Anda di halaman 1dari 2

HASIL WAWANCARA

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia,
tetapi Indonesia belum bisa mensejahterakan penduduknya.Masih banyak penduduk yang
membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah, terutama dalam pendidikan. Masih banyak
anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan hak pendidikan sebagai warga negara
Indonesia. Akan tetapi, tidak sedikit pula anak-anak Indonesia yang menyia-nyiakan
peluang untuk mendapatkan pendidikan. Banyak faktor yang menjadi alasan penduduk
belum mendapatkan hak pendidikan, seperti faktor ekonomi karena banyaknya
kebutuhan yang harus dipenuhi dan minimnya penghasilan yang didapat. Tetapi faktor
tersebut bukanlah mutlak,karena negara menyediakan beasiswa bagi anak yang kurang
cukup dalam ekonomi untuk melakukan pendidikan. Ada beberapa anak yang rela tidak
mencicipi bangku pendidikan karena ingin memenuhi kebutuhan dan menolak
kemiskinan, mereka melakukan berbagai cara untuk dapat memenuhi kebutuhan, sepeti
anak-anak yang berjualan keliling untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan.
Dengan izin Allah SWT. Pada 9 Maret 2019, 12 Maret 2019, dan 16 Maret 2019, kami
telah melakukan wawancara kepada sebagian anak-anak yang berjualan keliling di sekitar
kampus UPI. Dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang,
alasan dari anak-anak yang berjualan keliling di sekitar UPI. Wawancara ini kami
lakukan di sekitar kampus UPI seperti di sekitar masjid Al-furqan UPI dan sekitar
KOPMA BS UPI. Narasumber kami merupakan anak-anak yang berumur sekitar 7-15
tahun. Anak-anak yang seharusnya duduk di bangku SD dan SMP, tetapi karena keadaan
yang memaksa menyebabkan mereka tidak bisa mencicipi bangku sekolah dan bekerja
dengan menjual tisu, vitamin, air mineral keliling di sekitar kampus UPI.
Dari hasil wawancara cara yang kami lakukan di sekitar UPI dapat di jelaskan bahwa ada
anak-anak yang berjualan keliling itu bukan suatu keinginan tetapi paksaan dari keadaan,
dan ada juga yang keinginan dari mereka sendiri karena ingin membantu kedua orang tua
memenuhi kebutuhan. Mereka hampir setiap hari berjualan disekitar UPI, dan terkadang
ada yang berjualan di sekitar masjid darut tauhid geger kalong. Pendapatan yang
diperoleh setiap harinya kurang lebih Rp100.000,00. Tetapi kata mereka pendapatan
yang diperoleh lebih besar dengan berjualan di sekitar UPI dibandingkan disekitar Masjid
Darut tauhid. Karena yang mereka juakan merupakan sebagian dari kebutuhan
mahasiswa, seperti tisu. Adapun latar belakang keluarga dari beberapa narasumber, ada
yang berjualan tisu keliling juga, ada yang menjadi sopir angkot, ada yang tidak bekerja
karena mengurus adik-adik mereka. Tidak sedikit dari narasumber yang berkeinginan
untuk mencicipi bangku sekolah seperti layaknya orang lain. Dan tidak sedikit pula
mereka yang masih diberikan kesempatan menduduki bangku sekolah, seperti Denis,
salah satu narasumber kami yang sekolah di Lugin, dari empat bersaudara hanya Denis
yang bersekolah. Denis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan sekarang
duduk di bangku kelas dua SD. Salutnya dari seorang Denis adalah dia tidak malu
berjualan di sekolahnya demi membantu orang tuanya. Kakanya beranama Indah yang
berumur 14 tahun. Indah ini pernah bersekolah tetapi karena orang tuanya tidak mampu
membiayai, maka indah terapkan keluar dari sekolah.
Keinginan yang tidak bisa dicapai oleh para penjual keliling di sekitar UPI menumbuhkan
motivasi kepada kelompok kami untuk mencari tau latar belakang yang sesungguhnya
serta mencari solusi. Agar pendidikan tidak hanya dirasakan oleh orang yang bisa tetapi
juga untuk orang yang berkeinginan. Karena pendidikan bisa diperoleh tidak hanya di
bangku sekolah, tapi bisa dimana saja. Seperti dilingakaran orang yang ingin membagi
ilmu dan orang yang mau diberi ilmu.

Anda mungkin juga menyukai