OLEH
AGITA INTAN MAHIRA
190412630007
Proses pembelajaran di sekolah saat ini tidak bisa lepas dari peran motivasi
belajar dan teknologi informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan guru dan
siswa terutama dalam menggunakan teknologi dan internet di sekolah. Tujuannya
untuk mendorong penyelenggaraan pembelajaran lebih menarik, aktif, dan kreatif
agar siswa termotivasi untuk belajar.
Pandemi covid-19 telah membawa dampak yang besar terutama di bidang
pendidikan, yang sebelumnya dijalankan melalui offline( tatap muka ) sekrang
melalui online (daring) berdasarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2020 yang
dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Di masa pandemi sekarang
apalagi memasuki era industri 4.0 semua pembelajaran siswa perlu mendapat
perhatian bagi setiap guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran mulai dari memilih aplikasi media online, media pembelajaran, dan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, oleh karena itu guru saat ini
diharapkan selalu update informasi dan menyikapi pembelajaran dengan
mengarahkan potensi yang ada pada dirinya.
E-Learning memberi solusi pembelajaran online dengan aplikasi-aplikasi yang
dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran daring seperti google meeting,
zoom, google classroom, edomo, Microsoft Teams dan lain-lain. Google classroom
merupakan alat produktivitas atau aplikasi yang dibuat demi mempermudah dan
menghemat waktu seorang pendidik atau guru dalam mengelola kelas serta
meningkatkan komunikasi dengan siswa. Menurut Abdul Barir Hakim (2016:1-6) ,
google classroom adalah layanan berbasis internet yang disediakan oleh google
sebagai sebuah sistem e-learning. Aplikasi ini didesain untuk membantu pengajar
membuat dan membagikan tugas kepada pelajar secara paperless. Pengguna aplikasi
ini harus mempunyai akun di google, selain itu google classroom hanya bisa
digunakan oleh sekolah yang mempunyai google apps for education.
Guru-guru saat ini dapat memilih aplikasi ini dengan mempertimbangkan
kondisi siswa termasuk ketersediaan jaringan yang cukup untuk log in ke aplikasi
tersebut. Guru dituntut harus selektif dalam pemilihan media demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Namun di sisi negatif dari penggunaaan aplikasi daring yaitu kendala
sinyal, ketersediaan kuota, Disamping itu pula
masih terdapat beberapa guru yang masih rendah dalam pemahaman dan penguasaan
IT, mengakibatkan mereka kurang memperhatikan untuk mempelajari aplikasi
pembelajaran online yang efektif digunakan dalam menyampaikan materi, sehingga
berimplikasi pada pencapaian tujuan pembelajaran yang tidak maksimal.
Salah satu sekolah yang sudah menggunakan google classroom di setiap
pelajarannya adalah SMK Negeri 1 Malang, dalam proses pembelajarannya siswa
diberikan penugasan oleh guru dan mengirim hasilnya ke aplikasi google classroom.
Selain itu, siswa juga diberikan materi pelajaran melalui aplikasi google classroom.
dengan adanya pembelajaran daring membuat siswa lebih antusias karena banyak
kemudahan yang di dapatkan. Menggunakan media google classroom siswa dapat
mengakses dimana saja dan juga kapan saja. Alasan lebih dominan menggunakan
google classroom selain lebih mudah diakses juga fitur-fitur nya yang memberi
kemudahan guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, bisa terhubung
dengan youtube, google form, google drive, dan dapat menampung semua jenis file.
B. Rumusan Masalah
C. Kajian Teori
1. Pembelajaran Daring
1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik atau siswa dengan pendidik
atau guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa
yang saling bertukar informasi. Menurut Gagne dan Briggs (1979), pembelajaran adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa yang berisi
serangakain peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal. Menurut Sugandi, dkk
(2004), Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang berarti self
instruction (dari internal) dan external instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang
bersifat eksternal antara lain datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam
pembelajaran yang bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan
menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Sedangkan menurut UU no 20 tahun 2003,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan pembelajaran adalah
usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha.
1.2 Pengertian Pembelajaran Daring
Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan” yaitu suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan sistem daring memanfaatkan internet. Menurut Bilfaqih &
Qomarudin (2015, hlm.1), pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan
kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang massif dan
luas. Menurut Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102), pembelajaran daring adalah
pembelajaran yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM,
streaming video, pesan suara, email dan telpon konferensi, teks online animasi, dan video
streaming online. Menurut Permindikbud No 109/2013, pembelajaran daring atau
pembelajaran jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh
melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran daring adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan
menggunakan internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan dengan
face to face tetapi menggunakan media elektronik yang mampu memudahkan siswa
untuk belajar kapanpun dan dimanapun.
1.3 Karakteristik Pembelajaran Daring
Tung dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019, hlm. 154) menyebutkan
karakteristik dalam pembelajaran daring antara lain :
1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik, dan berbagai elemen multimedia,
2) Komunikasi dilakukan secara serentak dan tak serentak seperti video
conferencing, chats rooms, atau discussion forums,
3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan tempat maya,
4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar berbasis CD-ROM untuk meningkatkan
komunikasi belajar,
5) Materi ajar yang mudah diperbaharui,
6) Meningkatkan interaksi antara mahasiswa dan fasilitator,
7) Memungkinkan bentuk komunikasi belajar formal dan informal,
8) Dapat menggunakan ragam sumber belajar yang luas di internet
Selain itu Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PERMENDIKBUD) nomor 109 tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring
adalah:
1) Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak
jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi.
2) Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana
memanfaatkan paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan
dimana saja.
3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan
dikemas dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta
digunakan dalam proses pembelajaran.
4) Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar, mandiri,
belajar tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan
teknologi pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi.
5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang
diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan program
studi dan waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan tanpa batas usia,
tahun ijazah, latar belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar,
serta masa evaluasi hasil belajar.
Dari penejelasan tentang karakteristik pembelajaran daring di atas dapat disimpulkan
bahwa karakteristik pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan media
elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan internet, pembelajaran
dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta pembelajaran daring bersifat
terbuka.
1.4 Manfaat Pembelajaran Daring
Menurut Bilfaqih dan Qomarudin (2015, hlm. 4) menjelaskan beberapa manfaat
dari pembelajaran daring sebagai berikut :
1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia
secara efektif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
3) Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui
pemanfaatan sumber daya bersama.
Adapun manfaat e-learning menurut Hadisi dan Muna (2015, hlm. 127) adalah:
1) Adanya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses
bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
2) Peserta didik dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat. Artinya, peserta didik
dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Dari penjelasan manfaat pembelajaran daring diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
manfaat dari proses pembelajaran daring yaitu adanya kemajuan dalam bidang teknologi
yang mampu meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan proses
pembelajaran dengan meningkatkan interaksi, mempermudah proses pembelajaran karena
dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selain itu mudahnya mengakses materi
pembelajaran dan mampu menjangkau peserta didik dengan cakupan yang luas.
2 Google Classroom
2.5 Pengertian Google Classroom
Menurut Herman (2014), Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang
memungkinkan terciptanya ruang kelas di dunia maya. Selain itu, google classroom bisa
menjadi sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas yang
dikumpulkan. Menurut Hakim (2016, hlm. 02), google classroom adalah layanan berbasis
internet yang disediakan oleh google sebagai sebuah sistem e-learning service, didesain
untuk membantu pengajar membuat dan membagikan tugas kepada pelajar secara
paperless. Menurut Wicaksono (2017, hlm. 514), google classroom merupakan aplikasi
multiplatform, yang dapat digunakan oleh pengguna google classroom adalah platform
pembelajaran campuran, yang dikembangkan oleh google untuk sekolah yang bertujuan
untuk menyederhanakan pembuatan, pendistribusian dan penetapan tugas dengan cara
tanpa kertas. Menurut Abdul Barir Hakim, Google classroom adalah bantuan berbasis
web yang diberikan oleh Google sebagai kerangka kerja e-learning. Jadi berdasarkan
teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa Google Classroom adalah salah satu bentuk
pembelajaran online yang dapat digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran yang
menarik. Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu serambi aplikasi
pembelajaran campuran secara online yang dapat digunakan secara gratis. Pendidik bisa
membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau mengundang
para siswanya.
2.6 Fungsi Google Classroom
Google classroom mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana memperlancar komunikasi
antara siswa dengan guru. Aplikasi ini juga berguna untuk siswa belajar menyimak,
membaca, mengirim tugas, dari jarak jauh. Agar lebih praktis, hemat waktu dan
membantu para guru menciptakan dan mengumpulkan tugas dari siswa. Karena pada
situs Google Classroom tertulis bahwa Google Classroom terhubung dengan semua
layanan Google For Education yang lainnya, sehingga pendidik dapat memanfaatkan
Google Mail, Google Drive, Google Calendar, Google Docs, Google Sheets, Google
Slides, dan Google Sites dalam proses pembelajarannya. Sehingga, Google Classroom
dapat membantu mempermudah guru dan siswa untuk melakukan kegiatan belajar
mengajar dengan lebih mendalam, seperti dapat memanfaatkan Google Calendar untuk
mengingatkan peserta didik tentang jadwal atau tugas yang ada, sedangkan penggunaan
Google Drive sebagai tempat untuk menyimpan keperluan pembelajaran seperti Power
Point, File yang perlu digunakan dalam pembelajaran maupun yang lainnya. Selain itu
membuat proses pembelajaran lebih menarik dan lebih efisien dalam hal pengelolaan
waktu, dan tidak ada alasan lagi siswa lupa tentang tugas yang sudah diberikan oleh
pendidik.
3. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin yaitu “movere” yang artinya dorongan aatau daya
penggerak. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan
gairah belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Menurut
Sardiman (2018, hlm. 75), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin keberlangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan araha pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendki oleh subjek belajar dapat tercapai. Menurut Hamzah B. Uno ( 2011 hlm. 23),
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-
unsur yang mendukung. Dari pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik dari dalam
maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan kegairahan belajar
serta memberikan arah pada kegiatan
belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
Menurut Oemar Hamalik (2001, hlm. 161) fungsi motivasi belajar sebagai berikut
:
1. Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau suatu perbuatan. Siswa yang awalnya
tidak mempunyai keinginan untuk belajar. Kemudian terdorong oleh rasa ingin
tahu siswa tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Dengan rasa ingin tahunya
ini siswa terdorong untuk belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, motivasi mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan. Motivasi akan mengarahkan siswa pada
perbuatan-perbuatan yang mendukung pada pencapaian tujuan siswa
sedangkan perbuatan-perbuatan yang kurang mendukung akan dikesampingkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, motivasi diibaratkan sebagai sebuah
mesin pada suatu mobil. Jika mesin baik maka mobil akan melaju dengan
cepat. Jika motivasi belajar siswa besar maka hasil belajar yang didapat pun akan
baik dan maksimal.
4. Program OTKP
4.1 Pengertian Program OTKP
Otomatisasi & Tata Kelola Perkantoran atau biasa disingkat OTKP, dulu bernama
Administrasi Perkantoran atau AP merupakan salah satu cabang bidang keahlian Bisnis
dan Manajemen mempelajari tentang Pengetikan naskah atau dokumen, Penanganan
telepon, Penataan dan pengelolaan surat atau dokumen, Penataan dan pengelolaan arsip,
Penanganan perjalanan bisnis, Penanganan dana kas kecil, Penyiapan pertemuan atau
rapat, Penanganan aplikasi, dan Penanganan informasi melalui internet. Dapat diartikan
lain, OTKP yaitu jurusan administrasi pekantoran yang mempelajari hal-hal administratif
seperti surat-menyurat, pengarsipan, hingga tata cara dan etika kerja di kantor.
D. Hipotesis Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
Adapula kegunaan yang dapat diperoleh dari penelian ini adalah :
a. Bagi Siswa,
Dapat memudahkan siswa dalam mengenal pembelajaran jarak jauh atau
daring dengan menggunakan media pembelajaran daring google classroom
sehingga memudahkan siswa dalam mengakses pembelajaran.
b. Bagi Guru,
Dapat memberikan ide untuk bisa mengatasi berbagai masalah dalam
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media pembelajaran daring khususnya
google classroom.
c. Bagi Sekolah,
Dapat memberikan masukkan serta saran dalam mempertimbangkan
kebijakan sekolah selanjutnya, khususnya dalam penggunaan media pembelajaran
yang baik.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan google classroom adala salah satu
bentuk pembelajaran online yang dapat digunakan oleh guru sebagai media
pembelajaran yang menarik. Selain itu serambi aplikasi pembelajaran campuran
secara online yang dapat digunakan secara gratis.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah dorongan
yang timbul baik dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu
menimbulkan semangat dan kegairahan belajar.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
N
Rumus : n=
1+ Ne ²
Dimana :
n = Jumlah Sampel
N= Jumlah Populasi
e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolelir
sebesar 10%
400
n= = 80
1+ 400(0,1) ²
maka dapat disimpulkan sampel pada penelitian ini menggunakan 80 orang responden.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen peneilitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar angket kuesioner. Alasan peneliti mengumpulkan kuesioner atau angket karena
kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan
pasti variabel yang akan diukur dan apa yang bisa diharapkan dari responden. Untuk
mengukur variabel x dan variabel y dalam angket tersebut, maka peneliti menggunakan
skala Likert untuk mengukur respon, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item soal yang menggunakan skala Likert
mempunya option dengan SS (Sangat Setuju) = 5. S (Setuju) = 4. (Ragu-ragu) = 3. TS
(Tidak Setuju) = 2. STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.
D. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diharapkan maka dalam suatu penelitian
diperlukan teknik pengumpulan data. Langkah ini sangat penting karena data yang
dikumpulkan nanti akan digunakan dalam menguji hipotesis. Pada penelitian ini,
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2015 hlm. 203) observasi merupakan sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik
yang lain, yaitu wawancara dari kuesioner. Observasi dilakukan untuk mengetahui
tentang sekolah yang akan diteliti seperti memperoleh data sekolah, kondisi
sekolah yang berkaitan dengan penelitian. Observasi dilakukan di SMK Negeri 1
Malang.
2. Angket atau Kuesioner
Menurut Sugiyono (2015 hlm.199) berpendapat bahwa kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan degan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden atau dijawabnya.
Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui tentang perbedaan respon siswa
terhadap penggunaan 40 google classroom. Peneliti membuat angket dengan
menggunakan skala Lakert dengan 5 option, yaitu SS (Sangat Setuju) = 5. S
(Setuju) = 4. (Ragu-ragu) = 3. TS (Tidak Setuju) = 2. STS (Sangat Tidak Setuju)
= 1.
3. Dokumentasi
Menurut Riduwan, (2010 hlm.77) Dokumentasi adalah ditujukan untuk
memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data
yang relevan penelitian.
2. Sumber Data
Menurut (Arikunto Suharsimi, 2006) “Sumber data adalah objek dari mana
data yang dapat diperoleh” dalam penjabaran tersebut bahwa sumber data menjadi
salah satu objek yang memang diperoleh untuk mendapatkan gambaran tentang
permasalahan yang diangkat. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Data Primer
Menurut Algifari (1997), data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tanpa melalui perantara). Data primer yang ada
dalam penelitian ini merupakan data kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
E. Analisis Data
Data yang didapat dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif, yang selanjutnya
akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Sugiyono, (2016 hlm.7), data kuantitatif adalah
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Analisis data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
dengan menggunakan SPSS 21. Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda yang
digunakan untuk menganalisis uji hipotesis penelitian. Analis penelitian ini meliputi :
1. Teknik Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis dan wekness (kemencengan distribusi). Ghozali, (2018 hlm.19)
statistic deskriptif adalah untuk memberikan gambaran analisis deskriptif. Pengujian ini
dilakukan untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik
Asumsi Klasik bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang
didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, menunjukkan hubungan signifikan dan
representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi.Ghozali (2018
hlm. 137), uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolonieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual menikuti distribusi normal. Ghozali (2018 hlm.
161), berpendapat jika asumsi dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel yang kecil. Uji normalitas ini dilakukan secara statistik dengan
menggunakan alat analisis One Sample Kolomogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan
dengan membuat hipotesis :
5. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Ghozali, (2018
hlm.142), berpendapat uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual
terhadap variabel independen.
Dasar Pengambilan Keputusan :
a. Tidak terjadi heteroskedastisitas, jika nilai probabilitas signifikan lebih besar
dari tingkat kepercayaan 5%.
b. Terjadi heteroskedastisitas, jika nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari
tingkat kepercayaan 5%.
a. Uji-F
Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependennya.
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut :
a.Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat
kepercayaan 5%.
b.Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel maka Ho ditolak dan menerima HA.
b. Uji t-test
Uji parsial (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak
diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. untuk melakukan uji t dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat
kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 ditolak bila nilai t
lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).
b. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, maka menerima
hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA