Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING BERBASIS GOOGLE CLASSROOM


TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM OTKP SMK NEGERI 1
MALANG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan

OLEH
AGITA INTAN MAHIRA
190412630007

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di sekolah saat ini tidak bisa lepas dari peran motivasi
belajar dan teknologi informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan guru dan
siswa terutama dalam menggunakan teknologi dan internet di sekolah. Tujuannya
untuk mendorong penyelenggaraan pembelajaran lebih menarik, aktif, dan kreatif
agar siswa termotivasi untuk belajar.
Pandemi covid-19 telah membawa dampak yang besar terutama di bidang
pendidikan, yang sebelumnya dijalankan melalui offline( tatap muka ) sekrang
melalui online (daring) berdasarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Di masa pandemi sekarang
apalagi memasuki era industri 4.0 semua pembelajaran siswa perlu mendapat
perhatian bagi setiap guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran mulai dari memilih aplikasi media online, media pembelajaran, dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, oleh karena itu guru saat ini
diharapkan selalu update informasi dan menyikapi pembelajaran dengan
mengarahkan potensi yang ada pada dirinya.
E-Learning memberi solusi pembelajaran online dengan aplikasi-aplikasi yang
dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran daring seperti google meeting,
zoom, google classroom, edomo, Microsoft Teams dan lain-lain. Google classroom
merupakan alat produktivitas atau aplikasi yang dibuat demi mempermudah dan
menghemat waktu seorang pendidik atau guru dalam mengelola kelas serta
meningkatkan komunikasi dengan siswa. Menurut Abdul Barir Hakim (2016:1-6) ,
google classroom adalah layanan berbasis internet yang disediakan oleh google
sebagai sebuah sistem e-learning. Aplikasi ini didesain untuk membantu pengajar
membuat dan membagikan tugas kepada pelajar secara paperless. Pengguna aplikasi
ini harus mempunyai akun di google, selain itu google classroom hanya bisa
digunakan oleh sekolah yang mempunyai google apps for education.
Guru-guru saat ini dapat memilih aplikasi ini dengan mempertimbangkan
kondisi siswa termasuk ketersediaan jaringan yang cukup untuk log in ke aplikasi
tersebut. Guru dituntut harus selektif dalam pemilihan media demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Namun di sisi negatif dari penggunaaan aplikasi daring yaitu kendala
sinyal, ketersediaan kuota, Disamping itu pula
masih terdapat beberapa guru yang masih rendah dalam pemahaman dan penguasaan
IT, mengakibatkan mereka kurang memperhatikan untuk mempelajari aplikasi
pembelajaran online yang efektif digunakan dalam menyampaikan materi, sehingga
berimplikasi pada pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak maksimal.
Salah satu sekolah yang sudah menggunakan google classroom di setiap
pelajarannya adalah SMK Negeri 1 Malang, dalam proses pembelajarannya siswa
diberikan penugasan oleh guru dan mengirim hasilnya ke aplikasi google classroom.
Selain itu, siswa juga diberikan materi pelajaran melalui aplikasi google classroom.
dengan adanya pembelajaran daring membuat siswa lebih antusias karena banyak
kemudahan yang di dapatkan. Menggunakan media google classroom siswa dapat
mengakses dimana saja dan juga kapan saja. Alasan lebih dominan menggunakan
google classroom selain lebih mudah diakses juga fitur-fitur nya yang memberi
kemudahan guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, bisa terhubung
dengan youtube, google form, google drive, dan dapat menampung semua jenis file.

Dengan melihat beberapa hal, muncul insiatif peneliti untuk meneliti


PENGARUH PEMBELAJARAN DARING BERBASIS GOOGLE
CLASSROOM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PROGRAM
OTKP SMK NEGERI 1 MALANG.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan aplikasi Google Classroom pada pembelajaran daring


siswa program OTKP SMK Negeri 1 Malang ?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa program OTKP SMK Negeri 1 Malang ?
3. Bagaimana pengaruh pembalajaran daring berbaasiss aplikasi Google Classroom
terhadap motivasi belajar siswa program OTKP SMK Negeri 1 Malang ?

C. Kajian Teori
1. Pembelajaran Daring
1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik atau siswa dengan pendidik
atau guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi. Menurut Gagne dan Briggs (1979), pembelajaran adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi
serangakain peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal. Menurut Sugandi, dkk
(2004), Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti self
instruction (dari internal) dan external instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang
bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam
pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan
menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Sedangkan menurut UU no 20 tahun 2003,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pembelajaran adalah
usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
1.2 Pengertian Pembelajaran Daring
Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan” yaitu suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan sistem daring memanfaatkan internet. Menurut Bilfaqih &
Qomarudin (2015, hlm.1), pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan
kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang massif dan
luas. Menurut Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102), pembelajaran daring adalah
pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM,
streaming video, pesan suara, email dan telpon konferensi, teks online animasi, dan video
streaming online. Menurut Permindikbud No 109/2013, pembelajaran daring atau
pembelajaran jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh
melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran daring adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan
menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan dengan
face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu memudahkan siswa
untuk belajar kapanpun dan dimanapun.
1.3 Karakteristik Pembelajaran Daring
Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019, hlm. 154) menyebutkan
karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain :
1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik, dan berbagai elemen multimedia,
2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video
conferencing, chats rooms, atau discussion forums,
3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya,
4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan
komunikasi belajar,
5) Materi ajar yang mudah diperbaharui,
6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator,
7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal,
8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet
Selain itu Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring
adalah:
1) Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak
jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi.
2) Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana
memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan
dimana saja.
3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan
dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta
digunakan dalam proses pembelajaran.
4) Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar, mandiri,
belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan
teknologi pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi.
5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang
diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan program
studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan tanpa batas usia,
tahun ijazah, latar belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar,
serta masa evaluasi hasil belajar.
Dari penejelasan tentang karakteristik pembelajaran daring di atas dapat disimpulkan
bahwa karakteristik pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan media
elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan internet, pembelajaran
dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta pembelajaran daring bersifat
terbuka.
1.4 Manfaat Pembelajaran Daring
Menurut Bilfaqih dan Qomarudin (2015, hlm. 4) menjelaskan beberapa manfaat
dari pembelajaran daring sebagai berikut :
1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia
secara efektif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
3) Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
pemanfaatan sumber daya bersama.
Adapun manfaat e-learning menurut Hadisi dan Muna (2015, hlm. 127) adalah:
1) Adanya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses
bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
2) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Artinya, peserta didik
dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dari penjelasan manfaat pembelajaran daring diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
manfaat dari proses pembelajaran daring yaitu adanya kemajuan dalam bidang teknologi
yang mampu meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan proses
pembelajaran dengan meningkatkan interaksi, mempermudah proses pembelajaran karena
dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selain itu mudahnya mengakses materi
pembelajaran dan mampu menjangkau peserta didik dengan cakupan yang luas.

1.5 Kelebihan Pembelajaran Daring


Kelebihan pembelajaran daring menurut Hadisi dan Muna (2015, hlm. 130) adalah:
a) Biaya, e-learning mampu mengurangi biaya pelatihan. Pendidikan dapat menghemat
biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk peralatan kelas seperti penyediaan
papan tulis, proyektor dan alat tulis.
b) Fleksibilitas waktu e-learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar,
karena dapat mengakses pelajaran kapanpun sesuai dengan waktu yang diinginkan.
c) Fleksibilitas tempat e-learning membuat pelajar dapat mengakses materi pelajaran
dimana saja, selama komputer terhubung dengan jaringan Internet.
d) Fleksibilitas kecepatan pembelajaran e-learning dapat disesuaikan dengankecepatan
belajar masing-masing siswa.
e) Efektivitas pengajaran e-learning merupakan teknologi baru, oleh karena itu pelajar
dapat tertarik untuk mencobanya juga didesain dengan instructional design mutahir
membuat pelajar lebih mengerti isi pelajaran.
1.6 Kekurangan Pembelajaran Daring
Kekurangan pembelajaran daring/e-learning menurut Hadisi dan Muna (2015,
hlm. 131) antara lain: a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar-siswa
itu sendiri yang mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam proses belajar-
mengajar.
b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan. d)
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
e) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).

2 Google Classroom
2.5 Pengertian Google Classroom
Menurut Herman (2014), Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang
memungkinkan terciptanya ruang kelas di dunia maya. Selain itu, google classroom bisa
menjadi sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas yang
dikumpulkan. Menurut Hakim (2016, hlm. 02), google classroom adalah layanan berbasis
internet yang disediakan oleh google sebagai sebuah sistem e-learning service, didesain
untuk membantu pengajar membuat dan membagikan tugas kepada pelajar secara
paperless. Menurut Wicaksono (2017, hlm. 514), google classroom merupakan aplikasi
multiplatform, yang dapat digunakan oleh pengguna google classroom adalah platform
pembelajaran campuran, yang dikembangkan oleh google untuk sekolah yang bertujuan
untuk menyederhanakan pembuatan, pendistribusian dan penetapan tugas dengan cara
tanpa kertas. Menurut Abdul Barir Hakim, Google classroom adalah bantuan berbasis
web yang diberikan oleh Google sebagai kerangka kerja e-learning. Jadi berdasarkan
teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa Google Classroom adalah salah satu bentuk
pembelajaran online yang dapat digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran yang
menarik. Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu serambi aplikasi
pembelajaran campuran secara online yang dapat digunakan secara gratis. Pendidik bisa
membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau mengundang
para siswanya.
2.6 Fungsi Google Classroom
Google classroom mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana memperlancar komunikasi
antara siswa dengan guru. Aplikasi ini juga berguna untuk siswa belajar menyimak,
membaca, mengirim tugas, dari jarak jauh. Agar lebih praktis, hemat waktu dan
membantu para guru menciptakan dan mengumpulkan tugas dari siswa. Karena pada
situs Google Classroom tertulis bahwa Google Classroom terhubung dengan semua
layanan Google For Education yang lainnya, sehingga pendidik dapat memanfaatkan
Google Mail, Google Drive, Google Calendar, Google Docs, Google Sheets, Google
Slides, dan Google Sites dalam proses pembelajarannya. Sehingga, Google Classroom
dapat membantu mempermudah guru dan siswa untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan lebih mendalam, seperti dapat memanfaatkan Google Calendar untuk
mengingatkan peserta didik tentang jadwal atau tugas yang ada, sedangkan penggunaan
Google Drive sebagai tempat untuk menyimpan keperluan pembelajaran seperti Power
Point, File yang perlu digunakan dalam pembelajaran maupun yang lainnya. Selain itu
membuat proses pembelajaran lebih menarik dan lebih efisien dalam hal pengelolaan
waktu, dan tidak ada alasan lagi siswa lupa tentang tugas yang sudah diberikan oleh
pendidik.

2.7 Fitur-Fitur Google Classroom


1) Assigmenments (Tugas), penugasan disimpan dan dinilai pada rangkaian aplikasi
produktivitas google yang memungkinkan kolaborasi antara guru dan siswa atau
siswa kepada siswa.
2) Grading (Pengukuran), google classroom mendukung banyak skema penilaian
yang berbeda. Guru memiliki pilihan untuk melampirkan file ke tugas dimana
siswa dapat melihat mengedit, atau mendapatkan salinan individual. Siswa dapat
membuat file dan kemudian menempelkannya ke tugas jika salinan file tidak
dibuat oleh guru. Guru memiliki pilihan untuk memantau kemajuan setiap siswa
pada tugas di mana mereka dapat memberi komentar dan edit.
3) Communication (Komunikasi), pengumuman dapat diposkan oleh guru ke arus
kelas yang dapat dikomentari oleh siswa yang memungkinkan komunikasi dua
arah antara guru dan siswa. Siswa juga dapat memposting ke aliran kelas tapi
tidak akan setinggi prioritas sebagai pengumuman oleh seorang guru dan dapat
dimoderasi.
4) Time-Cost (Hemat waktu), guru dapat menambahkan siswa dengan memberi
siswa kode untuk mengikuti kelas. Guru yang mengelola beberapa kelas dapat
menggunakan kembali pengumuman, tugas, atau pertanyaan yang ada dari kelas
lain. Guru juga dapat berbagi tulisan di beberapa kelas dan kelas arsip untuk kelas
masa depan.
5) Archive Course (Arsip program), kelas memungkinkan instruktur untuk
mengarsipkan kursus pada akhir masa jabatan atau tahun. Saat kursus diarsipkan,
situs tersebut dihapus dari beranda dan ditempatkan di area Kelas Arsip untuk
membantu guru mempertahankan kelas mereka saat ini.
6) Mobile Application (Aplikasi dalam telepon genggam), aplikasi seluler Google
Classroom, yang diperkenalkan pada bulan Januari 2015, tersedia untuk perangkat
iOS dan Android. Aplikasi membiarkan pengguna mengambil foto dan
menempelkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan mendukung
akses offline.
7) Privacy (Privasi), berbeda dengan layanan konsumen google, google classroom,
sebagai bagian dari G Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun
dalam antarmuka untuk siswa, fakultas, dan guru, dan data pengguna tidak
dipindai atau digunakan untuk tujuan periklanan.
2.8 Kelebihan Google Classroom
1) Mudah dipergunakan, desain Google Kelas dibuat menyederhanakan antar muka
instruksional dan opsi yang digunakan untuk tugas pengiriman dan pelacakan
komunikasi dengan keseluruhan kursus atau individu juga disederhakan melalui
pemberitahuan pengumuman dan email,
2) Menghemat waktu, ruang kelas Google dirancang untuk menghemat waktu,
dengan mengintegrasikan dan mengotomatisasi penggunaan aplikasi Google
lainnya, termasuk dokumen, slide, dan spreadsheet, proses pemberian distribusi
dokumen, penilaian, penilaian formatif, dan umpan balik disederhanakan dan
disederhanakan.
3) Fleksibel, aplikasi ini mudah diakses dan dapat digunakan oleh instruktur dan
peserta didik di lingkungan belajar tatap muka dan lingkungan online sepenuhnya.
4) Berbagi sumber daya yang efisien, praktis dan cepat, fasilitator atau guru online
dan pelatih memiliki kemampuan untuk berbagi informasi dan sumber daya
online dengan peserta mereka secara langsung langsung. Cukup dengan
mengakses aplikasi Google Classroom, guru dapat mendistribusikan link ke
sumber daya online dan materi eLearning tambahan yang dapat menguntungkan
siswa mereka.
2.9 Kekurangan Google Classroom
1) Google Classroom yang online membutuhkan siswa dan pendidik untuk dikaitkan
dengan web.
2) Adaptasi tunggal untuk mengurangi pembelajaran sosial siswa.
3) Jika siswa tidak melakukan kesalahan dasar dan terjadi kesalahan materi, maka
akan mempengaruhi wawasan mereka.
4) Membutuhkan peralatan tinggi, pemrograman, dan detail jaringan web.

3. Motivasi Belajar

3.1 Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata latin yaitu “movere” yang artinya dorongan aatau daya
penggerak. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan
gairah belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Menurut
Sardiman (2018, hlm. 75), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin keberlangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan araha pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendki oleh subjek belajar dapat tercapai. Menurut Hamzah B. Uno ( 2011 hlm. 23),
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-
unsur yang mendukung. Dari pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam
maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan kegairahan belajar
serta memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

3.2 Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2001, hlm. 161) fungsi motivasi belajar sebagai berikut
:

1. Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau suatu perbuatan. Siswa yang awalnya
tidak mempunyai keinginan untuk belajar. Kemudian terdorong oleh rasa ingin
tahu siswa tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan rasa ingin tahunya
ini siswa terdorong untuk belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan. Motivasi akan mengarahkan siswa pada
perbuatan-perbuatan yang mendukung pada pencapaian tujuan siswa
sedangkan perbuatan-perbuatan yang kurang mendukung akan dikesampingkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, motivasi diibaratkan sebagai sebuah
mesin pada suatu mobil. Jika mesin baik maka mobil akan melaju dengan
cepat. Jika motivasi belajar siswa besar maka hasil belajar yang didapat pun akan
baik dan maksimal.

3.3 Peran Motivasi Belajar


Menurut Hamzah B. Uno (2011, hlm. 27-29), peran penting motivasi belajar dan
pembelajaran, antara lain:
1. Menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar
apabila seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
menentukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilalui.
2. Memperjelas tujuan belajar. Peran memperjelas tujuan belajar erat kaitannya
dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh
anak.
3. Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi
untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari dengan baik dan tekun dengan
harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

3.4 Ciri-Ciri Orang Yang Memiliki Motivasi Belajar


Menurut Hamzah B. Uno (2011, hlm. 23) menyatakan, bahwa ciri-ciri orang yang
memiliki motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3. Adanya harapan dan cita-cita di masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam belajar.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang
siswa dapat belajar dengan baik.

3.5 Jenis Motivasi


Menurut Dimayanti dan Mudjioni ( 2008 hlm. 86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu :
a. Motivasi Primer
Motivasi pimer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif
dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.
b. Motivasi Sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan dengan
motif sosial, sikap, dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti
afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat
penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar.
3.6 Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya dari dalam diri siswa tetapi
juga berasal dair luar siswa. Menurut Dimayanti dan Mudjiono (2002 hlm. 90), sifat
motivasi memiliki dua sifat yaitu :
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu
itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar.

4. Program OTKP
4.1 Pengertian Program OTKP
Otomatisasi & Tata Kelola Perkantoran atau biasa disingkat OTKP, dulu bernama
Administrasi Perkantoran atau AP merupakan salah satu cabang bidang keahlian Bisnis
dan Manajemen mempelajari tentang Pengetikan naskah atau dokumen, Penanganan
telepon, Penataan dan pengelolaan surat atau dokumen, Penataan dan pengelolaan arsip,
Penanganan perjalanan bisnis, Penanganan dana kas kecil, Penyiapan pertemuan atau
rapat, Penanganan aplikasi, dan Penanganan informasi melalui internet. Dapat diartikan
lain, OTKP yaitu jurusan administrasi pekantoran yang mempelajari hal-hal administratif
seperti surat-menyurat, pengarsipan, hingga tata cara dan etika kerja di kantor.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus di uji kebenarannya. Menurut


Arikunto (2006, hlm. 71), hipotesis adalah suatu kesimpulan yang belum final, masih
harus dibuktikan kebenarannya atau hipotesis adalah jawaban sementara. Hipotesis juga
dapat dikatakan sebagai kesimpulan sementara suatu hubungan variable dengan satu atau
lebih variable lainnya sehingga hipotesis dapat dikatakan sebagai suatu prediksi yang
melekat pada variable yang bersangkutan. Secara teknis, hipotesis didefinisikan sebagai
pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian. Berdasarkan variable yang ada dalam penelitian ini,
maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pembelajaran daring
berbasis google classroom terhadap motivasi belajar.
2. Terdapat pengaruh yang negative dan signifikan anatara pembelajaran daring
berbasis google classroom terhadap motivasi belajar.
3. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pembelajaran daring
berbasis google classroom terhadap motivasi belajar.
4. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pembelajaran daring
berbasis google classroom terhadap motivasi belajar.

E. Kegunaan Penelitian
Adapula kegunaan yang dapat diperoleh dari penelian ini adalah :
a. Bagi Siswa,
Dapat memudahkan siswa dalam mengenal pembelajaran jarak jauh atau
daring dengan menggunakan media pembelajaran daring google classroom
sehingga memudahkan siswa dalam mengakses pembelajaran.
b. Bagi Guru,
Dapat memberikan ide untuk bisa mengatasi berbagai masalah dalam
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media pembelajaran daring khususnya
google classroom.
c. Bagi Sekolah,
Dapat memberikan masukkan serta saran dalam mempertimbangkan
kebijakan sekolah selanjutnya, khususnya dalam penggunaan media pembelajaran
yang baik.

F. Definisi Operasional

1. Pembelajaran daring menurut Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102),


pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan teknologi
multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan suara, email dan
telpon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pembelajaran daring adalah


pembelajaran daring adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
dengan menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak
dilakukan dengan face to face.

2. Pengertian google classroom, menurut Abdul Barir Hakim, Google classroom


adalah bantuan berbasis web yang diberikan oleh Google sebagai kerangka kerja
e-learning. Hal senada dikemukakan oleh Hakim bahwa, google classroom adalah
layanan berbasis internet yang disediakan oleh google sebagai sebuah sistem e-
learning service, didesain untuk membantu pengajar membuat dan membagikan
tugas kepada pelajar secara paperless.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan google classroom adala salah satu
bentuk pembelajaran online yang dapat digunakan oleh guru sebagai media
pembelajaran yang menarik. Selain itu serambi aplikasi pembelajaran campuran
secara online yang dapat digunakan secara gratis.

3. Pengertian motivasi belajar, menurut Sardiman, motivasi belajar adalah


keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan
araha pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendki oleh subjek belajar
dapat tercapai. Selain itu menurut Hamzah B. Uno, motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-
unsur yang mendukung.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan
yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu
menimbulkan semangat dan kegairahan belajar.

4. Pengertian OTKP, jurusan administrasi Pekantoran yang mempelajari hal-hal


administratif seperti surat-menyurat, pengarsipan, hingga tata cara dan etika kerja
di kantor.

BAB II
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Pembelajaran Daring Berbasis Google


Classroom Terhadap Motivasi Belajar Siswa Program OTKP SMK Negeri 1 Malang”
menggunalan pendekatan penelitian kuantitatif . Adapun yang dimaksud dengan
penelitian kuantitaif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori melalui
pengukuran variable-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisi data dengan
prosedur statistik yaitu stastitic parametic dimana bagian statistic yang parameter dari
populasinya mengikuti suatu distribusi tertentu, seperti distribusi normal dan memiliki
varian yang homogen. Rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitaif
harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sebaik mungkin. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian asosiatif, karena peneliti ingin mengetahui pengaruh
ataupun juga hubungan antara dua variable atau lebih yang diteliti.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang
memiliki kuantitas dna karakeristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian diatrik sebuah kesimpulan. Dengan demikian populasi bukan
sekedar jumlah yang ada pada subjek atau objek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik yang dimiliki. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa program OTKP
SMK Negeri 1 Malang. Jumlah seleuruh siswa program OTKP SMK Negeri 1 Malang
sebanyak 400 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan karena
peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu,
tenaga, dana dan jumlah populasi yang sangat banyak. Oleh karena itu Teknik
pengambilan sampling pada penelitian ini menggunakan simple random sampling. Untuk
menentukan besarnya sampel yang diambil dari populasi peneliti menggunakan
rumus yang dikemukakan oleh slovin dalam Mustafa (2010:90) dengan tingkat
kepercayaan 90% dengan nilai e=10% adalah sebagai berikut:

N
Rumus : n=
1+ Ne ²

Dimana :
n = Jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir
sebesar 10%

400
n= = 80
1+ 400(0,1) ²

maka dapat disimpulkan sampel pada penelitian ini menggunakan 80 orang responden.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen peneilitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar angket kuesioner. Alasan peneliti mengumpulkan kuesioner atau angket karena
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variabel yang akan diukur dan apa yang bisa diharapkan dari responden. Untuk
mengukur variabel x dan variabel y dalam angket tersebut, maka peneliti menggunakan
skala Likert untuk mengukur respon, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item soal yang menggunakan skala Likert
mempunya option dengan SS (Sangat Setuju) = 5. S (Setuju) = 4. (Ragu-ragu) = 3. TS
(Tidak Setuju) = 2. STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.

D. Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diharapkan maka dalam suatu penelitian
diperlukan teknik pengumpulan data. Langkah ini sangat penting karena data yang
dikumpulkan nanti akan digunakan dalam menguji hipotesis. Pada penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2015 hlm. 203) observasi merupakan sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain, yaitu wawancara dari kuesioner. Observasi dilakukan untuk mengetahui
tentang sekolah yang akan diteliti seperti memperoleh data sekolah, kondisi
sekolah yang berkaitan dengan penelitian. Observasi dilakukan di SMK Negeri 1
Malang.
2. Angket atau Kuesioner
Menurut Sugiyono (2015 hlm.199) berpendapat bahwa kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan degan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden atau dijawabnya.
Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui tentang perbedaan respon siswa
terhadap penggunaan 40 google classroom. Peneliti membuat angket dengan
menggunakan skala Lakert dengan 5 option, yaitu SS (Sangat Setuju) = 5. S
(Setuju) = 4. (Ragu-ragu) = 3. TS (Tidak Setuju) = 2. STS (Sangat Tidak Setuju)
= 1.
3. Dokumentasi
Menurut Riduwan, (2010 hlm.77) Dokumentasi adalah ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data
yang relevan penelitian.

2. Sumber Data
Menurut (Arikunto Suharsimi, 2006) “Sumber data adalah objek dari mana
data yang dapat diperoleh” dalam penjabaran tersebut bahwa sumber data menjadi
salah satu objek yang memang diperoleh untuk mendapatkan gambaran tentang
permasalahan yang diangkat. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Data Primer
Menurut Algifari (1997), data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui perantara). Data primer yang ada
dalam penelitian ini merupakan data kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

E. Analisis Data

Data yang didapat dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif, yang selanjutnya
akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Sugiyono, (2016 hlm.7), data kuantitatif adalah
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Analisis data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan SPSS 21. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda yang
digunakan untuk menganalisis uji hipotesis penelitian. Analis penelitian ini meliputi :
1. Teknik Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan wekness (kemencengan distribusi). Ghozali, (2018 hlm.19)
statistic deskriptif adalah untuk memberikan gambaran analisis deskriptif. Pengujian ini
dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi Klasik bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang
didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, menunjukkan hubungan signifikan dan
representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi.Ghozali (2018
hlm. 137), uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual menikuti distribusi normal. Ghozali (2018 hlm.
161), berpendapat jika asumsi dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel yang kecil. Uji normalitas ini dilakukan secara statistik dengan
menggunakan alat analisis One Sample Kolomogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis :

a. H0 : Data residual berdistribusi normal


b. HA : Data residual berdistribusi normal
Jika nilai signifikan > 0.05 maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi
normal dan sebaliknya jika nilai signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak artinya data residual
berdistribusi tidak normal.
4. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2018 hlm.107), berpendapat bahwa uji multikolonieritas


bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidal orthogonal.
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat
tinggi, tetapi secaraa individual variabel-variabel independen banyak yang tidsk
signifikan mempengaruhi variabel dependen
b. Menganalisis matrix korelasi variabel-variabel independen. Jika antar var,
maka ha ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi
yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas
Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih
variabel independen.
c. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). NIlai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan nilai tolerance
≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, artinya bahwa semua variabel yang akan
dimasukkan dalam perhitungan model regresi harus mempunyai tolerance diatas
0.10. Jika lebih rendah dari
0.10 maka terjadi multikolonieritas. Sedangkan hasil perhitungan nilai VIF, jika
memiliki nilai VIF kurang dari 10, maka tidak mempunyai persoalan
multikolonieritas.

5. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Ghozali, (2018
hlm.142), berpendapat uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen.
Dasar Pengambilan Keputusan :
a. Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai probabilitas signifikan lebih besar
dari tingkat kepercayaan 5%.
b. Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari
tingkat kepercayaan 5%.

6. Uji Regresi Linier Berganda


Untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel bebas yang lebih dari dua
variabel terhadap variabel dependen, digunakan persamaan regresi linier berganda
(multiple linier regression method). Dalam Teknik analisis regresi linier berganda, selain
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Rumus persamaan
regresi

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e


Dimana :
Y = siswa pogram OTKP
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = pembelajaran daring
X2 = google classroom
X3 = motivasi belajar
e = Standart Error
7. Uji Hipotesis

a. Uji-F
Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependennya.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut :
a.Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5%.
b.Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka Ho ditolak dan menerima HA.

b. Uji t-test
Uji parsial (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak
diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. untuk melakukan uji t dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 ditolak bila nilai t
lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).
b. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.

F. Lampiran Instrumen Penelitian


N Pertanyaan 1 2 3 4 5
o
Siswa mengetahui aplikasi google
classroom
1

2 Dengan diterapkannya google classroom,


saya dapat belajar dan mengerjakan tugas
kapan pun ketika saya terhubung dengan
internet
3 Aplikasi google classroom sangat fleksibel
bagi saya dalam memanfaatkan media
pembelajaran digital
4 Sejak menggunakan google classroom saya
tidak perlu menggunakan banyak kertas
untuk mengerjakan tugas..
5 Aplikasi google classroom memberikan
saya manfaat dalam proses pembelajaran
6 Saya memiliki pengalaman yang
menyenangkan selama
menggunakan google classroom.
7 Saya merasa bangga dengan menggunakan
aplikasi google classroom

8 Saya selalu meluangkan waktu untuk


belajar (minimal 1 jam) sebelum
dimulainya pembelajaran di kelas
9 Guru memberikan pokok-pokok materi
yang akan diajarkan
kepada peserta didik di google classroom
10 Memberikan tugas kepada peserta didik
tentang materi tertentu
yang akan dibahas secara mandiri
11 Guru membuat kriteria penilaian atas
penguasaan materi
12 Guru menggunakan berbagai strategi dan
media dalam pembelajaran
13 Guru memberikan pujian kepada peseta
didik yang memiliki nilai bagus.
14 Peserta didik berperan aktif dalam kegaitan
pembelajaran
15 Suasana kelas selama proses
pembelajaran menjadi kondusif dan
menyenangkan

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya,


(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.) hlm. 23
M. khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Aswaja Presindo, (TT)). 3-4
Yusuf Bilfaqih dan M. Nur Qomarudin, Esensi Pengembangan
Pembelajaran Daring, (Yogyakarta: Budi Utama, 2015).
Misbahuddin & Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik Edisi Ke-2,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hal. 3
Agus Eko Sujianto, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2009), hal. 83
Suharyanto. 2016. Penerapan Elearning Sebagai Alat Bantu Mengajar Dalam Dunia
Pendidikan. Artikel dalam Jurnal Ilmiah Widya. Volume 3, Nomor: 4, Desember
2016. Jakarta: Kopertis Wilayah 3
Hadisi, dan Muna. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi Dalam Menciptakan
Model Inovasi Pembelajaran ( E-Learning ). Jurnal Al-Ta’dib, 8, 127–132.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta,cv.
Hakim, A. B. (2016). Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom Dan
Edmodo. I-Statement, 2(1), 2–6.
Wicaksono, Dwi Vicky. 2017. Pembelajaran Blended Learning
Melalui Google Classroom Di Sekolah Dasar. Jurnal Seminar
Nasional Pendidikan PGSD UMS.
Sardiman. 2018. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Dimyati.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 25 (Edisi
9). Cetakan ke IX. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai