Anda di halaman 1dari 20

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ONLINE

(DARING) MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM


DI MTS AL AZHAR KOTA BANJAR
Syamsudin1
1
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Email :

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model Pembelajaran Pendidikan


Agama Islam Online (Daring) Menggunakan Google Classroom di MTs Al Azhar
Kota Banjar. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: bagaimana
pelaksanaan pembelajaran online (daring) menggunakan Google classroom pada
pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di MTs Al Azhar Kota Banjar,
apa saja faktor pendukung dan cara mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran
online (daring) pada pembelajaran Pendidikan Agama di MTs Al Azhar Kota
Banjar, dan faktor penghambat dan bagaimana solusi mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, informan penelitian ini
adalah Kepala Sekolah MTs Al Azhar Kota Banjar, Guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, dan 5 orang siswa kelas VIII. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dengan penghimpunan data,
klasifikasi data, dan penyimpulan data.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pelaksaanaanya yaitu dengan
melakukan koordinasi dengan guru untuk pembelajaran online. Dan bekerjasama
dengan wali kelas guna mendata siswa yang mampu mengoperasikan internet
terhubung dengan pembelajaran dan siswa yang belum bisa terhubung, serta
berusaha mencari solusi untuk menghadapi kendala itu. Untuk tenaga pendidik
sendiri sudah dipersiapkan untuk menghadapi pembelajaran online ini. (2) Faktor
pendukung dan cara mengoptimalkan dari pembelajaran online menggunakan
google classroom ini yaitu tersedianya sarana prasarana di sekolah yaitu dengan
pemasangan koneksi internet di setiap ruang kelas. Siswa sendiri juga sudah
mempunyai media untuk mengakses aplikasi yang dipergunakan sekolah untuk
pembelajaran daring. Pendidik juga sudah disiapkan ada pelatihan dari sekolah.
Faktor penghambat yaitu kendala yang dihadapi para orang tua adalah adanya
penambahan biaya pembelian kuota internet. (3) Solusi dalam mengatasi
penghambat pembelajaran online adalah memanfaatkan sarana dan prasarana
secara optimal dapat menunjang efektifitas pembelajaran online, dengan
pemberian modul pembelajaran untuk materi yang belum tersampaikan, dan untuk
sementara bagi siswa yang belum bisa terhubung agar datang ke sekolah untuk
mengambil tugas dari guru.

Kata Kunci: Pembelajaran Online, Google Classroom, Pendidikan Islam

1
ABSTRACT

This study aims to determine the Online (Online) Islamic Religious


Education Learning Model Using Google Classroom at MTs Al Azhar Banjar
City. The questions to be answered from this research are: how is the
implementation of online learning (online) using Google classroom in learning
Religion and Character Education at MTs Al Azhar Kota Banjar, what are the
supporting factors and how to optimize the implementation of online learning
(online) in religious education learning at MTs Al Azhar Kota Banjar, and the
inhibiting factors and how to solve the problem. This study used a qualitative
method, the informants of this study were the Principal of MTs Al Azhar, Banjar
City, a teacher of Islamic Religious Education, and 5 grade VIII students.
This study uses data collection techniques through interviews,
observation, and documentation. The data analysis technique used is data
collection, data classification, and data inference.
The results of this study are as follows: (1) The implementation is by
coordinating with teachers for online learning. And working with the homeroom
teacher to collect data on students who are able to operate the internet connected
to learning and students who are not yet able to connect, and try to find solutions
to face these obstacles. The educators themselves have been prepared to face this
online learning. (2) The supporting factor and how to optimize online learning
using google classroom is the availability of infrastructure in schools, namely by
installing an internet connection in each classroom. Students themselves also
have the media to access applications that schools use for online learning.
Educators have also prepared training from schools. The inhibiting factor is the
obstacle faced by parents is the additional cost of purchasing internet quota. (3)
The solution in overcoming the obstacles to online learning is to optimally utilize
facilities and infrastructure to support the effectiveness of online learning, by
providing learning modules for material that has not been conveyed, and
temporarily for students who are not yet connected to come to school to take
assignments from the teacher.

Keywords: Online Learning, Google Classroom, Islamic Education

PENDAHULUAN
Konsepsi pendidikan Islam melihat bahwa pendidikan itu sebagai upaya
mencerdaskan semata atau yang biasa disebut dengan pendidikan intelektual, dan
kecerdasan, melainkan sejajar dengan konsepsi Islam tentang manusia dan ahkikat
eksistensinya. terutama dalam eksistensi agama (Duryat, 2016:55). Pendidikan
Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, taqwa dan ahlak, serta aktif membangun peradaban dan
keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang
bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi
tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat
baik dalam lingkup lokal, regional maupun global .

2
Pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan
tanggung jawab serta terencana dengan baik untuk memberikan pembinaan dan
bimbingan pada peserta didik. Bimbingan dan pembinaan tersebut tidak hanya
berorientasi pada intelektualnya saja, akan tetapi juga pada segi emosional juga.
Dan bimbingan dan pembinanaan tersebut bisa dari keluarga terdekat, sekolah dan
masyarakat sekitar sehingga dapat membawa perubahan yang lebih positif.
Karena pendidikan agama merupakan inti pembentukan moral dan karakter
peserta didik. Sehingga dalam memberikan pengetahuan. keagamaan kepada anak
seorang guru juga harus bisa menjadi suri tauladan bagi anak- anak didiknya.
Sebagai figur teladan seorang pendidik harus mampu menuntut sikap yang
baik dalam perbuatan ataupun budi pekerti yang luhur. Karena seorang guru selalu
menjadi sorotan terutama oleh anak didik. Seorang guru yang tidak dapat
menjadikan dirinya sebagai teladan bagi anak didiknya maka guru itu dianggap
gagal dalam melaksanakan tugas utamanya sebagai pendidik. Mengenai
kompetensi dalam cara mengajar, seorang guru dituntut mampu merencanakan
atau mampu menyusun setiap program satuan pembelajaran, mempergunakan dan
mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif
dan efektif. Sehingga peserta didik mampu aktif bereksplorasi, kritis dalam
berfikir,dan aktif mengembangkan kemampuannya dari pengalaman-pengalaman
yang diperoleh dari guru di sekolah.
Metode adalah suatu cara mengajar yang berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka akan
semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuannya. Dalam metode mangajar,
faktor guru, peserta didik, bahan yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana,
serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya (Ibrahim, 2015: 20).
Menurut Trianto pembelajaran adalah salah satu aspek dari kegiatan manusia
secara kompleks yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan atau dijabarkan. Secara
lebih simple, pembelajaran merupakan produk dari interaksi yang berkelanjutan
antara pengembangan dan pengalaman (Sagala, 2006: 13).
Secara umum pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan seorang
pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya dengan memberikan arahan
sesuai dengan sumber- sumber belajar lainya untuk mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan. Pembelajaran di sini dapat diartikan dengan pembelajaran face to face
dan bisa secara online. Konsep belajar mandiri pada dasarnya menekankan pada
kreatifitas dan inisiatif peserta didik. Akan tetapi pada kondisi tertentu, secara
sistematik peserta didik dapat meminta bantuan/bimbingan pada pendidik, disini
peran pendidik lebih menekan kan sebagai fasilitator, dengan demikian
pembelajaran mandiri adalah pembelajaran yang dilakukan individu secara
inisiatif, tanpa bantuan orang lain yang sudah mempunyai perencanaan dalam
belajar sehingga hasilnya dapat dievaluasi dalam nilai akhir (Rahman, 2016: 105).
Pembelajaran online (online learning) menurut Dabbagh dan Ritland
bersifat terbuka/ fleksibel, prinsip kunci dalam pembelajaran ini adalah proses
pembelajaran terpusat pada siswa dan siswa memiliki fleksibilitas dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Rahayu, 2019: 16). Pembelajaran online ini dapat
dilaksanakan oleh guru sehingga bisa menarik perhatian murid untuk belajar
mandiri di rumah. Guru dan murid tidak harus bertatap muka secara langsung
dalam ruang kelas, karena pembelajaran yang digunakan menggunakan jaringan
online yang mana bisa diakses murid melalui komputer maupun smartphone yang

3
tentunya masih dalam pengawasan dari orang tua. Belajar dan kegiatan
pembelajaran online dapat menjadi solusi alternatif untuk dapat menunjang
terjadinya proses belajar yang lebih efektif. Khususnya pada saat pandemi seperti
ini pembelajaran online dapat membatu guru untuk tetap bisa melaksanakan
pembelajaran seperti biasanya. Seiring dengan berkembangnya teknologi
informasi yang semakin canggih tidak menutup kemungkinan bahwasanya
pembelajaran hanya bisa dilakukan di dalam kelas saja. Namun, pembelajaran
bisa dilakukan secara online dan dan dapat diakses dimanapun dan kapan pun oleh
peserta didik. Pembelajaran online (Guru/Dosen) dalam pembelajaran adalah
bertugas sebagai fasilitator pembelajaran bukan hanya sebagai pemberi materi
atau informasi. Sehingga diharapkan pembelajaran online dapat menarik minat
belajar dari siswa (Susilo, 2019: 2040).
Kaitannya dengan pembelajaran online Mulyasa mengemukakan bahwa
minat adalah kecenderungan seseorang dalam mengerjakan sesuatu perbuatan,
seperti minat untuk mempelajari sesuatu dalam hal membaca, menulis, atau
berdiskusi (Mulyasa, 2004: 39). Di sini penulis menawarkan pembelajaran yang
dilakukan menggunakan bantuan dari aplikasi google classroom. Yang mana
pembelajaran google classroom ini sudah seperti kelas pada saat pembelajaran
tatap muka di sekolah namun google classroom ini berbasis online. Kelebihan dari
google classroom yaitu sudah seperti kelas sesungguhnya, sudah ada penilaian
langsung dari aplikasi. Lahir dari pengalaman belajar siswa belajar mandiri via
online. diharapakan siswa bisa menguasai pelajaran. Oleh karena itu, minat siswa
mempunyai peran penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya
minat, siswa lebih konsentrasi, semangat, gembira, tidak mudah bosan, dan tidak
mudah lupa dalam usaha siswa untuk belajar. Minat siswa memberikan
sumbangan yang besar terhadap keaktifan siswa dalam belajar, dengan aktifnya
siswa ada peluang yang besar untuk berhasilnya siswa dalam belajar. Minat
seseorang terhadap pelajaran tertentu akan menyebabkan perhatian individu
terhadap mata pelajaran tersebut menjadi besar.
Memberikan stimulus yang sesuai dengan sikap siswa jelas akan lebih
mudah menarik perhatiannya untuk belajar. Adapun kelebihan yang dihadapi
ketika menggunakan pembelajaran online. Kelebihannya yaitu informasi tidak
hanya terbatas pada pertemuan tatap muka dikelas, akan tetapi siswa dapat
memperoleh informasi dengan mengakses informasi dari rumah dan dapat
berinteraksi setiap waktu (Zainudin, 2019: 18). Siswa juga dapat mengoptimalkan
setiap sumber belajar yang ada disekitarnya agar dapat berkembang. Namun,
secanggih apapun teknologi yang digunakan dalam mendukung proses
pembelajaran, seorang guru tetap memegang peran sentral sebagai pengembang
konten dan tutor pembelajaran. Peran seorang guru tidak dapat tergantikan
sehingga kreatifitas seorang guru diperlukan dalam pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran.
Penelitian oleh (Firman dan Rahayu 2020) Pembelajaran jarak jauh secara
online juga mampu menumbuhkan kemandirian belajar mahasiswa. Belajar tanpa
bimbingan langsung dari dosen membuat mahasiswa secara mandiri mencari
informasi mengenai materi kuliah dan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka.
Beberapa aktivitas yang dilakukan adalah membaca buku referensi, artikel online,
jurnal-jurnal ilmiah, atau berdiskusi dengan rekan sebaya melalui aplikasi-
aplikasi pesan instan. pembelajaran secara online lebih bersifat student centered

4
sehingga mampu memunculkan tanggung jawab dan otonomi mahasiswa dalam
belajar. Belajar online menuntut mahasiswa untuk mempersiapkan sendiri
pembelajarannya, mengatur dan mengevaluasi serta secara simultan
mempertahankan motivasi belajarnya (Firman, 2020: 84).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat masalah-masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini. Masalah tersebut diidentifikasikan yang pertama,
Bagaimana Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online (Daring)
Menggunakan Google Classroom Di Mts Al Azhar Kota Banjar ?; Kedua,
Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online (Daring)
Menggunakan Google Classroom Di Mts Al Azhar Kota Banjar ?; Ketiga, Apa
saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam mengoptimalkan
pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online (Daring)
Menggunakan Google Classroom Di Mts Al Azhar Kota Banjar ?
Metode Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian lapangan (field
research) dengan teknik analisis deskriptif yaitu memaparkan secara detail
selengkap mungkin mengenai realitas yang dikaji (Ibrahim, 2015: 11). Penelitian
kualitatif lebih menekankan pada keluasan informasi, (bukan kedalaman)
sehingga metode ini cocok digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel
yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah data sample yang diambil dari
populasi tersebut dengan tekhnik probability sampling (random). Berdasarkan
data dari sample tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi (kesimpulan
sample diberlakukan ke populasi di mana sample itu diambil) (Sugiyono, 2012:
19). Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, karena
dalam penelitian data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan kata-
kata, dan gambar. Karena memperhatikan kejadiankejadian dilapangan secara
langsung dan terlibat secara pribadi. Selanjutnya menguraikan dan menafsirkan
kejadian atau peristiwa yang dialami dengan bentuk kata-kata.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan strategi study kasus, mengacu pada John W.Creswell 1 dalam
bukunya Research Design bahwa stadi kasus adalah penelitian yang menyelidiki
secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok
individu.Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti
mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al Azhar Kota
Banjar, Jawa Barat yang beralamatkan di Jalan Pesantren No 2 Kujangsari
Langensari Kota Banjar, Jawa Barat. Saat ini MTs Al Azhar Kota Banjar dipimpin
oleh Ny. Hj. Linatu Shofiah, M.Pd.I. berdasarkan hasil wawancara kepada salah
satu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, bahwa di MTs Al Azhar Kota
Banjar rata- rata kemampuaan siswanya bersifat heterogen yakni berkemampuan
tinggi, sedang, cukup, dan rendah. Dalam mendapatkan data informasi penulis
membutuhkan objek siswa yang tergabung dalam kelas VIII yang berjumlah 44
siswa namun peneliti hanya mengambil sample 5 siswa untuk diwawancara.
Rencana penelitian akan dilakukan selama 5-7 hari terhitung dari 20 Juli- 27 Juli
2020.

1
Jhon Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches.
Third Edition (Thousand Oaks California, 2009)

5
Sumber Data dalam Penelitian ini mempunyai dua sumber data yang
digunakan, yaitu: Data Primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah
sumber data utama yang dapat memberikan informasi, fakta dan gambaran
peristiwa yang diinginkan dalam penelitian. Peneliti menggunakan teknik
purposive sampling dalam pengambilan sampel. Sumber data yang didapatkan
yaitu dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan Kepala Sekolah,
Guru PAI Kelas VIII dan siswa kelas VIII yang diambil secara acak sebagai data
informasi utama dalam penelitian ini. Adapun Data Sekunder atau tambahan
adalah segala bentuk dokumen, baik dalam bentuk tulisan maupun foto (Ibrahim,
2015: 70). Sumber data didapat dari sumber bacaan seperti buku, jurnal, modul
yang digunakan untuk memperkuat informasi dari hasil penelitian. Dalam
penelitian dilampirkan hasil dokumentasi wawancara dengan bapak kepala
sekolah, dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII, dan
perwakilan dari siswa kelas VIII MTs Al Azhar Kota Banjar.
Prosedur Pengumpulan Data meliputi Prosedur Pengumpulan Data,
meliputi Wawancara, dimana wawancara pada penelitian ini diadakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab. Wawancara
merupakan prosedur pengumpulan data yang utama. Merupakan tehnik untuk
mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan narasumber yang
bersangkutan. Wawancara dilakukan kepada Guru Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan siswa dari kelas VIII. Teknik yang digunakan yaitu teknik
wawancara semi terstruktur untuk menggali berbagai informasi secara jelas.
Selain itu peneliti melakukan Observasi, yang mana dalam penelitian ini
dilakukan sebagai penunjang dalam pengumpulan data. Observasi dilakukan
secara terus terang dengan menjadi partisipasi pasif untuk melihat secara nyata
mengenai pelaksanaan program pebelajaran yang dilakukan daring antara murid
dan guru. Serta mengumpulkan beberapa informasi dari bapak kepala sekolah dan
guru mapel Pendidikan Agama Islam terkait dengan pembelajaran daring (online)
menggunakan Google Classroom. Selanjutnya Dokumentasi, Dokumentasi berupa
catatan atau data yang didapatkan untuk melengkapi hasil dari observasi dan
wawancara yang telah dilakukan. Baik berupa foto-foto kegiatan selama observasi
kegiatan atau data-data profil MTs Al Azhar Kota Banjar.
Adapun Analisis data menurut (Arikunto, 2014: 278), yaitu:
mengumpulkan data dan diolah serta dianalisis dengan meliputi tiga langkah yaitu
persiapan, tabulasi, dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Penelitian ini, analisis data dilakukan dengan tiga langkah. Analisis data adalah
analisis data yang telah terkumpulkan guna mengetahui seberapa besar
keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa (Suyadi,
2011: 85). Pertama, menghimpun data sebanyak mungkin yang berkenan dengan
pelaksanaan pembelajaran daring. Kedua, data-data yang sudah terkumpul
diklasifikasikan sesuai dengan aspek kajian dalam penelitian yaitu model
pembelajaran online menggunakan google classroom pada mata pelajaran PAI
MTs Al Azhar Kota Banjar, faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran online
dan cara mengoptimalkan, dan faktor penghambat dan solusi mengatasinya.
Ketiga, data-data yang sudah diklasifikasi dalam aspek penelitian ditafsirkan dan
dimaknai sebagai kesimpulan akhir penelitian.
Uji Keabsahan Data peneliti lakukan dengan melakukan Pengecekan
Keabsahan Data dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif

6
meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektifitas). Dalam menguji
kredibilitas data dalam metode kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Namun pengecekan data
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode triangulasi. Sebagaimana
Pendapat Wiliam Wiersma (1986) dalam jurnal (Firtiani 2020) mengatakan
triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2012: 372).
Triangulasi dalam penelitian ini yaitu peneliti melakukan Pengujian kredibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah didapatkan dari
beberapa sumber dari pertanyaan yang sama. Data tersebut kemudian dianalisis
untuk mendapatkan kesimpulan dan dimintakan kesepakatan dengan sumber-
sumber tersebut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ketiga tehnik dalam
pengumpulan data yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Triangulasi waktu Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Bila hasil uji mengahsilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. (Sugiyono, 2012: 374).
Dalam pengambilan data dilakukan selama 5-7 hari terhitung dari 20 Juli- 27 Juli
2020.

KAJIAN TEORI
Perbedaan Penelitian terdahulu dengan Penelitian yang akan Penulis bahas
yaitu terkait Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online (Daring)
Menggunakan Google Classroom Di Mts Al Azhar Kota Banjar, dan pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online (Daring) Menggunakan Google
Classroom Di Mts Al Azhar Kota Banjar, serta faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam mengoptimalkan pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Online (Daring) Menggunakan Google Classroom Di Mts Al Azhar
Kota Banjar. Maka peneliti dalam hal ini mengkaji beberapa teori diantaranya :

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Online (Daring) Menggunakan


Google Classroom
Pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan potensi siswa menuju jalan kehidupan yang
disediakan oleh Allah SWT dan siswa sendiri yang akan memilih, memutuskan,
dan mengembangkan jalan hidup dan kehidupan yang telah dipelajari dan
dipilihnya (Jaedun, 2009: 3). Oleh karena itu segala kegiatan interaksi metode dan
kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu berpegang pada tujuan
pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berhasil sesuai yang dikehendaki.
Tidak dapat dielakkan bahwa kegiatan belajar dan pembelajaran akan melibatkan
proses pertukaran informasi, setidaknya antara guru dengan siswa dan antara
siswa dengan siswa. Dengan lain perkataan, belajar dalam beberapa hal pada
hakekatnya dapat dilihat sebagai proses komunikasi (Ginting, 2008: 117).
Dalam konteks belajar dan pembelajaran adalah meteri pelajaran, kepada
penerima yaitu siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan,

7
maupun bahan non-verbal. Sebaliknya, siswa akan menyampaikan berbagai pesan
sebagai respon kepada guru sehingga terjadi komunikasi dua arah guna
meningkatkan keberhasilan komunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran
yaitu terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri siswa. Dalam proses
pembelajaran, hendaknya terjalin hubungan yang bersifat edukatif atau mendidik
dan mengembangkan interaksi antara guru dengan siswa. Proses pembelajaran
yang efektif hanya mungkin terwujud apabila dilaksanakan oleh guru professional
dan dijiwai jiwa profesionalisme yang tinggi. Proses pembelajaran pada dasarnya
merupakan interaksi antara guru dan peserta didik. Kualitas hubungan antara guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh
pribadi pendidik dalam mengajar (teaching) dan peserta didik dalam belajar
(learning) (Jaedun, 2009: 4).
Hubungan tersebut mempengaruhi kesediaan peserta didik untuk melibatkan
diri dalam kegiatan ini. Jadi, bila terjadi hubungan yang positif antara guru dan
peserta didik, peserta didik akan berusaha sungguh-sungguh masuk ke dalam
kegiatan ini. Hal ini terjadi karena selain peserta didik memiliki insting peniruan,
juga karena mereka memiliki rasa senang yang diperolehnya dari hubungan positif
dengan gurunya (Susanto, 2009: 33). Semakin besar keterlibatan peserta didik
pada kegiatan ini tentu semakin besar pula kemungkinan mereka memahami dan
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, begitu pula sebaliknya. Dengan kata
lain kualitas hubungan antara guru dan peserta didik menentukan keberhasilan
proses pembelajaran yang efektif.
Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua
atau guru sebisa mungkin mengarahkan anak untuk membentuk kepribadian yang
sesuai dengan ajaran islam. Penekanan terpenting dari ajaran agama Islam pada
dasarnya adalah hubungan antar sesama manusia yang sarat dengan nilai-nilai
yang berkaitan dengan moralitas sosial itu. Sejalan dengan hal ini, arah pelajaran
etika di dalam Al Qur’an. Kurikulum Pendidikan Agama Islam juga telah
menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran (Idris,
2015: 176). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
sangat tergantung kepada kesediaan guru untuk menggunakannya dalam program
pembelajaran serta kemampuan guru dalam menggunakan teknologi tersebut
sebagai media dan sumber pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, setiap guru
harus senantiasa bersedia untuk menghadapi tantangan teknologi informasidan
komunikasi yang semakin maju dan mempunyai komitmen untuk senantiasa
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran. Pendapat
tersebut selaras dengan dalil dalam Al- Qur’an QS. An- Nahl: 125: yang artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pembelajaran online adalah pembelajaran yang memanfaatkan keunggulan
komputer sebagai media perantara pengajar dan mahasiswa agar mudah
berkomunikasi. Pembelajaran online memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapat secara tidak
langsung. Pembelajaran online memanfaatkan bahan ajar yang bersifat mandiri
yang dapat diakses siapa saja dan kapan saja melalui teknologi internet. Namun
dalam pembelajaran online ada beberapa kendala yang dirasakan murid pada

8
proses belajar mengajar di rumah adalah para murid merasa dipakasa belajar jarak
jauh tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah (Purwanto, 2020: 6). Sistem
pembelajaran daring memberikan dua sisi yang berlawanan.
Di sisi lain membantu lembaga pendidikan untuk tetap dapat melaksanakan
proses belajar mengajar sampai pandemi ini berakhir, sisi lainnya justru
menimbulkan ketimpangan di dalamnya (Setiawan, 2020: 9). Untuk pembelajaran
online di rumah seharusnya disediakan dulu fasilitasnya seperti laptop, komputer
ataupun handphone yang akan memudahkan murid untuk menyimak proses
belajar mengajar online.
Dalam jurnal karya (Nafiah dan Hartatik 2020) pembelajaran dengan
menggunakan Google Classroom memiliki keefektifan dalam proses pembelajaran
(Maharani & Kartini, 2019:171). Keefektifan pembelajaran dengan menggunakan
Google Classroom dapat dilihat berdasarkan tingkat kesalahan yang dibuat
oleh mahasiswa saat menyelesaikan permasalahan yang diberikan, keefektifan
pembelajaran juga dapat dilihat berdasarkanketepatan waktu yang dipergunakan
oleh mahasiswa untuk belajar, mengunggah hasil tes serta mengunggah hasil
kuesioner melalui kelas Google Classroom. Untuk mempermudah
pengoperasiannya, pendapat (Rozak, 2018: 162- 167) dalam jurnal (Firtiani 2020)
dapat dipelajari dengan memperhatikan langkah-langkah diantaranya meliputi :
1. Buka laman google lewat laman Mozilla Firefox atau Google Chrome, lalu
buka tautan Google classroom.
2. Pastikan guru dan siswa telah memiliki akun Google Apps for Education.
Guru dan siswa yang akan tergabung dengan kelas tersebut haruslah
punya akun tersebut, dengan memiliki akun itu guru dan siswa bisa
mengaplikasikan google classroom. Selanjutnya kunjungi situs
classroom.google.com dan sign in. Guru selaku pengatur kelas itu bisa meng-
klik tulisan guru untuk membuat kelas. Pun sebaliknya, jika siswa, maka klik
tulisan siswa agar bisa tergabung dengan kelas yang dibuat guru dengan
menggunakan kode yang telah didapatkan.
3. Guru menambahkan siswa secara langsung atau berbagi kode
Langkah ini dilakukan didalam kelas dengan memberitahukan kepada
siswa agar bisa bergabung dengan kelas yang dibuat oleh guru. Dia
memberitahukan kepada siswa bahwa akan menerapkan google classroom pada
mata pelajaran yang diampu. Guru memerintahkan kepada para siswa untuk
mengaktifkan email guru sebagai tutor didalam kelas.
4. Guru memberikan tugas mandiri
Tugas ini diberikan oleh guru pengampu sebagai tutor untuk
melemparkannya secara mandiri untuk dikerjakan dirumah masing-masing atau
waktu belajar kelompok. Tugas-tugas yang dikirim oleh guru melalui google
classroom, secara otomatis akan disimpan ke dalam folder google drive.
5. Guru melemparkan informasi mengenai diskusi Selain memberikan tugas-tugas
yang bersifat individu ataupun kelompok.
Aplikasi ini bisa memberikan informasi sesuai tema pelajaran PAI yang
disampaikan kepada para siswa sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Aplikasi google ini dapat diakses di PC dan dapat diakses
melalui ponsel atau tablet yang berbasis android/iOS. Dosen dan mahasiswa
dapat mengunjungi situs https://classroom.google.com di google atau dapat
mengunduhnya melalui playstore di android. Penggunaannya pun tanpa

9
dipungut biaya, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Pembelajaran dengan menggunakan aplikasi google classroom ini dapat
menghubungkan guru dan siswa (Susanto, 2020: 131)

Faktor Pendukung dalam Mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan


Agama Islam pada Pembelajaran online (daring)
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan mempunyai arti penting
terutama dalam upaya pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas
pendidikan, dan peningkatan efektifitas pendidikan (Muhtadi 2006, 10)
Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media pembelajaran dapat melalui
pemanfaatan internet dalam e- learning maupun penggunaan komputer sebagai
media interaktif. Diharapkan dengan penggunaan media ini dapat merangsang
pikiran, perasaan, minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat terjadi. Selain itu, proses pembelajaran akan lebih
efektif karena penggunaan media pembelajaran memungkinkan teratasinya
hambatan dalam proses komunikasi antara guru dengan peserta didik seperti
hambatan fisiologis, psikologis, kultural, dan lingkungan. Efisiensi penggunaan
Sistem E-Learning tidak dapat dipenuhi tanpa adanya pencapaian Kualitas
Informasi (Information Quality) yang tinggi dimana dapat meningkatkan
kesadaran dan pemahaman siswa sebagai pengguna (User) terhadap pembelajaran
(Mulyati,dkk 2017: 93).
Penggunaaan komputer sebagai media pembelajaran dalam Google
Classroom secara umum mengikuti proses intruksional sebagai berikut (Rozak,
2018: 136):
1. Merencanakan, mengatur, dan mengorganisasikan serta menjadwalkan
pengajaran. Di aplikasi ini telah dirancang berbagai pembelajaran untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran PAI. google classroom juga berkaitan
dengan pengelompokan dan penjadwalan pengajaran mata pelajaran agama.
2. Mengevaluasi siswa siswi. google classroom dapat menjadi bahan evaluasi
siswa. Sebagai contoh siswa mengikuti ujian melaui aplikasi google
classroom, sebelum melaksanakan ujian, guru terlebih dahulu mengunggah
soal di aplikasi ini.
3. Mengumpulkan informasi data siswa. Pada google classroom terdapat data
siswa, yang memudahkan proses penilaian dan pengajaran. Informasi
tersebut meliputi biodata lengkap siswa, nilai siswa, data keaktifan siswa
pada aplikasi google classroom.
4. Melakukan analisis statistik mengenai data pembelajaran. Analisa statistik
dalam google classroom bertujuan untuk pengumpulan data siswa. Adapun
data yang dikumpulkan seperti, kreatifitas siswa dan keaktifan siswa pada
aplikasi.
Catatan perkembangan proses belajar kelompok dan individu. Catatan
perkembangan pembelajaran kelompok atau individu dalam google classroom
sangat penting. sebagai bahan evaluasi siswa untuk melihat seberapa jauah siswa
aktif apada aplikasi google classroom. Melalui google clasroom dihrapkan
pembelajaran PAI disekolah akan lebih lebih maksimal dan efektif sesuai dengan
tuntutan zaman yang serba modern dan pembelajaran disekolah diharapkan bisa
menghasilkan sesuatu yang direncankan diawal tahun ajaran sesuai kurikulum
yang ada, yang pastinya visi dan misi yang telah dicangankan sekolah dan selalu

10
menjadi semboyan mereka setiap hari bisa tercapai sesuai yang diharapakan.
Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa.

Faktor Penghambat dan Solusi Mengatasi Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam pada Pembelajaran online (daring)
Kendala yang dihadapi para orang tua adalah adanya penambahan biaya
pembelian kuota internet bertambah, teknologi online memerlukan koneksi
jaringan ke internet dan kuota oleh karena itu tingkat penggunaaan kuota internet
akan bertambah dan akan menambah beban pengeluaran orang tua, untuk anak
yang belum mempunyai smartphone otomatis juga belum bisa mengikuti
pembelajaran melalui google classroom. Dampak lain di sekolah yaitu fasilitas
internet dan komputer di sekolah sudah memadai tetapi masih banyak masalah
penyalahgunaan fitur online yang sering dilakukan siswa untuk menjelajah
internet dengan tidak terkontrol.
Sistem notification dari aplikasi google classroom tidak ada. Tidak semua
aplikasi sosial media yang diunduh ditelepon seluler memberikan notifikasi
peringatan ketika melakukan aktivitas pada akun yang kita miliki (Susanto, 2020:
124). Jadi, pengguna akun/siswa harus sering memeriksa apabila ada tugatugas
yang diberikan guru. Sehingga mereka tidak ketinggalan informasi ataupun tugas-
tugas yang diberikan melaui google classroom.Dan untuk siswa sendiri juga pada
saat pembelajaran google classroom harus mempunyai koneksi jaringan internet
yang bagus. Solusi yang ditawarkan yaitu dengan pemanfaatan sarana dan
prasarana dengan optimal (Aunurrahman, 2010: 78). Yaitu dengan pemanfaatan
segala jenis barang yang sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien yang
ada atau tersedia dalam lingkungan pendidikan atau sekolah.
Pemanfaatan yang dimaksud disini ialah guru harus dapat memanfaatkan
segala sarana seoptimal mungkin dan bertanggung jawab penuh terhadap
keselamatan pemakaian sarana dan prasarana pengajaran sehingga sarana
pendidikan yang disediakan dimaksudkan untuk memperlancar proses belajar
mengajar. Pemberian tugas bagi siswa yang di rumah mungkin belum memiliki
smartphone yaitu dengan mengambilan tugas di sekolah.

PEMBAHASAN
Sejarah Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Al-Azhar (MTs) Kota Banjar adalah lembaga
pendidikan formal di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Huda
Al-Azhar yang beralamat di Jl. Pesantren No 12 Kujangsari, Langensari Kota
Banjar Jawa Barat. Dikutip dari Sebagai lembaga pendidikan, MTs Al azhar
Citangkolo Kota Banjar tanggap dengan perkembangan teknologi tersebut.
Dengan dukungan SDM yang di miliki Madrasah ini siap untuk berkompetisi
dengan sekolah lain dalam pelayanan informasi publik. Teknologi Informasi Web
khususnya, menjadi sarana bagi MTs Al Azhar Citangkolo Kota Banjar untuk
memberi pelayanan informasi secara cepat, jelas, dan akuntable. Dari layanan ini
pula, MTs Al Azhar Citangkolo Kota Banjar siap menerima saran dari semua
pihak yang akhirnya dapat menjawab Kebutuhan masyarakat. Menyediakan
pendaftaran siswa dan siswi baru tahun akademik 2020/2021 di link google

11
classroom di alamat http://bit.ly/3omLz9r dikutip dari
(www.mtsalazharcitangkolo.com, 2020).

Identitas Sekolah
1. Data Sarana dan Prasarana

2. Data Ruang Kelas


Adapun data ruang kelas meliputi Kelas VII, Kelas VIII, dan Kelas
IX, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Komputer, Ruang
Perpustakaan, Ruang Rapat selengkapnya dapat dilihat pada table beriktu :
Tabel 1. Data Ruang Kelas di MTs Al Azhar Kota Banjar

No Nama Ruang Kondisi Jumlah


1 Kepala Sekolah Baik 1
2 Wakil Kepala Sekolah Baik 1
3 Operator Baik 1
4 Kelas VII Baik 1
5 Kelas VIII Baik 1
6 Kelas IX Baik 1
7 Rapat Baik 1
8 Kamar Mandi Baik 1
9 WC Baik 1
10 Lapangan Bola Foly Baik 1

3. Data Guru
Adapun data guru di MTs Al Azhar berjumlah total 24 Orang
dengan 5 berstatus mengundurkan diri, 2 berstatus meninggal dunia, dan
berstatus aktif 17. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini
Gambar 4. Data Guru MTs Al Azhar Kota Banjar.

Gambar 4. Data Guru MTs Al Azhar Kota Banjar


(Sumber : https://simpatika.kemenag.go.id/madrasah)

12
13
4. Jumlah Siswa
No Nama Kelas Jumlah Laki-laki Perempuan
1 Kelas VII 46 25 21
2 Kelas VIII 44 22 22
3 Kelas IX 56 22 34
Total 146 69 77

Sumber : Wawancara Operator MTs Al Azhar Kota Banjar, Bapak Ahmad


Mundori, S.Pd.I pada Sabtu, 27 Juni 2020.

5. Jumlah Siswa Berdasarkan Agama


No Nama Kelas Agama
Islam Kristen Hindu Budha
1 Kelas VII 46 0 0 0
2 Kelas VIII 44 0 0 0
3 Kelas IX 56 0 0 0
Total 146

Di MTs Al Azhar yang notabene sekolah berbasis pesantren jumlah total


kelseluruhan Siswa baik laki-laki dan perempuan beragama Islam. Untuk
murid yang beragama Hindu, Kristen dan Budha berjumlah Nol ( 0 ).
6. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi MTs Al Azhar adalah sebagai berikut :
“Terwujudnya Generasi Muslim berakhak, Berilmu dan berbakti
pada Agama dan Bangasa”. Sedangkan Misi MTs Al Azhar Kota Banjar
adalah sebagai berikut :
1) Takhosus pembinaan kepribadian dan karakter siswa/I yang beriman
dan bertaqwa
2) Membangun lingkungan yang berkarakter islami
3) Mewujudkan siswa/I yang mempunyai pemahaman agama islam
secara baik
4) Menciptakan keseimbangan terhadap kecerdasan intelektual (IQ),
Emosional (EQ) dan Spriritual (SQ).

Sumber : Brosur PPDB MTs Al Azhar Kota Banjar yang dapat diakses
pada : https://www.mtsalazharcitangkolo.com/p/ppdb-mts-alazhar.html

14
Selain itu MTs Al Azhar Kota Banjar Jawa Barat memiliki Program
Unggulan dengan menawarkan Program Beasiswa dan Program Ekstra
Kulikuler bagi para Siswa dan Siswi. Selengkapnya dapat dilihat pada
gambar 5 berikut ini :
Gambar 5 . Program Beasiswa dan Ekstra Kulikuler MTs Al Azhar Kota
Banjar Jawa Barat

7. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi MTs AL Azhar Kota Banjar dapat dilihat pada
Gambar 6 Berikut ini :

Gambar 6. Struktur Organisa Azhar Kota Banjar


Sumber : http://mtsalazharkotabanjar.mysch.id/struktur-organisasi/
HASIL PENELITIAN

15
Model Pelaksanaan Pembelajaran Online (Daring) Menggunakan Google
classroom di MTs Al Azhar Kota Banjar
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, pelaksanaan
program pembelajaran online di MTs Al Azhar Kota Banjar menggunakan google
classroom. Pada awal diumumkannya pembelajaran dilakukan secara mandiri di
rumah masing- masing oleh pemerintah pihak sekolah langsung mengambil
tindakan untuk menindaklanjuti anjuran tersebut. Kepala sekolah mengambil
tindakan dengan mengumpulkan guru- guru untuk mengadakan rapat koordinasi
terkait dengan pembelajaran online. Bapak kepala sekolah juga menyiapkan
sarana prasarana yang digunakan untuk pembelajaran online dengan memasang
jaringan internet di setiap ruangan, yang fungsinya nanti apabila guru mengadakan
pembelajaran online sudah bisa terhubung dengan jaringan internet. Bapak kepala
sekolah juga bekerja sama dengan bapak ibu wali kelas untuk mendata siswa-
siswa yang sudah mempunyai media smartphone agar bisa mengetahui berapa
siswa yang sudah bisa terhubung untuk melakukan pembelajaran online
menggunakan google classroom. Dan berusaha mencari solusi bagaimana apabila
anak belum mempunyai media smartphone dan belum bisa terhubung dengan
pembelajaran online.
Pelaksaan pembelajaran online khususnya dalam pembelaran mata pelajaran
Pendidikan Agama islam sebenarnya menurut salah satu guru pengampu kurang
cocok diterapkan di pelajaran Pendidikan Agama islam namun karena memang
dalam pembelajaran daring seperti ini materi yang disampaikan juga belum bisa
semuanya tersampaikan kepada siswa. Keterbatasan waktu ini mengakibatkan
guru juga belum bisa menetapkan target sesuai dengan yang diinginkan, karena
pemberitahuan otomatis hanya lewat media online ketika respon murid acuh maka
guru sudah tidak bisa apa-apa. Materi pelajaran Pendidikan Agama Islam jika
disampaikan menggunakan bantuan aplikasi google classroom sebenarnya kurang
cocok karena dalam pelajaran Pendidikan Agama islam banyak materi yang
berhubungan dengan keterampilan siswa. Untuk materi- materi yang non praktik
mungkin tidak ada masalah namun, untuk penyampaian materi yang praktik jika
mengandalkan video saja dirasa masih kurang efektif. Berdasarkan paparan data
di atas berkaitan dengan teori (Purwanto, 2020: 6) karena ada beberapa kendala
yang dirasakan murid, guru, serta orang tua pada proses belajar mengajar di
rumah adalah para murid merasa dipakasa belajar jarak jauh tanpa sarana dan
prasarana memadai di rumah. Sistem pembelajaran daring memberikan dua sisi
yang berlawanan. Di sisi lain membantu lembaga pendidikan untuk tetap dapat
melaksanakan proses belajar mengajar sampai pandemi ini berakhir, sisi lainnya
justru menimbulkan ketimpangan di dalamnya (Setiawan, 2020: 9).

Faktor Pendukung dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online


(Daring) di MTs Al Azhar Kota Banjar
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Pujiati, S.Pd pada Rabu, 24 Juni
2020 mengenai faktor Pendukung dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Online (Daring) di MTs Al Azhar Kota Banjar diantaranya meliputi :
1. Sarana Prasarana sekolah
Cara Mengoptimalkannya adalah dengan pemasangan jaringan internet di
setiap ruangan.
2. Tersedianya media smartphone

16
Cara Mengoptimalkannya Dengan menginstal aplikasi yang berkaitan
dengan pembelajaran online.
3. Sumber daya manusia
Ada pelatihan IHT (In House Training) untuk para guru MTS Al Azhar
Kota Banjar.Faktor pendukung dari pembelajaran online menggunakan
google classroom ini yaitu tersedianya sarana prasarana di sekolah yaitu
dengan pemasangan koneksi internet di setiap ruang kelas. Dari siswa sendiri
juga sudah mempunyai media untuk mengakses aplikasi yang dipergunakan
sekolah untuk pembelajaran daring. Dari tenaga pendidik juga sudah
disiapkan ada pelatihan dari sekolah. Pemanfaatan teknologi informasi
sebagai media pembelajaran dapat melalui pemanfaatan internet dalam e-
learning maupun penggunaan komputer sebagai media interaktif. Diharapkan
dengan penggunaan media ini dapat merangsang pikiran, perasaan, minat
serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran
dapat terjadi.

Faktor Penghambat dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Online


(Daring) di MTs Al Azhar Kota Banjar
Kendala yang dihadapi para orang tua adalah adanya penambahan biaya
pembelian kuota internet bertambah, teknologi online memerlukan koneksi
jaringan ke internet dan kuota oleh karena itu tingkat penggunaaan kuota internet
akan bertambah dan akan menambah beban pengeluaran orang tua, untuk anak
yang belum mempunyai smartphone otomatis juga belum bisa mengikuti
pembelajaran melalui google classroom sesuai dengan data yang dipaparkan oleh
penulis yaitu dampak yang dirasakan guru yaitu tidak semua mahir menggunakan
teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran, beberapa guru
senior belum sepenuhnya mampu menggunakan perangkat atau fasilitas untuk
penunjang kegiatan pembelajaran online dan perlu pendampingan dan pelatihan
terlebih dahulu (Wawancara dengan Bapak Fathurrohim, M.Pd.I, Selasa, 23 Juni
2020).
Dan kompetensi guru dalam menggunakan teknologi akan mempengaruhi
kualitas program belajar mengajar oleh karena itu sebelum diadakan program
belajar online para guru wajib untuk diberikan pelatihan terlebih dahulu. Berapa
dampak yang dirasakan guru yaitu pada proses belajar mengajar online di rumah
tanpa sarana dan prasarana memadai di rumah. Fasilitas ini sangat penting untuk
kelancaran proses belajar mengajar, untuk pembelajaran online di rumahnya
seharusnya disediakan dulu fasilitasnya seperti laptop, komputer ataupun
smartphone yang akan memudahkan guru untuk memberikan materi belajar
mengajar secara online.
Sebagaimana wawancara dengan Bapak kepala Sekolah MTs Al Azhar Kota
Banjar KH. Ahmad Budairi Hasyim, Alh, M.Pd.I pada Kamis, 25 Juni 2020
dijelaskan bahwa Dengan pembaruan mutu sarana dan prasarana sekolah dengan
pemasangan jaringan internet di setiap ruangan sudah dilakukan untuk
menghadapi pembelajaran yang dilakukan secara mandiri di rumah. Untuk anak
yang belum bisa terhubung menggunakan google classroom makan datang ke
sekolah untuk mengambil tugas yang sudah dititipkan kepada bapak ibu wali
kelas dan diberika tenggang waktu selama tiga hari untuk mengerjakan dan
kemudian dikumpulkan kembali kepada Bapak/Ibu wali kelas.

17
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan analisis data di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa Model pembelajaran Pendidikan Agama islam online
(daring) di MTs Al Azhar Kota Banjar yaitu kepala sekolah mengambil tindakan
langsung untuk menanggapi anjuran pemerintah dengan melakukan koordinasi
dengan guru untuk pembelajaran online. Dan bekerjasama dengan bapak ibu guru
wali kelas guna mendata siswa yang sudah bisa terhubung dengan pembelajaran
dan siswa yang belum bisa terhubung, serta berusaha mencari solusi untuk
menghadapi kendala itu. Untuk tenaga pendidik sendiri sudah dipersiapkan untuk
menghadapi pembelajaran online ini.
Namun, memang karena di sana ada beberapa guru yang sudah sepuh dalam
penggunaan aplikasi ini memang masih perlu banyak belajar. Faktor pendukung
dari pembelajaran online yaitu sarana dan prasarana sekolah sudah memadai,
sumber daya manusia khususnya dari pendidik sudah dipersiapkan, dan sudah
tersedianya media smartphone di rumah yang bisa digunakan untuk mengakses
pembelajaran online.
Dari faktor pendukung di atas sudah di optimalkan yaitu dengan cara
perbaikan sarana prasarana dengan cara pemasangan jaringan internet di setiap
ruangan jadi ketika guru mengadakan pembelajaran di kelas sudah tidak ada
kendala dalam penggunaan jaringan internet. Untuk tenaga pendidik juga sudah
dilakukan kegiatan IHT (In House Training) selama tiga hari agar bisa maksimal
dalam pembelajaran online. Untuk mengoptimalkan tersedianya smartphone siswa
yaitu dengan menginstall aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran online.
Faktor penghambat pembelajaran online yaitu dampak terhadap orang tua
adalah adanya penambahan biaya pembelian kuota internet bertambah, teknologi
online memerlukan koneksi jaringan ke internet dan kuota oleh karena itu tingkat
penggunaaan kuota internet akan bertambah dan akan menambah beban
pengeluaran orang tua, yang dirasakan guru yaitu tidak semua mahir
menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran,
buruknya koneksi internet dan borosnya penggunaan kuota internet menjadi salah
satu hambatan, untuk materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam belum bisa
tersampaikan semua, dan dalam pendampingan belajar orang tua belum bisa
mendampingi anaknya.
Dari hambatan tersebut sudah bisa di atasi dengan Sementara waktu siswa
yang belum terhubung datang ke sekolah untuk mengambil tugas ke guru kelas.
Dan untuk materi yang belum maksimal dalam penyampaiannya yaitu dengan
pemberian modul pembelajaran yang terkait dengan materi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Psikologi Kependidikan . Bandung : Alfabeta

18
Arikunto. Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Duryat, Masduki. 2016. Paradigma pendidikan Islam. Bandung: Alfabeta.

Ginting, Abdorrakhman. 2008. Esensi Praktis; Belajar & Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Ibrahim, 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif Panduan Penelitian Beserta Contoh Proposal
Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.

Jhon Creswell, Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches. Third
Edition (Thousand Oaks California, 2009).

Jaedun, Amat. 2009. Evaluasi Kinerja Profesional Guru. Cilacap: Dikdasmen Lemlit UNY.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik Dan Implementasi.


Bandung: Ramaja Rosda Karya.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D).


Bandung. Alfabeta.

Suyadi. 2011. Panduan Penelitin Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta

Firman, Firman, dan Sari Rahayu. 2020. “Pembelajaran Online Di Tengah Pandemi Covid-19.”
Indonesian Journal of Educational Science (IJES) 2 (2): 81–89.
https://doi.org/10.31605/ijes.v2i2.659.
Firtiani, ivah nur. 2020. “model pembelajaran online (daring) menggunakan google classroom
pada mata pelajaran pendidikan agama islam dan budi pekerti di smpn 4 ambarawa
tahun ajaran 2020/2021.” Peerreviewed. Iain salatiga. 2020. http://e-
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9634/
Himyatul, Muyasaroh. 2020. “Penerapan Google Classroom Pada Pembelajaran Pai Kelas Xi
Jurusan Bisnis Daring Pemasaran (Bdp) Di Smk Negeri 1 Purwokerto Tahun Pelajaran
2019/2020.” Skripsi, IAIN Purwokerto. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/7896/.
MILA, M. 2018. “Pengembangan Media Multi Representasi Berbasis Instagram Sebagai Alternatif
Pembelajaran Daring.” Undergraduate, UIN Raden Intan Lampung.
http://repository.radenintan.ac.id/5392/.
Rozak, Abd, dan Azkia Muharom Albantani. 2018. “Desain Perkuliahan Bahasa Arab Melalui
Google Classroom.” Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban 5
(1): 83–102. https://doi.org/10.15408/a.v5i1.7481.
Muhtadi, Ali. 2006. “Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Kualitas Dan
Efektifitas Pendidikan.” Dinamika Pendidikan 13 (2).
https://journal.uny.ac.id/index.php/dinamika-pendidikan/article/view/6020.
Mulyati, Mulyati, Anggoro Aryo P, dan Dorie Pandora K. 2017. “Pengaruh Kualitas Sistem Dan
Informasi Pada Sistem Informasi Pembelajaran Online Terhadap Minat Pengguna Dan
Penggunaan Sistem (Studi Kasus: Simponi Amik Mdp, Stmik Gi Mdp Dan Stie Mdp).”
Jurnal TAM (Technology Acceptance Model) 8 (2): 90-100–100.
Nafiah, Nafiah, dan Sri Hartatik. 2020. “Penerapan Manajemen Pembelajaran Berbasis Daring
Dengan Menggunakan Aplikasi Google Classroom Untuk Meningkatkan Kemampuan
Mahasiswa Dalam Membuat Perangkat Pembelajaran.” Education and Human
Development Journal 5 (1): 9–
23.https://journal2.unusa.ac.id/index.php/EHDJ/article/view/1486.
https://doi.org/10.33086/ehdj.v5i1.1486.
Purwanto, Agus, Rudy Pramono, Masduki Asbari, Choi Chi Hyun, Laksmi Mayesti Wijayanti,
Ratna Setyowati Putri, dan priyono Budi Santoso. 2020. “Studi Eksploratif Dampak
Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online Di Sekolah Dasar.”

19
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling 2 (1): 1–12.
https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/397
Rahayu, J., Solihatin, E., & -, R. (2019). Pengembangan Modul Pembelajaran Online Pada Mata
Pelajaran Kimia. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 5 (1), 13-28. Retrieved from
https://jurnal.unibrah.ac.id/index.php/JIWP/article/view/71
Rahman, Khaidir. 2016. “Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Website Untuk Mata
Pelajaran Programmable Logic Controller (PLC) Pada SMK Darussalam Makassar.”
Inspiration: Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi 6 (2).
https://doi.org/10.35585/inspir.v6i2.2420.
Susilo, Purnomo, and M. Rohman. 2019. “Efektivitas Sistem Pembelajaran Online Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Aplikasi Web Di Era Milenial”. Seminar Nasional Sistem
Informasi (SENASIF) 3 (1), 2038 -44.
https://jurnalfti.unmer.ac.id/index.php/senasif/article/view/272.
Susanto, Eko Purnomo, dan Rahmatullah Rahmatullah. 2020. “Optimalisasi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui Google Classsroom.” Piwulang: Jurnal
Pendidikan Agama Islam 2 (2): 129–43. https://doi.org/10.32478/piwulang.v2i2.372.
Setiawan, Rizki, dan Eti Komalasari. 2020. “Membangun efektifitas pembelajaran sosiologi di
tengah pandemi covid-19.” Edusocius; Jurnal Ilmiah Penelitian Pendidikan Dan
Sosiologi 4 (1): 1–13. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/ED/article/view/25073/
Suryansyah, G, Syahran Jailani, Dan Sri Yulia Sari. 2019. “penerapan media pembelajaran
berbasis internet dalam meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V di madrasah
ibtidaiyah nurul hidayah kota jambi.” Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin.
http://repository.uinjambi.ac.id/1368/.
“MTs Al-Azhar Banjar Budayakan Sholat Jama’ah Dzuhur - MTs Al-Azhar.” t.t. Diakses 3 Juni
2021. https://www.mtsalazharcitangkolo.com/2020/02/madrasah-tsanawiyah-al-azhar-
kota.html.
Harun, Idris. 2015. “Efektifitas Penggunaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Potensia: Jurnal Kependidikan Islam 1 (2):
175–90. https://doi.org/10.24014/potensia.v1i2.1449.
Zainudin, Zainudin, dan Buyung Pambudi. 2019. “Efektifitas Penerapan Perangkat Pembelajaran
Fisika Dasar Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis Menggunakan Aplikasi Edmodo
Berplatform Android.” Prisma Sains : Jurnal Pengkajian Ilmu Dan Pembelajaran
Matematika Dan IPA IKIP Mataram 7 (1): 17–26. https://doi.org/10.33394/j-
ps.v0i0.1039.

Wawancara dengan kepala Sekolah MTs Al Azhar Kota Banjar Banjar KH. Ahmad Budairi
Hasyim, Alh, M.Pd.I pada Kamis, 25 Juni 2020 .

Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bapak Fathurrohim, M.Pd.I, Selasa, 23 Juni 2020.

Wawancara dengan Guru Kelas VIII Ibu Pujiati, S.Pd pada Rabu, 24 Juni 2020

20

Anda mungkin juga menyukai