Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di abad ke-21 ini berlangsung


dengan cepat. Adanya teknologi informasi dan komunikasi ini memberikan
kesempatan untuk membenahi kualitas belajar mengajar yaitu dengan terbukanya
akses mencari sumber belajar luas bagi siswa. Inilah yang menjadi salah satu faktor
populernya orientasi pembelajaran baru yang disebut student centered learning. Salah
satu implementasi dari student centered learning ini sendiri adalah adanya
pembelajaran berbasis blended learning yang merupakan suatu bentuk pembelajaran
perpaduan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online. Satu diantara
model pembelajaran yang dirasa bisa diterapkan ketika melaksanakan student
centered learning berbasis blended learning adalah model flipped classroom.

Blended learning merupakan metode baru dalam pembelajaran yang meliputi


pembelajaran tatap muka dan online yang mengkombinasikan pembelajaran secara
tradisional dengan aktifitas menggunakan media komputer melalui penggunaan
tablet, smartphone, maupun teknologi lainnya di mana hal ini akan lebih menarik
minat siswa daripada pembelajaran tatap muka saja ataupun pembelajaran online saja
(Capone, De Caterina, & Mazza, 2017). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
blended learning merupakan suatu bentuk pembelajaran kombinasi antara
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online yang memanfaatkan peran
teknologi.

Flipped classroom dimaknai sebagai kelas yang dibalik. Konsep dari flipped
classroom ini sendiri adalah apa yang umumnya dilakukan di kelas kini dilakukan di
rumah dan apa yang dilakukan di rumah kini dilakukan di kelas (Bergmann & Sams,
2012). Berpeluang melatih siswa agar aktif dan mandiri dalam proses belajar menjadi
kelebihan flipped classroom. Dalam penerapannya, model flipped classroom dapat
diintegrasikan dengan teknologi untuk melaksanakan pembelajaran online di rumah.
Untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang berbasis student
centered learning, guru dapat memanfaatkaan berbagai learning management system
(LMS) yang tersedia, salah satunya adalah Google Classroom yang dikembangkan
oleh Google dan diperuntukkan untuk dunia pendidikan. Kelebihan Google
Classroom yakni, e-learning mudah dipelajari penggunaannya oleh guru maupun
siswa. Dengan bantuan Google Classroom, guru dapat mengkreasikan kelas
virtualnya sendiri untuk melaksanakan pembelajaran online dan mengunggah bahan
instruksional yang di dalamnya terdapat sumber belajar untuk dipelajari siswa secara
mandiri saat di rumah.

Model flipped classroom menjadikan hal yang biasanya diselesaikan di kelas dan apa
yang biasanya diselesaikan di rumah ditukar atau dibalik. Pekerjaan rumah seperti
pemecahan masalah lebih baik dikerjakan di kelas dengan bimbingan guru menjadi
prinsip flipped classroom (Herreid & Schiller, 2013). Terdapat dua bagian utama dari
model pembelajaran ini, yaitu pembelajaran yang berlangsung di sekolah dan di
rumah. Pada model ini, pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah dan di rumah
saling berkontribusi satu sama lain. Secara garis besar, pelaksanaan model ini diawali
dari pembelajaran di rumah secara online. Pada pembelajaran online, guru
menggunakan bantuan aplikasi tertentu untuk memberikan bahan ajar yang akan
dipelajari oleh siswa secara mandiri. Selanjutnya, pada saat pembelajaran tatap muka
di sekolah, guru memfasilitasi dan membimbing siswa untuk memperdalam konsep
pembelajaran yang telah dipelajari oleh siswa di rumah dengan mengintensifkan
pemberian latihan berbasis masalah dan pengerjaan proyek.

Menurut Kathleen Fulton (dalam Yildrim & Kiray, 2016), kelebihan flipped
classroom yaitu siswa dapat mengikuti pembelajaran menyesuaikan kecepatan
pemahaman mereka karena terdapat kesempatan untuk mengulang-ulang materi jika
diperlukan, pekerjaan rumah diselesaikan di kelas dan siswa dapat menanyakan
bagian yang belum dipahami, siswa mempunyai kesempatan untuk mengakses
pembelajaran secara penuh, waktu pembelajaran di kelas digunakan secara efektif
oleh guru dan siswa, guru yang menerapkan flipped classroom mendapatkan hasil
lebih tinggi dibandingkan dengan menerapkan pembelajaran tradisional. Dan
kekurangan flipped classroom menurut Talbert (dalam Yildrim & Kiray, 2016) yaitu
dalam proses pembuatan video pembelajaran menguras sebagian besar waktu guru,
jika guru tidak mampu berinteraksi dengan siswa secara aktif saat pembelajaran
online, maka dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar, bagi siswa yang
terbiasa dengan model pembelajaran tradisional, maka memungkinkan siswa
menghadapi beberapa masalah dalam membiasakan diri dengan model pembelajaran
baru ini, memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dari
video pembelajaran yang dibuat sendiri oleh guru.

Google Classroom merupakan e-learning gratis hasil pengembangan Google dan


diperuntukkan untuk sekolah, lembaga non-profit, serta para pemilik akun Google.
Google Classroom menjadi alternatif yang dinilai mampu memudahkan siswa dan
guru agar dapat tetap terhubung, baik ketika tatap muka di kelas maupun online di
luar kelas. Google Classroom menjadi salah satu platform pembelajaran di dunia
pendidikan saat ini yang dikembangkan dengan tujuan agar lembaga-lembaga
pendidikan beralih menuju sistem pembelajaran, penugasan, maupun penilaian tanpa
kertas (Google, 2017). Google Classroom juga melibatkan banyak layanan Google
secara bersamaan. Google Classroom dapat diakses melalui komputer pribadi dan
smartphone. Fitur pembelajaran pada Google Classroom yang dapat digunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran online antara lain membuat pengumuman (create
announcement), membuat penugasan (create assignment), membuat pertanyaan
(create question), serta menyalin aktivitas yang pernah dilaksanakan sebelumnya
(reuse post).

Tujuan :

1. memungkinkan siswa untuk mengakses berbagai materi pelajaran dengan


lebih fleksibel.
2. meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar sehingga menjadi lebih aktif
3. memberi kesempatan guru untuk mendampingi siswa lebih baik lagi dan juga
memberikan pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa dengan kebutuhan dan
karakteristik yang berbeda.

Dasar teori

Moedel pembelajaran self-direct learning berbasis Google Classroom didasarkan


pada beberapa teori pembelajaran, antara lain :

a) Teori kognitif
teori ini memandang belajar sebagai aktivitas internal yang melibatkan mental
dan kewajiban pada manusia yang dilakukan melalui kegiatan mengingat,
menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa.
Dalam pembelajaran flipped learning, siswa memahami suatu pelajaran dari
apa yang telah diberikan guru pada Google Classroom dan mampu menjawab
pertanyaan guru dari apa yang ia ingat tentang pelajaran tersebut.
b) Teori konstruktivistik
Belajar menurut teori ini adalah kegiatan yang aktif dalam
mengkontekstualisasi informasi. Konstruktivistik memiliki dua cabang yaitu
personal dan sosial, dimana konstruktivistik personal menekankan aktivitas
individu secara pribadi sedangkan konstruktivistik sosial menekankan adanya
interaksi sosial dalam proses pembentukkan pengetahuan. Dalam
pembelajaran flipped learning, siswa dapat memilih materi apa saja yang ingin
diketahui dan mendiskusikannya pada forum diskusi ataupun membahasnya
bersama ketika pertemuan tatap muka bersama guru.
c) Teori pembelajaran mandiri
Teori ini menyatakan bahwa siswa akan lebih efektif dalam pembelajaran jika
siswa dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar, menentukan materi yang
ingin dipelajari, menentukan tujuan belajar dan evaluasi hasil pembelajaran
sendiri. Dalam pembelajaran flipped learning, siswa akan aktif dalam
pembelajaran karena dapat menentukan materi yang ingin dipelajari,
menentukan tujuan pembelajaran dan sebagainya sebelum akhirnya dibahas
bersama guru di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai