Anda di halaman 1dari 4

RESUME

NAMA : SRI RAHMAYUNI FADRUS


KELAS: A SEMESTER 5
NIM : 1814201121
MATKUL : KEPERAWATAN ANAK
MATERI : ATRESIA ANI

Pengertian Atresia Ani


Atresia ani atau anus imperforata adalah kelainan kongenital yang menyebabkan anus tidak
terbentuk dengan sempurna. Akibatnya, penderita tidak dapat mengeluarkan tinja secara
normal. Kondisi ini biasanya terjadi akibat gangguan perkembangan saluran cerna janin saat
usia kehamilan 5–7 minggu. Atresia ani merupakan kondisi yang cukup jarang terjadi.
Kondisi ini hanya terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran dan lebih sering terjadi pada bayi laki-
laki. Atresia ani perlu mendapatkan penanganan segera untuk mencegah komplikasi.

Penyebab Atresia Ani


Atresia ani merupakan salah satu bentuk kelainan kongenital. Penyebab terjadinya atresia ani
belum diketahui secara pasti. Atresia ani terjadi secara acak dan bisa dialami oleh siapa saja.
Namun, ada dugaan yang mengaitkan kondisi dengan kelainan genetik. Atresia ani juga
sering muncul bersamaan dengan kondisi VACTREL, yaitu kelompok kelainan kongenital
yang dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh. VACTREL adalah singkatan dari vertebral
defects, anal atresia, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, dan limb
defects. Saat janin mengalami kelainan atau gangguan perkembangan saluran pencernaan,
kehamilan juga bisa terganggu. Salah satu kondisi yang sering berkaitan dengan atresia ani
adalah terjadinya polihdramnion. Polihidramnion adalah kondisi berlebihnya kadar cairan
ketuban yang bisa diketahui saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.

Faktor risiko atresia ani


Belum diketahui ada tidaknya faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya atresia ani.
Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Bayi yang mengalami atresia ani
juga bisa mengalami kelainan bawaan lain, termasuk gangguan saluran pencernaan, gangguan
saluran kemih, dan kelainan VACTREL.

Gejala Atresia Ani


Atresia ani ditandai dengan bentuk rektrum (bagian akhir usus besar) sampai lubang anus
bayi tidak berkembang dengan sempurna.

Atresia ani terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:


● Lubang anus menyempit atau tertutup total
● Rektrum tidak terhubung dengan usus besar
● Terbentuk fisula atau saluran yang menghubungkan rektum dengan kandung kemih,
uretra, pangkal penis, atau vagina
● Pada kondisi normal, perkembangan lubang anus, saluran kemih, dan kelamin, pada
janin terjadi pada trimester pertama kehamilan atau saat usia kehamilan mencapai 7–8
minggu. Atresia ani terjadi jika perkembangan organ-organ ini mengalami gangguan
pada masa ini.

Bayi yang mengalami atresia ani umumnya memiliki gejala sebagai berikut:

● Lubang anus tidak berada di tempat yang semestinya, atau tidak justru lahir tanpa
lubang anus
● Lubang anus sangat dekat dengan vagina pada bayi perempuan
● Tinja pertama (mekonium) tidak keluar dalam jangka waktu 24–48 jam setelah lahir
● Perut tampak membesar
● Tinja keluar dari vagina, pangkal penis, skrotum, atau uretra
● Kapan harus ke dokter
● Atresia ani bisa terdeteksi saat pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Namun, ibu hamil
perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin sesuai jadwal yang ditentukan
oleh dokter. Dengan begitu, perkembangan janin dan kondisi ibu hamil dapat terus
dipantau.

Biasanya jika tidak terdeteksi saat bayi baru lahir, adanya pembesaran perut dan tidak
keluarnya tinja pertama (mekonium) bisa menjadi pertanda terjadinya atresia ani. Jika bayi
mengalami keluhan ini, segera bawa bayi ke dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan
menyeluruh. Disarankan untuk membawa bayi untuk melakukan pemeriksaan secara rutin ke
dokter. Dengan melakukan pemeriksaan secara rutin, pertumbuhan dan perkembangan bayi
dapat dipantau. Selain itu, jika ditemukan adanya gangguan kesehatan, penanganan sejak dini
dapat dilakukan, sehingga dapat mencegah komplikasi.

Diagnosis Atresia Ani


Saat bayi baru lahir, dokter atau petugas medis akan melakukan pemeriksaan bayi baru lahir
yang menyeluruh termasuk memastikan ada tidaknya lubang anus. Jika saat pemeriksaan
tidak ditemukan lubang anus, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan lanjutan
untuk memastikan kondisi bayi.Atresia ani merupakan kelainan bawaan lahir akibat adanya
gangguan perkembangan janin. Ada beberapa kelainan bawaan lahir lain yang bisa muncul
bersamaan dengan kondisi ini, yaitu:

● Kelainan pada saluran urine dan ginjal


● Kelainan pada tulang belakang
● Kelainan pada saluran pernapasan
● Kelainan pada kerongkongan
● Kelainan pada lengan dan tungkai
● Sindrom Down
● Penyakit jantung bawaan
● Penyakit Hirschsprung
● Atresia duodenum (kelainan pada usus halus)

Untuk mendeteksi kelainan bawaan yang sering muncul bersamaan dengan atresia ani, dokter
akan melakukan beberapa pemeriksaan lain, seperti:Pemindaian dengan Rontgen, USG, dan
MRI, untuk mendeteksi apakah ada kelainan tulang dan memeriksa kondisi kerongkongan,
tenggorokan, serta organ-organ yang terkait Ekokardiografi, untuk memeriksa kondisi
jantung bayi

Pengobatan Atresia Ani

Pengobatan atresia ani bertujuan untuk memperbaiki kondisi anus agar bayi bisa hidup
normal. Sebelum dilakukan pengobatan lebih lanjut, bayi yang tidak memiliki lubang anus
akan diberi asupan nutrisi dan cairan melalui cairan infus. Jika ada fistula yang terbentuk
pada saluran kemih yang berisiko meningkatkan terjadinya infeksi, dokter mungkin akan
memberikan antibiotik.

Secara umum, pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:

Operasi

Operasi merupakan metode pengobatan utama untuk mengatasi atresia ani. Tujuan operasi
adalah untuk membuat fungsi saluran pencernaan berjalan dengan normal. Jenis operasi yang
dilakukan tergantung dari gejala, usia, jenis dan kerumitan bentuk atresia ani yang terjadi,
serta kondisi kesehatan bayi.

Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi atresia ani adalah:

Kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding perut yang sebagai saluran
pembuangan sementara. Kotoran yang keluar dari stoma akan ditampung di sebuah kantung
(colostomy bag).
Pull through, yaitu operasi untuk menyambungkan bagian rektum dan anus. Biasanya
operasi ini dilakukan beberapa bulan setelah operasi kolostomi pertama.
Penutupan kolostomi, yaitu operasi lanjutan untuk menutup stoma, sehingga pasien bisa
mulai membuang kotoran melalui rektum dan anus.
Anoplasti perineum, yaitu operasi untuk menutup fistula yang terhubung dengan saluran
kemih atau vagina. Prosedur ini bertujuan untuk membuat lubang anus berada di posisi yang
seharusnya.
Tingkat keberhasilan tindakan operasi dalam memperbaiki atresia ani dapat dikatakan cukup
tinggi.

Mengatur pola makan dan diet


Setelah menjalani operasi, penderita atresia ani disarankan untuk mengatur pola makan,
seperti mengonsumsi makanan tinggi serat dan suplemen serta vitamin. Hal ini bertujuan agar
penderita tidak mengalami sembelit.

Komplikasi Atresia Ani


Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat atresia ani atau setelah tindakan operasi
adalah:

● Konstipasi
● Robekan (perforasi) usus
● Infeksi saluran kemih
● Inkontinensia tinja atau urine
● Penyempitan anus (stenosis anus)

Pencegahan Atresia Ani


Atresia ani merupakan kelainan bawaan atau kongenita, sehingga sulit dicegah. Namun, ibu
hamil dapat melakukan beberapa langkah di bawah ini untuk menurunkan risiko terjadinya
kelainan pada janin:

● Melakukan pemeriksaan genetik ke dokter jika memiliki riwayat atresia ani atau
kelainan kongenital lainnya sebelum merencanakan kehamilan
● Mengonsumsi makanan yang sehat, tidak merokok, serta tidak mengonsumsi
minuman beralkohol dan obat-obatan di luar anjuran dokter selama hamil
● Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan mengonsumsi suplemen sesuai
ajuran dokter

Anda mungkin juga menyukai