Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional Dalam Jaringan

Asistensi Mengajar di Era Merdeka Belajar: LP3 P3KPL


Inovasi Pembelajaran untuk Generasi Z dan Alpha

Analisis Dampak Pembelajaran Daring terhadap Nilai PAT


Kelas 3 di SDN Rampal Celaket 1 Malang
Revita Anggi Tri Wardani, Risa Arum Rahmawati, Dra. Hj. Sukamti, M.Pd, Risna Dewi
Anggraeni, S.Pd
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email : risaarumrahmawati@gmail.com

Abstrak

Pembelajaran daring yang terjadi dalam kurun waktu kurang lebih 2 tahun dinilai sangat
berdampak pada pemahaman siswa terhadap materi.Selain itu saat pembelajaran daring
banyak siswa yang mendapatkan nilai tinggi, hal ini berbanding terbalik saat pembelajaran
tatap muka yang saat ini dilaksanakan. Nilai perolehan siswa bisa dibilang dibawah rata - rata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh pembelajaran
daring terhadap pemahaman siswa yang berimbas pada perolehan nilai PAT siswa ketika
pembelajaran attap muka. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif desain
deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi,
angket dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap
materi ketika pembelajaran daring dinilai sangat kurang. Hal ini yang menyebabkan nilai
perolehan PAT semester genap jauh dibawah rata - rata.
Kata kunci: dampak daring; nilai; rendah

1. Pendahuluan
Pembelajaran sangat berkaitan dengan suatu proses interaksi yang melibatkan guru
dan peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya suatu proses, yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar dengan menumbuhkan dan mendorong peserta
didik untuk melakukan proses belajar (Pane, 2017). Pembelajaran dapat dilakukan untuk
mengelola potensi yang dimiliki oleh peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan. Proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik jika guru memanfaatkan kreativitas yang dimilikinya
dengan memanfaatkan berbagai media dan metode pembelajaran untuk menstimulus peserta
didik dengan baik.

Dalam proses pembelajaran untuk mencapai perubahan dengan melibatkan usaha


seorang guru sebagai figur pencerah yang dapat menata perilaku peserta didik (Mansyur,
2020). Maka guru menjadi teladan dalam hal tingkah laku peserta didik terlebih pada anak
sekolah dasar yang membutuhkan figur yang baik. Agar hal tersebut dapat dilakukan, guru
memerlukan berbagai perangkat pendukung seperti metode dalam menghadapi peserta didik
yang kompleks. (Arfani, 2016) mengemukakan bahwa tugas seorang guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik.
dalam kegiatan belajar membawa perubahan dengan menunjukkan ciri tertentu, seperti: 1.
perubahan terjadi secara sadar, 2. perubahan yang bersifat continue dan fungsional, 3.
perubahan yang bersifat positif dan aktif, 4. Perubahan yang memiliki tujuan dan terarah serta
perubahan pada aspek tingkah laku.

Proses pembelajaran saat ini dapat kita lakukan dengan 2 macam, yaitu pembelajaran
tatap muka dan pembelajaran daring (dalam jaringan). Jika pembelajaran tatap muka
melibatkan interaksi guru dan peserta didik secara langsung maka sebaliknya pembelajaran
daring melibatkan interaksi guru dan peserta didik secara tidak langsung. Pembelajaran daring
dilakukan akibat adanya pandemi yang melanda secara mendunia yang mengakibatkan
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

pembelajaran tatap muka tidak bisa dilakukan akibat adanya physical distancing dan dilarang
beraktivitas di luar untuk mengurangi lonjakan pasien yang terjangkit oleh virus Corona.
Dengan demikian pemerintah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa darurat Penyebaran Covid, surat edaran
tersebut menjelaskan proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring
untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Hal ini difokuskan
pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19.

Pembelajaran daring merupakan salah satu inovasi pada bidang pendidikan yang
melibatkan penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran. Menurut (Mustofa, 2019)
pembelajaran daring memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai bentuk
penyampaian, interaksi dan fasilitasi yang mendukung layanan belajar secara jarak jauh. Hal
ini sepenuhnya menggunakan jaringan internet untuk dapat mengaksesnya. Pembelajaran
daring dianggap media yang cocok untuk penyampai materi antara guru dan siswa pada masa
pandemi seperti saat ini ( Rigianti, 2020).

Model pembelajaran dilakukan secara daring menuntut inovasi, kreativitas dan


keterampilan guru dalam menggunakan teknologi. Peserta didik juga diharapkan dapat
mampu mengakses jaringan aplikasi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran
berlangsung, aplikasi yang sering digunakan oleh guru seperti Zoom, Google Meet, Whatsapp
dan beberapa aplikasi sebagainya. Meskipun dapat menjadi solusi dalam proses pembelajaran
namun terdapat kendala yang terjadi pada peserta didik dan guru seperti kurangnya akses
jaringan yang tidak lancar, biaya data mengakses aplikasi yang mahal, ketidaksiapan guru
dalam mengoperasikan teknologi, orang tua yang sinergi dengan guru mendampingi anak
belajar di rumah bahkan siswa yang terputus secara emosional dan sosial dengan siswa lain
dan lingkungannya. Pembelajaran secara daring berlangsung secara lama dari akhir tahun
2019 hingga awal tahun 2022.

Pembelajaran di sekolah dasar memiliki perbedaan dengan proses pembelajaran yang


dilaksanakan dengan level pendidikan lainnya. Sekolah dasar merupakan lembaga
penyelenggara pendidikan untuk anak dengan rentang usia 6 - 12 tahun dimana anak harus
menempuh 6 tahun untuk menyelesaikan pendidikan di jenjang ini, (Kurniawan, 2015). Di
sekolah dasar terbagi menjadi dua tingkatan yaitu kelas rendah dan pembelajaran untuk siswa
kelas tinggi. Kelas 1,2, dan 3 disebut kelas rendah sedangkan kelas 4,5,dan 6 disebut kelas
tinggi. Siswa yang berada pada kelompok kelas rendah memiliki rentang usia antara 6 atau 7
sampai 8 atau 9 tahun. Karakteristik siswa kelas rendah yaitu masih banyak membutuhkan
banyak perhatian karena fokus atau konsentrasinya dan daya tangkap ketika pembelajaran
yang masih kurang. Dalam pembelajarannya,siswa kelas rendah dikenalkan objek secara
konkrit agar pengetahuannya yang masih abstrak dapat terbentuk. Guru yang mengajar pada
kelompok ini harus mampu menciptakan stimulus untuk merangsang pemikiran siswa kelas
rendah agar konsep pemahaman anak dapat terbentuk dengan optimal.

Pandemi Covid-19 yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir membuat dunia
pendidikan kacau balau, apalagi untuk pembelajaran di sekolah dasar yang merupakan
pondasi awal pengetahuan anak untuk jenjang pendidikannya. Siswa yang seharusnya belajar
dengan mengenali pengetahuan nyata di sekolah harus di paksa belajar melalui dunia maya
dengan melakukan pembelajaran daring.

2
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

Pembelajaran daring di sekolah dasar dinilai kurang efektif untuk meningkatkan


pemahaman siswa apalagi untuk siswa kelas rendah yang karakteristiknya masih
membutuhkan hal konkret dalam pembelajaran. Namun saat ini karena kondisi sudah kembali
pulih, seluruh lembaga pendidikan diperbolehkan untuk melaksanakan pembelajaran tatap
muka di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian banyak siswa yang saat pembelajaran daring
ketika mengerjakan tugas atau ujian mendapatkan nilai yang sangat tinggi, sedangkan saat di
sekolah ketika diberikan soal siswa cenderung mendapatkan nilai yang kurang baik. Hal inilah
yang melatarbelakangi penulis untuk mengetahui penyebab perbedaan perolehan nilai ketika
pembelajaran daring dan tatap muka di sekolah. Dengan melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Dampak Pembelajaran Daring terhadap Nilai PAT Kelas 3 di SDN Rampal Celaket 1
Malang” diharapkan penulis dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran yang berimbas pada perolehan nilai saat Penilaian akhir Tahunan (PAT).

2. Metode
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis dampak daring
terhadap nilai PAT. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif desain
deskriptif untuk memberikan gambaran tentang dampak daring terhadap nilai PAT nakan
pendekatan. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang menjelaskan suatu
fenomena secara konkrit, aktual, realistis karena penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta
yang ada, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Rukajat, 2018).
Penelitian ini dilakukan di SDN Rampal Celaket 1 Malang, Kota Malang, Jawa Timur
dengan target/sasaran siswa-siswi kelas III B yang berjumlah 25 siswa, 11 laki-laki dan 14
perempuan serta guru wali kelas IIIB. Pengambilan sampel dan sumber data dilakukan secara
purposive sampling. Purposive sampling salah satu teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017a). Dalam penelitian ini penulis mengambil
sampel dari siswa kelas IIIB yakni sebanyak 9 siswa dimana kami memilih 3 siswa dengan
perolehan nilai PAT tertinggi, 3 siswa dengan perolehan nilai sedang, dan 3 siswa dengan
perolehan nilai terendah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
observasi, angket dan wawancara. Pedoman observasi dilakukan dengan cara mengamati saat
pembelajaran berlangsung dan saat pelaksanaan PAT dilaksanakan, kemudian teknik angket
dilakukan secara langsung kepada siswa tertentu sedangkan untuk wawancara dilaksanakan
secara langsung dengan guru wali kelas IIIB.

3. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan secara langsung. Observasi dilakukan dengan cara mengamati saat pembelajaran
daring dan pembelajaran tatap muka serta ketika pelaksaan PAT semester genap, sedangkan
wawancara dilakukan di sekolah untuk mewawancarai langsung dengan guru serta siswa kelas
IIIB. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1 Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pembelajaran daring yang dilakukan oleh
guru wali kelas IIIB pada saat pagi hari pada pukul 08.00 hingga 09.00. Saat proses
pembelajaran berlangsung tidak semua siswa bisa langsung bergabung dengan google meet
yang telah disediakan oleh guru. Hal ini disebabkan masih banyak siswa yang menggunakan
smartphone orang tua, terkendala jaringan serta kurang kesiapan siswa untuk belajar.

3
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

Penyampaian materi yang sampaikan oleh guru cukup jelas dan ringkas mengingat waktu
yang singkat, tak hanya itu guru juga melakukan tanya jawab kepada siswa dan selalu
dijawab siswa dengan antusias.

Observasi dilaksanakan pada saat pelaksanaan PAT semester genap tahun ajaran
2021/2022 di kelas IIIB SDN Rampal Celaket 1 Malang. Pada saat pelaksanaan observasi
penulis bertugas sebagai pengawas ujian di kelas tersebut. Fakta dilapangan ditemukan
bahwa sebagian besar siswa di kelas tersebut yang masih kebingungan saat menjawab soal
pada lembar ujian. Mereka kurang memahami soal dan banyak bertanya, ketika mereka
distimulus penulis untuk menemukan jawabannya sendiri sebagian besar juga masih
kebingungan.

Tabel 3.1 Hasil PAT

No Nama Nilai

1 JBM
78

2 ACKR 76,7

3 NTA 75,6

4 MNM 70,8

5 RNA 69,35

6 MSPH 62,9

7 NI 53,55

8 MYP 49,55

9 MIJK 43,25

Tabel diatas menunjukkan hasil perolehan nilai siswa kelas IIIB dengan 3 siswa yang
mendapat nilai tertinggi, 3 siswa mendapat nilai sedang, dan 3 siswa yang mendapat nilai
terendah . Nilai diatas adalah nilai murni perolehan PAT sebelum ditambahkan dengan nilai
keterampilan dan lainnya. Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mendapat nilai rendah.

3.2 Angket

Berdasarkan data nilai siswa kelas IIIB, kami selaku penulis melakukan penelitian
dengan mengambil sampel sebanyak 9 siswa kelas IIIB yang terdiri dari 3 siswa yang
mendapat nilai tertinggi, 3 siswa yang mendapat nilai sedang, dan 3 siswa yang mendapat
nilai terendah.

4
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

Tabel 3.1 Data Siswa

No. Nama Kelas Jenis Kelamin Umur

1 JBM 3 Perempuan 9 tahun

2 ACKR 3 Perempuan 9 tahun

3 NTA 3 Laki-laki 10 tahun

4 MNM 3 Laki-laki 9 tahun

5 MSPH 3 Perempuan 9 tahun

6 RNA 3 Laki-laki 9 tahun

7 MYP 3 Laki-laki 9 tahun

8 MIJK 3 Laki-laki 9 tahun

9 NI 3 Laki-laki 12 tahun

Tabel 3.2 Angket Respon Siswa

No. Aspek Respon Siswa Respon Siswa

Ya Tidak

1. Menurutmu pembelajaran tatap muka 0 9


yang sedang berjalan ini lebih sulit dari
pembelajaran daring atau tidak?
2. Saat pembelajaran daring, apakah orang 4 5
tua ikut mendampingi kamu belajar?

3. Apakah belajar secara daring itu 1 8


menyenangkan?

4. Apakah kamu mengerti materi yang 5 4


disampaikan gurumu ketika
pembelajaran daring?

5. Selama pembelajaran daring, apakah 6 3


kamu dibantu orang tua/kakak ketika
mengerjakan tugas?

5
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

6. Ketika kamu kesulitan menjawab 3 6


soal/pertanyaan dari guru, apakah kamu
langsung mencari jawaban dengan
bertanya kepada orang tuamu tanpa
membaca ulang materi?

7. Apakah kamu senang belajar di sekolah? 9 0

8. Apakah kamu lebih mudah memahami 9 0


materi ketika belajar di sekolah?

9. Apakah kamu mengalami kesulitan 6 3


ketika mengerjakan soal PAT kemarin?

10. Sebelum PAT,apakah kamu belajar 8 1


ketika di rumah?

Berdasarkan data angket terhadap 9 siswa tentang dampak pembelajaran daring


mendapat respon yang beragam dengan jawaban “iya” dan pada jawaban “tidak”. Pada poin
pertama dengan pertanyaan “Menurutmu pembelajaran tatap muka yang sedang berjalan ini
lebih sulit dari pembelajaran daring atau tidak?”, 9 siswa memberikan jawaban negatif
(tidak) dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tatap muka yang telah diperbolehkan saat ini
tidak sulit dari pembelajaran daring. Poin kedua dengan pertanyaan “Saat pembelajaran
daring, apakah orang tua ikut mendampingi kamu belajar?” 4 siswa memberikan jawaban
postif (iya) sedangkan 5 siswa memberikan jawaban negatif (tidak) maka dapat disimpulkan
masih banyak orang tua yang tidak ikut serta mendampingi kegiatan belajar.

Pada poin ketiga dengan pertanyaan “Apakah belajar secara daring itu
menyenangkan?” 1 siswa memberikan jawaban positif (iya) dan 8 siswa memberikan
jawaban negatif (tidak). Pada poin keempat dengan pertanyaan “Apakah kamu mengerti
materi yang disampaikan gurumu ketika pembelajaran daring?” 5 siswa memberikan
jawaban positif dan 4 siswa memberikan jawaban negatif. Poin kelima dengan pertanyaan
“Selama pembelajaran daring, apakah kamu dibantu orang tua/kakak ketika mengerjakan
tugas?” 6 siswa memberikan jawaban positif dan 3 siswa memberikan jawaban negatif.

Poin keenam dengan pertanyaan “Ketika kamu kesulitan menjawab soal/pertanyaan


dari guru, apakah kamu langsung mencari jawaban dengan bertanya kepada orang tuamu
tanpa membaca ulang materi?” 3 siswa memberikan jawaban positif dan 6 siswa memberikan
jawaban negatif. Poin ketujuh dengan pertanyaan “Apakah kamu senang belajar di sekolah?”
9 siswa memberikan jawaban positif. Poin Kedelapan dengan pertanyaan “Apakah kamu
lebih mudah memahami materi ketika belajar di sekolah?” 9 siswa memberikan jawaban
positif.

Poin kesembilan dengan pertanyaan “Apakah kamu mengalami kesulitan ketika


mengerjakan soal PAT kemarin?” 6 siswa memberikan jawaban positif dan 3 siswa
memberikan jawaban negatif. Poin kesepuluh dengan pertanyaan “Sebelum PAT, apakah

6
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

kamu belajar ketika di rumah?” 8 siswa memberikan jawaban positif dan 1 siswa
memberikan jawaban negatif .

Berdasarkan hasil angket diatas dapat disimpulkan siswa menyukai pembelajaran


secara tatap muka daripada pembelajaran daring, hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang
ada di atas selain itu siswa dapat bertemu secara langsung dengan teman-temannya dan
guru. Pembelajaran daring dianggap siswa susah karena orang tua yang tidak ikut
mendampingi anaknya saat proses pembelajaran berlangsung maka dari itu siswa lebih
mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru saat pembelajaran tatap muka. Tak
hanya itu saja pembelajaran daring juga membuat siswa kebingungan saat mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru sehingga banyak orang tua atau saudara yang membantu
secara langsung untuk menjawab tugas-tugasnya tanpa dibimbing.

3.3 Wawancara

Selain melakukan pengumpulan data yang bersumber dari siswa, penulis juga
melakukan wawancara dengan narasumber yakni bapak Iwan Roelyanto, S.Pd selaku wali
kelas IIIB SDN Rampal Celaket 1 Malang untuk mengetahui pendapat beliau mengenai
dampak dari pembelajaran daring terhadap nilai PAT siswanya.

Penulis :“Saat pembelajaran daring apakah bapak mengalami kesulitan ketika menyampaikan
materi kepada siswa?”

Bapak Iwan : “ Ada kesulitannya karena anak - anak konsentrasinya kurang karena hanya
memakai zoom atau Google Meet itu, jadi kadang kalau Google Meet terkadang ada gangguan
jaringan sehingga sebagian anak kadang internetnya ada yang mati kadang keluar sendiri
sehingga kadang kalau saya menerangkan materi sebagian anak tidak konsentrasi.”

Panulis : “Menurut bapak apakah anak - anak paham dengan materi yang bapak
sampaikan?”

Bapak Iwan : “ Kalau pahamnya ada sebagian yang paham karena setelah saya
menyampaikan materi selalu ada sesi tanya jawab tetapi sebagian juga belum paham karena
ya konsentrasi yang kurang atau gangguan jaringan. Jadi ketika kita menerangkan,
jaringannya gangguan terkadang setelah 10 menit baru bisa bergabung kembali sehingga
tertinggal penjelasan materinya.”

Penulis : “ Kami mendapat informasi kalau selama daring ini anak - anak mendapat
nilai yang bagus dan bukan rahasia umum lagi kalau mengerjakan di rumah pasti anak
mendapat bantuan. Menurut bapak, apakah siswa kelas IIIB juga demikian?”

Bapak Iwan : “ Ya sebagian besar dibantu oleh orang tuanya karena yang pertama HP milik
orang tuanya, yang kedua rata - rata memang anak - anak belajarnya kurang akhirnya mau
tidak mau orang tua yang mengerjakan biar nilainya baik. Pernah saya waktu itu memanggil
siswa saya karena nilainya saat daring selalu 100, padahal saat tatap muka dia bahkan tidak
bisa membaca. Akhirnya kami panggil orang tuanya dan kami minta untuk jujur, ternyata
selama daring orang tuanya yang membantu dia mengerjakan tugas tugas atau ujiannya.”

Penulis : “ Saat PAT kemarin kami juga mengawasi di kelas bapak. Banyak siswa yang
kesulitan menjawab soal sehingga sering bertanya kepada kami padahal ujian seharusnya
dikerjakan sendiri sesuai pengetahuan mereka dan pemahaman terhadap soal, selain itu jika

7
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

dilihat dari nilai asli PAT kemarin juga masih kurang. Menurut bapak apa yang menyebabkan
hal itu terjadi?”

Bapak Iwan : “ Karena pembelajaran semester II 75% dilakukan secara daring atau bahkan
lebih dari 75% karena masih sekitar beberapa bulan dilaksanakan pembelajaran tatap muka
sehingga anak - anak belum menguasai materi yang diajarkan. Seperti yang sudah saya
jelaskan tadi kalau waktu pembelajaran daring siswa kurang konsentrasi dan sering terjadi
gangguan pada jaringan sehingga siswa ketinggalan materi yang saya sampaikan.”

Berdasarkan hasil wawancara yang sudah penulis lakukan kepada wali kelas IIIB SDN
Rampal celaket 1 Malang didapatkan informasi bahwa kurangnya konsentrasi dan gangguan
jaringan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa tidak menangkap materi yang
disampaikan guru selama Google Meet atau pembelajaran daring. Terkait banyaknya
penelitian yang mengatakan bahwa nilai siswa ketika pembelajaran daring cenderung baik,
sedangkan ketika pembelajaran tatap muka nilai siswa cenderung kurang baik terbukti ketika
pelaksanaan PAT ketika diperiksa perolehan nilai siswa masih sangat kurang. Hal ini
berbanding terbalik ketika pembelajaran daring. Wali kelas IIIB juga tidak menyangkal
bahwa saat pembelajaran daring siswa lebih sering dibantu orang tua ketika mengerjakan
tugas atau ujian sehingga ketika pembelajaran tatap muka nilai yang didapat siswa sangat
berbanding terbalik.

4. Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring
membawa dampak pada siswa. Dampak daring dapat membuat siswa tidak memahami materi
yang diberikan guru selain itu dari hasil wawancara guru kelas dan hasil angket siswa
menunjukkan jika saat pembelajaran daring tugas yang diberikan dibantu secara langsung
oleh orang tua tanpa dibimbing untuk dikerjakan sendiri oleh siswa, tak hanya itu siswa juga
sering mencari jawaban nya melalui internet karena di anggap susah dan tidak ada yang
menemani saat mengerjakan tugas. Dampak daring juga dapat dilihat dari hasil penilaian akhir
tahun, siswa mendapat nilai yang baik namun saat pembelajaran tatap muka berlangsung dan
melakukan penilaian akhir tahun secara offline siswa mendapatkan nilai yang kurang
maksimal, hal ini dikarenakan kurangnya memahami materi. Namun nilai akhir tahun yang
kurang maksimal belum ditambahkan dengan nilai keseharian yang dapat membantu
mencapai nilai maksimal.

Sedangkan untuk hal - hal yang dapat disarankan yaitu dengan melakukan peninjauan
evaluasi dari pembelajaran daring dengan adanya evaluasi dapat ditemukan solusi untuk
mengatasi kendala-kendala pada siswa. Dan untuk pembelajaran tatap muka dapat membuat
inovasi media pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran.

Ucapan Terima Kasih


Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga artikel tersebut dapat terselesaikan. Artikel yang berjudul “Analisis
Dampak Pembelajaran Daring terhadap Nilai PAT Kelas 3 di SDN Rampal Celaket 1 Malang”
merupakan salah satu tugas yang dibuat dalam rangka kegiatan Asistensi Mengajar UM tahun
2022. Terwujudnya artikel ini tidak terlepas dari partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

8
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

1. Keluarga tercinta. Terima kasih atas segala doa, kasih sayang, perhatian, dan dukungan
yang telah diberikan.
2. Ibu Dra. Hj. Sukamti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran,
masukan serta dukungannya kepada penulis.
3. Ibu Dra. Yayuk Yuni Setyaningsih, M.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Rampal Celaket 1
Malang.
4. Ibu Risna Dewi Anggraeni, S.Pd selaku Guru Pamong Mahasiswa di SDN Rampal
Celaket 1 Malang.
5. Bapak Iwan Roelyanto, S.Pd selaku Koordinator Mahasiswa Asistensi mengajar di SDN
Rampal Celaket 1 Malang serta sebagai narasumber dari artikel yang kami susun.
6. Seluruh staff Universitas Negeri Malang yang telah banyak membantu dalam segala
urusan administrasi dan birokrasi.
7. Seluruh siswa siswi SDN Rampal Celaket 1 Malang, khususnya siswa siswi kelas IIIB
yang telah turut serta membantu dalam artikel penelitian ini.
8. Seluruh bapak/ibu guru SDN Rampal Celaket 1 Malang yang telah memberikan
kesempatan kepada kami selama kegiatan Asistensi Mengajar.
9. Seluruh staff dan karyawan SDN Rampal Celaket 1 Malang yang telah membantu kami
selama kegiatan Asistensi Mengajar.
10. Teman - teman mahasiswa Asistensi Mengajar SDN Rampal Celaket 1 Malang yang
telah memberikan dukungan serta berbagi pengalaman yang luar biasa untuk penulis.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis hanya dapat berdoa semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan,
saran, serta dukungan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selalu

Daftar Rujukan
diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Aprida Pane, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, 337.
Arfani, L. (2016). Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran . Jurnal PPKn & Hukum, 11(2) 86-87

Khurriyati, Y. S. (2021). Dampak Pembelajaran Daring terhadap Hasil Belajar Siswa MI Muhammadiyah 5
Surabay. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 91-104.

Purniawan, P. &. (2020). Analisis Respon SIswa pada Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid19. Jurnal
Seminar Nasional Pascasarjana, 2686-6404.

Rigianti, H. A. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal
Elementary School, 7(2) 298.

Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish.

9
Seminar Nasional Asistensi Mengajar Era Merdeka Belajar untuk Peningkatan Inovasi Belajar

Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta.

Zulvira, R. N. (2021). Karakteristik Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai , 5(1) 1846-
1851.

10

Anda mungkin juga menyukai