Anda di halaman 1dari 9

Tersedia secara online Prosiding Seminar Nasional V

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPPSH Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


ISBN: xxxxxxx

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


KELAS XI SMK DENGAN MEMANFAATKAN GOOGLE CLASSROOM
I Wayan Numertayasa1
1
STKIP Suar Bangli

ABSTRAK
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan media pembelajaran
Kata kunci:
Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan google classroom.
Media Pembelajaran;
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan (Research
Bahasa Indonesia;
and Develovment) dengan prosedur penelitian meliputi: (1) identifikasi
google classroom.
potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) penyusunan media pembelajaran,
(4) validasi media pembelajaran, (5) revisi media pembelajaran, . Adapun
simpulan penelitian ini adalah (1) prototipe media terdiri atas (a) kelas, (b)
judul materi, (c) diskusi materi, (d) tugas, (e) quiz (f) penilaian. Hasil penilaian
media pembelajaran tergolong baik.
Abstract: This research aimed to produce Indonesian learning media for class
Keywords:
XI of Vocational High School by using google classroom application. This study
learning media;
used a research and development design with research procedures including:
Indonesian Language
(1) identification of potential problems, (2) data collection, (3) preparation of
Learning;
learning media, (4) validation of learning media, (5) revision of learning media,
google classroom;
. The conclusions of this study are (1) media prototype consisting of (a) class,
(b) material title, (c) material discussion, (d) assignment, (e) quiz (f)
assessment. The results of the assessment of learning media are good.
Alamat Korespondensi:
E-mail: numertayasawayan@gmail.com; numertayasa@stkipsuarbangli.ac.id
1. Pendahuluan
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah dengan
pembinaan pendidikan kejuruan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat
bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003).
Tujuan pendidikan menengah kejuruan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan menengah kejuruan adalah (a)
meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi warga negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis
dan bertanggung jawab; (c) mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan,
memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan (d) mengembangkan potensi peserta
didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar
menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja
tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan peserta
didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan
mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri
maupun melalui jenjang Pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi-
kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

1
2 Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Pelaksanaan pembelajaran di SMK dilakukan dengan cara pembelajaran learning by doing yang
diimplementasikan dalam bentuk pelatihan di dunia kerja yang sering disebut dengan Pratik Kerja Industri
(Prakerin) (Mubarrak dan Ikhsan, 2017). Prakerin adalah pelatihan di tempat kerja yang diselenggarakan dengan
maksud membentuk kecakapan tenaga kerja yang diperlukan untuk suatu pekerjaan tertentu. Prakerin adalah
suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja atau
transfer knowledge. Pelatihan ini langsung menerjunkan peserta didik sesuai dengan job description masing-
masing di bawah pengawasan dan bimbingan (Sastrohadiwiryo S, 2003).
Pelaksanaan prakerin merupakan bagian dari pendidikan sistem ganda yang merupakan inovasi pada program
SMK. Dalam hal ini peserta didik melakukan praktik kerja (magang) di perusahaan atau industri yang merupakan
bagian integral dari proses pendidikan dan pelatihan di SMK. Pendidikan Sistem Ganda (PSG) diilhami oleh dua
sistem (dual system) yang dilakukan di Jerman. Mulai diberlakukan di Indonesia berdasarkan kurikulum SMK tahun
1994, dipertajam dengan kurikulum SMK edisi 1999 dan dipertegas dengan kurikulum SMK edisi 2004.
Dalam pelaksanaannya, siswa yang mengikuti prakrin pada setiap SMK berbeda-beda. Ada siswa yang
melaksanakannya saat kelas XI dan adapula dilaksanakan pada saat kelas XII. Salah satu contoh adalah pelaksanaan
prakrin yang dilksanakan oleh SMK Giri Pendawa Rendang. Siswa SMK Giri Pendawa melaksanakan prakrin pada
saat kelas XI dengan rentang waktu tiga sampai enam bulan. Selama prakrin ada beberapa masalah yang muncul.
Salah satunya adalah siswa berada di industri yang lokasinya menyebar jauh di luar sekolah sehingga sulit bagi guru
maupun orang tua untuk selalu mengontrol. Permasalahnya kemudian adalah siswa selama melaksanakan prakrin
tidak mendapatkan proses pembelajaran seperti biasa sehingga siswa mengalami ketertinggalan materi
pembelajaran antar tiga sampai dengan enam bulan. Salah satu mata pelajaran yang mengalami masalah ini adalah
mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di SMK Giri Pendawa didapatkan data bahwa selama
ini guru kesulitan melaksanakan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia saat siswa melaksanakan prakrin.
Kendala itu berkaitan dengan jarak dan waktu. Dari segi jarak kendala yang dialami adalah tempat prakrin siswa
jauh dari sekolah dan rumah siswa. Dari segi waktu kendala yang dialami adalah waktu kerja siswa di industri tidak
sama sehingga sangat sulit untuk melakukan pembelajaran secara klasikal.
Berdasarkan fakta tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melaksanakan
pembelajaran Bahasa Indonesia secara daring (online). Pembelajaran daring ini sesuai dengan kondisi saat ini yaitu
peserta ajar dari proses pembelajaran merupakan peserta didik dari generasi Z ( Gunawan, 2018:341). Dalam hal
ini pembelajaran yang terpusat pada guru tidak lagi cocok pada generasi Z sehingga perlu berubah ke pendekatan
yang lebih berpusat pada siswa, terutama pada siswa yang amat beragam kemampuannya (Viridi, 2017). Melalui
pembelajaran secara daring, maka peserta didik dapat lebih mengembangkan kemampuannya ke arah yang lebih
baik.
Salah satu media pembelajaran daring yang dapat dikembangkan untuk memecahkan masalah di atas adalah
dengan media Google Classroom. Google Classroom adalah suatu serambi pembelajaran campuran untuk setiap
ruang lingkup pendidikan sehingga dapat memudahkan seorang guru dalam membuat, membagikan, dan
menggolongkan setiap penugasan tanpa kertas. Software tersebut telah diperkenalkan sebagai keistimewaan dari
Google Apps for Education yang rilis pada tanggal 12 Agustus 2014. Pihak Google juga telah melakukan
pemberitahuan mengenai antarmuka pemrograman aplikasi dari sebuah ruang kelas serta tombol share untuk situs
web sehingga semua pihak pengelola sekolah beserta para pengembang dibolehkan untuk melakukan penerapan
lebih lanjut terhadap Google Classroom (https://spaceku.com/pengertian-google-classroom/).
Selain tidak menggunakan kertas sebagai media pembelajaran, Google Classroom juga menyediakan
serangkaian perangkat gratis untuk mendukung produktivitas para siswa seperti Gmail, Drive, dan Docs. Oleh sebab
itu, siswa dapat mengerjakan dan mengumpulkan tugas tanpa menggunakan buku atau kertas lagi. Nantinya, para
guru bisa membuat folder Drive khusus untuk setiap tugas dan untuk siswa agar semuanya dapat lebih teratur
serta membuat salinan dokumen di Google Docs secara otomatis.
Selain itu, terdapat pula fitur bernama Class Stream. Fitur tersebut memungkinkan siswa untuk melakukan
debat, diskusi, tanya jawab dengan sesama siswa lain maupun dengan guru. Sang guru dapat mengirim pertanyaan
Numertayasa, Media Google Classroom3

ke dalam kelas lalu siswa akan berdiskusi untuk menjawab pertanyaan tersebut. Bukan hanya dalam bentuk teks,
namun guru bisa menyampaikannya dalam bentuk video atau artikel yang kemudian meminta siswa untuk menulis
rangkumannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk memengangkat penelitian dengan judul
“Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMK dengan Memanfaatkan Google Classroom”.
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanah prototipe media pembelajaran Bahasa Indonesia
kelas XI SMK dengan memanfaatkan Google Classroom? (2) bagaimanakah hasil penilaian prototipe media
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan Google Classroom? Adapun tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prototipe dan penilaian prorotipe media pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK
dengan memanfaatkan Google Classroom.
2. Metode
Pengembangan media pembelajaran ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan (Research dan
Develovment). Penelitian ini menggunakan Prosedur penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2012) yang
meliputi : (1) identifikasi potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) penyusunan media pembelajaran, (4) validasi
media pembelajaran, (5) revisi media pembelajaran.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket dan wawancara. Teknik
angket dalam penelitian ini terdiri atas (1) teknik angket terbuka dan (2) teknik angket tertutup.Teknik angket
terbuka digunakan untuk mengumpulkan tanggapan ahli terkait dengan validitas media pembelajaran dan uji pada
siswa. Teknik angket tertutup digunakan untuk menentukan tingkat kevalidan media pembelajaran. Selanjutnya
teknik wawancara tak terstruktur digunakan untuk mengumpulkan tanggapan ahli terkait dengan validitas media
pembelajaran.
Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, instrumen pengumpulan data penelitian ini adalah (1) instrumen
angket terbuka, (2) instrumen angket tertutup, dan (3) instrumen wawancara tak terstruktur. Berikut ini disajikan
teknik pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini.
Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data
No Data Teknik Instrumen
Pengumpulan Data Pengumpulan Data
1 Tingkat validitas media pembelajaran Angket & Instrumen angket
berdasarkan validasi ahli wawancara dan wawancara
2 uji coba pada siswa Angket Instrumen angket

Sumber data penelitian pengembangan ini adalah guru Bahasa Indonesia yang mengajarkan mata pelajaran
Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di kelas XI dan siswa kelas XI di SMK Giri Pendawa Rendang. Penelitian ini
menggunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan teknik analisis statistik
deskriptif. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data hasil wawancara, dan hasil angket
terbuka. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data angket tertutup.
Tingkat validitas media pembelajaran dianalisis dengan statistik deskriptif dengan menggunakan skala
likert. Dalam teknik analisis data ini, digunakan lima katagori pernyataan, yaitu : (1) Sangat Baik (SB) = 5, (2) Baik
(B) = 4, (3) Cukup (C) = 3, (4) Kurang (K) = 2, dan (5) Sangat Kurang (SK) = 1. Dengan mengadopsi model konversi
skor aktual menjadi nilai skala 5 yang dikemukakan oleh Sukardjo (2005: 52-53). Untuk dapat memberikan makna
dan pengambilan keputusan terkait tingkat validitas media pembelajaran digunakan ketetapan sebagai berikut.

Tabel 2. Tingkat Validitas Media Pembelajaran


No Skor Kategori
1 x ≥ Mi + 1,5 Sdi Sangat Baik
2 Mi + 0,5 Sdi ≤ x < Mi + 1,5 Sdi Baik
4 Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

3 Mi - 0,5 Sdi ≤ x < Mi + 0,5 Sdi Cukup Baik


4 Mi - 1,5 Sdi ≤ x < 0,5 Sdi Kurang Baik
5 x < Mi - 1,5 Sdi Tidak Baik
(diadaptasi dari Nurkencana, 2006)
Keterangan:
X : jumlah skor rata-rata validasi ahli
Mi : Mean ideal
SDi : Standar Deviasi ideal
Mi = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) x ½
Sdi = (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) x 1/6
Dari skala 5 tersebut di atas diketahui bahwa skor maksimal ideal = 5 dan skor minimal ideal = 1, sehingga
diperoleh perhitungan Mi dan SBi sebagai berikut.
Mi = ½ (5+1) = 3
Sdi = 1/6 (5-1) = 0,67
Berdasarkan ketentuan tersebut, diperoleh hasil perhitungan skala 5 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 5
berikut ini.

Tabel 3. Konversi Data Kuantitatif Menjadi data Kualitatif dengan


Skala 5 dan Pendekatan EAP
Skor
Skala Kriteria Perhitungan Hasil
5 Sangat Baik X > 3 + (1,5 x 0,67) X>4

4 Baik 3 + (0,5x0,67) < X ≤ 3 + 3,3 < X ≤ 4


(1,5x0,67)
3 Cukup 3 – (0,5x0,67) < X ≤ 3 + 2,67 < X ≤ 3,3
(0,6x0,67)
2 Kurang 3 – ( 1,5x0,67) < X ≤ 3 – 2 < X ≤ 2,67
(0,5x0,67)
1 Sangat Kurang X ≤ 3 – (1,5x0,67) X≤2

3. Hasil dan pembahasan


Prototipe media pembelajaran bahasa indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan Google
Classroom terdiri atas (a) kelas, (b) judul materi, (c) diskusi materi, (d) tugas, (e) quiz (f) penilaian. Hasil
penilaian Prototipe media pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan Google
Classroom tergolong baik. Hal ini dapat dilihat dari penilaian ahli media dan ahli materi. Validasi ahli media ini
dilakukan bertujuan untuk melakukan uji kelayakan media pembelajaran yang dilihat dari aspek tampilan dan
program. Validasi yang dilakukan menggunakan angket. Untuk mendapatkan media pembelajaran yang layak .
Dalam hal ini ahli media memberikan saran dan komentar, serta rekomendasi untuk perbaikan. Selanjutnya
validasi materi bertujuan untuk untuk memproleh data yang nantinya bisa digunakan untuk merevisi materi
dalam media pembelajaran. Validasi yang dilakukan oleh ahli materi berbentuk angket. Untuk mendapatkan
media pembelajaran yang layak ahli materi memberikan saran dan komentar, serta rekomendasi untuk
perbaikan. Adapun hasil dari penilaian ahli adalah berikut.
a. Hasil penilaian ahli media (silihat dari Screen, Presentation, and Design) menunjukkan bahwa tampilan
media sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Nilai rata-rata yang diperoleh kategori baik
yaitu dengan skor rata-rata 3.84.
Tabel 4. Hasil penilaian ahli media
Numertayasa, Media Google Classroom5

No Aspek yang di nilai Penilaian Keterangan


1 2 3 4 5
1 Pemilihan jenis huruf √ Baik
2 Pemilihan ukuran huruf √ Baik
3 Warna √ Baik
4 Grafis √ Sangat Baik
6 Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

5 Ketepatan pemilihan √ Baik


6 Tampilan Gambar √ Baik
7 Animasi √ Cukup
8 Music pengiring √ Cukup
9 Sound √ Cukup
10 Screen design √ Cukup
11 Penggunaan bahasa √ Cukup
12 Navigasi √ Cukup
13 Konsistensi Button √ Cukup
14 Kejelasan petunjuk penggunaan √ Sangat Baik

15 Kemudahan penggunaan √ Sangat Baik


16 Efisiensi penggunaan layer √ Baik
17 Efisiensi teks √ Baik
18 Kecepatan √ Baik
19 Antisipasi kemungkina respon √ Baik
siswa

JUMLAH 0 0 18 40 15 73
Rata-Rata 3.84

b. Hasil ahli materi menunjukkan bahwa pemaparan hasil penilaian prototipe bahan ajar per aspek
(penyajian materi, isi/materi, Wndica dan keterbacaan) sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan
guru memenuhi kategori sangat baik yaitu dengan skor rata-rata 4,75 .

Tabel 5. Hasil Penilaian Ahli Materi

No Aspek yang di nilai Penilaian Keterangan


1 2 3 4 5
1 Kesesuaian materi dengan Standar √ Sangat Baik
Kompetensi / Kompetensi Dasar
Numertayasa, Media Google Classroom7

2 Kesesuaian Wndicator dengan Standar √ Sangat Baik


Kompetensi / Kompetensi Dasar

3 Konsistensi antara Kompetensi Dasar, √ Sangat Baik


Indikator, Materi, dan Evaluasi

4 Ketepatan cakupan materi √ Sangat Baik


5 Kebenaran materi √ Sangat Baik
6 Keterkinian (up-to-date) materi √ Sangat Baik
7 Ketercernaan materi √ Sangat Baik
8 Penyampaian materi yang runtut √ Sangat Baik
9 Materi yang bermanfaat √ Sangat Baik
10 Kedalaman materi √ Sangat Baik
11 Kepentingan materi (berbobot) √ Sangat Baik
12 Kemenarikan materi √ Sangat Baik
13 Kemudahan penyampaian materi √ Sangat Baik
14 Pemberian evaluasi untuk mengukur √ Sangat Baik
kemampuan siswa

15 Pemberian evaluasi yang √ Sangat Baik


berkesinabungan dari tiap-tiap sub materi

16 Keterlibatan dan peran siswa dalam √ Baik


aktivitas belajar

17 Sumber belajarnya akurat dan dapat √ Baik


dipercaya

18 Penggunaan bahasa √ Baik


19 Kualitas penyajian materi √ Baik
20 Kualitas umpan balik √ Baik
Jumlah 0 0 9 20 25 95
Rata-Rata 4,75

Selanjutnya, dilksanakan uji coba pada siswa ini dijadikan sebagai landasan untuk mengetahui
ketercakupan dan kesuaian materi dengan kebutuhan siswa. Aspek tersebut berkaitan dengan kejelasan
petunjuk penggunaan program, keterbacaan teks atau tulisan, kualitas tampilan gambar, sajian animasi,
komposisi warna, ketepatan pemilihan background, daya dukung musik, navigasi, kejelasan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai, kejelasan petunjuk belajar, kemudahan
memahami kalimat pada teks atau tulisan, kemudahan memahami materi isi pelajaran, ketepatan
urutan penyajian, kecakupan latihan atay penyampaian kuis, peran media pembelajaran untuk
8 Prosiding Seminar Nasional V: Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, kejelasan umpan balik atau respon, meningkatkan minat
belajar. Berdasarkan hasil olahan data dari 17 item yang divalidasi oleh 32 siswa didapatkan data yang
memilih kategori sangat baik ada 79 pilihan, kategori baik ada 272 pilihan, kategori cukup ada 167 pilihan,
kategori kurang ada 12 pilihan, dan kategori sangat kurang ada 3 pilihan. Berikut ini distribusi frekuensi penilaian
siswa.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Penilaian Siswa
No Kategori Frekuensi Presentase (%)

1 Sangat Baik 79 14.82%


2 Baik 272 51.03%
3 Cukup 167 31.3%
4 Tidak Baik 12 2.25%
5 Sangat Tidak Baik 3 0.56%
Jumlah 533 100%

Berdasarkan Hasil Tabel Distribusi Frekuensi Penilaian Siswa di atas dapat dikatakan bahwa sebagain besar
siswa memberikan penilaian baik terhadap media pembelajaran bahasa indonesia kelas XI SMK dengan
memanfaatkan google classroom.
Hasil penelitia di atas menunjukkan bahwa media pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan
memanfaatkan google classroom yang dikembangkan sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Dari segi
materi yang disajikan dalam media pembelajaran Bahasa indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan google
classroom sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru dengan kategori sangat baik. Penilaian siswa
menunjukkan bahwa media pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan google classroom
dinilai baik oleh sebagain besar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran di SMK, khususnya
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI (pada saat siswa melaksanakan praktik kerja industri) perlu dilakukan
secara daring karena. Salah satu media yang mudah untuk digunakan oleh siswa dan guru adalah Google
Classroom. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan media Google Classroom direspons positif oleh siswa yang
sedang melakasanakan prakrin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mubarrak dan Ikhsan (2017)
yang menyatakan penggunaan online moodle berdampak positif bagi siswa yang sedang menjalankan praktik kerja
industri. Hal ini terlihat dari pencapaian nilai yang sangat memuaskan saat mereka mengerjakan kuis yang disajikan
dalam online moodle.

4. Simpulan dan saran


Berdasarkan urain pada hasil dan pembahasan simpulan penelitian ini adalah prototipe media terdiri atas (a)
kelas, (b) judul materi, (c) diskusi materi, (d) tugas, (e) quiz (f) penilaian. Hasil penilaian ahli media terhadap media
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan google classroom tergolong baik. Hasil
penilaian ahli materi terhadap media pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan google
classroom tergolong sangat baik. Siswa memberikan nilai dengan kategori baik terhadap media pembelajaran
Bahasa Indonesia kelas XI SMK dengan memanfaatkan google classroom.
Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan simpulan di atas adalah (1) guru Bahasa Indonesia di SMK,
agar menggunakan media Google Classroom sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia. (2) Peneliti lain, agar melaksanakan penelitian sejenis yang lebih
mendalam terutama tentang efektivitas media Google Classroom dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Daftar Rujukan
https://spaceku.com/pengertian-google-classroom/ diakses pada 10 September 2018.
Numertayasa, Media Google Classroom9

Ivan Gunawan, Fransiskus. 2018. Pengembangan Kelas Virtual Dengan Google Classroom Dalam Keterampilan
Pemecahan Masalah (Problem Solving) Topik Vektor Pada Siswa Smk Untuk Mendukung Pembelajaran.
Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia: 340-348
Mubarrak, Akbar dan Jaslin Ikhsan. Online Moodle Sebagai E-Learning Bagi Siswa Smk Peserta Praktek Kerja
Industri. INVOTEC, Volume VIII, No.1, Februari 2012 : 20- 29
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 2006. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Sastrohadiwiryo, S. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta:
PT Bumi Aksar
Sugiyono. 2012. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Edisi Ketiga. Bandung: Alfabeta
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
Viridi, Sparisoma, Jam'ah Halid, dan Tati Kristianti. 2017. Penelitian Guru untuk Mempersiapkan Generasi Z di
Indonesia." SEAMEO QITEP in Science. Bandung: P4TK IPA. 1-2.

Anda mungkin juga menyukai