Anda di halaman 1dari 15

Keutamaan Memiliki Karakter Jihad Seorang Mukmin Dalam

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam saat ini bisa kita saksikan, meskipun berada di negara yang memiliki mayoritas
muslim tapi melahirkan rasa ketakutan, kekhawatrian, bahkan penindasan pada umatnya
dalam melaksanakan syariat islam. bisa kita saksikan baik di tingkat Kabupaten/kota,
Provinsi, serta Pusat tidak Mampu melahirkan Syariat islam sebagai legalitas bagi umat
islam itu sendiri. Ini membuktikan bahwa islam hari ini tidak memiliki kekuatan sama
sekali dan tidak mampu memberikan rasa amat kepada umat islam itu sendiri, seperti
halnya buih dilautan yang terombang ambing dengan sapuan angin kencang serta derasnya
air.

Islam perlu bangkit untuk mengatur tata kehidupan yang mulai hancur hari ini. Islam
merupakan Din yang menyeluruh, Din yang membawa misi rahmatan lilalamin serta
membawa konsep kepada ummat manusia mengenai persoalan yang terkait dengan suatu
sistem sperti konsep politik, perekonomian, penegakan hukum, dan sebagainya. Kemudian
Dalam bidang politik misalnya, Islam mendudukannya sebagai sarana penjagaan urusan
umat.

Islam meletakkan politik sebagai satu cara penjagaan urusan umat. Islam dan politik
tidak boleh dipisahkan, kerana Islam tanpa politik akan melahirkan terbelenggunya kaum
muslimin yang tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan melaksanakan syariat Islam.
Begitu pula politik tanpa Islam, hanya akan melahirkan masyarakat yang mengagungkan
kekuasaan, jabatan, dan duniawi saja, kosong dari aspek moral dan spiritual. Oleh kerana
itu, politik dalam Islam sangat penting bagi mengingatkan kemerdekaan dan kebebasan
melaksanakan syariat.

Allah berfirman:

ِّ ‫نف َواأْل ُ ُذنَ بِ(اأْل ُ ُذ ِن َو‬


ِّ ِ‫الس( َّن ب‬
ِّ‫الس(ن‬ ِ َ ‫(ال َعي ِْن َواأْل َن(فَ بِ(اأْل‬ ْ ِ‫س َو ْال َع ْينَ ب‬ِ ‫س بِ(النَّ ْف‬ َ ‫َو َكتَ ْبنَ(ا َعلَ ْي ِه ْم فِيهَ(ا أَ َّن النَّ ْف‬
)٤٥( َ‫ك هُ ُم الظَّالِ ُمون‬ (َ ِ‫ارةٌ لَّ ۚهُ َو َمن لَّ ْم يَحْ ُكم بِ َما أَن َز َل هَّللا ُ فَأُو ٰلَئ‬َ َّ‫ق بِ ِه فَه َ(ُو َكف‬ َ َ‫اصٌ فَ َمن ت‬
(َ ‫ص َّد‬ ۚ ‫ص‬ َ ِ‫َو ْال ُجرُو َح ق‬
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat di rumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan aqidah dan furqan serta keterkaitannya?
2. Bagaimana implementasi aqidah dan furqan pada perjuangan islam hari ini?
3. Bagaimana memebentuk umat yang memiliki aqidah dan furqan yang kuat?
Dari rumusan masalah di atas maka penulis merumuskan tujuan penulisan ini sebagai
berikut:

1. Untuk memahai pengertian aqidah dan furqan serta keterkaitannya dalam


perjuangan islam hari ini.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengimplementasian atas pemahaman aqidah dan
furqan pada perjuangan islam hari ini.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara membentuk umat yang memiliki aqidah dan
furqan yang kuat.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN DALIL

2.1 Pengertian Aqidah dan Furqan

Aqidah secara bahasa berasal dari kata (‫ )عقد‬yang berarti ikatan atau bisa dijabarkan
dengan “ma‘uqida‘alaihi al-qalb wa al-dhamir”, yakni sesuatu yang ditetapkan atau yang
diyakini oleh hati dan perasaan dan juga berarti sesuatu yang dipercaya dan diyakini
kebenarannya oleh manusia. Aqidah secara bahasa ialah sesuatu yang dipegang teguh dan
terhujam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih dari padanya.

Sedangkan aqidah menurut istilah merupakan masalah yang wajib dibenarkan oleh
hati dan jiwa agar menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi sebuah kenyataan yang
teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Syekh Hasan Al-
Bannah mengemukakan aqidah sebagai sesuatu yang di haruskan hati membenarkannya
sehingga menjadi ketentraman jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari
kebimbangan dan keragu-raguan. Syekh Muhammad Abduh mengatakan, bahwa ilmu
Akidah ialah, ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib
tetap pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasul-Nya, meyakinkan mereka,
meyakinkan apa yang wajib ada pada mereka, apa yang boleh dihubungkan pada diri
mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka [ CITATION Ham83 \l
1033 ]

Furqan menurut bahasa ialah menceraikan, memecah membagi, membelah dan


memisahkan, Mencerai beraikan.

  

4. dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan
sejelas-jelasnya,

Sedangkan menurut istilah terdapat dalam firman Allah

       


 

1. Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar
Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh ala.(QS AL-Furqan:1)
       

53. dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al kitab (Taurat) dan keterangan yang
membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk (QS AL-
Baqarah:53).

Penjelasan furqan dalam al-quran tidak hanya dua ayat diatas melainkan masih banyak
yang lainnya seperti QS 3:4, QS 2:185. Namun. Penulis mengutip dua ayat diatas sebagai
penjelasan. Furqan merupakan suatu pembeda, pemisah antara yang haq dan yang batil,
pembeda dapat di artikan sebagai sebuah sikap yang dapat membedakan antara yang haq
dan yang batil atau keterangan yang membedakan antara yang haq dan yang Batil. QS
86:13.

Aqidah dan furqan adalah suatu peranan penting bagi setiap umat islam dalam
berdaulah, setiap umat harus mampu membedakan antara haq dan yang bathil serta mampu
menyikapi konsekuensi dari aqidah dan furqan tersebut. Ketaqwaan dan keimanan seorang
umat niscaya akan melahirkan suatu pola/ sikap perbedaan antara kebenaran dan kebatilan.
QS. 8:29. hal ini dapat di refleksikan pada skema berikut ini :

Orang yang memiki aqidah serta furqan dalam dirinya, dia mampu
mengimplementasikan aqidah serta furqan tersebut dalam setiap aspek kehidupannya.
Dengan ciri sebagai berikut:
Segala aspek kehidupan umat islam sudah seharusnya didasari dengan aqidah dan
furqan. Umat islam harus mampu menunjukan aqidah dan furqan dari mulai aspek
ideologi, kepemimpihan, hingga seluruh aspek dalam daulah islamiyah. Umat islam yang
memiliki aqidah serta furqan akan terlihat dari segi ketaatan, sikap, dan orientasi
kepentingan terhadap din islam, tidak ada yang berhak di sembah selain allah, tidak ada
kepentingan selain kepentingan allah rasul dan pimpinannya, dan tidak ada maksud dan
tujuan yang bersifat pribadi melainkan maksud dan tujuan yang berkaitan dengan
perjuangan umat islam.

2.2 Ciri ciri Orang Yang Memiliki Aqidah dan Furqan


1. Kecintaannya tidak melibihi kecintaannya kepada Allah
           
          
         

165. dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (QS AL-Baqarah: 165)

setiap orang memiliki rasa cinta kepada sesamanya baik kepada keluarga ataupun
kepada hal yang lainnya. Namun, bagi umat islam rasa cinta tersebut tidak akan
melibehi kecintaannya kepada Allah. Segala perbuatan, kegiatan, serta kehidupan
umat islam baik harta maupun jiwanya, akan senantiasa mereka curahkan kepada allah
melalui perjuangan din yang terprogram sesuai perintah Allah, Rasul dan
pimpinannya.

2. Tidak Ada yang Ditakuti Kecuali Takutnya Kepada Allah


        
       
         
        
         
    
77. tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan
munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih
sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang)
kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia
ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu
tidak akan dianiaya sedikitpun.(QS An-nisa: 77)

3. Mengorbankan Segalanya untuk Kepentingan Perjuangan Dinul Islam


          
 
207. dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.(Qs AL-
Baqarah:207)

4. Ketaatannya hanya kepada Allah, Rasul, dan Pimpinannya


          
 
52. dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-Nya-lah
ketaatan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada selain Allah? (QS
An-nahl: 52)

      


          
         
  
59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS-An-nisa: 59)

5. Membela Dinul Islam


        
     
        
       
75. mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang
lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya
Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan
berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!".
(QS An-nisa:75)

      


      
      
      
       
       
 
157. (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah
orang-orang yang beruntung. (QS Al-Araf: 157)

2.3 Mencetak Kader yang Memiliki Aqidah dan Furqan yang Kuat
Hijrahnya Rasulullah saw dari Mekkah ke Madinah melalui proses panjang yang
melelahkan, membutuhkan perjuangan dan pengorbanan besar. Selama tiga belas tahun
beliau berdakwah di Mekkah. Banyak ujian iman untuk menggoncang keyakinan dan
akidah kaum Muslimin agar kembali pada keyakinan lama, yakni menyembah berhala.
Mereka diboikot, dikucilkan dari pergaulan masyarakat, dihina, dicacimaki dan
mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan. Namun, keyakinan yang sudah tertanam
kuat dalam hati sanubari umat Islam, membuat mereka tetap istiqamah pada ajaran tauhid
yang dibawa Rasulullah saw dan tetap memiliki semangat ibadah yang kuat.

Untuk membentuk umat yang memiliki aqidah serta furqan di massa ini tidaklah
mudah, melainkan banyak sekali ujian dan rintangan nya. Sistem kenegaraan serta keadaan
masyarkat umum hari ini yng sudah terdoktrin dengan tipu daya para penguasa hari ini
menjadi ujian yang sangat besar dalam membentuk suatu umat yang memiliki akidah dan
furqan yang bersih.

Aqidah dan furqan memilik pengaruh yang sangat besar baik untuk diri seseorang
maupun negara nya. Maka, untuk membentuk umat yang memiliki aqidah serat furqan
haruslah di bentuk dengan orang yang memiliki aqidah serta furqan yang bersih pula,
karena tidak sedikit orang yang awalnya hendak mengubah atau menanamkan aqidah yang
bersih malah dia sendiri yang terkena pengaruh buruk dari orang tersebut. Orang yang
memiliki aqidah serta furqan yang kuat akan menghasilkan aqidah serta furqan yang kuat
pula.
Banyak yang mempengaruhi lemah/kuatnya aqidah seseorang, diantaranya faktor
orang tua, faktor pendidikan, faktor ekonomi dan sosial. Faktor orang tua menjadi faktor
paling berpengaruh. Dalam hadits, Rasulullah SAW menyatakan bahwa setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikan sebagai
yahudi, nasranai, ataupun majusi. Hal ini menunjukan betapa besar peran orang tua dalam
mennetukan aqidah setiap anak. Oleh karena itu, aqidah dan furqan daripada orang tua
sangatlah penting yang bisa mempengaruhi kuatnya aqidah dan furqan keturunananya.
Sebab orang tua lah yang menjad pengawas, pengarah, serta pendidik pertama yang
menanamkan nilai-nilai aqidah serta furqan kepada seseorang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai