Anda di halaman 1dari 15

MARAKNYA ANAK YANG DI PEKERJAKAN DI

LINGKUNGAN UPI

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang diampu Ibu

oleh:

Firda Rachmani 1700196


Hasan Nurpalah 1808507
Demvi Vebiani 1800612
Natalia 18
Mutiara Laksa Z.B 1807372
Farhana 18
Nadya Vianavanka 1800483

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KOTA BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Segala hanya milik Allah Swt., atas segala hidayah-Nya yang tiada
terhingga besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pembuatan makalah  dengan judul
“Maraknya Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan di Lingkungan UPI”. Dalam
menulis makalah ini, kami mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,


karena kesempurnaan hanya milik Allah. Oleh karena itu, kami minta maaf atas
segala kesalahan yang ada. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca. Semoga Allah selalu membimbing kita dalam melalui setiap
jalan yang akan kita tempuh.

Bandung,  18 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Definisi Pekerja Anak......................................................................................3
2.2 Penyebab Maraknya Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan.................3
2.3 Dampak Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan.....................................6
2.4 Analisis Masalah...............................................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SOLUSI....................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................9
3.2 Solusi.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara republik Indonesia memiliki peraturan yang berlandaskan pancasila


dan undang undang dasar 1945. Dimana setiap warga negara mempunyai hak
asasi manusia di dalam kehidupan. Salah satu hak sebagai warga negara dalam
hak asasi manusia adalah hak untuk hidup, hak memperoleh keadilan dan hak atas
rasa aman. Akan tetapi, masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum
memperoleh hak tersebut. Salah satunya, yaitu maraknya anak di bawah umur
yang dipekerjakan terutama di lingkungan UPI. Anak, seyogyanya adalah
gambaran dan cerminan masa depan, aset keluarga, agama, bangsa, negara dan
merupakan generasi penerus di masa yang akan datang. Mereka berhak
mendapatkan kebebasan, menikmati dunianya, dilindungi hak-hak mereka tanpa
adanya pengabaian yang dilakukan oleh pihak tertentu yang ingin memanfaatkan
kesempatan untuk mencari keuntungan priadi. Kasus tersebut juga melanggar
Pancasila sila ke 2. Dimana anak tersebut belum memperoleh keadilan dan tidak
di perlakukan sesuai adab manusia. Oleh karena itu, kelompok kami ingin
membahas dan memberi solusi atas masalah “MARAKNYA ANAK DIBAWAH
UMUR DIPEKERJAKAN DI LINGKUNGAN UPI”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari anak yang di pekerjakan.
2. Apa penyebab maraknya anak dibawah umur dipekerjakan di lingkungan
UPI.
3. Bagaimana cara mengatasi maraknya anak dibawah umur dipekerjakan di
lingkungan UPI.

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui penjelasan mengenai anak di bawah umur yang di
pekerjakan.
2. Untuk mengetahui penyebab banyak nya anak di bawah umur yang di
pekerjakan terutama di lingkungan UPI

1
3. Penulis ingin memberikan solusi terhadap banyak nya anak di bawah umur
yang di pekerjakan terutama di lingkungan UPI

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pekerja Anak
Pekerja atau buruh anak sendiri secara umum adalah anak-anak yang
melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau
untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima
imbalan atau tidak[ CITATION Suy10 \l 1057 ]. Berdasarkan UU Nomor 25/1997
tentang ketenagakerjaan tepatnya ayat 20 disebutkan bahwa yang dimaksud anak
adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun. Umur
tersebut hanya di dapat dari anak-anak yang hanya sekolah sampai tingkat
pendidikan SLTP atau SMP (Sekolah Menengah Pertama). Ataupun apabila anak
sudah bekerja lama maka kemungkinan anak tersebut tidak mendapatkan hak
pendidikan di sekolah maupun tempat formal.

2.2 Penyebab Maraknya Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan

a. Faktor Kemiskinan
Secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar
tingkat hidup rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tngkat keadaan
kesehatan, kehiduan moral, dan rasa harga diri dar mereka yang tergolong
sebagai orang miskin. Masalah kemiskinan ini merupakan salah satu hal
pemicu ( to come) munculnya anak jalanan atau anak yang dipekerjakan.
Anak yang seharusnya mendapatkan penghidupan maupun pendidikan yang
layak di masa kanak-kanak, ternyata harus memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya. Tidak sedikit orang tua yang memperkerjakan anak-anaknya
yang dibawah umur untuk mencari uang bagi kehidupan keluarganya.
Faktor kemiskinan ini merupakan factor yang kuat sebagai salah satu
penyebab munculnya anak jalanan . Tingkat ekonomi keluarga yang sangat
rendah sehingga mereka tidak dapat mencukupi kehidupannya terpaksa
anak-anak mereka menjadi korban, menjadi anak jalanan untuk mencari
kebutuhan ekonomi keluarganya.

3
Irwanto, meneyebutkan bahwa kemiskinan merupakan faktor mendasar
(underlying factor) munculnya pekerja anak. Sedang Bellany mengatakan
bahwa kekuatan yang paling kuat sekali mendorong anak-anak kedalam
lingkungan pekerjaan yang menyebabkan dan melemahkan adalah
eksploitasi dari kemiskinan. Pada bagian lain ILO dan Unicef (1994)
menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam,
dan factor utama anak-anak terjun kedunia kerja. Bencana alam buta huruf,
ketidak berdayaan, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup, yang lebih
lanjut membuat buruk keadaan yang dihadapi keluarga, dan orang tua
miskin merasa terpaksa meletakan anaknnya didunia kerja.
Di Indonesia kemiskinan pun menjadi penyebab utama anak-anak
bekerja. Orang tua membutuhkan tenaga anak-anaknya untuk membantu
meningkatkan pendapatan rumah tangga. Asra mengemukakan bahwa 35%
orang tua akan mengalami penerunan pendapatan rumah tangganya jika
anak mereka bekerja. Sedangkan Imawan dkk menemukan bahwa 23,5%
pendapatan anak yang bekerja diberikan untuk orang tuanya. Hal ini
disebabkan karena anak-anak justru memnutuhkan pekerjaan, karena
keadaan ekonomi keluarganya yang miskin.
Angka kemiskinan begitu tinggi menjadi pemicu munculnya anak-anak
jalanan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat menjadi mata rantai
munculnya anak jalanan yang harus bekerja mencari kebutuhan ekonomi
keluarganya di jalan dalam hal ini membiarkan anak untuk dipekerjakan
berarti menjerumuskan ke dalam lubang kemiskinan.

b. Faktor Disfungsi Keluarga


Selama factor kemiskinan sebagai penyebab munculnya anak jalanan.
Ketidakberfungsian keluarga merupakan salah satu hal pemicu anak jalanan.
Keluarga yang dianggap menjadi tempat yang nyaman menjadi suatu hal
yang tidak nyamana bagi anak. Sering terjadi kekerasan dalam suatu
keluarga ini yang menyebabka anak terjun ke jalanan. Keluarga Broken
Home situasi keluarga yang dipenuhi dengan kekerasan-kekkerasan, konflik
antar orang tua, anak dengan orang tua, kakak dengan adik yang
menyebabkan ketidaknyamanan dalam keluarga, penceraian orang tua,

4
sehingga anak harus dititipkan oleh keluarga maupun orang lain, hal ini
menjadi pemicu munculnya anak jalanan dan mereka mulai mencari kerja
sendiri dengan bantuan orang dewasa yang memanfaatkannya dan
menjadikan dia tidak mendapatkan hak asasi manusianya. Karena tidak
berjalannya fungsi keluarga menyebabkan tidak adanya rasa aman dan
nyaman sehingga anak banyak yang turun kejalan untuk menjadi jalanan.

c. Faktor Budaya / Tradisi / Kebiasaan


suatu budaya dalam keluarga bahwa anak sejak usia muda sudah
melakukan pekerjaan atau sebagai pekerja. Tanpa disadari para orangtua
beranggapan bekerja sebagai pekerja anak sudah merupakan tradisi atau
kebiasaan masyarakat, anak diperintahkan sebagai bekerja dengan alas an
untuk mendapatkan Pendidikan dan persiapan terbaik untuk menghadapi
kehidupan di masyarakat nantinya apabila anak tersebut sudah dewasa.
Pekerja anak sendiri merasa bangga dapat bekerja memperoleh
penghasilan untuk kepentingan sendiri maupun membantu ekonomi
keluarga dan dapat membiayai adik-adiknya sekolah. Kebiasaan
massyarakat, pekerja-pekerja rumah tangga dilakukan oleh anak
perempuannya termasuk menjaga took/warung. Secara tidak disadari adanya
budaya, tradisi, kebiasaan tersebut menghantarkan anak-anaknya sebagai
pekerja anak yang seharusnya belum waktunya untuk bekerja.

d. faktor Pendidikan
berawal dari Pendidikan orangtua yang rendah, adanya keterbatasan
ekonommi dan tradisi, maka banyak orangtua mengambil jalan pntas agar
anaknya berhenti sekolah dan lebih baik bekerja dengan alasan wanita tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi, biaya Pendidikan mahal dan sekolah tinggi
akhirnya jadi pengangguran..
tingkat Pendidikan yang rendah dan ketidakberdayaan ekonomi,
orangtua cenderung berpikirn sempit terhadap masa depan anaknya
sehingga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan anak dimasa mendatang
situasi tersebut mendorong anak untuk memilih menjadi pekerja anak.

5
2.3 Dampak Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan
a. Dampak pofitif dari anak dibawah umur yang dipekerjakan
1. Mendapatkan uang, karena dengan diberikan pekerjaan anak tersebut
dapat memperoleh uang hassil keringat sendiri.
2. Membantu perekonomian keluarga, karena dia dapat membantu ayah
dan ibunya mendapatkan uang sehingga keuangan keluarganya
tercukupi.
3. Mengenal dunia kerja, karena dia akan mengenal berbagai pekerjaan
dan biasanya mencoba berbagai jenis pekerjaan tidak akan anya satu
peerjaan yang dicobanya.

b. Dampak negatif anak dibawah umur dipekerjakan


Mempekerjakan pekerja anak pada dasarnya merupakan suatu hal yang
melanggar hak asasi anak karena pekerjaan pekerja anak selalu berdampak
buruk terhadap perkembangan fisik, emosi dan sosial anak.
1. Dampak pekerjaan terhadap perkembangan fisik anak
Secara fisik pekerja anak lebih rentan dibanding orang dewasa karena
fisik mereka masih dalam pertumbuhan. Bekerja sebagai peerja anak
dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan fisik mereka karena dari
pekerjaannya dapat menimbulkan kecelakaan maupun penyakit.
2. Dampak pekerjaan terhadap perkembangan emosi anak
Pekerja anak sering bekerja dalam lingkungan kerja yang
memungkinkan terjadinya eksploitasi, berbahaya, merendahkan
martabat, derajat da terisolasi. Mereka sering menerima perlakuan yang
sewenang-wenang, kasar dan diabaikan oleh majikan mereka dan peerja
dewasa lainnya. Dampak yang ditimbulkan berupa pekerja anak
menjadi pemarah, pendendam, kasar terhadap teman sebaya atau yang
lebih muda, kurang mempunyai rasa kasih saying terhadap orang lain
dan adanya perasaan empati terhadap orang lain.
3. Dampak pekerjaan terhadap perkembangan sosial anak
Pekerja anak yang tidak mendapatkan kesempatan untuk melakukan
kegiatan seperti bermain, pergi kesekolah dan bersosialisasi dengan
teman sebayanya, tidak mendapatkan Pendidikan dasar yang diperlukan

6
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan, tidak menddapat
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan ikut berpartisipasi
aktif di tengah massyarakat serta menikmati hidup secra wajar biasanya
akan tumbuh menjadi anak yang pasif dan egois sehingga sering
berdampak anak mengalami masalah dalam interaksi/menjalin
kerjassama dengan orang lain dan mereka kurang percaya diri atau
merasa direndahkan.

2.4 Analisis Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak


di dunia, tetapi Indonesia belum bisa mensejahterakan penduduknya.Masih
banyak penduduk yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah, terutama
dalam pendidikan. Masih banyak anak-anak Indonesia yang belum mendapatkan
hak pendidikan sebagai warga negara Indonesia. Akan tetapi, tidak sedikit pula
anak-anak Indonesia yang menyia-nyiakan peluang untuk mendapatkan
pendidikan. Banyak faktor yang menjadi alasan penduduk belum mendapatkan
hak pendidikan, seperti faktor ekonomi karena banyaknya kebutuhan yang harus
dipenuhi dan minimnya penghasilan yang didapat. Tetapi faktor tersebut
bukanlah mutlak,karena negara menyediakan beasiswa bagi anak yang kurang
cukup dalam ekonomi untuk melakukan pendidikan. Ada beberapa anak yang rela
tidak mencicipi bangku pendidikan karena ingin memenuhi kebutuhan dan
menolak kemiskinan, mereka melakukan berbagai cara untuk dapat memenuhi
kebutuhan, sepeti anak-anak yang berjualan keliling untuk membantu orang tua
memenuhi kebutuhan.
Dengan izin Allah SWT. Pada 9 Maret 2019, 12 Maret 2019, dan 16 Maret
2019, kami telah melakukan wawancara kepada sebagian anak-anak yang
berjualan keliling di sekitar kampus UPI. Dengan tujuan untuk memperoleh
informasi mengenai latar belakang, alasan dari anak-anak yang berjualan keliling
di sekitar UPI. Wawancara ini kami lakukan di sekitar kampus UPI seperti di
sekitar masjid Al-furqan UPI dan sekitar KOPMA BS UPI. Narasumber kami
merupakan anak-anak yang berumur sekitar 7-15 tahun. Anak-anak yang
seharusnya duduk di bangku SD dan SMP, tetapi karena keadaan yang memaksa

7
menyebabkan mereka tidak bisa mencicipi bangku sekolah dan bekerja dengan
menjual tisu, vitamin, air mineral keliling di sekitar kampus UPI.
Dari hasil wawancara cara yang kami lakukan di sekitar UPI dapat di
jelaskan bahwa ada anak-anak yang berjualan keliling itu bukan suatu keinginan
tetapi paksaan dari keadaan, dan ada juga yang keinginan dari mereka sendiri
karena ingin membantu kedua orang tua memenuhi kebutuhan. Mereka hampir
setiap hari berjualan disekitar UPI, dan terkadang ada yang berjualan di sekitar
masjid darut tauhid geger kalong. Pendapatan yang diperoleh setiap harinya
kurang lebih Rp100.000,00. Tetapi kata mereka pendapatan yang diperoleh lebih
besar dengan berjualan di sekitar UPI dibandingkan disekitar Masjid Darut tauhid.
Karena yang mereka juakan merupakan sebagian dari kebutuhan mahasiswa,
seperti tisu. Adapun latar belakang keluarga dari beberapa narasumber, ada yang
berjualan tisu keliling juga, ada yang menjadi sopir angkot, ada yang tidak bekerja
karena mengurus adik-adik mereka. Tidak sedikit dari narasumber yang
berkeinginan untuk mencicipi bangku sekolah seperti layaknya orang lain. Dan
tidak sedikit pula mereka yang masih diberikan kesempatan menduduki bangku
sekolah, seperti Denis, salah satu narasumber kami yang sekolah di Lugin, dari
empat bersaudara hanya Denis yang bersekolah. Denis merupakan anak kedua
dari empat bersaudara dan sekarang duduk di bangku kelas dua SD. Dia tidak
malu berjualan di sekolahnya demi membantu orang tuanya. Kakanya beranama
Indah yang berumur 14 tahun. Indah ini pernah bersekolah tetapi karena orang
tuanya tidak mampu membiayai, maka indah terapkan keluar dari sekolah.
Keinginan yang tidak bisa dicapai oleh para penjual keliling di sekitar UPI
menumbuhkan motivasi kepada kelompok kami untuk mencari tau latar belakang
yang sesungguhnya serta mencari solusi. Agar pendidikan tidak hanya dirasakan
oleh orang yang bisa tetapi juga untuk orang yang berkeinginan. Karena
pendidikan bisa diperoleh tidak hanya di bangku sekolah, tapi bisa dimana saja.
Seperti dilingakaran orang yang ingin membagi ilmu dan orang yang mau diberi
ilmu.

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SOLUSI
3.1 Kesimpulan

Permasalahan pekerja anak di Indonesia akan semakin rumit jika dibiarkan


saja. Semakin hari semakin meningkat jumlah anak yang menjadi pekerja, jika
tidak dilindungi oleh undang-undang, maka semakin besar pula peluang
pengekploitasian hak asasi anak dan memperbesar angka kemiskinan penduduk
baik di desa maupun di kota. Banyak penyebab anak sebagai pekerja, salah satu
yang paling mendasar adalah alasan kebutuhan sosial-ekonomi, selain seorang
anak memutuskan untuk menjadi pekerja anak adalah keinginan sendiri. Pekerja
anak tersebar pada beberapa sektor baik formal maupun informal dengan tingkat
pendapatan rendah dan perlindungan ketenagakerjaan yang tidak pasti. Untuk
mengatasi masalah pekerja anak dan anak putus sekolah, seyogianya pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil, seperti menyediakan
lapangan kerja, memberikan bekal keterampilan dan modal usaha yang dapat
dikembangkan, misalnya melalui koperasi unit desa. Hal yang tidak kalah penting
adalah sosialisasi atau kampanye mengenai pentingnya pendidikan. Memberikan
pemahaman tentang arti pendidikan bagi generasi lanjut sangat mendesak
dilakukan. Hal ini mengingat para orang tua dan anak cenderung berpikir pendek,
yakni bekerja mencari uang untuk bertahan hidup. Sosialisasi bisa dilakukan siapa
saja, baik oleh lembaga pemerintahan maupun organisasi kemasyarakatan.

3.2 Solusi

Untuk mencegah pekerja anak dibawah umur di sekitar kampus Universitas


Pendidikan Indonesia menurut kelompok kami sebagai berikut:
1. Memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai penting nya suatu
pendidikan bagi anak oleh mahasiswa terutama mahasiswa Universutas
Pendidikan Indonesia baik yang mengambil jurusan pendidikan maupun
nonpendidikan.
2. Membuat sebuah organisasi mahasiswa yang bergerak di bidang sosial
dan pengembangan anak terutama bagi anak yang mengalami
kesenjangan ekonomi sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan
formalnya.
3. Bekerja sama dengan pemerintahan setempat dalam hal penanganan anak
terutama anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan formalnya.

9
4. Bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk membangun fasilitas
umum yang dapat memberikan edukasi bagi anak, seperti taman baca,
taman pintar dan lain sebagainya yang bisa dijadikan tempat oleh
mahasiswa dalam mengabdikan dirinya sebagai calon pendidik terutama
dalam hal memberikan pendidikan kepada anak secara nonformal.
5. Evaluasi serta pengontrolan dalam setiap program supaya program bisa
berjalan dengan baik serta mampu menjadi solusi dan mampu
memberikan hak kepada seorang anak mengenai hak dalam mendapatkan
pendidikan yang layak.

10
DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, B. (2010). Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.

11

Anda mungkin juga menyukai