LINGKUNGAN UPI
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang diampu Ibu
oleh:
Segala hanya milik Allah Swt., atas segala hidayah-Nya yang tiada
terhingga besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pembuatan makalah dengan judul
“Maraknya Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan di Lingkungan UPI”. Dalam
menulis makalah ini, kami mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Definisi Pekerja Anak......................................................................................3
2.2 Penyebab Maraknya Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan.................3
2.3 Dampak Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan.....................................6
2.4 Analisis Masalah...............................................................................................7
BAB III KESIMPULAN DAN SOLUSI....................................................................9
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................9
3.2 Solusi.................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui penjelasan mengenai anak di bawah umur yang di
pekerjakan.
2. Untuk mengetahui penyebab banyak nya anak di bawah umur yang di
pekerjakan terutama di lingkungan UPI
1
3. Penulis ingin memberikan solusi terhadap banyak nya anak di bawah umur
yang di pekerjakan terutama di lingkungan UPI
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pekerja Anak
Pekerja atau buruh anak sendiri secara umum adalah anak-anak yang
melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau
untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan menerima
imbalan atau tidak[ CITATION Suy10 \l 1057 ]. Berdasarkan UU Nomor 25/1997
tentang ketenagakerjaan tepatnya ayat 20 disebutkan bahwa yang dimaksud anak
adalah orang laki-laki atau wanita yang berumur kurang dari 15 tahun. Umur
tersebut hanya di dapat dari anak-anak yang hanya sekolah sampai tingkat
pendidikan SLTP atau SMP (Sekolah Menengah Pertama). Ataupun apabila anak
sudah bekerja lama maka kemungkinan anak tersebut tidak mendapatkan hak
pendidikan di sekolah maupun tempat formal.
a. Faktor Kemiskinan
Secara singkat kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standar
tingkat hidup rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang
rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap tngkat keadaan
kesehatan, kehiduan moral, dan rasa harga diri dar mereka yang tergolong
sebagai orang miskin. Masalah kemiskinan ini merupakan salah satu hal
pemicu ( to come) munculnya anak jalanan atau anak yang dipekerjakan.
Anak yang seharusnya mendapatkan penghidupan maupun pendidikan yang
layak di masa kanak-kanak, ternyata harus memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya. Tidak sedikit orang tua yang memperkerjakan anak-anaknya
yang dibawah umur untuk mencari uang bagi kehidupan keluarganya.
Faktor kemiskinan ini merupakan factor yang kuat sebagai salah satu
penyebab munculnya anak jalanan . Tingkat ekonomi keluarga yang sangat
rendah sehingga mereka tidak dapat mencukupi kehidupannya terpaksa
anak-anak mereka menjadi korban, menjadi anak jalanan untuk mencari
kebutuhan ekonomi keluarganya.
3
Irwanto, meneyebutkan bahwa kemiskinan merupakan faktor mendasar
(underlying factor) munculnya pekerja anak. Sedang Bellany mengatakan
bahwa kekuatan yang paling kuat sekali mendorong anak-anak kedalam
lingkungan pekerjaan yang menyebabkan dan melemahkan adalah
eksploitasi dari kemiskinan. Pada bagian lain ILO dan Unicef (1994)
menyebutkan bahwa kemiskinan merupakan akar permasalahan terdalam,
dan factor utama anak-anak terjun kedunia kerja. Bencana alam buta huruf,
ketidak berdayaan, kurangnya pilihan untuk bertahan hidup, yang lebih
lanjut membuat buruk keadaan yang dihadapi keluarga, dan orang tua
miskin merasa terpaksa meletakan anaknnya didunia kerja.
Di Indonesia kemiskinan pun menjadi penyebab utama anak-anak
bekerja. Orang tua membutuhkan tenaga anak-anaknya untuk membantu
meningkatkan pendapatan rumah tangga. Asra mengemukakan bahwa 35%
orang tua akan mengalami penerunan pendapatan rumah tangganya jika
anak mereka bekerja. Sedangkan Imawan dkk menemukan bahwa 23,5%
pendapatan anak yang bekerja diberikan untuk orang tuanya. Hal ini
disebabkan karena anak-anak justru memnutuhkan pekerjaan, karena
keadaan ekonomi keluarganya yang miskin.
Angka kemiskinan begitu tinggi menjadi pemicu munculnya anak-anak
jalanan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat menjadi mata rantai
munculnya anak jalanan yang harus bekerja mencari kebutuhan ekonomi
keluarganya di jalan dalam hal ini membiarkan anak untuk dipekerjakan
berarti menjerumuskan ke dalam lubang kemiskinan.
4
sehingga anak harus dititipkan oleh keluarga maupun orang lain, hal ini
menjadi pemicu munculnya anak jalanan dan mereka mulai mencari kerja
sendiri dengan bantuan orang dewasa yang memanfaatkannya dan
menjadikan dia tidak mendapatkan hak asasi manusianya. Karena tidak
berjalannya fungsi keluarga menyebabkan tidak adanya rasa aman dan
nyaman sehingga anak banyak yang turun kejalan untuk menjadi jalanan.
d. faktor Pendidikan
berawal dari Pendidikan orangtua yang rendah, adanya keterbatasan
ekonommi dan tradisi, maka banyak orangtua mengambil jalan pntas agar
anaknya berhenti sekolah dan lebih baik bekerja dengan alasan wanita tidak
perlu sekolah tinggi-tinggi, biaya Pendidikan mahal dan sekolah tinggi
akhirnya jadi pengangguran..
tingkat Pendidikan yang rendah dan ketidakberdayaan ekonomi,
orangtua cenderung berpikirn sempit terhadap masa depan anaknya
sehingga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan anak dimasa mendatang
situasi tersebut mendorong anak untuk memilih menjadi pekerja anak.
5
2.3 Dampak Anak di Bawah Umur yang di Pekerjakan
a. Dampak pofitif dari anak dibawah umur yang dipekerjakan
1. Mendapatkan uang, karena dengan diberikan pekerjaan anak tersebut
dapat memperoleh uang hassil keringat sendiri.
2. Membantu perekonomian keluarga, karena dia dapat membantu ayah
dan ibunya mendapatkan uang sehingga keuangan keluarganya
tercukupi.
3. Mengenal dunia kerja, karena dia akan mengenal berbagai pekerjaan
dan biasanya mencoba berbagai jenis pekerjaan tidak akan anya satu
peerjaan yang dicobanya.
6
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan, tidak menddapat
kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan ikut berpartisipasi
aktif di tengah massyarakat serta menikmati hidup secra wajar biasanya
akan tumbuh menjadi anak yang pasif dan egois sehingga sering
berdampak anak mengalami masalah dalam interaksi/menjalin
kerjassama dengan orang lain dan mereka kurang percaya diri atau
merasa direndahkan.
7
menyebabkan mereka tidak bisa mencicipi bangku sekolah dan bekerja dengan
menjual tisu, vitamin, air mineral keliling di sekitar kampus UPI.
Dari hasil wawancara cara yang kami lakukan di sekitar UPI dapat di
jelaskan bahwa ada anak-anak yang berjualan keliling itu bukan suatu keinginan
tetapi paksaan dari keadaan, dan ada juga yang keinginan dari mereka sendiri
karena ingin membantu kedua orang tua memenuhi kebutuhan. Mereka hampir
setiap hari berjualan disekitar UPI, dan terkadang ada yang berjualan di sekitar
masjid darut tauhid geger kalong. Pendapatan yang diperoleh setiap harinya
kurang lebih Rp100.000,00. Tetapi kata mereka pendapatan yang diperoleh lebih
besar dengan berjualan di sekitar UPI dibandingkan disekitar Masjid Darut tauhid.
Karena yang mereka juakan merupakan sebagian dari kebutuhan mahasiswa,
seperti tisu. Adapun latar belakang keluarga dari beberapa narasumber, ada yang
berjualan tisu keliling juga, ada yang menjadi sopir angkot, ada yang tidak bekerja
karena mengurus adik-adik mereka. Tidak sedikit dari narasumber yang
berkeinginan untuk mencicipi bangku sekolah seperti layaknya orang lain. Dan
tidak sedikit pula mereka yang masih diberikan kesempatan menduduki bangku
sekolah, seperti Denis, salah satu narasumber kami yang sekolah di Lugin, dari
empat bersaudara hanya Denis yang bersekolah. Denis merupakan anak kedua
dari empat bersaudara dan sekarang duduk di bangku kelas dua SD. Dia tidak
malu berjualan di sekolahnya demi membantu orang tuanya. Kakanya beranama
Indah yang berumur 14 tahun. Indah ini pernah bersekolah tetapi karena orang
tuanya tidak mampu membiayai, maka indah terapkan keluar dari sekolah.
Keinginan yang tidak bisa dicapai oleh para penjual keliling di sekitar UPI
menumbuhkan motivasi kepada kelompok kami untuk mencari tau latar belakang
yang sesungguhnya serta mencari solusi. Agar pendidikan tidak hanya dirasakan
oleh orang yang bisa tetapi juga untuk orang yang berkeinginan. Karena
pendidikan bisa diperoleh tidak hanya di bangku sekolah, tapi bisa dimana saja.
Seperti dilingakaran orang yang ingin membagi ilmu dan orang yang mau diberi
ilmu.
8
BAB III
KESIMPULAN DAN SOLUSI
3.1 Kesimpulan
3.2 Solusi
9
4. Bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk membangun fasilitas
umum yang dapat memberikan edukasi bagi anak, seperti taman baca,
taman pintar dan lain sebagainya yang bisa dijadikan tempat oleh
mahasiswa dalam mengabdikan dirinya sebagai calon pendidik terutama
dalam hal memberikan pendidikan kepada anak secara nonformal.
5. Evaluasi serta pengontrolan dalam setiap program supaya program bisa
berjalan dengan baik serta mampu menjadi solusi dan mampu
memberikan hak kepada seorang anak mengenai hak dalam mendapatkan
pendidikan yang layak.
10
DAFTAR PUSTAKA
11