Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan


tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan virus
tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical
distancing, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini mengharuskan
masyarakat untuk tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Akibat
dari kebijakan tersebut membuat sektor pendidikan seperti sekolah maupun perguruan
tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka. Sebagai gantinya, proses
pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa dilaksanakan dari rumah masing-
masing siswa.

Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19)
menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring. Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari
pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan
perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain sebagai
perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dari rumah secara daring, guru dituntut untuk lebih
inovatif dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran. Perubahan cara mengajar ini
tentunya membuat guru dan siswa beradaptasi dari pembelajaran 3 secara tatap muka di
kelas menjadi pembelajaran daring (Mastuti, dkk, 2020). Beberapa penelitian sebelumnya
menyatakan hasil belajar pembelajaran daring lebih baik daripada pembelajaran tatap
muka (Nira Radita, dkk, 2018; Means, dkk, 2013), sedangkan penelitian yang lain
menyebutkan bahwa hasil belajar yang menggunakan pembelajaran tatap muka lebih baik
daripada yang menggunakan pembelajaran daring (Al-Qahtani & Higgins, 2013).

Secara teknis dalam pembelajaran daring perangkat pendukung seperti gawai dan
koneksi internet yang keduanya harus tersedia untuk kedua belah pihak pengajar dan siswa
(Simanihuruk, dkk, 2019). Dengan bantuan perangkat pendukung tersebut dapat
memudahkan guru dalam menyiapkan media pembelajaran dan menyusun langkah-
langkah pembelajaran yang akan diterapkan. Media pembelajaran yang tersedia secara
online sangat beragam dan senantiasa berkembang.

WhatsApp adalah aplikasi pesan instan untuk smartphone, jika dilihat dari
fungsinya WhatsApp hampir sama dengan aplikasi SMS yang biasa kita pergunakan di
ponsel lama. Tetapi WhatsApp tidak menggunakan pulsa, melainkan data internet. Jadi,
di aplikasi ini kita tak perlu khawatir soal panjang pendeknya karakter. Tidak ada
batasan, selama data internet kita memadai.
Penelitian yang dilakukan oleh Bansal, Joshi (2014, hlm. 15) menyatakan bahwa
melalui penggunaan grup dalam WhatsApp, interaksi sosial antara siswa dengan guru
meningkat drastis dan pemecahan masalah dalam pembelajaran menjadi tidak terbatas
hanya di dalam kelas. Begitu juga pada penelitian yang dilakukan oleh Ngaleka, Uys
(2012, hlm.17) menyatakan bahwa WhatsApp memfasilitasi siswa untuk belajar di luar
kelas serta dapat menyelesaikan pekerjaan kelompok dengan lebih mudah.
Untuk melengkapi di laksanakan secara daring atau online maka peneliti berinisiatif
menggunakan Google classroom dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa menulis teks isi
laporan hasil observasi di masa pandemi. Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah
suatu serambi aplikasi pembelajaran campuran secara online yang dapat digunakan secara
gratis. Pendidik bisa membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau
mengundang para siswanya. Google Classroom ini diperuntukkan untuk membantu semua
ruang lingkup pendidikan yang membantu siswa untuk menemukan atau mengatasi kesulitan
pembelajaran, membagikan pelajaran dan membuat tugas tanpa harus hadir ke kelas.
Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi file
antara guru dan siswa Google Classroom menggabungkan Google Drive untuk pembuatan
dan distribusi penugasan, Google Docs dan , Slides untuk penulisan, Gmail dan whatshap
untuk komunikasi, dan Google Form untuk penjadwalan. Siswa dapat diundang untuk
bergabung dengan kelas melalui kode pribadi, atau secara otomatis diimpor dari domain
sekolah.
. Peneliti menduga dengan kolaborasi penggunaan fitur video pengajaran, pengiriman
pesan, dan evaluasi pada pembelajaran daring ini dapat meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar pada mata pelajaran Kearsipan pada siswa kelas X OTKP 1. Penelitian
mengenai penggunaan aplikasi whatshap , google form dan google clasrom sebagai media
pembealajaran dimana pada pembelajaran ini dilakukan oleh Wang (2015) yang
menyatakan bahwa respon siswa berbasis permainan berhasil meningkatkan keterlibatan,
motivasi, dan pembelajaran siswa setelah menggunakannya berulang kali. Menurut Dellos
(2015) Whatshap google form dan google clasrom menciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan kompetitif dalam mendorong pembelajaran. Karena dilengkapi
dengan beberapa fitur penunjang tidak hanya bertujuan untuk aspek akademis saja, tetapi
juga psikologis siswa. Siswa dapat tumbuh dalam kepercayaan diri dengan mengerjakan
kuis dengan baik dan juga diakui oleh guru dan rekannya.

Peneliti lain juga menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan ) menggunakan media


whatshap mampu meningkatkan minat dan aktivitas siswa (Heni, dkk, 2019). Selain itu
penggunaannayn juga menjadikan siswa lebih konsentrasi, semakin bekerjasama, nyaman
dalam belajar, dan meningkatkan motivasi belajar menurut Chaiyo dan Nokham (2017).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian


dengan judul “Penggunaan Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan Google Clasroom
Dalam Pembelajaran Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Kearsipan Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan

Tahun Pelajaran 2020/2021

”.

a. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini penulis lakukan hanya pada siswa kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2
Pacitan Tahun Pelajaran 2020/2021 dengan jumlah siswa 31 orang.
2. Hasil belajar dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar pada Pengertian,
kegunaan dan jenis arsip
3. Waktu penelitian hanya terbatas pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut : Apakah Penggunaan Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan
Google Clasroom Dalam Pembelajaran Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kearsipan Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri
2 Pacitan Tahun Pelajaran 2020/2021”

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin mengetahui
terjadinya peningkatan keaktifan dan Prestasi Belajar siswa kelas X OTKP 1 pada Mata
pelajaran Kearsipan menggunakan Video Pembelajaran melalui whatsaap dalam
pembelajaran daring

D. Manfaat Penelitian
Secara umum manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan kepada para pengajar SMK Negeri 2 Pacitan , akan pentingnya metode
mengajar sebagai salah satu faktor keberhasilan pembelajaran, sehingga dapat
menentukan metode serta pola mengajar yang akan diterapkan pada pembelajaran guna
mengoptimalkan hasil belajar yang diinginkan baik oleh mengajar maupun siswa.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Praktis

1. Bagi Guru Pembelajaran daring sinkronus dengan Whatsaap , google


clasroom dan google form dapat memberikan gambaran sekaligus
tambahan wawasan untuk para guru sehingga guru dapat mengetahui bahwa
pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Bagi Siswa Penerapan pembelajaran sinkronus dengan Whatsaap , google


clasroom dan google form diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar dari rumah yang menyenangkan kepada siswa prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran Penataan Produk meningkat yang pada akhirnya siswa
akan lebih termotivasi dan semakin tertarik untuk belajar

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pendidikan,


khususnya pada penerapan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk
menerapkan pembelajaran yang lebih bervariasi dengan menggunakan media
yang inovatif
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1) Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk, giat (Kamus
Besar Bahasa Indonesia: 17). Aktif mendapat awalan ke- dan –an, sehingga menjadi
keaktifan yang mempunyai arti kegiatan atau kesibukan. Jadi, keaktifan belajar
adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa.
Keaktifan tersebut tidak hanya keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan
rohani. Menurut Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang
dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya. Peserta didik
harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.
Mendikte dan menyuru mereka menulis sepanjang jam pelajaran akan
menjemukan. Demikian pula dengan menerangkan terus tanpa menulis sesuatu di
papan tulis. Maka pergantian dari membaca ke menulis, menulis ke menerangkan
dan seterunya akan lebih menarik dan menyenangkan.
b. Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk memecahkan
masalah, menimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.
c. Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar peserta didik harus aktif
menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru, dan menyimpannya
dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap dan mampu mengutarakan kembali.
d. Keaktifan emosi dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai
pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur
keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama.
Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental
dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar
merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana
keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegaiatan belajar
kelompok maupun belajar secara perseorangan.
2. Jenis-Jenis Keaktifan Belajar
Perbuatan belajar merupakan perbuatan yang sangat kompleks dan proses yang
berlangsung pada otak manusia. Dengan melakukan perbuatan belajar tersebut
peserta didik akan menjadi aktif di dalam kegaiatn belajar Jenis-jenis keaktifan
belajar siswa dalam proses belajar sangat beragam. Curiculum Guiding Commite of
the Winsconsin Cooperative Educational Program dalam Oemar Hamalik (2009: 20-
21) mengklasifikasikan aktivitas peserta didik dalam proses belajar menjadi: (1)
kegiatan penyelidikan: membaca, berwawancara, mendengarkan radio, menonton
film, dan alat-alat AVA lainnya; (2) kegiatan penyajian: laporan, panel and round
table discussion, mempertunjukkan visual aid, membuat grafik dan chart; (3)
kegiatan latihan mekanik: digunakan bila kelompok menemui kesulitan sehingga
perlu diadakan ulangan dan latiha; (4) kegiatan apresiasi: mendengarkan musik,
membaca, menyaksikan gambar; (5) kegiatan observasi dan mendengarkan: bentuk
alat-alat dari murid sebagai alat bantu belajar; (6) kegiatan ekspresi kreatif:
pekerjaan tangan, menggambar, menulis, bercerita, bermain, membuat sajak,
bernyanyi, dan bermain musik, (7) bekerja dalam kelompok: latihan dalam tata kerja
demokratis, pembagian kerja antara kelompok dalam melaksanakan rencana, (8)
percobaan: belajar mencobakan cara-cara menegrjakan sesuatu, kerja laboratorium
dengan menekankan perlengkapan yang dapat dibuat oleh peserta didik di samping
perlengkapan yang telah tersedia, serta (9) kegiatan mengirganisasi dan menilai:
diskriminasi, menyeleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh
mereka sendiri.
Lebih lanjut, Mohammad Ali membagi jenis keaktifan siswa dalam proses belajar
ada delapan aktivitas, yaitu: mendengar, melihat, mencium, merasa, meraba,
mengilah ide, menyatakan ide, dan melakukan latihan. Secara sederhana kedelapan
aktivitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah mendengar dan
melihat. Apa yang kita dengar dapat menimbulkan tanggapan dalam ingatan-
ingatan, yang turut dalam membentuk jiwa sesorang.
b. Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83% dari penglihatannya.
Melihat berhubungan dengan penginderaan terhadap objek nyata, seperti peragaa
atau demonstrasi. Untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar
melalui proses mendengar dan melihat, sering digunakan alat bantu dengar dan
pandang, atau yang sering di kenal dengan istilah alat peraga.
c. Mencium, sebenarnya penginderaan dalam proses belajar bukan hanya mendengar
dan melihat, tetapi meliputi penciuman. Seseorang dapat memahami perbedaan
objek melalui bau yang dapat dicium.
d. Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai bentuk
perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda yang dikecap.
e. Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan untuk
membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
f. Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses berpikir atau
proses kognisi. Dari keterangan yang disampaikan kepadanya, baik secara lisan
maupun secara tulisan, serta dari proses penginderaan yang lain yang kemudian
peserta didik mempersepsi dan menanggapinya. Berdasarkan tanggapannya,
dimungkinkan terbentuk pengetahuan, pemahaman, kemampuan menerapkan
prinsip atau konsep, kemampuan menganalisis, menarik kesimpulan dan menilai.
Inilah bentuk-bentuk perubahan tingkah laku kognitif yang dapat dicapai dalam
proses belajar mengajar.
g. Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir yang
kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan atau
mengekspresikan ide. Ekspresi ide ini dapat diwujudkan melalui kegiatan diskusi,
melakukan eksperimen, atau melalui proses penemuan melalui kegiatan semacam
itu, taraf kemmapuan kognitif yang dicapai lebih baik dan lebih tinggi
dibandingkan dengan hanya sekedar melakukan penginderaan, apalagi
penginderaan yang dilakukan hanya sekedar mendengar semata-mata.
h. Melakukan latihan: bentuk tingkah laku yang sepatutnya dapat dicapai melalui
proses belajar, di samping tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif (sikap) dan
tingkah laku psikomotorik (keterampilan). Untuk meningkatkan keterampilan
tersebut memerlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena itu kegiatan proses
belajar yang tujuannya untuk membentuk tingkah laku psikomotorik dapat
dicapai dengan melalui latihan-latihan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-
jenis kegiatan keaktifan peserta didik dalam proses belajar dapat dikelompokkan
menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani, di mana bentuk dari kedua jenis
keaktifan tersebut sangat beragam, diantaranya adalah: keaktifan panca indera, akal,
ingatan, dan emosional.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekatifan Belajar


Belajar merupakan aktifitas yang berlangsung melalui proses, tentunya tidak
terlepas dari pengaruh baik dari dalam individu yang mengalaminya. Keaktifan
belajar peserta didik dalam proses kadang-kadang berjalan lancar, kadang-kadang
tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, dan kadang-
kadang terasa amat sulit. Berjalannya proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi
oleh banyak faktor yang sangat berpengaruh terhadap keaktifan belajar peserta didik.
Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor
internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta
didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).Secara sederhana faktor-
faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat diuraiakan
sebagai berikut:
(1) Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik itu sendiri, yang meliputi:
a. aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti
pelajaran.
b. aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh
karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi
belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi
keaktifan belajarnya adalah sbegai berikut: (1) inteligensi, tingkat kecerdasan
atau inteligensi (IQ) peserta didik tidak dapat diragukan lagi dalam
menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna
bahwa semakin tinggi tingkat inteligensinya maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya; (2) sikap, adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif; (3) bakat, adalah potensi atau kecakapan
dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing; (4) minat, adalah
kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu; dan (5) motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi
psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
(2) Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa. Adapaun yang termasuk dari faktor ekstrenal di
anataranya adalah: (a) lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf
administrasi, dan teman-teman sekelas; serta (b) lingkungan non sosial, yang
meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta
didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan peserta didik.
(3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang digunakan
peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran
materi tertentu.
Hal yang sama dikemukakan oleh Abu Ahmadi (2008: 78) bahwa faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik diklasifikasikan menjadi dua macam,
yakni: (1) faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi
faktor fisiologis dan psikologi; serta (2) faktor ektern (faktor dari luar manusia) yang
meliputi faktor sosial dan non sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik dalam proses belajar
adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan faktor eksternal (faktor
dari luar peserta didik).
4. Cara Peningkatan Keaktifan Dalam Belajar
Keaktifan sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran
maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah
perolehan belajarnya secara efektif pelajar dituntut untuk aktif secara fisik,
intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud pada
prilaku-prilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan menganalisis
hasil percobaan, membuat karya tulis dan sebagainya. Siswa dituntut selalu aktif
mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Adapun implikasi dari
prinsip ini adalah sebagai berikut:
a. menggunakan multimedian dan multimetode,
b. memberikan tugas secara individual dan kelompok,
c. memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok
kecil,
d. memberikan tugas dan memberikan bahan belajar,
e. mengadakan tanya jawab dan diskusi.
Anak adalah mahluk yang aktif, mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,
mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan,
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri (Riyanto,2008:50)
Berdasarkan hasil penelitian yang dikutip oleh Utomo dan Ruijter (1994:177)
dijelaskan bahwa ”Belajar secara aktif dengan cara-cara yang bervariasi (berlainan)
sambil memperhatikan strukturnya akan dimengerti lebih baik dan diingat lebih
lama”. Penekanan dari pendapat tersebut adalah cara belajar dengan banyak variasi
yang menjadikan siswa aktif dan senang belajar. Oleh karena itu, untuk dapat
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar tersebut, maka guru juga dituntut untuk
aktif dalam mengajarnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Muhadjir bahwa
Wawasan dari cara belajar yang menjadikan siswa aktif merupakan proses belajar
sepanjang hayat menekankan pengkonsepsian keseimbangan antara otoritas pendidik
dengan kedaulatan subyek didik, dan keseimbangan antara aktivitas belajarnya siswa
dengan mengajarnya guru”(Muhadjir, 2003:137).
2. Hasil Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Menurut Winkel

(1989:57) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dibagi menjadi

dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Masing-masing faktor tersebut

mempunyai beberapa komponen:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam anak didik yang terdiri dari

faktor intelektual dan faktor non intelektual. Faktor intelektual terdiri dari cara
belajar, intelegensi, dan kemampuan belajar. Sedang faktor non intelektual terdiri

dari motivasi belajar, sikap, perasaan, minat dan kondisi psikis.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar dari anak didik yang terdiri dari

faktor lingkungan dan instrument. Faktor lingkungan meliputi faktor alami dan

sosial. Sedangkan faktor instrumen meliputi kurikulum, program, sarana dan

prasarana.

Prestasi belajar merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam

proses belajar mengajar. Semakin baik proses belajar siswa maka semakin mudah

siswa dalam menerima dan memahami konsep-konsep yang sedang dipelajari.

3. Pembelajaraan Draing
Pembelajaran Daring dapat saja diselenggarakan dan diikuti secara gratis maupun
berbayar. Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu
secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau
audiens yang lebih banyak dan lebih luas.
Manfaat Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring):
1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia
secara efektif dalam pembelajaran,
2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan,
3. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
pemanfaatan sumber daya bersama.
Karakteristik Dalam Jaringan:
1) Daring: Pembelajaran Daring adalah pembelajaran yang diselenggarakan melalui
jejaring web,
2) Masif: Pembelajaran Daring adalah pembelajaran dengan jumlah partisipan tanpa
batas yang diselenggarakan melalui jejaring web,
3) Terbuka: Sistem Pembelajaran Daring bersifat terbuka artinya terbuka aksesnya
bagi kalangan pendidikan, industri, usaha, dan khalayak masyarakatumum.
4. Video Pembelajaran
Pengertian Video Pembelajaran
            Video pembelajaran adalah media untuk mentransfer pengetahuan dan dapat
digunakan sebagai bagian dari proses belajar. Lebih interaktif dan lebih spesifik
dari sebuah buku atau kuliah, tutorial berusaha untuk mengajar dengan contoh
dan memberikan informasi untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Menurut Cheppy Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang
menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi
konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman
terhadap suatu materi pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak
dengar (audio visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi
pelajaran. Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video
(tampak) dapat disajikan serentak.
Karakteristik Media Video Pembelajaran
Menurut Cheppy Riyana (2007:8-11) untuk menghasilkan video pembelajaran yang
mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan video
pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video
pembelajaran yaitu:
1.    Clarity of Massage  (kejalasan pesan)
Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna
dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan
tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.

2.    Stand Alone  (berdiri sendiri).


Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
3.    User Friendly  (bersahabat/akrab dengan pemakainya).
Media video menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan
bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil. bersifat membantu dan bersahabat
dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai
dengan keinginan.
4.    Representasi Isi
Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada
dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video.
5.    Visualisasi dengan media
Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video
sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit
terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinggi.
6.    Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi
Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan
resolusi tinggi tetapisupport  untuk setiap spech  system komputer.
7.    Dapat digunakan secara klasikal atau individual
Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual, tidak hanya
dalam settingsekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan
jumlah siswa maksimal 50 orang bisa dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan
uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.

5. Media Whatsapp dan Google clasroom


a. Whatsapp
WhatsApp adalah aplikasi pesan instan untuk smartphone, jika dilihat dari
fungsinya WhatsApp hampir sama dengan aplikasi SMS yang biasa kita pergunakan
di ponsel lama. Tetapi WhatsApp tidak menggunakan pulsa, melainkan data internet.
Jadi, di aplikasi ini kita tak perlu khawatir soal panjang pendeknya karakter. Tidak
ada batasan, selama data internet kita memadai. Keunggulan WhatsApp
Hingga saat ini, aplikasi WhatsApp masih menjadi media sosial dan sarana
berkomunikasi yang paling populer di kalangan pengguna. Bahkan pengguna bisa
menelepon via suara dan video dengan aplikasi ini. Jadi jika di data, berikut ini
keunggulan dari Whats App.
- Fitur Mengirim pesan teks
- Bisa mengirim foto dari galeri ataupun dari kamera
- Bisa mengirim video
- Mampu mengirimkan berkas-berkas kantor atau yang lainnya
- Bisa menelpon melalui suara, termasuk mengirim pesan suara Anda yang dapat
didengarkan oleh penerima setiap saat.
- Berbagi lokasi dengan memanfaatkan GPS
- Mengirimkan kartu kontak telepon
- Didukung beberapa emoji.
- Mudah disetting.
b. Google Classroom
1. Mengenal Apa itu Google Classroom
Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu serambi aplikasi
pembelajaran campuran secara online yang dapat digunakan secara gratis. Pendidik
bisa membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau
mengundang para siswanya. Google Classroom ini diperuntukkan untuk membantu
semua ruang lingkup pendidikan yang membantu siswa untuk menemukan atau
mengatasi kesulitan pembelajaran, membagikan pelajaran dan membuat tugas tanpa
harus hadir ke kelas.
Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi
file antara guru dan siswa Google Classroom menggabungkan Google Drive untuk
pembuatan dan distribusi penugasan, Google Docs, Sheets, Slides untuk penulisan,
Gmail untuk komunikasi, dan Google Calendar untuk penjadwalan. Siswa dapat
diundang untuk bergabung dengan kelas melalui kode pribadi, atau secara otomatis
diimpor dari domain sekolah..
2. Fungsi dan keunggulan Google Classroom
Ada beberapa fungsi dan keunggulan yang bisa didapatkan dari Google
Classroom dalam pemanfaatannya sebagai Learning Management System (LMS),
yaitu :
a. Proses setting pembuatan kelas yang cepat dan nyaman
Proses pembuatan kelas pada Google Classroom sangat cepat dan nyaman jika
dibandingkan harus menginstall LMS lokal atau mendaftarkan ke provider LMS.
Guru hanya tinggal mengakses aplikasi Google Classroom dan bisa memulai
membagikan tugas-tugas dan bahan ajar. Pengajar dapat menambahkan daftar
siswa atau berbagi kode unik yang memungkinkan akses ke kelas pada Google
Classroom. Interface Google Classroom lebih sederhana dan mudah untuk
digunakan (user friendly), sehingga akan ideal digunakan bagi setiap pengajar
dengan tingkat pengalaman eLearning yang beragam.
b. Hemat dan efisiensi waktu
Peserta kelas atau siswa tidak lagi harus mendownload tugas yang diberikan guru.
Guru membuat dan mendistribusikan dokumen untuk peserta didik mereka secara
online serta juga dapat menentukan peringkat, memberikan umpan balik untuk
semua tugas dan melakukan penilaian menggunakan aplikasi Google Classroom.
Dengan demikian, ada potensi untuk penghematan waktu dari kedua belah pihak
baik peserta didik maupun gurunya. Semuanya dilakukan secara paperless (bebas
kertas), sehingga tidak ada waktu yang terbuang untuk mendistribusikan
dokumen fisik dan peserta didik dapat menyelesaikan tugas mereka dengan tepat
secara online, sehingga lebih mudah bagi mereka untuk memenuhi deadline
waktu yang diberikan dan belajar secara online dapat disesuaikan dengan jadwal
sehari-hari mereka.
c. Mampu meningkatkan kerjasama dan komunikasi
Salah satu manfaat paling penting dari menggunakan Google Classroom adalah
kolaborasi online yang efisien. Guru dapat mengirimkan pemberitahuan ke
peserta atau siswa mereka untuk memulai diskusi online atau memberitahu
mereka tentang kegiatan pembelajaran online tertentu. Di sisi lain, peserta didik
memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik kepada rekan-rekan mereka
dengan mengunggah postingan langsung ke dalam diskusi di Google Classroom.
Dengan demikian, jika mereka membutuhkan bantuan karena kesulitan
memahami suatu tugas atau ingin mempelajari lebih lanjut tentang topik tertentu,
mereka bisa mendapatkan masukan langsung disaat yang bersamaan dari teman
sekelas virtual mereka. Pada dasarnya, Google Classroom berfungsi untuk
meningkatkan aspek pembelajaran sosial pendidikan online yang memungkinkan
siswa untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman dan keterampilan rekan
belajar mereka.
d. Penyimpanan data yang terpusat
Hanya pada satu tempat yakni Google Classroom, semua pembelajaran berada
dalam satu lokasi terpusat. Siswa dapat melihat semua tugas-tugas mereka dalam
folder tertentu, guru dapat menyimpan bahan eLearning dan kegiatan untuk tahun
ajaran secara cloud dan semua peringkat atau nilai dapat dilihat dalam aplikasi.
Kedua belah pihak tidak perlu khawatir mengenai dokumen atau penilaian yang
hilang, karena semuanya tersimpan dalam LMS yang gratis ini.
e. Berbagi sumber daya yang efisien, praktis dan cepat
Fasilitator atau guru online dan pelatih memiliki kemampuan untuk berbagi
informasi dan sumber daya online dengan peserta mereka secara langsung
langsung. Dibandingkan harus memperbarui kursus eLearning atau mengirim
email individu untuk setiap siswa, cukup dengan mengakses aplikasi Google
Classroom, guru dapat mendistribusikan link ke sumber daya online dan materi
eLearning tambahan yang dapat menguntungkan siswa mereka. Cara ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh update tepat waktu
yang berhubungan dengan pelajaran saat ini, sehingga mereka dapat lebih
memahami materi dan akses peralatan multimedia yang dapat meningkatkan
pengalaman eLearning mereka.
3. Fitur- fitur Google Classroom
Google Classroom mempunyai banyak kemudahan seperti Google Drive, Google
Docs, and Slides, Whasshap dan Gmail yang akan membantu lembaga pendidikan
untuk lebih mudah dalam mengajar tanpa materi fisik seperti kelas, papan tulis dan
alat tulis. Berikut beberapa fitur- fitur yang sangat menunjang pembelajaran online ini
:
a. Tugas (Assignments)
Setiap tugas yang diunduh akan disimpan dan dinilai pada rangkain aplikasi
produktivitas Google yang telah memunkinkan kolaborasi online ini. Daripada
hanya berbagi dokumen yang berada di Google Drive siswa dengan guru, file di-
host di Drive siswa dan kemudian dikirim untuk dinilai. Guru dapat memilih file
sebagai templat sehingga setiap siswa dapat mengedit salinan mereka sendiri dan
kemudian kembali untuk mendapatkan nilai sehingga semua siswa bisa melihat,
menyalin, atau mengedit dokumen yang sama. Siswa juga dapat memilih untuk
melampirkan dokumen tambahan dari Drive mereka ke tugas.
b. Penilaian (Grading)
Google Classroom mendukung banyak cara penilaian yang berbeda. Guru memiliki
opsi untuk memantau kemajuan setiap siswa pada tugas di mana mereka dapat
membuat komentar dan mengedit. Tugas yang diubah dapat dinilai oleh guru dan
dikembalikan dengan komentar untuk memungkinkan siswa merevisi tugas dan
dikembalikan. Setelah dinilai, tugas hanya dapat diedit oleh guru kecuali guru
mengembalikan tugas.
c. Komunikasi yang lancar
Pengumuman dapat diposting oleh guru ke aliran kelas yang dapat dikomentari
oleh siswa yang memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Siswa
juga dapat memposting ke kelas tetapi tidak akan setinggi prioritas sebagai
pengumuman oleh guru dan dapat dimoderasi. Berbagai jenis media dari produk
Google seperti video YouTube dan file Google Drive dapat dilampirkan ke
pengumuman dan pos untuk berbagi konten. Gmail juga menyediakan opsi email
bagi guru untuk mengirim email ke satu atau lebih siswa di antarmuka Google
Classroom. Kelas dapat diakses di web atau melalui aplikasi seluler Kelas Android
dan iOS
d. Laporan Orisinalitas
Laporan orisinalitas diperkenalkan pada Januari 2020 yang memungkinkan
pendidik dan siswa untuk melihat bagian dan bagian dari karya yang diajukan yang
berisi kata-kata yang persis atau mirip dengan yang dari sumber lain. Untuk siswa,
ini menyoroti bahan sumber dan tanda kutip yang hilang untuk membantu siswa
dalam meningkatkan tulisan mereka. Guru juga dapat melihat laporan orisinalitas,
memungkinkan mereka untuk memverifikasi integritas akademik dari karya siswa
yang disampaikan. Di G Suite for Education (gratis), guru dapat mengaktifkan
laporan orisinalitas untuk 3 tugas. Pembatasan ini dicabut pada Google Apps for
Education (berbayar).
e. Arsip pembelajaran
Ruang Kelas memungkinkan instruktur untuk mengarsipkan kursus pada akhir
semester atau tahun. Ketika sebuah kursus diarsipkan, maka akan dihapus dari
beranda dan ditempatkan di area Kelas Arsip untuk membantu para guru mengatur
kelas mereka saat ini. Saat sebuah kursus diarsipkan, guru dan siswa dapat
melihatnya, tetapi tidak akan dapat mengubahnya hingga dipulihkan.
f. Aplikasi seluler
Aplikasi seluler Google Classroom, diperkenalkan pada Januari 2015, tersedia
untuk perangkat iOS dan Android. Aplikasi memungkinkan pengguna mengambil
foto dan melampirkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan
mendukung akses offline.
g. Keamanan Pribadi
Berbeda dengan layanan konsumen Google, Google Classroom, sebagai bagian
dari G Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun dalam antarmuka
untuk siswa, guru, dan guru, dan data pengguna tidak dipindai atau digunakan
untuk tujuan periklanan.
4. Langkah-langkah membuat kelas maya dengan menggunakan Google Classroom
a. Langkah-langkah membuat kelas maya dengan menggunakan Google Classroom
b. Masukkan password kemudian kilik tombol Masuk/ Sign in
c. Cari aplikasi Google Classroom pada kelompok aplikasi Google
d. Jika tidak ada shortcut aplikasi Google Classroom, tuliskan saja di web address
browser Anda alamat
e. Kita bisa berperan sebagai siswa dan juga berperan sebagai guru. Pilih sesuai
dengan peran kita masing-masing. Untuk Bapak/ Ibu Guru pilih sebagai Teacher
f. Klik tanda + di pojok kanan atas untuk membuat kelas baru (Create Class) ataupun
untuk gabung ke kelas (Join Class) yang sudah ada. Klik Create Class untuk
membuat kelas baru
g. Tulis nama kelas Anda yang akan dibuat dan keterangan pendukungnya kemudian
klik Create
h. Tunggu beberapa saat dan tampilan kelas Anda sebagai guru akan muncul
i. Berikut tampilan menu Student. Berbeda ketika sebagai siswa, menu ini akan
berubah menjadi Classmates (Langkah No. .....). Berikan kode kelas kepada siswa
kelas tersebut untuk gabung ke kelas Anda
j. Untuk gabung ke kelas, dari jendela utama Classroom, klik Join Class
k. Selanjutnya masukkan kode kelas kemudian klik Join
l. Akan tampil jendela siswa
m. Kembali ke Jendela Guru, pada Menu About Anda bisa menambahkan bahan
materi pembelajaran melalui menu Add Materials
n. Tulis judul bahan/ materi pembelajaran yang akan di upload. Materi bisa berupa
lampiran file, link dari Google Drive, Video ataupun link Web. Klik Post setelah
selesai melampirkan bahan/ materi
o. Selesai dan Bapak/ Ibu Guru tinggal memerintahkan siswa untuk mengakses
materi dan kemudian berdiskusi melalui menu Stream
6. Arsip dan kearsipan

Pengertian Arsip dan Kearsipan


Secara umum, arsip adalah setiap catatan yang tertulis, atau tercetak dalam bentuk huruf
ataupun dalam bentuk suara (rekaman), angka maupun gambar yang memiliki arti dan tujuan
tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi seperti kertas (kartu, formulir), kertas film
(slide, film-strip, mikro film), komputer (pita tape, piringan, disket), salinan/photocopy dan
lain sebagainya.
Menurut lembaga pemerintah, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), pengertian arsip
adalah segala kertas, berkas, naskah, foto, film, mikro film, rekaman suara, gambar peta,
bagan atau dokumen lain dalam segala macam bentuk dan sifatnya atau salinan serta dengan
segala cara penciptaanya, dan yang dihasilkan atau diterima oleh suatu badan, sebagai bukti
dari tujuan organisasi, fungsi-fungsi kebijakan.
Fungsi, Peranan, dan Tujuan Penataan Arsip 
Arsip memiliki banyak fungsi. Beberapa tujuan fungsi antara lain adalah untuk menyimpan
informasi penting dalam sebuah format tertentu.Arsip mempunyai peranan sebagai pusat dan
sumber informasi serta alat pengawasan yang sangat diperlukan oleh sebuah organisasi dalam
rangka melaksanakan berbagai kegiatan perencanaan, penganalisisan data, pengembangan,
perumusan kebijaksanaan, pengambilan keputusan, pembuatan laporan pertanggungjawaban,
penilaian dan pengendalian setepat-tepatnya. Arsip memiliki beberapa peranan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumber informasi dan sumber dokumentasi.
2. Bahan atau alat pembuktian (bukti otentik).
3. Bahan dasar perencanaan dan pengambilan keputusan.
4. Sebagai alat ukur aktivitas suatu organisasi mengingat setiap kegiatan pada
umumnya menghasilkan arsip.
5. Bahan informasi kegiatan ilmiah lainnya.
Sedangkan tujuan dari penataan atau pengelolaan arsip antara lain sebagai berikut :
1. Agar arsip terpelihara dengan baik, teratur, dan aman
2. Agar bisa dengan mudah didapatkan kembali arsip yang dibutuhkan tersebut dengan
cepat dan tepat
3. Agar terhidari dari pemborosan tenaga dan waktu dalam kegiatan pencarian arsip
yang dibutuhkan
4. Untuk menghemat tempat penyimpanan.
5. Untuk menjaga kerahasiaan arsip.
6. Untuk menjaga kelestarian arsip.
7. Untuk menyelamatkan arsip-arsip penting. 
a. Kegunaan Arsip
Arsip sebagai dokumen yang dimiliki oleh setiap organisasi atau kantor pasti akan
disimpan dalam suatu tempat secara teratur, sehingga setiap saat diperlukan dapat
ditemukan kembali dengan cepat. Alasan perlunya arsip disimpan karena mempunyai
suatu nilai kegunaan tertentu. Secara umum nilai kegunaan suatu arsip dikemukakan
oleh The Liang Gie (2009: 117) bahwa arsip atau warkat mempunyai enam (6) nilai
keguanaan yang disingkat dengan istilah “ALFRED” yaitu:
A : Administrasi Value (nilai administrasi)
L : Legal Value (nilai hukum)
F : Fiscal Value (nilai Keuangan)
R : Research Value (nilai penelitian)
E : Education Value ( nilai pendidikan)
D : Documentary Value (nilai dokumentasi)
Senada dengan pendapat yang dikemukakan Milton Reitzfeld dikutip oleh The Liang
Gie (2009: 117) ada 7 nilai dari suatu warkat terutama untuk keperluan menentukan
jangka waktu penyimpanannya, yaitu:
Keuangan
 Values for policy use ( nilai-nilai untuk kegunaan haluan organisasi
 Values for administrative use (nilai-nilai kegunaan administrasi)
 Values for legal use (nilai-nilai kegunaan hukum)
 Values for fiscal use ( nilai-nilai untuk kegunaan keuangan
 Values for operating use ( nilai-nilai untuk kegunaan pelaksanaan kegiatan
organisasi)
 Values for historical use ( nilai-nilai untuk kegunaan sejarah )
 Values for research use ( nilai-nilai untuk kegunaan penelitian)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu warkat dapat hanya
mempunyai satu nilai guna saja atau dapat juga mengandung semua nilai guna dan
tidak semua warkat mempunyai kegunaan yang abadi. Sebagian besar warkat akan
berakhir kegunaannya setelah suatu jangka waktu tertentu
Jenis-jenis Arsip
Berikut ini merupakan jenis-jenis arsip dan contoh beserta penjelasannya berdasarkan fisik,
masalahnya, pemiliknya, sifat, fungsi, kekuatan hukum, dan tingkat keasliannya.
1. Jenis arsip berdasarkan bentuk fisiknya

 Arsip berbentuk lembaran. Contohnya: surat, kuitansi, faktur, dll


 Arsip tidak berbentuk lembaran. Contohnya: disket, flash disk, cd, dvd, dll
2. Jenis arsip berdasarkan masalahnya

 Financial record, yaitu catatan yang berkaitan dengan masalah keuangan. Misalnya
kuitansi, giro, cek.
 Inventory record, yaitu catatan yang berhubungan dengan masalah barang inventaris.
Contoh catatan tentang jumlah barang, merek, ukuran, harga.
 Personal record, yaitu arsip yang berhubungan dengan masalah kepegawaian.
Contoh: surat lamaran kerja, curriculum vitae, absensi, dll.
 Sales Record, yaitu arsip yang berhubungan dengan masalah penjualan. Contoh:
daftar agen distributor,dan daftar penjualan barang.
 Production record, yaitu arsip yang berkaitan dengan masalah produksi. Contoh: arsip
tentang jenis bahan baku, jenis alat yang digunakan, data produksi barang atau
jasa, dll.
3. Jenis Arsip Berdasarkan Pemiliknya
 Lembaga Pemerintahan, yaitu meliputi Arsip Nasional di Indonesia (Arsip
Nasional Republik Indonesia). Arsip Nasional di setiap ibu kota Daerah Tingkat
I (Arsip Nasional Daerah).
 Instansi Pemerintah/swasta, yaitu meliputi arsip primer dan sekunder dan arsip
sentral dan arsip unit.
4. Jenis Arsip Berdasarkan Sifatnya

 Arsip tidak penting, yaitu arsip yang hanya memiliki kegunaan informasi.
Misalnya surat undangan, dan brosur.
 Arsip biasa, yaitu arsip yang semula penting/dibutuhkan, namun dengan
seiringnya waktu  tidak berguna lagi pada saat informasinya sudah berlalu,
Contoh: surat lamaran kerja.
 Arsip penting, yaitu arsip yang mengikat antara masa lalu dan masa yang akan
datang, contoh: surat perjanjian atau surat kuasa.
 Arsip sangat penting, yaitu dokumen yang keberadaannya sangat penting dan
dijadikan sebagai alat pengingat selama-lamanya (bernilai sejarah/ilmiah).
Contoh: naskah proklamasi.
 Arsip rahasia, arsip yang hanya boleh diketahui oleh orang atau kelompok
tertentu dalam sebuah organisasi. Contoh: hasil penilaian pegawai.
5. Jenis arsip berdasarkan fungsinya

 Arsip dinamis adalah dokumen yang digunakan secara langsung dalam kegiatan
pencipta arsip dan disimpan selama jangka waktu tertentu. Arsip dinamis dibagi
lagi menjadi 3 jenis yaitu :

 Arsip aktif adalah dokumen yang frekuensi penggunaannya tinggi dan/atau arsip
yang masih terus-menerus dipergunakan oleh unit pengolahan suatu organisasi.
Contohnya : Daftar hadir atau absen karyawan
 Arsip inaktif adalah dokumen yang frekuensi penggunaannya telah menurun
dan pengelolaannya dilakukan oleh unit sentral dalam suatu organisasi.
Contohnya : Rapot
 Arsip vital adalah dokumen yang keberadaannya merupakan persyaratan dasar
bagi kelangsungan operasional pencipta arsip, tidak dapat diperbarui, dan tidak
tergantikan apabila rusak atau hilang. Contoh : Ijazah dan Sertifikat Tanah dan
Bangunan
 Arsip statis yaitu dokumen yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena memiliki
nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan berketerangan
dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.
Contohnya : Surat Keputusan.
6. Jenis Arsip Berdasarkan Kekuatan Hukum atau Legalitas dalam Hukum

 Arsip Autentik, yaitu arsip yang diatasnya terdapat tanda tangan asli dengan tinta
sebagai tanda keabsahan dari sisi arsip bersangkutan.
 Arsip Tidak Autentik, yaitu arsip yang diatasnya tidak ada tanda tangan asli dengan
tinta.
7. Jenis Arsip Berdasarkan Tingkat Keasliannya

 Arsip Asli, adalah dokumen yang awal dari mesin ketik, cetakan printer, tanda tangan
basah dan legalisasi asli atau dokumen utama.
 Arsip Tembusan, adalah dokumen kedua, ketiga dan seterusnya yang dimana proses
pembuatannya bersama dokumen asli namun ditunjukan pada pihak selain penerima
dokumen asli.
 Arsip Salinan, adalah dokumen yang proses pembuatannya tidak bersama dengan
dokumen asli namun memiliki kesesuaian dengan dokumen asli.
Mengingat pentingnya mengetahui jenis-jenis arsip, penataan atau pengelolaan arsip bagi
kehidupan berorganisasi, maka keberadaan arsip perlu mendapat perhatian khusus, sehingga
keberadaan arsip di kantor/perusahaan benar-benar menunjukkan peran yang sesuai dan dapat
mendukung penyelesaian pekerjaan yang dilakukan semua karyawan atau pegawai dalam
organisasi.

.
. Kerangka Berfikir
Kerangka pikir itu penting untuk membantu dan mendorong peneliti memusatkan
usaha penelitiannya untuk memahami hubungan antar variabel tertentu yang telah
dipilihnya, mempermudah peneliti memahami dan menyadari kelemahan/keunggulan dari
penelitian yang dilakukannya dibandingkan penelitian terdahulu

Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:

Pra Siklus:
Sebelum
menggunaka Keaktifan
n google belajar
classroom siswa menulis

Siklus I:
Sesudah
Keaktifan
menggunaka
belajar
n XRecorder
Tahap I

Siklus II:
Sesudah Keaktifan
menggunakan belajar
X Recorde
siswa menulis teks

Gambar 1 Kerangka Berfikir

B. HIPOTESIS TINDAKAN

Mengacu pada kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat diambil suatu hipotesis sbb :
Pengaruh Pembelajaran Daring menggunakan whatsapp sebagai media pembelanjaran dapat
meningkatakan keaktifan dan Prestasi Belajar Mata pelajaran Penataan Produk Siswa Kelas
XII BDPSMK Negeri Tulakan Tahun Pelajaran 2020/2021”
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian

Tindakan Kelas merupakan penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki

suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan

(Kasbolah,1999:1). Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu upaya penelitian dalam

berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan karena peneliti ingin memperbaiki / meningkatkan

aktifitas dan prestasi siswa dalam proses belajar mengajar siswa X OTKP 1 SMK Negeri 2

Pacitan .

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian evaluasi ini dilaksanakan di semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021
pada tanggal 10 Agustus 2020 dan tanggal 25 Agustus2020 di SMK Negeri 2 Pacitan

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan Tahun Pelajaran

2020/2021 semester ganjil, materi memahami arsip dan kearsipan . Jumlah siswa kelas X

OTKP 1 semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021 sebanyak 31 siswa dengan obyek

penelitian keaktifan dan prestai belajar pada mata pelajaran Penataan produk dengan

Kompetensi Dasar 3.2 Memahami arsip dan Kearsipan 4.2 Melakukan pengelompokan

arsip dan kearsipan

Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian evaluasi sebuah program Daring (online) yang
diadakan di SMK Negeri 2 Pacitan Langkah- langkah yang dilakukan peneliti :
1) Melihat jadwal pelaksanaan daring untuk Mata Pelajaran Kearsipan untuk Kelas
X OTKP 1 terjadwal setiap Selasa, pukul 09.00-10.30 WIB (90 menit),
2) membuat grup WhatsApp mata pelajaran pendidik sudah dimasukan ke Grup,
3) membuat googleform untuk presensi dan kuis dan google clasroom untuk
menyajikan materi dan pemberian tugas ke peserta didik
4) membuat link google form dan kode kelas untuk google clasroom yang akan
disampaikan di WhatsApp group kelas, kemudian tugas terstrukturnya di
sampaikan melalui email, dan Google classrom
5) Check tugas yang disampaikan peserta didik,
6) Rekapitulasi presensi aktif dan capaian hasil belajar pada mata pelajaran
Kearsipann

C. Instrumen Penelitian

1. Lembar tes hasil belajar

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator

pembelajaran, sekaligus untuk mengukur ketuntasan hasil belajar siswa dengan

menggunakan tes hasil belajar siswa yang dibuat oleh peneliti.

2. Lembar pengamatan aktifitas siswa.

Instrumen ini untuk mendata aktifitas yang dilakukan siswa selama kegiatan

pembelajaran, selain itu digunakan mendata efektifitas pengelolaan waktu. Lembar

pengamatan ini digunakan juga untuk mengamati proses pembelajaran daring yang

dapat dilihat dari caht whatsaap, google clasroom dan googleform

D. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data pada

penelitian ini adalah Metode Observasi

1. Metode Observasi .

Metode observasi merupakan metode pengumpulan data dimana dalam

melaksanakan tindakan disertai dengan observasi proses belajar mengajar dimana

kolabolator secara langsung dapat mengamati terhadap gejala-gejala yang muncul


pada suatu proses belajar mengajar untuk mata pelajaran tertentu. Arah pengamatan

kolaborator antara lain sebagai berikut :

 Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam pembelajaran

 Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran

 Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil paparan siswa

 Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama pembelajaran

 Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar dan tepat waktu

2. Tes siswa

Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa baik

kemampuan awal siswa ataupun kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran

dilakukan. Tes ini berisi soal yang bersifat subyektif yang sesuai dengan materi yang

telah direncanakan oleh guru.

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen lembar observasi untuk

pengamatan kegiatan yang sudah berjalan pada proses belajar mengajar daring dimana

data diperoleh dari kiriman Whatshap, google classroom dan google form. . Hasil dari

observasi tersebut dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase dengan

membandingkan persentasi antar unsur yang sama dalam pembelajaran daring

Untuk mengetahui tingkat keaktifaan siswa tentang dalam kegiatn

pembelajaran daring di hitung dengan rumus

Pesrsentase kehadiran = Peserta didik yang hadir X 100 %


Jumlah Peserta didik
Sedangkan untuk mengetahui kaktifan dan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan rumus

Pesrsentase hasil belajar = Jumlah siswa yang tuntans X 100 %


Jumlsh siswa
F. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran daring dengan media whatshap dalam memanfaatkan fitur dan

google classroom , email dan google form dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan

kemampuan pemecahan masalah siswa yang dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan

belajar siswa secara individual dan kelompok meningkatnya nilai rata-rata kelas.Siswa

dikatakan berhasil dalam pembelajaran pada penelitian ini bila memperoleh nilai

skurang-kurangnya 70 sesuai dengan Standar ketuntasan minimal (SKM) yang telah

ditetapkan oleh guru mata pelajaran pada satuan pendidikan.

Pelaksanaan proses belajar mengajar pada setiap siklus dibagi pelaksanaan proses belajar

mengajar 90 menit pertama dan pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit

kedua. Kolaborator ( Guru Mitra ) mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

gejala-gejala yang diselidiki.

G. Tahap –tahap Penelitian

Penelitian dilaksanakan menjadi 2 (dua ) siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

Perlu dicatat disini bahwa baik pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit

pertama maupun pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit kedua kolaborator

( Guru Mitra ) mengadakan pengamatan secara online terhadap gejala-gejala yang

diselidiki.

Adapaun kegiatan penelitian secara garis besar dapat penulis kemukakan sebagai

berikut :

1. Observasi awal

 Pada kegiatan ini peneliti mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran

di kelas XI BDP SMK Negeri Tulakan Persipan yang diperlukan untuk


kelancaran penelitian perlu disiapkan pendukung langkah-langkah sebagai

berikut .

a. Musyawarah dengan kolabotaror ( guru mitra )

 Membahas tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang terjadi di

kelas 6.

 Mendiskusikan cara meningkatkan partisipasi siswa supaya berkembang

dengan baik .

b. Secara bersama menyusun instrumen observasi yang memuat sbb :

 Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam

pembelajaran

 Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran

 Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil paparan siswa

 Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama pembelajaran

 Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar dan tepat waktu

3. Pelaksanaan Tindakan

Realisasi dari pelaksanaan tindakan adalah terlaksananya proses belajar mengajar

dengan Pola Pembelajaran daring dengan menggunakan whatshap, google clasroom, dan

google form Kegiatan ini sudah mencakup kegiatan observasi terkait dengan respon guru,

inisiatif guru, respon siswa dan inisiatif siswa . Setelah tindakan tersebut dilaksanakan

untuk mengetahui apakah konsep ini dapat mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran dengan diberikan soal dalam bentuk penugasan yang harus

dikirim sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh peneliti

4. Analisis Hasil Tindakan .


Peneliti menggunakan instrumen lembar observasi untuk pengamatan kegiatan yang sudah

berjalan pada proses belajar mengajar menggunakan pemberdayaan berfikir melalui

pertanyaan. hasil dari observasi tersebut dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan proses belajar mengajar pada setiap siklus dibagi pelaksanaan

proses belajar mengajar 90 menit pertama dan pelaksanaan proses belajar mengajar pada

90 menit kedua. Kolaborator ( Guru Mitra ) mengadakan pengamatan secara langsung

terhadap gejala-gejala yang diselidiki.

Penelitian dilaksanakan menjadi 2 (dua ) siklus, yaitu siklus I dan siklus II.

Perlu dicatat disini bahwa baik pelaksanaan proses belajar mengajar pada 90 menit

pertama maupun pelaksanaan proses belajar mengajar pada 90 menit kedua

kolaborator ( Guru Mitra ) mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-

gejala yang diselidiki.

Adapaun kegiatan penelitian secara garis besar dapat penulis kemukakan

sebagai berikut :

1. Observasi awal

Pada kegiatan ini peneliti mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran di kelas

Pada kegiatan ini peneliti mengumpulkan data tentang kegiatan pembelajaran di kelas X

OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan .Pengumpulan data yang perlu di persiapkan adalah

silabus, RPP, Materi yang akan disampaikan ( dalam bentuk video pembelajaran PPT),

pertanyaan secara tertulis dan lembar observasi.

2. Persiapan

Persipan yang diperlukan untuk kelancaran penelitian perlu disiapkan

pendukung langkah-langkah sebagai berikut .


a. Musyawarah dengan kolabotaror ( guru mitra )

 Membahas tentang pelaksanaan proses belajar mengajar yang terjadi di kelas X

OTKP 1

 Mendiskusikan cara meningkatkan partisipasi siswa supaya berkembang

dengan

baik.

Secara bersama menyusun instrumen observasi yang memuat sbb :

 Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam pembelajaran

 Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran

 Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil paparan siswa

 Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama pembelajaran

 Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar dan tepat waktu

3. Pelaksanaan Tindakan

Realisasi dari pelaksanaan tindakan adalah terlaksananya proses belajar

mengajar dengan Pola Pembelajaran daring menggunakan video pembelajaraan

melalui whatsaap dangoogle clasroom yang sudah mencakup kegiatan observasi

terkait dengan respon guru, inisiatif guru, respon siswa dan inisiatif siswa . Setelah

tindakan tersebut dilaksanakan untuk mengetahui apakah konsep Kedisiplinan sudah

dipahami diadakan test .

4. Analisis Hasil Tindakan .

Peneliti menggunakan instrumen lembar observasi untuk pengamatan

kegiatan yang sudah berjalan pada proses belajar mengajar menggunakan

Pemberdayaan Berfikir Melalui Pertanyaan. Hasil dari observasi tersebut dianalisa

dengan menggunakan teknik prosentase.


B. Penjelasan Per Siklus

1. Putaran ( siklus ) I di laksanakaan tanggal 10 Agustus 2020 pukul 09.00-10.30

Putaran ( siklus ) I guru / peneliti dalam menangawali kegiatan perlu

mempersiapkan perangkat pembelajaran (RPP , Materi video PPT dan lembar kerja

sebagai alat evaluasi. Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut::

a. Memberi perintah kepada ketua siswa untuk membuat grup whatsaap kelas mata

pelajaran Kerasipan

b. Memberikan informasi jadwal pelaksanaan pembelajaran daring untuk mata

pelajaran Kearsipan dengan Kompetensi Dasar 3.2 Memahami arsip dan

kearsipan 4.2 Melakukan pengelompokan arsip dan kearsipan

c. Menyampaikan pada siswa dalam pembelajaraan daring materi dalam nmetuk

PPT dan video pembelajaran dapat di lihat pada whatsaap untuk pembelajaran

dan google clasroom untuk pemberian materi dan penugasan pengumpulan soal

serta google form untuk absensi siswa.Dari Video pembelajaran peserta didik

dapat menyimak dan memahami dari putaran video tersebut.

d. Untuk membuat google clasroom membuat guop kelas dan menyampaikan kode

kelas mmelalui Whatsaap , selain itu juga mengirim email kepada siswa (jika

mengumpulkan lewat email)

e. Pengajuan pertanyaan bisa di tanggapi dengan menngunakan voice note atau

dikirim lewat whatsaap , email atau google clasroom

f. Penggumpulan tugas dikirim sampai batas waktu pukul 21.00 bisa lewat

whatsapp, google clasroom atau email (mana yang paling mudah)


g. Melakukan reakpitulasi kehadiran yang dapat dilihat di google form dan hasil

pekerjaan siswa yang dikirim melalui whatsapp, google class dan email

Perlu dicatat disini bahwa bailk pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit

pertama maupun pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit kedua kolaborator

( Guru Mitra ) mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang

diselidiki. Kegiatan selama 90 menit pelajaran digunakan untuk mengetahui sejauh mana

keadaan siswa adalam mengikuti pelajaran.masih ada beberapa kendala antara lain

a. Kehadiran belum maksimal karena alasan sinyal yang kurang baik, ada yang

masih beraktivitas membantu orang tua dan juga karena ada yang belum punya

hp anderoid serta belum tahu cara mengisi kehadiran

b. Belum memahami dalam teknik pembelajaran daring saat ini karena baru tahun

ini dilaksanakan pembelajaran seperti ini

c. Kurang motivasi dari keluarga terhadap pembelajaran daring dengan alasan

kurang pemahaman lingkungan keluarga tentang pembelajaran ini

d. Keaktifan untuk mengajukan pertanyaan kurang karena ingin mencari materi

akan brouwsing juga susah sinyal dan ada unsur belum bersemangat dalam

melakukan pembelajaran

e. Pengumpulan tugas juga ada yang belum tepat waktu

Observasi (pengamatan ) dan pelaksanaan test putaran ( siklus ) pertama padaa

pembelajaran daring dapat diihat pada tabel berikut.

HASIL PELAKSANAAN SIKLUS 1

Tabel 1

Keaktifan siswa kelas X OTKP 1 dalam Proses Belajar Mengajar ( siklus I )

No Kegiatan proses pembelajaaran Jml %


Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan 24 77,42

daring pada setiap jam pembelajaran

Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti 14 45,16

pembelajaran

Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi 16 51,61

hasil paparan

Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama 18 58.06

pembelajaran

Siswa yang mengumpulkan tugas dengan 24 77,42

benar dan tepat waktu

Tabel 2

Daftar Nilai siswa kelas X OTKP 1 putaran ( siklus ) 1

NO N A M A NILAI

1 ABHISTA KURNIA ANANTA 80

2 ALIF NUR HIDAYAT 60

3 AMILIA SAFITRI 80

4 ANANDA PRASETYA PUTRI 85

5 ANDHIKA ASYIRA HASAN 75

6 ANGGARA PRIMA DWI ATMAJA 85

7 ANJELINA SUCI OCTAVIA ROMADHONI 78

8 ARGO WASKITO SURYO SUTOYUDO 65

9 ARIFATUN NASIKHAH 75

10 ARUM HAPSARI 80

11 ARYA HANDIKA 65
12 ASMARA YUDHA RASTRI KUSUMA 75

13 AULIA PUTRI 80

14 AYU NURIDA 75

15 CHIKAL JENIA HARYANTI 85

16 CHOIRUN NISA ANJANI 80

17 DEBBY NOVLA 58

18 DELA KRISTIANI 85

19 DEMAS ADIKA FIRMANSYAH 80

20 DENY FIRMANSZYAH 60

21 DESTY AMELIA SETIAWATI 75

22 DESTYA YOGA PUTRA 80

23 DEVI PRASASTI WAHYUNINGTIYAS 55

24 DEVI PURWANTI 80

25 DHIYA NASYWA FUAYANAH 85

26 DIAH AYU PUSPITASARI 75

27 DIMAS HARDIANSYAH 80

28 DINDA APRILIA RUSTANTIA 65

29 DWI MASITOH WATI 85

30 DWI RIZKY FEBRIYANTI 75

31 DWI SELLYNA NURAINI 80

Jumlah 2341
26 Rata-rata 75,52

Prosentase ketuntasan 77.42


2. Putaran ( Siklus ) Ke- 2 ( kedua ) Tanggal 22 Agustus 2020

Putaran ( siklus ) 2 guru / peneliti dalam menangawali kegiatan perlu

mempersiapkan perangkat pembelajaran (RPP , Materi lembar kerja sebagai alat

evaluasi. Langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut::

a. Memberikan informasi jadwal pelaksanaan pembelajaran daring untuk mata

pelajaran Penataan Produk dengan

b. Menyampaikan pada siswa dalam pembelajaraan daring mateti dapat di lihat

menggunakan whatsaap untuk pembelajaran dan dilengkapai dengan google

clasroom untuk penugasan dan pengumpulan soal serta google form untuk

absensi siswa.

c. Pengajuan pertanyaan bisa di tanggapi dengan menngunakan voice note atau

dikirim lewat email atau google clasroom

d. Penggumpulan tugas dikirim sampai batas waktu pukul 21.00 bisa lewat

whatsapp, google clasroom atau email (mana yang paling mudah)

e. Melakukan reakpitulasi kehadiran yang dapat dilihat di google form dan hasil

pekerjaan siswa yang dikirim melalui whatsapp, google class dan email

Perlu dicatat disini bahwa bailk pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit

pertama maupun pelaksanaan proses blajar mengajar pada 90 menit kedua kolaborator

( Guru Mitra ) mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala yang

diselidiki. Kegiatan selama 90 menit pelajaran digunakan untuk mengetahui sejauh mana

keadaan siswa adalam mengikuti pelajaran.masih ada beberapa kendala antara lain

a. Kehadiran sudah maksimal walaupun sinyal yang kurang baik, tetapi tetap

hadir dalam pembelajaran karena sudah ada pemahaman tentang pembelajaran

yang memang harus diikuti Sudah ada motivasi dari keluarga terhadap
pembelajaran daring karena dapat sosialisasi dari sekolah dan mayarakat

tentang pembelajaran di rumah dan mengacu protokol kesehatan

b. Keaktifan untuk mengajukan pertanyaan sudah ada peningkatan , pertanyaan

sebagian besar dari whatsaap group dan juga ada yang wapri .

c. Pengumpulan tugas sudah sebagian besar tepat waktu , sesuai kesepakatan

tugas di kumpulkan sampai jam 21.00 (google clasroom , email ada juga

whatsaap) mana yang lebih mudah untuk mengirim

Berikut hasil pada putaran ( siklus ) ke- 2 ( kedua ) :

Tabel 3

Keaktifan siswa kelas X OTKP 1 dalam Proses Belajar Mengajar ( siklus II)

No Kegiatan proses pembelajaaran Jml %

1 Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring 31 100

pada setiap jam pembelajaran

2 Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti 18 58,06

pembelajaran

3 Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil 18 58,06

paparan

4 Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama 24 77,42

pembelajaran

5 Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar 28 90.32

dan tepat waktu


Tabel 4

Daftar Nilai siswa X OTKP 1 Putaran ( siklus ) II

NO N A M A NILAI

1 ABHISTA KURNIA ANANTA 85


2 ALIF NUR HIDAYAT 65
3 AMILIA SAFITRI 85
4 ANANDA PRASETYA PUTRI 90
5 ANDHIKA ASYIRA HASAN 80
6 ANGGARA PRIMA DWI ATMAJA 90
7 ANJELINA SUCI OCTAVIA ROMADHONI 83
8 ARGO WASKITO SURYO SUTOYUDO 70
9 ARIFATUN NASIKHAH 80
10 ARUM HAPSARI 85
11 ARYA HANDIKA 70
12 ASMARA YUDHA RASTRI KUSUMA 80
13 AULIA PUTRI 85
14 AYU NURIDA 80
15 CHIKAL JENIA HARYANTI 90
16 CHOIRUN NISA ANJANI 85
17 DEBBY NOVLA 63
18 DELA KRISTIANI 90
19 DEMAS ADIKA FIRMANSYAH 85
20 DENY FIRMANSZYAH 70
21 DESTY AMELIA SETIAWATI 80
22 DESTYA YOGA PUTRA 85
23 DEVI PRASASTI WAHYUNINGTIYAS 60
24 DEVI PURWANTI 85
25 DHIYA NASYWA FUAYANAH 90
26 DIAH AYU PUSPITASARI 80
27 DIMAS HARDIANSYAH 85
28 DINDA APRILIA RUSTANTIA 70
29 DWI MASITOH WATI 90
30 DWI RIZKY FEBRIYANTI 80
31 DWI SELLYNA NURAINI 85
Jumlah Nilai 2501
Rata-rata 80,68
Prosentase Ketuntasan 90.32

C. Analisis Hasil Tindakan


Analisis hasil observasi dapat dipaparkan sbb :

Tabel 5

Keaktifan siswa X OTKP 1 dalam KBM Siklus I dan Siklus II

Siklus 1 Siklus 2
No Kegiatan proses pembelajaaran Jml % Jml %

1 Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring 24 77,42 31 100

pada setiap jam pembelajaran

2 Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti 14 45,16 18 58,06


pembelajaran

3 Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil 16 51,61 18 58,06

paparan

4 Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama 18 58.06 24 77,42

pembelajaran

5 Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar 24 77,42 28 90.32

dan tepat waktu

Tabel 6

Daftar Nilai siswa kelas XII Aph-2 Siklus I dan Siklus II

NO N A M A Siklus I Siklus II

1 ABHISTA KURNIA ANANTA 80 85

2 ALIF NUR HIDAYAT 60 65

3 AMILIA SAFITRI 80 85

4 ANANDA PRASETYA PUTRI 85 90

5 ANDHIKA ASYIRA HASAN 75 80

6 ANGGARA PRIMA DWI ATMAJA 85 90

7 ANJELINA SUCI OCTAVIA ROMADHONI 78 83

8 ARGO WASKITO SURYO SUTOYUDO 65 70

9 ARIFATUN NASIKHAH 75 80

10 ARUM HAPSARI 80 85

11 ARYA HANDIKA 65 70

12 ASMARA YUDHA RASTRI KUSUMA 75 80

13 AULIA PUTRI 80 85

14 AYU NURIDA 75 80
15 CHIKAL JENIA HARYANTI 85 90

16 CHOIRUN NISA ANJANI 80 85

17 DEBBY NOVLA 58 63

18 DELA KRISTIANI 85 90

19 DEMAS ADIKA FIRMANSYAH 80 85

20 DENY FIRMANSZYAH 60 70

21 DESTY AMELIA SETIAWATI 75 80

22 DESTYA YOGA PUTRA 80 85

23 DEVI PRASASTI WAHYUNINGTIYAS 55 60

24 DEVI PURWANTI 80 85

25 DHIYA NASYWA FUAYANAH 85 90

26 DIAH AYU PUSPITASARI 75 80

27 DIMAS HARDIANSYAH 80 85

28 DINDA APRILIA RUSTANTIA 65 70

29 DWI MASITOH WATI 85 90

30 DWI RIZKY FEBRIYANTI 75 80

31 DWI SELLYNA NURAINI 80 85

25 Jumlah 2341 2501


26 Rata-rata 75,52 80,68
Presentase Ketuntasan 77,42 90,32

D. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan


1. Analisa Hasil Observasi

Dari Tabel 5 Keaktifan siswa dalam PBM Siklus I dan Silus II pada siswa kelas XII

BDP SMK Negeri Tulakan diperoleh analisis dengan perhitungan sbb :


Secara bersama menyusun instrumen observasi yang memuat sbb :

 Siswa yang selalu hadir dalam kegiatan daring pada setiap jam pembelajaran

dari siklus 1 sebesar 777,42 % pada siklus 2 naik menjadi 100%

 Siswa yang selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran dari siklus 1 sebesar

45,16% pada siklus 2 naik menjadi 58,06%

 Siswa yang selalu bertanya dan menanggapi hasil paparan siswa dari siklus 1

sebesar 51,61 % pada siklus 2 naik menjadi 58,06%

 Siwa yang selalu menyelesaikan tugas selama pembelajaran dari siklus 1

sebesar 58.06% pada siklus 2 naik menjadi 77,42%

 Siswa yang mengumpulkan tugas dengan benar dan tepat waktu dari siklus 1

sebesar 77,42% pada siklus 2 naik menjadi 90,32%

2. Analisis Hasil Tes

a. Analisis hasil tes pada tindakan ke –1

TN 2341
Rata Nilai = ------ = -------- = 75,52
N 31

Sb 24
Persentase = ------ X 100 % = -------- X 100 = 77,42%
N 31

b. Analisis hasil tes pada tindakan ke –2

TN 2501
Rata Nilai = ------ = -------- = 80,68
N 31

Sb 28
Persentase = ------ X 100 % = -------- X 100 = 90,32%
N 31
Atas dasar perhitungan analisis dari Tabel 5 Keaktifan siswa dalam KBM siklus I dan
siklus II maka hampir semua bagian yang diteliti mengalami kenaikan persentase dan
tidak ada yang turun. Demikian juga perolehan nilai siswa setelah tes mengalami
peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang penulis ajukan” Penggunaan
Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan Google Clasroom Dalam Pembelajaran
Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kearsipan
Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan”. dapat diterima.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada analisis data dan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa : “Penggunaan Video Pembelajaran Dengan Whatsaap Dan Google
Clasroom Dalam Pembelajaran Daring Dapat Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Kearsipan Siswa Kelas X OTKP 1 SMK Negeri 2 Pacitan”
”.dapat diketahui keaktifan hasil presentase hasil belajar dari kegiatan siklus 1
adalah rata –rata nilai 75,52 kegiatan siklus 2 adalah 80,68 dengan tingkat ketuntasan
sesuai SKM siklus 1 sebanyak 77,42 % kemudian pada siklus 2 naik menjadi 90.32%.
Hal ini berkaitan dengan pembelajaran daring yang telah dilakukan selama proses
berlangsung, dengan maksud pemahaman meteri, aktifitas, respon terhadap guru, respon
terhadap materi,hasil pekerjaan siswa dan penyampaian pendapat untuk perilaku siswa
pada siklus 2 ini, siswa sudah aktif dan mampu bertanggungjawab dalam melakukan
kegiata pembelajaraan daring walaupun baru pertama siswa mengenal dan melakukan,
dengan demikian pembelajaran melalui daring dengan aplikasi google clasroom terdapat
peningkatan dalam keaktifan belajar .

B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka sebagai tindak lanjut dan
penyempurnaannya dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Guru
Dalam menyajikan mata pelajaran Bahasa Indonedia khususnya tentang materi
Tampilan dalam penataan produk food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion
dan sport hendaknya dapat menggunakan aplikasi pembelajaran google classroom
tepat agar siswa dapat memahami benar dalam berbagai segi, yaitu aspek kognitif dan
afektif. Hal ini didasarkan bahwa untuk pelajaran Penataan produk siswa dituntut
berfikir secara kritis dan analisis dalam memahami materi.

2. Penelitian selanjutnya

Guna mendapatkan jawaban yang lebih detail disarankan diadakan penelitian lanjutan
dengan rancangan pembelajaran yang lebih komprehensif, terutama dalam pengambilan
data dengan menggunakan teori yang lebih kompleks. Dengan demikian penelitian
tersebut dapat lebih mantap tentang strategi pembelajaran daring dengan menggunakan
whatsaap, googleclasroom dan google form yang berorientasi akan lebih efektif dan
efisien .

3. Bagi siswa
Agar pembelajaran yang dilakukan disekolah cenderung lebih
berorientasi/mengedepankan pola berfikir yang aktif dan kreatif agar pelaksanaan
pembelajaran daring akan cepat memberikan kontribusi yang baik .
DAFTAR PUSTAKAN
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK
Depdikbud Dirjen Dikti

Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena
Cipata

Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi


Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta : PT. Bumi Aksara

Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Jakarta: Depdikbud.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Soedarsono, 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Bagian Ketiga;
Pemantauan dan Evaluasi. Yogyakarta: UP3SD – UKMPSD Depdikbud.
Kearsipan ...............................

Anda mungkin juga menyukai