Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN KELAS ONLINE BERBANTUAN MEDIA GOOGLE CLASSROOM

SEBAGAI UPAYA PENGAWASAN BELAJAR SISWA DIRUMAH

Oleh

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang (1) kebutuhan siswa dan guru
dalam hal pengawasan belajar di rumah; (2) penerapan kelas online berbantuan media google
classroom sebagai upaya pengawasan belajar siswa dirumah. Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 6 Tabanan dengan subjek penelitian siswa kelas VII SMP Negeri 6 Tabanan
tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode
pengumpulan data studi pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Adapun hasil penelitian ini adalah (1) kebutuhan siswa dan guru dalam
hal pengawasan belajar di rumah adalah teknologi sederhana yang dapat menghubungkan
siswa dan guru dalam sebuah ruang kelas online. Penerapan kelas online berbantuan media
google classroom sebagai upaya pengawasan belajar siswa dirumah terdiri atas beberapa
langkah yaitu (1) Buat kelas; (2) Tambahkan Siswa; (3) Membuat Konten Pembelajaran; (4)
Membuat Pengumuman; (5) Membuat Tugas; (6) membuat Pertanyaan; (7) evaluasi. Jadi
hasil penelitian ini adalah siswa dan guru membutuhkan media google classroom untuk
mengawasi siswa belajar di rumah. Adapun saran yang dapat diberikan adalah(1) bagi guru
agar menggunakan google classroom sebagai media pembelajaran online. (2) para orang tua
agar ikut berpartisipasi dalam mengasi anak belajar di rumah.
Kata Kunci: Pembelajaran Online, Google Classrom
Pendahuluan
Sekolah adalah tempat belajar. Sebagai tempat belajar sekolah memiliki beberapa
unsur. Salah satu unsurnya adalah guru. Dalam hal ini guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada orang lain yang melaksanakan pendidikan dan pembelajaran
ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di
masjid, di rumah dan sebagainya (Djamarah, 2005:31). Namun, pada kenyataannya sebagain
masyarakat hanya memahami bahwa guru adalah pendidik yang ada disekolah. Hal ini sesuai
dengan perspektif tradisional pengertian guru yaitu guru adalah seorang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan (Nurdin dan Usman,2002:7). Dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Berdasarkan pengertian guru di atas, Mulyasa (2007:19) memaparkan terdapat lima
peran fungsi guru dalam pembelajaran. Kelima peran dan fungsi guru tersebut adalah (1)
Sebagai pendidik dan pengajar; (2) Sebagai anggota masyarakat; (3) Sebagai pemimpin;
(4) Sebagai administrator; (5) Sebagai pengelola pembelajaran. Sebagai seorang
pendidik dan pengajar, setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan
peserta didik, bersikap realitas, jujur dan terbuka, serta peka terhadap
perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru
harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan
pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai
kurikulum dan metodologi pembelajaran. Namun, dalam hal ini guru memiliki
keterbatasan dalam menjalankan perannya. Adapun keterbatasan tersebut
adalah guru tidak mampumengontrol proses belajar yang dilakukan oleh siswa
dirumah.

Hal ini dialami oleh guru Bahasa Indonesia di SMP kelas VII di SMP Negeri 6
Tabanan tahun 2019. Guru Bahasa Indonesia tidak bisa mengontrol dengan baik proses
belajar siswa di masing-masing rumahnya. Cara yang telah dilakukan guru adalah dengan
memberikan siswa tugas rumah. Namun, cara ini dianggap membebani siswa dan kadang-
kadang siswa enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Metode pemberian tugas
sebagai suatu bentuk usaha yang dilakukan guru dengan memberi sejumlah tugas kepada
siswa, baik berupa soal pekerjaan rumah secara individual maupun secara kelompok, yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa
(Suherman dan Winataputra, 2002:86). Ada beberapa kelemahan metode pemberian tugas
menurut Zuhairini (1977:67) diantaranya (1) Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh
orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran
tidak tercapai. (2) Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam
kemampuan dan minat belajar. (3) Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan
baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya. (4) Apabila tugas itu terlalu banyak, akan
mengganggu keseimbangan mental anak.
Berdasarkan kenyataan di atas, metode pemberian tugas perlu disempurnakan agar
guru, khususnya guru Bahasa Indonesia di SMP N 6 Tabanan dapat mengawasi dengan baik
proses belajar siswa di di masing-masing rumahnya. Adapun cara yang dapat digunakan
adalah dengan memakai menggunakan media pembelajaran daring (online). Pembelajaran
daring ini sesuai dengan kondisi saat ini yaitu peserta ajar dari proses pembelajaran
merupakan peserta didik dari generasi Z (Gunawan, 2018:341). Dalam hal ini pembelajaran
yang terpusat pada guru tidak lagi cocok pada generasi Z sehingga perlu berubah ke
pendekatan yang lebih berpusat pada siswa, terutama pada siswa yang amat beragam
kemampuannya (Viridi, 2017). Melalui pembelajaran secara daring, maka peserta didik dapat
lebih mengembangkan kemampuannya ke arah yang lebih baik.
Salah satu media pembelajaran daring yang dapat dikembangkan untuk memecahkan
masalah di atas adalah dengan media Google Classroom. Google Classroom adalah suatu
serambi pembelajaran campuran untuk setiap ruang lingkup pendidikan sehingga dapat
memudahkan seorang guru dalam membuat, membagikan, dan menggolongkan setiap
penugasan tanpa kertas. Software tersebut telah diperkenalkan sebagai keistimewaan dari
Google Apps for Education yang rilis pada tanggal 12 Agustus 2014. Pihak Google juga telah
melakukan pemberitahuan mengenai antarmuka pemrograman aplikasi dari sebuah ruang
kelas serta tombol share untuk situs web sehingga semua pihak pengelola sekolah beserta
para pengembang dibolehkan untuk melakukan penerapan lebih lanjut terhadap Google
Classroom (https://spaceku.com/pengertian-google-classroom/).
Selain tidak menggunakan kertas sebagai media pembelajaran, Google Classroom
juga menyediakan serangkaian perangkat gratis untuk mendukung produktivitas para siswa
seperti Gmail, Drive, dan Docs. Oleh sebab itu, siswa dapat mengerjakan dan mengumpulkan
tugas tanpa menggunakan buku atau kertas lagi. Nantinya, para guru bisa membuat folder
Drive khusus untuk setiap tugas dan untuk siswa agar semuanya dapat lebih teratur serta
membuat salinan dokumen di Google Docs secara otomatis.
Selain itu, terdapat pula fitur bernama Class Stream. Fitur tersebut memungkinkan
siswa untuk melakukan debat, diskusi, tanya jawab dengan sesama siswa lain maupun dengan
guru. Sang guru dapat mengirim pertanyaan ke dalam kelas lalu siswa akan berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Bukan hanya dalam bentuk teks, namun guru bisa
menyampaikannya dalam bentuk video atau artikel yang kemudian meminta siswa untuk
menulis rangkumannya.
Berdasarkan pemaparan tersebut penulis tertarik mengangkat penelitian dengan judul
“Penerapan Kelas Online Berbantuan Media Google Classroom Sebagai Upaya Pengawasan
Belajar Siswa Dirumah”. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah (1) apakah kebutuhan
siswa dan guru dalam hal pengawasan belajar di rumah? (2) Bagaimanakah penerapan kelas
online berbantuan media google classroom sebagai upaya pengawasan belajar siswa
dirumah? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang (1) kebutuhan siswa dan
guru dalam hal pengawasan belajar di rumah; (2) penerapan kelas online berbantuan media
google classroom sebagai upaya pengawasan belajar siswa dirumah
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Tabanan dengan subjek penelitian siswa
kelas VII SMP Negeri 6 Tabanan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif dengan metode pengumpulan data studi pustaka dan wawancara. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Pembahasan
Kebutuhan Siswa Dan Guru Dalam Hal Pengawasan Belajar Di Rumah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia kelas VII di SMP Negeri
6 Tabanan, cara yang telah dilakukan guru untuk mengawasi proses belajar siswa dirumahnya
adalah dengan memberikan siswa tugas rumah. Namun, cara ini dianggap membebani siswa
dan kadang-kadang siswa enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan
hasil wawancara kelemahan yang dirasakan oleh guru dalam melaksanakan metode
pemberian tugas di rumah adalah (1) Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang tua
siswa, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai. (2) Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam
kemampuan dan minat belajar. (3) Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan
baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya. (4) anak-anak sekarang lebih senang
bermain dengan gawai yang dimilikinya dirumah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut,
guru dan siswa membutuhkan sebuah media pembelajaran daring yang bisa dilakukan
melalui gawai guru maupun siswa. media yang dapat digunakan adalah media Google
Classroom.
Google Classroom
Menurut Wicaksono (2017), pada tahap awal di tahun 2014-2016 pengembangan
google classroom tidak diperuntukan untuk semua orang hanya sekolah yang berkerjasama
dengan google, namun di bulan Maret 2017 google classroom dapat diakses oleh seluruh
orang dengan menggunakan google pribadi. Hal ini yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
siswa dan wali murid dalam pembelajaran, sehingga tidak diperlukan kerjasama dengan
google. Pemanfaatan secara terbuka dapat memberikan keuntungan bagi pengguna google
classroom.
Penelitian yang dilakukan oleh Shampa Iftakhar (2016 dalam Wicaksono, 2017)
dengan judul Google Classroom: What Works and How? berisi mengenai bahwa google
classroom membantu untuk memonitoring siswa untuk belajar. Guru dapat melihat seluruh
aktivitas siswa selama pembelajaran di google classroom. Interaksi antara guru dan siswa
terekam dengan baik. Adapun fitur yang dimiliki oleh google classroom menurut Wikipedia
(2017):
1. Assigmenments (tugas)
Penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian aplikasi produktivitas google yang
memungkinkan kolaborasi antara guru dan siswa atau siswa kepada siswa. Dokumen yang
ada di google drive siswa dengan guru, file di-host di drive siswa dan kemudian diserahkan
untuk penilaian. Guru dapat memilih file yang kemudian dapat diperlakukan sebagai
template sehingga setiap siswa dapat mengedit salinannya sendiri dan kemudian kembali ke
nilai kelas alih- alih membiarkan semua siswa melihat, menyalin, atau mengedit dokumen
yang sama. Siswa juga dapat memilih untuk melampirkan dokumen tambahan dari drive
mereka ke tugas.
2. Grading (pengukuran)
Google classroom mendukung banyak skema penilaian yang berbeda. Guru memiliki
pilihan untuk melampirkan file ke tugas dimana siswa dapat melihat, mengedit, atau
mendapatkan salinan individual. Siswa dapat membuat file dan kemudian
menempelkannya ke tugas jika salinan file tidak dibuat oleh guru. Guru memiliki pilihan
untuk memantau kemajuan setiap siswa pada tugas di mana mereka dapat memberi komentar
dan edit. Berbalik tugas dapat dinilai oleh guru dan dikembalikan dengan komentar agar
siswa dapat merevisi tugas dan masuk kembali. Setelah dinilai, tugas hanya dapat diedit oleh
guru kecuali jika guru mengembalikan tugas masuk.
3. Communication (komunikasi)
Pengumuman dapat diposkan oleh guru ke arus kelas yang dapat dikomentari oleh
siswa yang memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Siswa juga
dapat memposting ke aliran kelas tapi tidak akan setinggi prioritas sebagai
pengumuman oleh seorang guru dan dapat dimoderasi. Beberapa jenis media dari
produk Google seperti file video YouTube dan Google Drive dapat dilampirkan ke
pengumuman dan pos untuk berbagi konten. Gmail juga menyediakan opsi email bagi
guru untuk mengirim email ke satu atau lebih siswa di antarmuka Google Kelas. Kelas
dapat diakses di web atau melalui aplikasi seluler Android dan iOS Classroom.
4. Time-Cost (hemat waktu)
Guru dapat menambahkan siswa dengan memberi siswa kode untuk mengikuti kelas.
Guru yang mengelola beberapa kelas dapat menggunakan kembali pengumuman, tugas, atau
pertanyaan yang ada dari kelas lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di beberapa kelas dan
kelas arsip untuk kelas masa depan. Pekerjaan siswa, tugas, pertanyaan, nilai, komentar
semua dapat diatur oleh satu atau semua kelas, atau diurutkan menurut apa yang perlu
dikaji.
5. Archive Course (arsip program)
Kelas memungkinkan instruktur untuk mengarsipkan kursus pada akhir masa jabatan
atau tahun. Saat kursus diarsipkan, situs tersebut dihapus dari beranda dan ditempatkan di
area Kelas Arsip untuk membantu guru mempertahankan kelas mereka saat ini. Ketika kursus
diarsipkan, guru dan siswa dapat melihatnya, namun tidak dapat melakukan perubahan
apapun sampai dipulihkan.
6. Mobile Application (aplikasi dalam telepon genggam)
Aplikasi seluler Google Kelas, yang diperkenalkan pada bulan Januari 2015, tersedia
untuk perangkat iOS dan Android. Aplikasi membiarkan pengguna mengambil foto dan
menempelkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan mendukung akses
offline.
7. Privacy (privasi)
Berbeda dengan layanan konsumen google, google classroom, sebagai bagian dari G
Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun dalam antarmuka untuk siswa,
fakultas, dan guru, dan data pengguna tidak dipindai atau digunakan untuk tujuan periklanan.
Semua fitur tersebut dapat digunakan oleh guru selama pembelajaran. Guru dapat
dengan mudah mempelajari penggunaan dengan belajar secara mandiri dengan melihat
di google support pada google classroom. Cara akses dan penggunaan dibedakan berdasarkan
platform yang digunakan seperti komputer, telepon genggam berbasis Android dan iOS.
Selain melalui google support dapat melalui channel di youtube mengenai google
classroom. Pada dasarnya tahap awal yang dilakukan yakni dengan melakukan login dengan
menggunakan akun G Suite for Education atau google pribadi/email google.
Adapun kelebihan google classroom menurut Janzem dalam Iftakhar (2016:13) yakni
mudah digunakan, menghemat waktu, berbasis cloud, fleksibel, dan gratis. Hal ini yang
menjadi pertimbangan bahawa google classroom tepat digunakan untuk di sekolah dasar.
Meskpiun masih memiliki kelemahan seperti tidak adanya layanan eksternal seperti
bank soal secara otomatis dan obrolan secara pribadi antara guru untuk mendapat umpan
balik (Pappas, 2015).
Pemberian Tugas Bahasa Indonesia Dengan Menggunakan Google Classroom
Penerapan kelas online berbantuan media google classroom mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VII dan sebagai upaya pengawasan belajar siswa dirumah terdiri atas
beberapa langkah yaitu (1) Buat kelas; (2) Tambahkan Siswa; (3) Membuat Konten
Pembelajaran; (4) Membuat Pengumuman; (5) Membuat Tugas; (6) membuat Pertanyaan; (7)
evaluasi. Pemberian tugas Bahasa Indonesia, khususnya untuk anak kelas VII di SMP Negeri
6 Tabanan melalui Google Classroom dapat dilakukan melalui fitur Assigmenments (tugas).
Dalam fitur ini penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian aplikasi produktivitas
google yang memungkinkan kolaborasi antara guru dan siswa atau siswa kepada siswa.
Dokumen yang ada di google drive siswa dengan guru, file di-host di drive siswa dan
kemudian diserahkan untuk penilaian. Guru dapat memilih file yang kemudian dapat
diperlakukan sebagai template sehingga setiap siswa dapat mengedit salinannya sendiri dan
kemudian kembali ke nilai kelas alih- alih membiarkan semua siswa melihat, menyalin,
atau mengedit dokumen yang sama. Siswa juga dapat memilih untuk melampirkan dokumen
tambahan dari drive mereka ke tugas. Dengan menggunakan fitur ini guru dapat mengontrol
tugas yang dikerjakan oleh siswa di kelasnya. Selain itu, guru dapat melihat aktivitas belajar
siswa melalui google classroom.
PENUTUP
Hasil penelitian ini adalah (1) kebutuhan siswa dan guru dalam hal pengawasan
belajar di rumah adalah teknologi sederhana yang dapat menghubungkan siswa dan guru
dalam sebuah ruang kelas online. Penerapan kelas online berbantuan media google
classroom sebagai upaya pengawasan belajar siswa dirumah terdiri atas beberapa langkah
yaitu (1) Buat kelas; (2) Tambahkan Siswa; (3) Membuat Konten Pembelajaran; (4) Membuat
Pengumuman; (5) Membuat Tugas; (6) membuat Pertanyaan; (7) evaluasi. Jadi hasil
penelitian ini adalah siswa dan guru membutuhkan media google classroom untuk mengawasi
siswa belajar di rumah. Adapun saran yang dapat diberikan adalah(1) bagi guru agar
menggunakan google classroom sebagai media pembelajaran online. (2) para orang tua agar
ikut berpartisipasi dalam mengasi anak belajar di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah. 2005. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ivan Gunawan, Fransiskus. 2018. “Pengembangan Kelas Virtual Dengan Google Classroom
Dalam Keterampilan Pemecahan Masalah (Problem Solving) Topik Vektor
Pada Siswa Smk Untuk Mendukung Pembelajaran”. Prosiding Seminar
Nasional Etnomatnesia: 340-348
Mulyasa, E. 2007. Menjadi guru profesional menciptakan pembelajaran kreatif dan
menyenangkan. Bandung : Rosdakarya
Nurdin Usman. 2002. Konteks implementasi berbasis Kurikulum. Bandung, CV Sinar Baru.
Suherman dan Winataputra. 2002. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Depdiknas.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Viridi, Sparisoma, Jam'ah Halid, dan Tati Kristianti. 2017. “Penelitian Guru untuk
Mempersiapkan Generasi Z di Indonesia”." SEAMEO QITEP in Science.
Bandung: P4TK IPA. 1-2.
Wicaksono, Vicky Dwi, Putri Rachmadyanti. 2017. “Pembelajaran Blended Learning Melalui
Google Classroom Di Sekolah Dasar”. Seminar Nasional Pendidikan PGSD
UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa
Zuhairini Abdul ghofir dan Slamet As.Yusuf. 1977. Metodik khusus pendidikan agama.
Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.

Anda mungkin juga menyukai