Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN KESEHATAN KERJA DI LABORATORIUM TB PARU

DI DUA PUSKESMAS SATU KECAMATAN


Kristina Sihotang

Abstrak

Munculnya kasus TB paru aktif dan kedaruratan strain TB resisten obat, meningkatkan risiko
bagi pekerja yang kontak dengan penderita TB. Pekerja puskesmas di pangaribuan mempunyai
risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja. Untuk mendata bertujuan mengevaluasi
kesehatan kerja dalam pencegahan penularan Mycobaterium tuberculosis di puskesmas
pangaribuan masing-masing dan hambatannya. data dikumpulkan melalui wawancara dan
pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik puskesmas, penerapan Kesehatan
kerja, kelengkapan pedoman, sarana dan prasarana. Penerapan Kesehatan kerja dalam rangka
pencegahan TB paru di puskesmas pangaribuan belum seluruhnya sesuai dengan Pedoman
Pencegahan Penularan M. tuberculosis WHO. Pelatihan pekerja puskesmas terhadap pencegahan
penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas. Penerapan Kesehatan kerja yang masih kurang
adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan dan pemeriksaan kesehatan berkala/skrining
TB masing-masing pada 58 % dan 56 % . Alat promosi kesehatan terkait Kesehatan kerja 80 %.
Alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia 100% Sarana prasarana masih
kurang pada 70 % puskesmas dan sarana prasarana laboratorium baik pada 85 %. kesehatan kerja
ditingkatkan lagi dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan laboratorium, serta
alat promosi kesehatan.

Kata kunci : puskesmas, kesehatan dan kerja


Abstrack

The emergence of active pulmonary TB cases and the emergence of drug-resistant TB strains,
increase the risk for workers who come into contact with TB sufferers. Puskesmas workers in
Pangaribuan are at risk of being exposed to TB germs from the work environment. The data
collection aims to evaluate occupational health in the prevention of transmission of
Mycobaterium tuberculosis in each Pangaribuan Community Health Center and its obstacles.
data were collected through interviews and observations. The data collected included the
characteristics of the puskesmas, the application of occupational health, the completeness of the
guidelines, facilities and infrastructure. The implementation of occupational health in the context
of preventing pulmonary tuberculosis in Pangaribuan health centers is not entirely in accordance
with the WHO Guidelines for Prevention of M. tuberculosis Transmission. Puskesmas workers
training on TB transmission prevention has been carried out by the puskesmas. The
implementation of occupational health that is still lacking is the implementation of activities that
need to be carried out and periodic health checks / TB screening at 58% and 56%, respectively.
Health promotion tools related to occupational health 80%. Personal protective equipment in the
form of gloves and masks is available 100%. Infrastructure is still lacking at 70% of puskesmas
and laboratory infrastructure is good at 85%. Occupational health should be further improved by
completing the facilities and infrastructure for health centers and laboratories, as well as health
promotion tools.
Key words: health center, health and work

I.PENDAHULUAN Diperkirakan jumlah pasien TB di


Puskesmas Pangaribuan Target 64 orang
Pekerjaan dapat menimbulkan
tercapai 90 orang, tercapai dari total jumlah
berbagai permasalahan kesehatan bagi para
penduduk pangaribuan setiap tahun.
pekerjanya dan risiko pekerjaan masuk
Perkiraan incidence rate kasus baru dengan
dalam sepuluh urutan terbanyak penyebab
BTA + : 18 orang dalam trimester 1,2,3
penyakit dan kematian. Banyak penyakit
(622 per 10.000 penduduk).
infeksi yang dicatat atau mikroorganisme
yang diperkirakan sebagai penyebab yang Pekerja yang bekerja di pelayanan kesehatan
berhubungan dengan pekerjaan. Salah satu puskesmas pangaribuan adalah kelompok
penyakit infeksi yang perlu mendapat pekerja yang berisiko terpajan oleh agen
perhatian adalah infeksi karena kuman TB. menular, salah satunya adalah kuman TB.
Risiko tertular TB bagi pekerja meningkat
Berbagai langkah untuk mengurangi risiko
dengan munculnya kasus TB paru aktif dan
penularan telah tersedia. Medical Center
kedaruratan strain TB resisten obat yang
Occupational Health Section and
resisten terhadap pengobatan biasa.
Occupational and Environmental Lung
Disorders Committee menyarankan puskesmas dalam rangka pencegahan
penyuluhan dan pelatihan secara periodik penyakit menular TB paru. Diharapkan
diperlukan bagi pekerja di fasilitas kesehatan dapat memberi gambaran tentang penerapan
agar dapat menjaga kewaspadaan terhadap Kesehatan kerja pada PRM untuk perbaikan
risiko potensial TB. Diperlukan tindakan dan pengembangan PRM masa mendatang.
mengoptimalkan disain, ventilasi, alur
II. PENGERTIAN KESEHATAN
pasien di ruang laboratorium, melakukan
KERJA DAN TUBERCLOSIS
surveilans TB test secara periodik pada
1. Pengertian Kesehatan
pekerja fasilitas kesehatan, penggunaan alat
Kesehatan terjemahkan dalam bahasa
pelindung pernafasan dengan benar,
Inggris „health‟, yang dewasa ini
prosedur pengendalian infeksi, dan
tidak hanya berarti terbebasnya
memperbaharui rencana pengendalian TB
seseorang dari penyakit, tetapi
secara berkala.
pengertian sehat mempunyai makna
Di Indonesia, telah tersedia Surat Keputusan sehat secara fisik, mental dan juga
Menteri Kesehatan no. sehat secara sosial. Dengan demikian
432/menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman pengertian sehat secara utuh
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan pengertian sejahtera
(K3) di Rumah Sakit. 12 Program (well-being). Kesehatan sebagai
penanggulangan Tuberkulosis Nasional suatu pendekatan keilmuan maupun
dalam menjalankan fungsinya menggunakan pendekatan praktis juga berupaya
puskesmas sebagai fasilitas dalam struktur mempelajari faktorfaktor yang dapat
pelayanan kesehatan nasional. menyebabkan manusia menderita
sakit dan sekaligus berupaya untuk
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja
mengembangkan berbagai cara atau
Puskesmas berisiko terpajan
pendekatan untuk mencegah agar
mikroorganisme menular (kuman TB) dan
manusia tidak menderita sakit,
tidak semua melindungi diri dengan baik
bahkan menjadi lebih sehat. Menurut
terhadap kemungkinan tertular kuman TB
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
yang mengancamnya. Berdasarkan hal
pada tahun 1948 menyebutkan
tersebut di atas, dilakukan analisis
bahwa pengertian dari kesehatan
penerapan kesehatan kerja pada pekerja
adalah sebagai “suatu keadaan fisik,
mental, dan social kesejahteraan dan Mycobacterium tuberculosis menginfeksi
bukan hanya ketiadaan penyakit atau 8,7 juta kasus baru pada tahun 2000 dengan
kelemahan”. Kesehatan adalah angka insidensi global yang meningkat
konsep positif menekankan sumber sebanyak 0,4% per tahun. Sekitar 75%
daya sosial dan pribadi, serta pasien TB adalah kelompok usia yang paling
kemampuan fisik. Menurut Undang- produktif secara ekonomis (15-50 tahun).
Undang No 23 Tahun 1992 tentang Diperkirakan seorang oasien TB dewasa
Kesehatan dan UndangUndang No akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 –
29 Tahun 2004 tentang Praktik 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
Kedokteran bahwa kesehatan adalah kehilangan pendapatan tahunan rumah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal
sosial dan mental yang akibat TB, maka akan kehilangan
memungkinkan setiap orang hidup pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain
produktif secara sosial dan merugikan secara ekonomis, TB juga
ekonomis. Jadi arti keseluruhan dari memberikan dampak buruk lainnya secara
Kesehatan dan Keselamatan sosial stigma bahkan di kucilkan oleh
KerjaMenurut Kamus Besar Bahasa masyarakat.Tuberculosis itu sendiri
Indonesia Keselamatan dan merupakan salah satu penyakit yan dietahui
Kesehatan Kerja adalah suatu banyak menginfeksi manusia yang
kondisi kerja yang terbebas dari disebabkan oleh infeksi kuman (basil)
ancaman bahaya yang mengganggu Mycobacterium tuberculosis kompleks.
proses aktivitas dan mengakibatkan Penyakit ini biasanya menginfeksi paru.
terjadinya cedera, penyakit, Transmisi penyakit biasanya mlalui saluran
kerusakan harta benda, serta nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan
gangguan lingkungan. oleh pasien terinfeksi TB paru (Mario dan
Richard, 2005).
2. Pengertian Tuberculosis (TB)
3. Gejala TB
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi
a. Gejala Sistemik/Utama
paling umum di dunia, dengan perkiraan
Demam tidak terlalu tinggi yang
sepertiga populasi terinfeksi dan 2,5 juta
berlangsung lama, biasanya
orang yang meninggal setiap tahun.
dirasakan malam hari disertai otak (lapisan pembungkus otak) dan
keringat malam. disebut sebagaui meningitis (radang
1. Kadang-kadang serangan demam selaput otak), gejalanya adalah
seperti influenza dan bersifat hilang demam tinggi, adanya penurunan
timbul. kesadaran dan kejang – kejang.
2. Penurunan nafsu makan dan berat
4. Cara-cara pencegahan TBC sebagai
badan.
berikut;
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3
minggu (dapat disertai dengan o Saat batuk seharusnya menutupi
darah). mulutnya, dan apabila batuk lebih
4. Perasaan tidak enak (malaise), dari 3 minggu, merasa sakit di dada
lemah. dan kesukaran bernafas segera
b. Gejala Khusus dibawa kepuskesmas atau ke rumah
1. Tergantung dari organ tubuh sakit.
mana yang terkena, bila terjadi o Saat batuk memalingkan muka agar
sumbatan sebagian bronkus (saluran tidak mengenai orang lain.
yang menuju ke paru-paru) akibat o Membuang ludah di tempat yang
penekanan kelenjar getah bening tertutup, dan apabila ludahnya
yang membesar, akan menimbulkan bercampur darah segera dibawa
suara "mengi", suara nafas melemah kepuskesmas atau ke rumah sakit.
yang disertai sesak. o Mencuci peralatan makan dan
2. Kalau ada cairan dirongga pleura minum sampai bersih setelah
(pembungkus paru-paru), dapat digunakan oleh penderita.
disertai dengan keluhan sakit dada. o Bayi yang baru lahir dan anak-anak
3. Bila mengenai tulang, maka akan kecil harus diimunisasi dengan
terjadi gejala seperti infeksi tulang vaksin BCG. Karena vaksin tersebut
yang pada suatu saat dapat akan memberikan perlindungan yang
membentuk saluran dan bermuara amat bagus.
pada kulit diatasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak anak dapat mengenai
5. Pengobatan TBC laboratorium.
a. Jenis Obat b. Protap pemeliharaan dan
- Isoniasid pengoperasian alat yang beresiko
- Rifampicin terhadap keselamatan.
- Pirasinamid Mikroskop, Biosafery Cabinet
- Streptomicin (BSC), sentrifuge, autoklaf,
b. Prinsip Obat incubator, vortex, pipet, dan karet
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi penghisap.
dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan c. Protap penanganan kecelakaan
dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kerja Penanganan luka akibat benda
kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif tajam, luka bakar, sengatan listrik,
dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tumpahan bahan kimia, dan bahan
tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. infeksius.
Apabila paduan obat yangdigunakan tidak d. Protap pengelolaan limbah
adekuat, kuman TB akan Pengumpulan, pengangkutan,
berkembangmenjadi kuman kebal. sterilisasi, dan pemusnahan limbah.
Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap e. Protap monitoring dan evaluasi
yaitu: 3. Kompetensi keselamatan dan
1.. Tahap intensif keamanan kerja
Pada tahap intensif penderita mendapat obat a. Pelatihan keselamatan dan
(minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan. keamanan kerja laboratorium petugas
2. Tahap lanjutan dilaboratorium sederhana
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (laboratorium mikroskopis TB)
(minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – minimal harus memiliki pengetahuan
5 bulan tentang keselamatan dan keamanan
kerja:
 Prosedur tetap yang diperlukan di
1) Penanganan contoh uji dahak
laboratorium TB:
mulai dari pengambilan, proses
a. Protap pemeliharaan infrastruktur
oembuatan sedan, tumpahan.
laboratorium
2) Pengolahan limbah infeksius.
Pemeliharaan istalasi listrik, air, gas,
aliran udara/ventilasi, ruang
3) Penanganan kedaruratan; luka yang bermutu.
bakar, luka tusuk. Kriteria:
A. Tata ruang
6.Penanggung Jawab Program
Ruang kerja ditata dengan baik sehingga
Laboratorium TBC
memaksimlkan kinerja dan menjamin
Laboratorium yang melakukan pelayanan
keselamatan kerja
pemeriksaan TB mempunai tenaga teknis
1. Lokasi
dan penanggung jawab.
Laboratorium pemeriksaan mikroskopis TB
Penanggung jawab dapat dirangkap oleh
sebaiknya terpisah dari bagian laboratorium
pimpinan laboratorium atau fasilitas
pemeriksaan lainnya, apabila hal itu tidak
pelayanan kesehatan.
dimungkinkan setidaknya tersedia area
1. Uraian tugas:
khusus yang terpisah utnuk pemeriksaan
2) Menjamin terlaksananya kegiatan
mikroskopis TB. Area tersebut harus cukup
pemeriksaan laboratorium TB sesuai
lapang dengan dinding, langit-langit dn
prosedur tetap
lantai yang terbut dari bahan yang tidak
3) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan
berpori, mudah dibersihkan dan didesinfeksi
pemeriksaan lboratorium TB
serta tahan terhadap bahan – bahan kimiawi
4) Melakukan upaya perbaikan dan
yang digunakan untuk pemeriksan TB.
peningkatan mutu pelayanan laboratorium
2. Ventilasi
TB
Laboratorium pemeriksaan mikroskopis TB
5) Mendorong partisipasi staf lain dalam
mempunyai ventilasi yang baik untuk
pengembangnan laboratorium TB
mencegah tertularnya petugas labortorium
6) Menjamin peningkatan pengetahuan dan
dari droplet nuclei di udara.
keterampilan petugas
Luas ventilasi = 2/3 x luas lantai
7) Menjamin pelaksanaan keselamatan dan
Letak jendela/lubang angin tidak
kerja (K3) laboratorium TB
menyebabkan turbulensi aliran udara
7. Sarana dan Prasarana Laboratorium didalam ruangan, tetapi angin yang masuk
TB langsung membawa udara ke luar. Jika
Pelayanan laboratorium TB menggunakan menggunakan AC dianjurkan tetap
sarana dan prasarana yang memenuhi menggunakan exhaust fan.
persyaratn untuk melakukan pemeriksaan 3. Infrastuktur
Ketersediaan dan ketentuan infrastruktur 100%,. Penerapan kesehatan dalam
sesuai dengan pedoman K3. Tersedia air laboratorium TB Paru didata berdasarkan
bersih mengalir, listrik, sanitasi dan kelengkapan : 5 kegiatan yang perlu
pengolahan limbah termasuk penyediaan dilakukan di puskesmas, ketersediaan 4
peralatan yang diperlukan dalam APD, , pelaksanaan 2 pelatihan
laboratorium TB, termasuk alokasi sumber (laboratorium dan TB Paru), ketersediaan 8
daya listrik. Bak cuci tangan diletakkan alat (tanda) promosi kesehatan. Kelengkapan
dekat pintu ruang laboratorium dan tidak ketersediaan pedoman, rencana kegiatan,
boleh dipakai untuk pembuangan limbah Kelengkapan sarana prasarana yang didata
infeksius dan pencucian alat. berdasarkan: 2 puskesmas sarana prasarana
4. Pintu laboratorium TB jangan dibiarkan laboratorium.
dalam keadaan terbuka.
IV. HASIL
III. BAHAN DAN METODE
a. Karakteristik puskesmas
Data dikumpulkan melalui wawancara
Jumlah puskesmas yang didata sebanyak 1
kepada kepala puskesmas dan melalui
puskesmas meliputi PRM (Puskesmas
pengamatan langsung. Variabel independen
Mikroskopis)
meliputi karakteristik puskesmas,
tersedianya pedoman, sarana dan prasarana, Tabel 1. Persentase Pasien BTA(+) Dan RO
dan variabel dependen adalah penilaian (+)
penerapan K3, yang merupakan gabungan
PUSKESMAS TAHUN Pencapaiian
dari beberapa faktor, mengacu kepada buku
2019 pengobatan
pedoman pencegahan penularan penyakit
(%)
menular di puskesmas dan fasilitas lainnya Pangaribuan 90 98
dan masukan dari puskesmas Pangaribuan. PASIEN

Penilaian setiap faktor yang didata diberikan


nilai skor yang sama. Penjumlahan dari nilai Ket : 1 meninggal (pangaribuan) dan 1
skor merupakan nilai kelengkapan. Rujuk ke rumah sakit karena komplikasi
Berdasarkan angka yang dicapai maka jantung
kriteria kelengkapan ditentukan baik.
Kriteria baik untuk mencapai pengobatan
Proporsi Puskesmas berdasarkan keterbatasan dalam menyediakan masker,
Ketersediaan APD baru sebatas saran kepada pasien untuk
menggunakan masker, dan masih
Jenis APD Tersedia APD (100 %) Masker
mempertimbangkan kemungkinan dampak
kertas sekali pakai (100%) Sarung tangan
yang timbul seperti rasa malu dan rendah
(100%) Penutup kepala (100%) Baju
diri bagi pasien yang mungkin berdampak
laboratorium (100%) , Sepatu Boot (100%)
Sehubungan dengan Kesehatan kerja dalam
V. PEMBAHASAN
laboratorium TB Perlu dilakukan
Penerapan Kesehatan Kerja dalam pemeriksaan kesehatan berkala, Untuk
pencegahan penyakit menular TB paru pemeriksaan kesehatan khusus bagi pekerja
dengan hasil yang baikseperti alat/tanda puskesmas yang mengalami kesehatan kerja,
promosi kesehatan di puskesmas. Apabila sebagian puskesmas yang tidak
ditinjau dari untuk pencegahan penularan melaksanakannya memberi alasan belum
penyakit menular TB Pengendalian penyakit ada rencana kegiatan tersebut dan belum ada
infeksi TB kepada pasien telah dilakukan kasus kecelakaan kerja.
oleh puskesmas pangaribuan dan Lumban
Untuk penerapan kegiatan skrining berkala
sinaga. Hal ini telah sesuai penyuluhan dan
petugas kesehatan terhadap gejala TB
pelatihan. Penyuluhan dan pelatihan bagi
minimal 1 tahun sekali, puskesmas yang
pekerja di fasilitas kesehatan dilakukan
tidak melaksanakan kegiatan ini
secara periodik, agar pekerja puskesmas
memberikan alasan belum melaksanakan
dapat menjaga kewaspadaan terhadap risiko
kegiatan tersebut di puskesmas dan belum
potensial TB. Penerapan kegiatan yang
ada program terkait hal tersebut.
perlu dilakukan yang dilaksanakan dalam
memeriksa BTA Yaitu Kurang baik Ditinjau dari ketersediaan kegiatan yang
mikroskop karena sudah lama. penggunaan perlu dilakukan terkait skrining gejala TB
masker bagi pasien TB selama berobat di pada pekerja puskesmas minimal 1 tahun
puskesmas sebagian pasien masih ada yang hanya terdapat pada 80% di puskesmas.
tidak menggunakan masker. Terkait dengan
Pencatatan, pelaporan, dan penyimpanan
hal tersebut puskesmas yang tidak
data penyakit yang berhubungan pekerjaan
menerapkan pengunaan masker memberikan
dan kesehatan kerja, hanya dilaksanakan
alasan tidak menyediakan masker,
oleh 98% di puskesmas dan yang tidak terbuka dan terkena matahari langsung, tidak
melaksanakan memberikan alasan belum dilalui oleh umum dapat memperkecil risiko
ada program terkait kegiatan tersebut. tertularnya kuman TB.

Ditinjau dari alat promosi kesehatan yang Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja
disediakan, sebagian besar puskesmas puskesmas dari Kemenkes RI tahun 2011
pangaribuan menyediakan tanda larangan telah tersedia namun mungkin belum
merokok, liftlet tentang pencegahan terdistribusikan ke semua puskesmas.
penularan TB bagi pasien, namun tidak ada Kemungkinan diperlukan suatu kesepakatan
memasang tanda biohazard di laboratorium. lebih lanjut untuk menggolongkan factor
Selain itu, hanya memasang tanda dilarang faktor tersebut menjadi faktor yang mutlak
masuk bagi yang tidak berkepentingan ke harus ada, faktor yang penting, dan faktor
dalam laboratorium, tanda larangan yang perlu ada pada suatu puskesmas PRM
lalulalang bagi umum di daerah tempat
KESIMPULAN
khusus mendahak, dan tanda larangan
berludah di sembarang tempat. Tanda Penerapan Kesehatan kerja dalam
larangan lalu lalang bagi umum di tempat pencegahan penyakit menular TB paru pada
khusus mendahak menjadi penting di 2 puskesmas PRM/PS di Satu kecamatan
puskesmas menyediakan tempat khusus tercapai baik sesuai dengan Pedoman
mendahak yang tidak dilalui umum, dan Pencegahan Penularan M. tuberculosis
menyediakan tempat khusus mendahak yang WHO, yaitu dalam melaksanakan kegiatan
masih dilalui umum. Risiko terinfeksi yang perlu dilakukan, pemeriksaan
kuman TB tergantung dengan lama dan kesehatan berkala/skrining, penyediaan alat
kualitas pajanan dengan sumber infeksi dan promosi kesehatan dan APD.
banyaknya organisme di dalam dahak yang
Puskesmas telah melaksanakan pelatihan
dikeluarkan atau udara yang dihembuskan,
terkait pencegahan penularan TB kepada
dan seberapa baik organisme tersebut
pekerjanya. Hampir semua puskesmas
dibersihkan dari udara yang terkontaminasi.
menyediakan sarung tangan dan masker
Pasien yang diduga BTA postitif dengan
kertas sekali pakai. uskesmas menyediakan
derajat positifnya tinggi berpotensi
sarana prasarana cukup lengkap dan 54 %
menularkan penyakit. Tempat mendahak
yang memenuhi syarat yaitu ada di tempat
puskesmas menyediakan sarana prasarana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
laboratorium cukup lengkap. Kesehatan. Pengantar Penyakit Akibat
Kerja. Jakarta. 2007. 4. Joshi R, Reingold
SARAN
AL, Menzies D, Pai M. Tuberculosis among
Penerapan Kesehatan kerja di Puskesmas Health-Care Workers in Low- and Middle-
PRM/PS perlu ditingkatkan dengan Income Countries: A Systematic
melengkapi ketersediaan pedoman/SOP Review.2006. Available in
terkait pencegahan TB paru dan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
mensosialisasikannya. Sarana dan prasarana MC17 16189/. Cited November 12, 2010.
baik di puskesmas maupun di laboratorium, 5. WHO report 2010. Global Tuberculosis
alat promosi kesehatan perlu dilengkapi Control. [Disitasi: 3 April 2012]. Diunduh
untuk mendukung kegiatan yang dari:
berhubungan dengan penerapan Kesehatan http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/
kerja dalam pencegahan TB paru di 97892 41564069_eng.pdf 6. Soemantri S,
puskesmas dan di laboratorium. Senewe FP, Tjandrarini D.H, Day R, Basri
C, Manissero D, Mehta, F, Dye C. Threefold
DAFTAR RUJUKAN 1. Departemen
reduction in the prevalence of tuberculosis
Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan
over 25 years in Indonesia. Availabel in
Kerja, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17394
Masyarakat 2007. Strategi Nasional
685. Cited at November 12, 2010. 7. Badan
Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta. 2007.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2. Barientos MC, Nelson DI, Driscoll T,
Departemen Kesehatan RI. Laporan
Steenland NK, Punnett L, Fingerhut MA.
Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Chapter 21. Selected occupational risk
Jakarta. 2008. 8. Badan Penelitian dan
factors. World Health Organization.
Pengembangan Kesehatan Departemen
Comparative quantification of Health risks.
Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2010.
Global and Regional Burden of Disease.
Jakarta.2010. 9. Widoyono. Penyakit Tropis.
Attributable to Selected Major Risk Factors.
Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Murray
Pemberantasannya.Erlangga. Volume
CJL.Volume 1. Geneva; 2004:1651-1652. 3.
1.Jakarta; 2008: 3-16. 10. The American
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina
College of Occupational and Environmental
Kesehatan Kerja. Seri Pedoman Tatalaksana
Med. Protecting Health Care Workers from No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Tuberculosis. 12. Menteri Kesehatan. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Masyarakat Menteri Kesehatan Republik
Indonesia no. 432/menkes/SK/IV/2007. Indonesia. [Disitasi : 8 Juli 2011]. Diunduh
Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dari :
dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Per
Sakit. Jakarta.2007. available in atura n/sk %20kebijakan %20dasar
http://www.depkes.go.id/downloads/Kepme %20puskesmas.pdf. 14. Gerakan Terpadu
nkes/ KMK %20432-IV %20K3 %20RS.pdf Penanggulangan TB Terpadu. Struktur
cited at November 15, 2010. 13. program Penanggulangan Tuberculosis
Kementerian Kesehatan RI. Surat Keputusan Nasional. [Disitasi: 8 Juli 2011]. Diunduh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai