehkan menjawab satu jawaban yang benar dari 5
pilihan jawaban menurut masing-masing siswa setelah mempelajari suatu
materi. Jika jawaban benar, maka akan diberi skor 1 dan jika jawabawan
salah akan diberi skor 0.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam memiliki tujuan untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis berdasarkan data variabel dari
penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini digunakan analisis data
deskriptif dan analisis data inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Dalam penelitian ini, analisis statistik deskripfif digunakan
untuk mendeskripsikan setiap variabel penelitian, yaitu pemahaman
konsep (X1), kemandirian belajar (X2), dan hasil belajar (Y). Hasil
analisis deskriptif data yang dimaksud meliputi perhitungan mean atau
rata-rata, standar deviasi, nilai maksimal, nilai minimal, jumlah data
penelitian. Selain itu disusun pula tabel distribusi frekuensi, histogram
(diagram batang) serta tabel kecenderungan masing-masing variabel
penelitian.
a. Mean, modus, max, min, standar deviasi
b. Tabel Distribusi Frekuensi
Menurut Sugiyono dalam Septiyaningsih (2017), ada beberapa
langkah yang digunakan, diantaranya:
1) Menentukan kelas interval
Untuk menentukan kelas interval, maka digunakan rumus
Strugess
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan:
K = jumlah kelas interval
n = jumlah data
2) Menghitung rentang data
Rentang data = data terbesar – data terkecil
3) Menentukan panjang kelas
rentang data
Panjang kelas =
jumlah kelasinterval (K )
c. Histogram
Histogram ditentukan menggunakan data frekuensi masing-masing
variabel penelitian yang telah ditampilkan sebelumnya dalam tabel
distribusi frekuensi.
d. Kecenderungan Masing-masing Variabel
Untuk menentukan kategori skor variabel akan dikualifikasi.
Kualifikasi ditentukan dengan menghitung dahulu rata-rata ideal
(Mi) dan Standar Deviasi (SDi) di masing-masing
variabel.Selanjutnya untuk menentukan kategori kecenderungan
masing-masing variabel tersebut digunakan ketentuan sesuai tabel
berikut:
No Kategori Rentang Nilai
1 Sangat Tinggi x > Mi + 1,5 SDi
2 Tinggi Mi + 0,5 SDi < x  Mi + 1,5 SDi
3 Sedang Mi - 0,5 SDi < x  Mi + 0,5 SDi
4 Rendah Mi - 1,5 SDi < x  Mi - 0,5 SDi
5 Sangat Rendah x < Mi - 1,5 SDi
Saifuddin Azwar dalam Septiyaningsih (2017:47)
1
Mi (rata- rata ideal) = (nilai tertinggi + nilai terendah)
2
1
SDi ( standar deviasi ideal) = (nilai tertinggi – nilai terendah)
6
X = skor yang ingin dicapai responden
2. Analisis Statistik Inferensial
Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian dengan
jenis ex post facto yang bertujuan mencari pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Analisis akhir yang akan digunakan adalah
uji regresi. Penelitian ini menggunakan 4 uji prasyarat yaitu uji
normalitas, uji linieritas, uji homosedastisitas, uji multikolinearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau
tidak. Rumus yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah
Kolmogorov Smirnov sebagai berikut:
Dn = maks / Fa (x) ─ Fe (x)
Keterangan:
D : angka selisih maksimum
Fa (x) : Frekuensi Kumulatif relatif
Fe (x) : Frekuensi Kumulatif teoritis
(Singgih Santoso dalam Septiyaningsih, 2017:49)
Kriteria yang dilakukan dalam pengambilan keputuasan yaitu
dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha.
Menurut Priyatno dalam Amanah (2016), jika nilai signifikansi
yang didapat > 0,05, maka data sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi yang diperoleh < 0,05
maka data tersebut tidak normal.
b. Uni Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antar
variabel bebas dengan variabel terikat bersifat linier atau tidak.
Pengujian linieritas dilakukan pada program SPSS menggunakan
Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Kriteria yang
digunakan apabila nilai sig < 0,05 maka hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat tidak linear, sebaliknya jika nilai sig ≥ 0,05
maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat bersifat
linear (Muhson dalam Septiyaningsih, 2017).
c. Uji Homosedastisitas
Uji homosedastisitas digunakan untuk mengetahui kesamaan
varians error untuk setiap nilai variabel bebas model regresi.
Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya masalah heteroskedastisitas. Uji homosedastisitas yang
dilakukan merupakan uji Park. Jika nilai sig korelasi < 0,05 maka
terjadi masalah heterosedastisitas, sedangkan jika nilai sig korelasi
F ≥ 0,05 maka tidak terjadi heterosedastisitas (homosedastisitas)
(Muhson dalam Septiyaningsih, 2017).
d. Uji Multikolinearitas
Muhson dalam Septiyaningsih (2017), Uji multikolinearitas
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan/ korelasi yang
signifikan antar variabel bebas. Jika terdapat hubungan yang cukup
tinggi, berarti terdapat aspek yang sama diukur pada variabel
bebas. Jadi, uji multikolinieritas adalah untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan yang signifikan antara pemahaman konsep
(X1) dan kemandirian belajar (X2). Prasyarat yang harus dipenuhi
dalam model regresi adalah tidak adanya masalah
multikolinearitas. Ketentuan dari uji ini adalah jika nilai VIF < 4
maka tidak terjadi multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF > 4
maka terjadi multikolinearitas.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan analisis akhir yang dilakukan dalam
penelitian ini. Pada saat melakukan pengujian hipotesis, analisis yang
digunakan adalah analisis regresi. Analisis regresi merupakan metode
yang dilakukan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan
fungsional antara satu atau lebih variabel bebas dengan variabel terikat
(Gunawan dalam Amanah, 2016:77).
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda
dikarenakan memiliki lebih dari satu variabel bebas. Analisis regresi
linier berganda merupakan hubungan yang terdapat antara dua atau
lebih variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini,
analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menganalisis pengaruh
pemahaman konsep dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar
siswa melalui media google classroom.
a. Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (Priyatno
dalam Amanah, 2016). Uji t pada penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah variabel pemahaman konsep berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Selain itu, uji t
digunakan untuk mengatahui apakah variabel kemandirian belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Pelaksanaan uji t dilakukan dengan membandingkan t hitung dan
ttabel. Nilai thitung dapat diketahui melalui output SPSS pada uji
regresi. Nilai thitung dapat dibaca pada tabel Coefficients kolom t
baris variabel bebas. Nilai ttabel diperoleh dari tabel distribusi t
dengan taraf signifikansi 5%. Selanjutnya didapatkan hasil
hipotesis dengan ketentuan thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1
diterima. Namun sebaliknya, jika didapatkan hasil thitung < ttabel
maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b. Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana (Uji F)
Menurut Priyatno dalam Amanah (2016), uji F dilakukan
untuk mengetahui adakah pengaruh variabel bebas secara bersama-
sama terhadap variabel terikat . Penelitian yang menggunakan
sampel perlu melakukan uji signifikansi. Signifikan artinya hasil
uji pada sampel dapat berlaku bagi populasi.
Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dangan
Ftabel. Nilai Fhitung dapat dibaca pada output ANOVA hasil SPSS
regresi linier berganda pada kolom F baris Regression. Nilai Ftabel
terletak pada tabel F dengan taraf signifikansi 5%. Pengambilan
hipotesis dengan ketentuan Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan H1
ditolah. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Uji Determinasi (R2)
Uji determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
presentase pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat. Besarnya pengaruh variabel bebas dapat diperoleh
berdasarkan nilai R square. Nilai R square dapat dibaca pada
output regresi linier sederhana dan berganda.
d. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE)
Untuk menentukan perentase besar sumbangan dari masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan
sumbangan relatif dan sumbangan efektif. Sumbangan relatif
digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan, sumbangan
efektif untuk mengetahui besarnya sumbangan secara efektif
prediktor terhadap kriterium (variabel terikat) dengan tetap
memperhitungkan variabel bebas lain yang tidak diteliti.
DAFTAR PUSTAKA

Tafonao, T. 2018. Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat


Belajar Mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2). 103-114.

Adam, S. & Syastra, M. T. 2015. Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis


Teknologi Informasi bagi Siswa Kelas X SMA Ananda Batam. CBIS
Journal. 3(2). 78-90.

Su’uga, H. S. dkk. 2020. Media E-Learning Berbasis Google Classroom untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK . Jurnal Pendidikan Teknik
Elektro. 9(3). 605-610.

Rahmanto, A. M., & Bunyamin. 2020. Efektivitas Media Pembelajaran Daring


melalui Google Classroom. Jurnal Pendidikan Islam. 11(2). 119-135.

Rosa, N. M., & Rahmawati, E. Y. 2019. Peran Gaya Belajar dan Kemandirian
Belajar terhadap Pemahaman Konsep. Diskusi Panel Nasional Pendidikan
Matematika, Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta.

Kesumawati, N. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran


Matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI, Palembang.

Wjaya, T. U. U., dkk. 2018. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


dengan Menggunakan Model Pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (Air). Prosiding Seminar Nasional 21, Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas PGRI, Palembang, 5 Mei.

Ningsih, R., & Nurrahmah, A. 2016. Pengaruh Kemandirian Belajar dan


Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal
Formatif. 6(1). 73-78.

Rusman. 2017. Belajar & Pembelajaran Edisi 1. Jakarta: Kencana.

Suryani, N., dkk. 2018. Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya.


Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja
Rosdakarya.

44(hp), 1226, 10786, 26867, jurnal di hp, 533(hp), 966(hp), 7689

Skripsi 2, khairunnisa, dokument, 15142, 14014, SKRIPSI, 12010, Skripsi 4,


siti aminah, Rulli, skripsi 11, mawar nurani, 140141224, kebel 1, kebel 2

https://inet.detik.com/cyberlife/d-5130171/50-fitur-baru-google-classroom-
akan-mudahkan-belajar-online (14 april 8.55)

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/14/120400165/panduan-fitur-
google-classroom-untuk-guru-dari-membuat-kelas-hingga-tugas?page=all
(14 aptril 9.34)

https://idcloudhost.com/mengenal-apa-itu-google-classroom-fitur-fungsi-dan-
keunggulannya/ (15 april 10.00)

Anda mungkin juga menyukai