Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2088 – 5369

ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG PADA PENGGORENGAN BERULANG


IKAN NILA (Oreochromis Niloticus) BERDASARKAN PARAMETER ASAM LEMAK
BEBAS, TITIK ASAP, INDEKS BIAS, DAN VISKOSITAS

QUALITY OF OIL USED TO FRY NILA FISH REPEATEDLY


BASED ON FFA, SMOKE POINT, REFRACTION INDEX, AND VISCOSITY
PARAMETERS

Budiyanto*, Devi Silsia dan Lukas Morasi Lumban Tobing


Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
*E-mail: budi_budiyanto@gmail.com

ABSTRACT

Oil is one of the important basic material in the process of frying and it is functioned as heat transfer
media. During a process of frying, oil is experiencing quality declaining to be marked by forming free
fatty acid and peroxides as the result of oxidation or triglyceride hydrolysis. This research aimed to
determine the limit of usage and study on the quality change of oil used to fry nila fish repeatedly.
Process of frying was done by applying two methods; with new oil added and with no oil added during
the process of frying. Parameters observed were the free fatty acid (ffa), smoke point, refraction index,
and viscocity. Result of the research showed that both method of frying could be repeated up to ten
continues process of frying to have the oil quality within the standard limit of deterioration. At the tenth
process of frying, for both method of frying, the ffas of the used oils were 0.5 % and 0.3 % that were
lower then the standar ( 0.9132 %); the points of smoke were 200°C and 203.33°C compare to the
standar (170°C); the viskositis were 15.29191 Cp and 15.07 Cp that were less than the standar (21.6
Cp); and the refraction indexes were 0.81 and 0.96 that were lower than the standar of oil deteriorated
(1.46).
Keywords: Oil quality, with new oil added, with no new oil added, repeated frying

ABSTRAK

Minyak merupakan bahan dasar yang penting dalam proses penggorengan bagi industri penggorengan
dengan fungsi utama sebagai medium penghantar panas. Selama pemanasan atau penggorengan, minyak
mengalami kerusakan atau penurunan kualitas yang ditandai dengan terbentuknya asam lemak bebas dan
senyawa peroksida sebagai akibat reaksi oksidasi atau hidrolisis trigliserida. Penelitian ini bertujuan
menentukan batas pemakaian dan mengkaji perubahan minyak goreng pada penggorengan ikan nila
secara berulang. Penggorengan dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tanpa
penambahan minyak dan metode dengan penambahan minyak baru.Variabel yang diamati pada
penelitian ini adalah Asam lemak bebas, Titik asap, Indeks bias, dan Viskositas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggorengan secara berulang dengan metode tanpa penambahan minyak baru
maupun metode dengan penambahan minyak baru dapat mencapai ulangan 10 kali dengan status masih
layak untuk dipakai lebih lanjut atau masih dibawah standart kerusakan. Pada kedua metode
penggorengan tanpa dan dengan penambahan minyak goreng baru khususnya pada ulangan ke-10 nilai
ffa adalah 0.5 % dan 0.3 % dengan standar kerusakan 0.9132 %. Adapun variabel titik asap mencapai
200°C dan 203.33°C dengan standar kerusakan titik asap yaitu 170°C. Pada variabel Viskositas
ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG PADA PENGGORENGAN BERULANG

mencapai 15.29191 Cp dan 15.07 Cp dengan standar kerusakan Viskositas yaitu 21.6 Cp. Sedangkan
pada variabel pengamatan Indeks bias mencapai 0.81 dan 0.96 dengan nilai standar rusak indeks bias
yaitu 1.46.
Kata kunci: kualitas minyak goreng, tanpa penambahan minyak baru, penambahan minyak baru,
penggorengan berulang

PENDAHULUAN minyak segar menurunkan pembentukan


komponen polar, diacylglycerol, dan asam
Menggoreng adalah suatu teknik lemak serta mampu meningkatkan
pemasakan melalui kontak minyak atau umur/masa penggorengan dan kualitas
lemak panas yang melibatkan pindah panas minyak (Romero et al.,1998).
dan pindah massa secara simultan. Menurut Tujuan yang ingin dicapai dalam
Blumethal (1996), secara umum dikenal dua penelitian ini adalah untuk Menentukan
teknik menggoreng, yaitu menggoreng batas pemakaian dan mengkaji perubahan
gangsa (pan frying/contact frying) dan deep minyak goreng pada penggorengan ikan
frying. Teknik menggoreng gangsa (pan nila secara berulang.
frying/contact frying) ditandai dengan bahan
secara langsung bersentuhan dengan METODE PENELITIAN
pemanas dan hanya dibatasi oleh selaput
tipis minyak, sedangkan deep frying Penelitian ini dilaksanakan di
merupakan proses menggoreng yang Laboratorium Teknologi Industri Pertanian,
memungkinkan bahan pangan terendam Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
dalam minyak dan seluruh bagian Pertanian, Laboratorium Fisika, Fakultas
permukaannya mendapat perlakuan panas MIPA, Universitas Bengkulu. Penelitian ini
yang sama mencapai suhu 200⁰C-250⁰C telah dilaksanakan pada bulan Juni
Ikan nila memiliki kandungan lemak 2014.Alat yang digunakan pada penelitian
7,01% dan air 4,28% per 100 gram berat ini adalah pisau, deep frying, saringan,
ikan, pada kandungan ikan nila tersebut kompor gas, baskom, talenan, gelas ukur,
dapat menyebabkan terjadinya Reaksi thermometer 250⁰C, timbangan analitik,
oksidasi oleh oksigen dan reaksi hidrolisis gelas kimia, piring, hotplate, oven, pipet
oleh kandungan air pada abahan terhadap tetes, tabung reaksi, erlmenyer, Buret, Statif
asam lemak tidak jenuh yang akan dan bahan yang digunakan pada penelitian
menyebabkan terbentuknya peroksida, ini adalah minyak goreng kemasan, ikan
aldehid serta asam-asam lemak berantai Nila, air, Aquades, Larutan PP 0.1, NaOH,
pendek yang dapat menimbulkan perubahan Alkohol 96%.
organoleptik yang tidak disukai seperti Pada penelitian ini digunakan dua
perubahan bau dan flavour (ketengikan) jenis metode perlakuan untuk mengukur
(Leksono et al, 2001). kualitas minyak goreng berdasarkan asam
Penambahan minyak segar selama lemak bebas, titik asap, indeks bias, dan
penggorengan dapat menggantikan minyak viskositas. Pengujian dilakukan sebanyak 3
yang terserap ke dalam makanan gorengan kali pengulangan dan setiap kali
(Fardiaz 1996). Semakin tinggi ratio pengulangan dilakukan sebanyak 10 kali
minyak segar yang ditambahkan dalam penggorengan. Adapun dua jenis metode
penggorengan maka kualitas minyak perlakuan yang digunakan adalah Tanpa
menjadi lebih baik. Frekuensi penambahan penambahan minyak baru(A) dan dengan

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43 | 37


Budiyanto, D. Silsia dan L.M.L. Tobing

penambahan minyak baru (B). Jadi unit Variabel pengamatan pada penelitian
percobaan pada penelitian ini adalah 2 X 3 ini ada 2 sifat yaitu Sifat Kimia yakni Asam
X 10 = 60 unit percobaan. Setiap kali Lemak Bebas (ALB).dan Sifat Fisika yakni
penggorengan diambil sampel sebanyak 50 Indeks bias, Viskositas, dan Titik asap.Batas
ml dan pada metode perlakuan penambahan kerusakan minyak goreng pada
minyak baru setiap kali penggorengan penggorengan ikan nila di bandingkan
diambil sampel sebanyak 50 ml dan dengan standar resmi kerusakan
ditambahakan minyak baru sebanyak 50 ml
setiap kali penggorengan.

Tabel 1. Batas kerusakan minyak goreng

No Parameter Refrensi Batas kerusakan


1 Asam lemak bebas Berger, 2005 0.9132%
2 Titik asap Berger, 2005 170⁰C
3 Indeks bias Perkins, 1995 1.4628
4 Viskositas Negara Belgi 21,6 Cp

Analisa Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Data hasil pengamatan selama
penelitian ini disajikan dalam bentuk table Rerata hasil pengukuran parameter
dan grafik untuk dianalisis secara deskritif; kualitas minyak pada penggorengan
dan juga dianalisa keragamannya untuk berulang baik dengan penambahan
dibandingkan antara perlakuan yang satu
minyakbaru ataupun tanpa penambahan
dengan lainnya.
minyak disajikan pada Tebl 2

Tabel 2. Rerata hasil pengukuran parameter kualitas minyak pada penggorengan berulang

Jenis Frekuensi Variabel Pengamatan


Penggorengan Penggorengan ALB Titik Asap Indeks Bias Viskositas
1 0.2a 220.66a 1.3649a 29.0367a
2 0.2a 216.66b 1.3585a 29.56a
3 0.2a 215 b
1.3377ab 30.84a
4 0.2a 211c 1.3159ab 31.49a
Tanpa
5 0.2a 208 d
1.3130ab 31.5367a
penambahan
6 0.3b 205.33e 1.3021ab 32.363a
Minyak Baru
7 0.3b 205.33e 1.2822ab 31.453a
8 0.3667c 203.33 e
1.2667ab 33.3067a
9 0.4d 200.33f 1.2667ab 34.6267a
10 0.5e 200 f
1.2140b 34.8167a

38| Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43


ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG PADA PENGGORENGAN BERULANG

Jenis Frekuensi Variabel Pengamatan


Penggorengan Penggorengan
ALB Titik Asap Indeks Bias Viskositas
1 0.13a 220.33a 1.4429a 28.09a
2 0.2b 218.33ab 1.4225b 30.163bc
3 0.2b 216.66bc 1.4154b 30.1667bc
4 0.2b 215cd 1.4022bc 30.8767bc
Dengan
5 0.2b 213de 1.4022bc 31.8167bc
Penambahan
6 0.2b 211.33e 1.3893cd 32.03bc
Minyak Baru
7 0.2b 209f 1.3831cde 32.29c
8 0.23bc 208f 1.3738de 32.3267c
9 0.2667cd 205.33g 1.3707de 33.32c
10 0.3d 203.33g 1.3677e 34.32c
Keterangan:
 Rata-rata pada kolom yang sama bila diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan perbedaan
nyata dengan tingkat kepercayaan 95%.

Asam Lemak Bebas (ALB) digunakan, pada awal proses asam lemak
Asam lemak bebas merupakan hasil bebas dihasilkan melalui proses pemecahan
hidrolisis dari trigliserida. Pada saat minyak oksidasi.

1
KONTROL
0.8
0.6
A
%

0.4
0.2 B
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 BATAS MINYAK
RUSAK
Penggorengan ke-

Gambar 1. Perubahan nilai asam lemak bebas selama proses penggorengan

Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa 1991, bahwa untuk minyak yang sudah
kadar sama lemak bebas pada kedua metode digunakan tidak layak kembali atau rusak
yang digunakan mengalami peningkatan bila bilangan asamnya mencapai 2% dan
selama proses penggorengan, namun pada titik asap minimum 170ºC (Berger, 2005).
penggorengan dengan metode tanpa Bilangan asam bisa dikonversikan menjadi
penambahan lebih cepat meningkat kadar asam lemak bebas. Bilangan asam
kandungan asam lemak bebas daripada 2%, bila dikonversikan menjadi kadar asam
metode dengan penambahan minyak baru. lemak bebas menjadi 0,9132 %. Pada
Peraturan yang dibuat oleh para ahli penggorengan ke-1 hingga penggorengan
kimia di Jerman dan diadopsi D G F tahun

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43 | 39


Budiyanto, D. Silsia dan L.M.L. Tobing

ke-10 pada kedua metode masih layak air dalam minyak belum terlalu banyak,
digunakan untuk lebih lanjut. tetapi pada proses penggorengan
Peningkatan kadar asam lemak bebas selanjutnya kadar air pada minyak semakin
karena penggunaan minyak yang semakin bertambah.
lama digunakan dan adanya air pada minyak
sehingga terjadi hidrolisis pada minyak, hal Titik Asap
ini sesuai pernyataan Sulieman et al.,(2001) Titik asap adalah temperatur pada saat
bahwa kenaikan kadar asam lemak bebas lemak atau minyak menghasilkan asap tipis
karena pada saat awal penggorengan, kadar yang kebiru-biruan pada pemanasan.
250

200

150
A
⁰C

100 B
50 Batas Rusak

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggorengan ke-
Gambar 2. Perubahan nilai titik asap selama proeses penggorengan

Berdasarkan gambar 3 terlihat metode tanpa penambahan minyak baru


bahwa selama proses penggorengan dengan maupun dengan panambahan minyak baru
menggunakan suhu 180⁰C-185⁰C tititk asap pada penggorengan ke-1 hingga
mengalamai penurunan pada metode tanpa penggorengan ke-10 karena masih diatas
penambahan minyak baru maupun standar kualitas.
penambahan minyak baru. Hasil penelitian Menurut (Gerde et al, 2007; Ahmad,
ini sama dengan yang dilakukan oleh 2005; Winarno, 2005), minyak dengan titik
Hutasoit (2010), semakin lama waktu asap yang rendah memiliki asam lemak
penggorengan kerupuk jalin dengan minyak bebas yang tinggi, kualitas minyak goreng
goreng kemasan dan minyak goreng curah, dapat ditentukan pula oleh titik asap, apabila
titik asapnya semakin turun. titik asap semakin rendah maka semakin
Batas kerusakan minyak atau minyak cepat terbentuknya akreolin.
tidal layak digunakan kembali dapat
diteentukan titik asapnya. Titik asap 170ºC Indeks Bias
merupakan standar minimum yang Indeks bias didefinisikan sebagai rasio
digunakan untuk menyatakan bahwa antara kecepatan cahaya di udara dengan
minyak tersebut sudah mencapai batas kecepatan cahaya pada medium pada
kerusakan (Berger, 2005).Dengan demikian
suhudan panjang gelombang tertentu.
standar kualitas titik asap pada penelitian ini
masih dikatakan layak untuk dipakai pada Grafik hasil analisa viskositas dapat dilihat
pada Gambar 4

40| Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43


ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG PADA PENGGORENGAN BERULANG

1.6
1.4 TANPA PENAMBAHAN
1.2 MINYAK BARU
1
0.8 PENAMBAHAN MINYAK
0.6 BARU
0.4
0.2 kontrol
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Batas Rusak
Penggorengan ke-

Gambar 3. Perubahan nilai indeks bias selama proses penggorengan

Berdasarakan gambar 3, terlihat bahwa minyak baru, hal ini di pengaruhi oleh
indeks bias mengalami penurunan selama kekeruhan minyak setiap pengulangan
proses penggorengan, pada penggorengan penggorengan.
tanpa penambahan minyak sangat lebih Semakin sering minyak goreng
cepat mengalami penurunan indeks bias dipanaskan maka sudut polarisasinya akan
dibandingkan dengan metode penambahan semakin besar, hal ini terjadi karena proses
minyak baru. pemanasan telah mengubah sifat-sifat fisik
Standar kerusakan minyak berdasarkan dari minyak goreng itu sendiri sehingga
indeks bias mengacu pada standar mutu sifat optis dan sudut polarisasi pada minyak
bilangan iod yaitu >44. Konversi bilangan juga mengalami perubahan. Setelah
iod ke indeks bias menurut Perkins (1995) dipanaskan, tingkat kekentalan minyak akan
yaitu dengan menggunakan rumus : menurun. Secara langsung tidak terlihat
RI (Refractive Index) = 1.45765 + perbedaan tingkat kekeruhan atau
0.0001164 IV (Iod Value), sehingga indeks kejernihan dari minyak goreng antara 1 kali
biasnya yaitu sebesar 1.4628 pemanasan, 2 kali pemanasan, 3 kali
Menurut Perkins (1995) standar pemanasan, sampai 5 kali pemanasan tetapi
kerusakan minyak goreng parameter indeks sudut polarisasinya berubah (Nuraniza,
bias yaitu 1.4628, dengan demikian kualitas 2013).
minyak goreng pada metode tanpa
penambahan minyak baru dan degan Viksositas
penambahan minyak baru sudah tidak layak Viskositas merupakan ukuran yang
lagi untuk digunakan karena sudah dibawah menyatakan kekentalan suatu cairan atau
standar kualitas, namun pada metode tanpa fluida. Kekentalan pada minyak dapat
penambahan minyak baru lebih cepat
berpengaruh pada mutu minyak. hasil
mengalami penurunan indeks bias
dibandingkan dengan metode penambahan analisa viskositas dapat dilihat pada Gambar
4.

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43 | 41


Budiyanto, D. Silsia dan L.M.L. Tobing

25
20
15
Cp

10 A
B
5
BATAS KERUSAKAN
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggorengan ke-
Gambar 4. Perubahan nilai viskositas selama proses penggorengan

Berdasarkan gambar 5. Terlihat KESIMPULAN


bahwa viskositas minyak mengalami
kenaikan selama proses penggorengan pada Berdasarkan variabel pengamatan
metode tanpa penambahan minyak baru asam lemak bebas, titik asap, dan viskositas
maupun dengan penambahan minyak baru. minyak goreng yang telah dipakai secara
Walaupun demikian viskositas minyak berulang hingga ulangan ke-10 masih layak
dalam studi ini masih baik & belum untuk digunakan lebih lanjut pada metode
melewati viskositas batas kerusakan tanpa penambahan minyak baru maupun
minyak. dengan penambahan minyak baru. Namun,
Menurut peraturan Negara Belgia berdasarkan nilai indeks bias kedua metode
standar kualitas minyak goreng pada penggorengan memiliki indeks bias yang
parameter viskositas adalah 21.6 Mpa-sec, berada di bawah standar
viskositas minyak goreng dengan metode
tanpa penambahan minyak baru dan DAFTAR PUSTAKA
panambahan minyak baru masih layak
untuk digunakan karena masih dibawah Ahmad, K. 2005. Performance Of Special
standar kualitas Negara belgia, namun pada Quality And Standard Palm Olein In
metode tanpapenambahan minyak baru dan Batch Frying Of Fish Nuggets.
penambahan minyak baru kenaikan Malaysian Palm Oil Board. 10-15.
viskositas tidak sangat signifikan. Berger, K.G. 2005. The Use Of Palm Oil In
Menurut (Keijebets, 2001 dalam Frying. Malaysian Palm Oil
Febriansyah, 2007) Kenaikan viskositas Promotion Council. Malaysia.
selama penggorengan disebabkan oleh Blumethal, M. M. 1996. Frying technology.
adanya pembentukan senyawa polimer Di dalam: Bailey’s Industrial Oil and
dalam minyak. Polimer merupakan Fat Technology; Edible Oil and Fat
senyawa yang terbentuk didalam minyak Product: Product and Application
goreng akibat pemanasan yang terus Technology (4th ed., Vol 3). Wiley-
menerus pada suhu tinggi dengan atau tanpa Interscience Publication. New York.
adanya oksigen. Menurut Ketaren (2008), pp. 429-482.
tingginya kekentalan minyak dapat Fardiaz, D. 1996. Perubahan Sifat Fisiko
disebabkan oleh tingginya kandungan Kimia Bahan Selama Proses
senyawa-senyawa polimer didalam minyak. Ekstrusi, Penggorengang dan

42| Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43


ANALISIS KUALITAS MINYAK GORENG PADA PENGGORENGAN BERULANG

Pemanggangan. Modul Pelatihan Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak


Produk-produk Olahan Ekstrusi, Pangan, Penerbit Universitas
Bakery dan Frying. Kerjasama Indonesia (UI Press), Jakarta. 2008.
Pusat Studi Pangan dan Gizi dengan Leksono, S. 2001. Studi Mutu dan
Kantor Menteri Negara Urusan Penerimaan Konsumen Terhadap
Pangan. Tambun-Bekasi. Abon. Jurnal Natur Indonesia. Vol
Febriansyah, R. 2007. Mempelajari 3(2): 184.
Pengaruh Penggunaan dan Aplikasi Nuraniza. 2013. Uji Kualitas Minyak
Adsorben terhadap Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan
dan Tingkat Penyerapaqn Minyak Sudut Polarisasi Cahaya
pada Kacang Salut. Program Studi Menggunakan Alat Semiautomatic
Ilmu dan Teknologi Pangan . Institut Polarymeter. Jurusan Fisika
Pertanian Bogor, Bogor. FMIPA. UNTAN Pontianak.
Gerde, J., C. Hardy, W. Fehr, P.J. White. Perkins, E.G. (1995) Physical properties of
2007. Frying Performance Of No- soybeans, in Practical Handbook of
Trans, Low-Linoleic Acid Soybean Soybean Processing and Utilization
Oils . JAOCS. 84(6): 557-563. (ed D.R. Erickson), AOCS Press,
Hariskal. 2008. Pengaruh Pemanasan Pada Champaign, IL, pp. 29–38.
Minyak Goreng dan Minyak Goreng Romero, A., C. Cuestaand, F.J. Sanchez-
Bekas Pakai.Skripsi Fakultas Muniz. 1998. Effect of oil
Pertanian Universitas Bengkulu. replenishment during deep frying of
Bengkulu (Tidak Dipublikasikan) frozen foods in sunflower oil and
Hutasoit, M. S. 2010. Kajian Penurunan high-oleic acid sunflower oil.
Kualitas Minyak Goreng Kemasan Journal Food Science 57:789-91.
Dan Minyak Curah Pada Sulieman, M., A. El-Rahman, A. El-
Penggorengan Kerupuk. Skripsi Makhzangy dan M. F. Ramadan
Fakutas Pertanian Universitas 2001. Antiradikal Performance and
Bengkulu ( Tidak Dipublikasikan ). Physicochemical\ Characteristics of
Keijbebets, B.V. H., Aviko dan Steenderen Vegetable Oils upon Frying of
2001. The manucfature of pre-fried French Fries: A Preliminary
potato product. Di dalam : Rossell, Comparative. Electronic Journal of
J.B. (ed.). Frying : Improving Environmental, Agricultural and
quality. CRC Press. New York. pp. Food Chemistry. www.ejeafche.
197-213. uvigo.es. [22 Februari 2007].
Winarno, F.G. 2005. Kima pangan. PT.
Gramedia. Jakarta.

Jurnal Agroindustri, Vol. 5 No.1, Mei 2015:36-43 | 43

Anda mungkin juga menyukai