PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19)
menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring. Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari
pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan
perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain sebagai
perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dari rumah secara daring, guru dituntut untuk lebih
inovatif dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran. Perubahan cara mengajar ini
tentunya membuat guru dan siswa beradaptasi dari pembelajaran 3 secara tatap muka di
kelas menjadi pembelajaran daring (Mastuti, dkk, 2020). Beberapa penelitian sebelumnya
menyatakan hasil belajar pembelajaran daring lebih baik daripada pembelajaran tatap
muka (Nira Radita, dkk, 2018; Means, dkk, 2013), sedangkan penelitian yang lain
menyebutkan bahwa hasil belajar yang menggunakan pembelajaran tatap muka lebih baik
daripada yang menggunakan pembelajaran daring (Al-Qahtani & Higgins, 2013).
Secara teknis dalam pembelajaran daring perangkat pendukung seperti gawai dan
koneksi internet yang keduanya harus tersedia untuk kedua belah pihak pengajar dan siswa
(Simanihuruk, dkk, 2019). Dengan bantuan perangkat pendukung tersebut dapat
memudahkan guru dalam menyiapkan media pembelajaran dan menyusun langkah-
langkah pembelajaran yang akan diterapkan. Media pembelajaran yang tersedia secara
online sangat beragam dan senantiasa berkembang.
WhatsApp adalah aplikasi pesan instan untuk smartphone, jika dilihat dari
fungsinya WhatsApp hampir sama dengan aplikasi SMS yang biasa kita pergunakan di
ponsel lama. Tetapi WhatsApp tidak menggunakan pulsa, melainkan data internet. Jadi,
di aplikasi ini kita tak perlu khawatir soal panjang pendeknya karakter. Tidak ada
batasan, selama data internet kita memadai.
Penelitian yang dilakukan oleh Bansal, Joshi (2014, hlm. 15) menyatakan bahwa
melalui penggunaan grup dalam WhatsApp, interaksi sosial antara siswa dengan guru
meningkat drastis dan pemecahan masalah dalam pembelajaran menjadi tidak terbatas
hanya di dalam kelas. Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Ngaleka, Uys
(2012, hlm.17) menyatakan bahwa WhatsApp memfasilitasi siswa untuk belajar di luar
kelas serta dapat menyelesaikan pekerjaan kelompok dengan lebih mudah.
Untuk melengkapi di laksanakan secara daring atau online maka peneliti berinisiatif
menggunakan Google classroom dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa menulis teks isi
laporan hasil observasi di masa pandemi. Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah
suatu serambi aplikasi pembelajaran campuran secara online yang dapat digunakan secara
gratis. Pendidik bisa membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau
mengundang para siswanya. Google Classroom ini diperuntukkan untuk membantu semua
ruang lingkup pendidikan yang membantu siswa untuk menemukan atau mengatasi kesulitan
pembelajaran, membagikan pelajaran dan membuat tugas tanpa harus hadir ke kelas.
Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi file
antara guru dan siswa Google Classroom menggabungkan Google Drive untuk pembuatan
dan distribusi penugasan, Google Docs dan , Slides untuk penulisan, Gmail dan whatshap
untuk komunikasi, dan Google Form untuk penjadwalan. Siswa dapat diundang untuk
bergabung dengan kelas melalui kode pribadi, atau secara otomatis diimpor dari domain
sekolah.
. Peneliti menduga dengan kolaborasi penggunaan fitur video pengajaran, pengiriman
pesan, dan evaluasi pada pembelajaran daring ini dapat meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar pada mata pelajaran Kearsipan pada siswa kelas X OTKP 1. Penelitian
mengenai penggunaan aplikasi whatshap , google form dan google clasrom sebagai media
pembealajaran dimana pada pembelajaran ini dilakukan oleh Wang (2015) yang
menyatakan bahwa respon siswa berbasis permainan berhasil meningkatkan keterlibatan,
motivasi, dan pembelajaran siswa setelah menggunakannya berulang kali. Menurut Dellos
(2015) Whatshap google form dan google clasrom menciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan kompetitif dalam mendorong pembelajaran. Karena dilengkapi
dengan beberapa fitur penunjang tidak hanya bertujuan untuk aspek akademis saja, tetapi
juga psikologis siswa. Siswa dapat tumbuh dalam kepercayaan diri dengan mengerjakan
kuis dengan baik dan juga diakui oleh guru dan rekannya.
”.
a. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini penulis lakukan hanya pada siswa kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2
Pacitan Tahun Pelajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa 31 orang.
2. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar pada Pengertian,
kegunaan dan jenis arsip
3. Waktu penelitian hanya terbatas pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut : Apakah Penggunaan Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan
Google Clasroom Dalam Pembelajaran Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kearsipan Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri
2 Pacitan Tahun Pelajaran 2020/2021”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin mengetahui
terjadinya peningkatan keaktifan dan Prestasi Belajar siswa kelas X OTKP 1 pada Mata
pelajaran Kearsipan menggunakan Video Pembelajaran melalui whatsaap dalam
pembelajaran daring
D. Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada para pengajar SMK Negeri 2 Pacitan , akan pentingnya metode
mengajar sebagai salah satu faktor keberhasilan pembelajaran, sehingga dapat
menentukan metode serta pola mengajar yang akan diterapkan pada pembelajaran guna
mengoptimalkan hasil belajar yang diinginkan baik oleh mengajar maupun siswa.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Manfaat Praktis
b. Manfaat Teoritis
KAJIAN PUSTAKA
1) Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus
Besar Bahasa Indonesia: 17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehingga menjadi
keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan belajar
adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan
rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang
dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Peserta didik
harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
Mendikte dan menyuru mereka menulis sepanjang jam pelajaran akan
menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di
papan tulis. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan
dan seterunya akan lebih menarik dan menyenangkan.
b. Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk memecahkan
masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar peserta didik harus aktif
menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya
dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai
pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur
keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama.
Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental
dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar
merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana
keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegaiatan belajar
kelompok maupun belajar secara perseorangan.
2. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar
Perbuatan belajar merupakan perbuatan yang sangat kompleks dan proses yang
berlangsung pada otak manusia. Dengan melakukan perbuatan belajar tersebut
peserta didik akan menjadi aktif di dalam kegaiatn belajar Jenis-jenis keaktifan
belajar siswa dalam proses belajar sangat beragam. Curiculum Guiding Commite of
the Winsconsin Cooperative Educational Program dalam Oemar Hamalik (2009: 20-
21) mengklasifikasikan aktivitas peserta didik dalam proses belajar menjadi: (1)
kegiatan penyelidikan: membaca, berwawancara, mendengarkan radio, menonton
film, dan alat-alat AVA lainnya; (2) kegiatan penyajian: laporan, panel and round
table discussion, mempertunjukkan visual aid, membuat grafik dan chart; (3)
kegiatan latihan mekanik: digunakan bila kelompok menemui kesulitan sehingga
perlu diadakan ulangan dan latiha; (4) kegiatan apresiasi: mendengarkan musik,
membaca, menyaksikan gambar; (5) kegiatan observasi dan mendengarkan: bentuk
alat-alat dari murid sebagai alat bantu belajar; (6) kegiatan ekspresi kreatif:
pekerjaan tangan, menggambar, menulis, bercerita, bermain, membuat sajak,
bernyanyi, dan bermain musik, (7) bekerja dalam kelompok: latihan dalam tata kerja
demokratis, pembagian kerja antara kelompok dalam melaksanakan rencana, (8)
percobaan: belajar mencobakan cara-cara menegrjakan sesuatu, kerja laboratorium
dengan menekankan perlengkapan yang dapat dibuat oleh peserta didik di samping
perlengkapan yang telah tersedia, serta (9) kegiatan mengirganisasi dan menilai:
diskriminasi, menyeleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh
mereka sendiri.
Lebih lanjut, Mohammad Ali membagi jenis keaktifan siswa dalam proses belajar
ada delapan aktivitas, yaitu: mendengar, melihat, mencium, merasa, meraba,
mengilah ide, menyatakan ide, dan melakukan latihan. Secara sederhana kedelapan
aktivitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar dan
melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-
ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa sesorang.
b. Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83% dari penglihatannya.
Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peragaa
atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar
melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan
pandang, atau yang sering di kenal dengan istilah alat peraga.
c. Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar bukan hanya mendengar
dan melihat, tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat memahami perbedaan
objek melalui bau yang dapat dicium.
d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk
perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.
e. Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan untuk
membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir atau
proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara lisan
maupun secara tulisan, serta dari proses penginderaan yang lain yang kemudian
peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. Berdasarkan tanggapannya,
dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan
prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai.
Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku kognitif yang dapat dicapai dalam
proses belajar mengajar.
g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang
kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau
mengekspresikan ide. Ekspresi ide ini dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi,
melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui kegiatan semacam
itu, taraf kemmapuan kognitif yang dicapai lebih baik dan lebih tinggi
dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan, apalagi
penginderaan yang dilakukan hanya sekedar mendengar semata-mata.
h. Melakukan latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui
proses belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif (sikap) dan
tingkah laku psikomotorik (keterampilan). Untuk meningkatkan keterampilan
tersebut memerlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu kegiatan proses
belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat
dicapai dengan melalui latihan-latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis kegiatan keaktifan peserta didik dalam proses belajar dapat dikelompokkan
menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani, di mana bentuk dari kedua jenis
keaktifan tersebut sangat beragam, diantaranya adalah: keaktifan panca indera, akal,
ingatan, dan emosional.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Menurut Winkel
(1989:57) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dibagi menjadi
dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Masing-masing faktor tersebut
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam anak didik yang terdiri dari
faktor intelektual dan faktor non intelektual. Faktor intelektual terdiri dari cara
belajar, intelegensi, dan kemampuan belajar. Sedang faktor non intelektual terdiri
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar dari anak didik yang terdiri dari
faktor lingkungan dan instrument. Faktor lingkungan meliputi faktor alami dan
prasarana.
Prestasi belajar merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam
proses belajar mengajar. Semakin baik proses belajar siswa maka semakin mudah
3. Pembelajaraan Draing
Pembelajaran Daring dapat saja diselenggarakan dan diikuti secara gratis maupun
berbayar. Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu
secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau
audiens yang lebih banyak dan lebih luas.
Manfaat Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring):
1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia
secara efektif dalam pembelajaran,
2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan,
3. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
pemanfaatan sumber daya bersama.
Karakteristik Dalam Jaringan:
1) Daring: Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang diselenggarakan melalui
jejaring web,
2) Masif: Pembelajaran Daring adalah pembelajaran dengan jumlah partisipan tanpa
batas yang diselenggarakan melalui jejaring web,
3) Terbuka: Sistem Pembelajaran Daring bersifat terbuka artinya terbuka aksesnya
bagi kalangan pendidikan, industri, usaha, dan khalayak masyarakatumum.
4. Video Pembelajaran
Pengertian Video Pembelajaran
Video pembelajaran adalah media untuk mentransfer pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bagian dari proses belajar. Lebih interaktif dan lebih spesifik
dari sebuah buku atau kuliah, tutorial berusaha untuk mengajar dengan contoh
dan memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Menurut Cheppy Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang
menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi
konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman
terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak
dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi
pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video
(tampak) dapat disajikan serentak.
Karakteristik Media Video Pembelajaran
Menurut Cheppy Riyana (2007:8-11) untuk menghasilkan video pembelajaran yang
mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan video
pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video
pembelajaran yaitu:
1. Clarity of Massage (kejalasan pesan)
Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna
dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan
tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.
Financial record, yaitu catatan yang berkaitan dengan masalah keuangan. Misalnya
kuitansi, giro, cek.
Inventory record, yaitu catatan yang berhubungan dengan masalah barang inventaris.
Contoh catatan tentang jumlah barang, merek, ukuran, harga.
Personal record, yaitu arsip yang berhubungan dengan masalah kepegawaian.
Contoh: surat lamaran kerja, curriculum vitae, absensi, dll.
Sales Record, yaitu arsip yang berhubungan dengan masalah penjualan. Contoh:
daftar agen distributor,dan daftar penjualan barang.
Production record, yaitu arsip yang berkaitan dengan masalah produksi. Contoh: arsip
tentang jenis bahan baku, jenis alat yang digunakan, data produksi barang atau
jasa, dll.
3. Jenis Arsip Berdasarkan Pemiliknya
Lembaga Pemerintahan, yaitu meliputi Arsip Nasional di Indonesia (Arsip
Nasional Republik Indonesia). Arsip Nasional di setiap ibu kota Daerah Tingkat
I (Arsip Nasional Daerah).
Instansi Pemerintah/swasta, yaitu meliputi arsip primer dan sekunder dan arsip
sentral dan arsip unit.
4. Jenis Arsip Berdasarkan Sifatnya
Arsip tidak penting, yaitu arsip yang hanya memiliki kegunaan informasi.
Misalnya surat undangan, dan brosur.
Arsip biasa, yaitu arsip yang semula penting/dibutuhkan, namun dengan
seiringnya waktu tidak berguna lagi pada saat informasinya sudah berlalu,
Contoh: surat lamaran kerja.
Arsip penting, yaitu arsip yang mengikat antara masa lalu dan masa yang akan
datang, contoh: surat perjanjian atau surat kuasa.
Arsip sangat penting, yaitu dokumen yang keberadaannya sangat penting dan
dijadikan sebagai alat pengingat selama-lamanya (bernilai sejarah/ilmiah).
Contoh: naskah proklamasi.
Arsip rahasia, arsip yang hanya boleh diketahui oleh orang atau kelompok
tertentu dalam sebuah organisasi. Contoh: hasil penilaian pegawai.
5. Jenis arsip berdasarkan fungsinya
Arsip dinamis adalah dokumen yang digunakan secara langsung dalam kegiatan
pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu. Arsip dinamis dibagi
lagi menjadi 3 jenis yaitu :
Arsip aktif adalah dokumen yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau arsip
yang masih terus-menerus dipergunakan oleh unit pengolahan suatu organisasi.
Contohnya : Daftar hadir atau absen karyawan
Arsip inaktif adalah dokumen yang frekuensi penggunaannya telah menurun
dan pengelolaannya dilakukan oleh unit sentral dalam suatu organisasi.
Contohnya : Rapot
Arsip vital adalah dokumen yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar
bagi kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak
tergantikan apabila rusak atau hilang. Contoh : Ijazah dan Sertifikat Tanah dan
Bangunan
Arsip statis yaitu dokumen yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki
nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan berketerangan
dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.
Contohnya : Surat Keputusan.
6. Jenis Arsip Berdasarkan Kekuatan Hukum atau Legalitas dalam Hukum
Arsip Autentik, yaitu arsip yang diatasnya terdapat tanda tangan asli dengan tinta
sebagai tanda keabsahan dari sisi arsip bersangkutan.
Arsip Tidak Autentik, yaitu arsip yang diatasnya tidak ada tanda tangan asli dengan
tinta.
7. Jenis Arsip Berdasarkan Tingkat Keasliannya
Arsip Asli, adalah dokumen yang awal dari mesin ketik, cetakan printer, tanda tangan
basah dan legalisasi asli atau dokumen utama.
Arsip Tembusan, adalah dokumen kedua, ketiga dan seterusnya yang dimana proses
pembuatannya bersama dokumen asli namun ditunjukan pada pihak selain penerima
dokumen asli.
Arsip Salinan, adalah dokumen yang proses pembuatannya tidak bersama dengan
dokumen asli namun memiliki kesesuaian dengan dokumen asli.
Mengingat pentingnya mengetahui jenis-jenis arsip, penataan atau pengelolaan arsip bagi
kehidupan berorganisasi, maka keberadaan arsip perlu mendapat perhatian khusus, sehingga
keberadaan arsip di kantor/perusahaan benar-benar menunjukkan peran yang sesuai dan dapat
mendukung penyelesaian pekerjaan yang dilakukan semua karyawan atau pegawai dalam
organisasi.
.
. Kerangka Berfikir
Kerangka pikir itu penting untuk membantu dan mendorong peneliti memusatkan
usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel tertentu yang telah
dipilihnya, mempermudah peneliti memahami dan menyadari kelemahan/keunggulan dari
penelitian yang dilakukannya dibandingkan penelitian terdahulu
Pra Siklus:
Sebelum
menggunaka Keaktifan
n google belajar
classroom siswa menulis
Siklus I:
Sesudah
Keaktifan
menggunaka
belajar
n XRecorder
Tahap I
Siklus II:
Sesudah Keaktifan
menggunakan belajar
X Recorde
siswa menulis teks
B. HIPOTESIS TINDAKAN
Mengacu pada kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat diambil suatu hipotesis sbb :
Pengaruh Pembelajaran Daring menggunakan whatsapp sebagai media pembelanjaran dapat
meningkatakan keaktifan dan Prestasi Belajar Mata pelajaran Penataan Produk Siswa Kelas
XII BDPSMK Negeri Tulakan Tahun Pelajaran 2020/2021”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
(Kasbolah,1999:1). Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya penelitian dalam
berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan karena peneliti ingin memperbaiki / meningkatkan
aktifitas dan prestasi siswa dalam proses belajar mengajar siswa X OTKP 1 SMK Negeri 2
Pacitan .
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan Tahun Pelajaran
2020/2021 semester ganjil, materi memahami arsip dan kearsipan . Jumlah siswa kelas X
OTKP 1 semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 sebanyak 31 siswa dengan obyek
penelitian keaktifan dan prestai belajar pada mata pelajaran Penataan produk dengan
Kompetensi Dasar 3.2 Memahami arsip dan Kearsipan 4.2 Melakukan pengelompokan
Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian evaluasi sebuah program Daring (online) yang
diadakan di SMK Negeri 2 Pacitan Langkah- langkah yang dilakukan peneliti :
1) Melihat jadwal pelaksanaan daring untuk Mata Pelajaran Kearsipan untuk Kelas
X OTKP 1 terjadwal setiap Selasa, pukul 09.00-10.30 WIB (90 menit),
2) membuat grup WhatsApp mata pelajaran pendidik sudah dimasukan ke Grup,
3) membuat googleform untuk presensi dan kuis dan google clasroom untuk
menyajikan materi dan pemberian tugas ke peserta didik
4) membuat link google form dan kode kelas untuk google clasroom yang akan
disampaikan di WhatsApp group kelas, kemudian tugas terstrukturnya di
sampaikan melalui email, dan Google classrom
5) Check tugas yang disampaikan peserta didik,
6) Rekapitulasi presensi aktif dan capaian hasil belajar pada mata pelajaran
Kearsipann
C. Instrumen Penelitian
Instrumen ini untuk mendata aktifitas yang dilakukan siswa selama kegiatan
pengamatan ini digunakan juga untuk mengamati proses pembelajaran daring yang
1. Metode Observasi .
Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam pembelajaran
2. Tes siswa
dilakukan. Tes ini berisi soal yang bersifat subyektif yang sesuai dengan materi yang
pengamatan kegiatan yang sudah berjalan pada proses belajar mengajar daring dimana
data diperoleh dari kiriman Whatshap, google classroom dan google form. . Hasil dari
google classroom , email dan google form dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan
belajar siswa secara individual dan kelompok meningkatnya nilai rata-rata kelas.Siswa
dikatakan berhasil dalam pembelajaran pada penelitian ini bila memperoleh nilai
Pelaksanaan proses belajar mengajar pada setiap siklus dibagi pelaksanaan proses belajar
mengajar 90 menit pertama dan pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit
Penelitian dilaksanakan menjadi 2 (dua ) siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Perlu dicatat disini bahwa baik pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit
pertama maupun pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit kedua kolaborator
diselidiki.
Adapaun kegiatan penelitian secara garis besar dapat penulis kemukakan sebagai
berikut :
1. Observasi awal
berikut .
kelas 6.
dengan baik .
Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam
pembelajaran
3. Pelaksanaan Tindakan
dengan Pola Pembelajaran daring dengan menggunakan whatshap, google clasroom, dan
google form Kegiatan ini sudah mencakup kegiatan observasi terkait dengan respon guru,
inisiatif guru, respon siswa dan inisiatif siswa . Setelah tindakan tersebut dilaksanakan
untuk mengetahui apakah konsep ini dapat mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran dengan diberikan soal dalam bentuk penugasan yang harus
pertanyaan. hasil dari observasi tersebut dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
proses belajar mengajar 90 menit pertama dan pelaksanaan proses belajar mengajar pada
Penelitian dilaksanakan menjadi 2 (dua ) siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Perlu dicatat disini bahwa baik pelaksanaan proses belajar mengajar pada 90 menit
sebagai berikut :
1. Observasi awal
Pada kegiatan ini peneliti mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran di kelas
Pada kegiatan ini peneliti mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran di kelas X
OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan .Pengumpulan data yang perlu di persiapkan adalah
silabus, RPP, Materi yang akan disampaikan ( dalam bentuk video pembelajaran PPT),
2. Persiapan
OTKP 1
dengan
baik.
Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam pembelajaran
3. Pelaksanaan Tindakan
terkait dengan respon guru, inisiatif guru, respon siswa dan inisiatif siswa . Setelah
mempersiapkan perangkat pembelajaran (RPP , Materi video PPT dan lembar kerja
sebagai alat evaluasi. Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut::
a. Memberi perintah kepada ketua siswa untuk membuat grup whatsaap kelas mata
pelajaran Kerasipan
PPT dan video pembelajaran dapat di lihat pada whatsaap untuk pembelajaran
dan google clasroom untuk pemberian materi dan penugasan pengumpulan soal
serta google form untuk absensi siswa.Dari Video pembelajaran peserta didik
d. Untuk membuat google clasroom membuat guop kelas dan menyampaikan kode
kelas mmelalui Whatsaap , selain itu juga mengirim email kepada siswa (jika
f. Penggumpulan tugas dikirim sampai batas waktu pukul 21.00 bisa lewat
pekerjaan siswa yang dikirim melalui whatsapp, google class dan email
Perlu dicatat disini bahwa bailk pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit
pertama maupun pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit kedua kolaborator
diselidiki. Kegiatan selama 90 menit pelajaran digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keadaan siswa adalam mengikuti pelajaran.masih ada beberapa kendala antara lain
a. Kehadiran belum maksimal karena alasan sinyal yang kurang baik, ada yang
masih beraktivitas membantu orang tua dan juga karena ada yang belum punya
b. Belum memahami dalam teknik pembelajaran daring saat ini karena baru tahun
akan brouwsing juga susah sinyal dan ada unsur belum bersemangat dalam
melakukan pembelajaran
Tabel 1
pembelajaran
hasil paparan
pembelajaran
Tabel 2
NO N A M A NILAI
3 AMILIA SAFITRI 80
9 ARIFATUN NASIKHAH 75
10 ARUM HAPSARI 80
11 ARYA HANDIKA 65
12 ASMARA YUDHA RASTRI KUSUMA 75
13 AULIA PUTRI 80
14 AYU NURIDA 75
17 DEBBY NOVLA 58
18 DELA KRISTIANI 85
20 DENY FIRMANSZYAH 60
24 DEVI PURWANTI 80
27 DIMAS HARDIANSYAH 80
Jumlah 2341
26 Rata-rata 75,52
clasroom untuk penugasan dan pengumpulan soal serta google form untuk
absensi siswa.
d. Penggumpulan tugas dikirim sampai batas waktu pukul 21.00 bisa lewat
e. Melakukan reakpitulasi kehadiran yang dapat dilihat di google form dan hasil
pekerjaan siswa yang dikirim melalui whatsapp, google class dan email
Perlu dicatat disini bahwa bailk pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit
pertama maupun pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit kedua kolaborator
diselidiki. Kegiatan selama 90 menit pelajaran digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keadaan siswa adalam mengikuti pelajaran.masih ada beberapa kendala antara lain
a. Kehadiran sudah maksimal walaupun sinyal yang kurang baik, tetapi tetap
yang memang harus diikuti Sudah ada motivasi dari keluarga terhadap
pembelajaran daring karena dapat sosialisasi dari sekolah dan mayarakat
sebagian besar dari whatsaap group dan juga ada yang wapri .
tugas di kumpulkan sampai jam 21.00 (google clasroom , email ada juga
Tabel 3
Keaktifan siswa kelas X OTKP 1 dalam Proses Belajar Mengajar ( siklus II)
pembelajaran
paparan
pembelajaran
NO N A M A NILAI
Tabel 5
Siklus 1 Siklus 2
No Kegiatan proses pembelajaaran Jml % Jml %
paparan
pembelajaran
Tabel 6
NO N A M A Siklus I Siklus II
3 AMILIA SAFITRI 80 85
9 ARIFATUN NASIKHAH 75 80
10 ARUM HAPSARI 80 85
11 ARYA HANDIKA 65 70
13 AULIA PUTRI 80 85
14 AYU NURIDA 75 80
15 CHIKAL JENIA HARYANTI 85 90
17 DEBBY NOVLA 58 63
18 DELA KRISTIANI 85 90
20 DENY FIRMANSZYAH 60 70
24 DEVI PURWANTI 80 85
27 DIMAS HARDIANSYAH 80 85
Dari Tabel 5 Keaktifan siswa dalam PBM Siklus I dan Silus II pada siswa kelas XII
Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam pembelajaran
Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran dari siklus 1 sebesar
Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil paparan siswa dari siklus 1
Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar dan tepat waktu dari siklus 1
TN 2341
Rata Nilai = ------ = -------- = 75,52
N 31
Sb 24
Persentase = ------ X 100 % = -------- X 100 = 77,42%
N 31
TN 2501
Rata Nilai = ------ = -------- = 80,68
N 31
Sb 28
Persentase = ------ X 100 % = -------- X 100 = 90,32%
N 31
Atas dasar perhitungan analisis dari Tabel 5 Keaktifan siswa dalam KBM siklus I dan
siklus II maka hampir semua bagian yang diteliti mengalami kenaikan persentase dan
tidak ada yang turun. Demikian juga perolehan nilai siswa setelah tes mengalami
peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan” Penggunaan
Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan Google Clasroom Dalam Pembelajaran
Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kearsipan
Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan”. dapat diterima.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa : “Penggunaan Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan Google
Clasroom Dalam Pembelajaran Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Kearsipan Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan”
”.dapat diketahui keaktifan hasil presentase hasil belajar dari kegiatan siklus 1
adalah rata –rata nilai 75,52 kegiatan siklus 2 adalah 80,68 dengan tingkat ketuntasan
sesuai SKM siklus 1 sebanyak 77,42 % kemudian pada siklus 2 naik menjadi 90.32%.
Hal ini berkaitan dengan pembelajaran daring yang telah dilakukan selama proses
berlangsung, dengan maksud pemahaman meteri, aktifitas, respon terhadap guru, respon
terhadap materi,hasil pekerjaan siswa dan penyampaian pendapat untuk perilaku siswa
pada siklus 2 ini, siswa sudah aktif dan mampu bertanggungjawab dalam melakukan
kegiata pembelajaraan daring walaupun baru pertama siswa mengenal dan melakukan,
dengan demikian pembelajaran melalui daring dengan aplikasi google clasroom terdapat
peningkatan dalam keaktifan belajar .
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka sebagai tindak lanjut dan
penyempurnaannya dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Dalam menyajikan mata pelajaran Bahasa Indonedia khususnya tentang materi
Tampilan dalam penataan produk food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion
dan sport hendaknya dapat menggunakan aplikasi pembelajaran google classroom
tepat agar siswa dapat memahami benar dalam berbagai segi, yaitu aspek kognitif dan
afektif. Hal ini didasarkan bahwa untuk pelajaran Penataan produk siswa dituntut
berfikir secara kritis dan analisis dalam memahami materi.
2. Penelitian selanjutnya
Guna mendapatkan jawaban yang lebih detail disarankan diadakan penelitian lanjutan
dengan rancangan pembelajaran yang lebih komprehensif, terutama dalam pengambilan
data dengan menggunakan teori yang lebih kompleks. Dengan demikian penelitian
tersebut dapat lebih mantap tentang strategi pembelajaran daring dengan menggunakan
whatsaap, googleclasroom dan google form yang berorientasi akan lebih efektif dan
efisien .
3. Bagi siswa
Agar pembelajaran yang dilakukan disekolah cenderung lebih
berorientasi/mengedepankan pola berfikir yang aktif dan kreatif agar pelaksanaan
pembelajaran daring akan cepat memberikan kontribusi yang baik .
DAFTAR PUSTAKAN
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK
Depdikbud Dirjen Dikti
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena
Cipata
Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta : PT. Bumi Aksara
Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Jakarta: Depdikbud.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Soedarsono, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Bagian Ketiga;
Pemantauan dan Evaluasi. Yogyakarta: UP3SD – UKMPSD Depdikbud.
Kearsipan ...............................