Abstrak
Munculnya kasus TB paru aktif dan kedaruratan strain TB resisten obat, meningkatkan risiko
bagi pekerja yang kontak dengan penderita TB. Pekerja puskesmas di pangaribuan mempunyai
risiko terpajan kuman TB dari lingkungan kerja. Untuk mendata bertujuan mengevaluasi
kesehatan kerja dalam pencegahan penularan Mycobaterium tuberculosis di puskesmas
pangaribuan masing-masing dan hambatannya. data dikumpulkan melalui wawancara dan
pengamatan. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik puskesmas, penerapan Kesehatan
kerja, kelengkapan pedoman, sarana dan prasarana. Penerapan Kesehatan kerja dalam rangka
pencegahan TB paru di puskesmas pangaribuan belum seluruhnya sesuai dengan Pedoman
Pencegahan Penularan M. tuberculosis WHO. Pelatihan pekerja puskesmas terhadap pencegahan
penularan TB telah dilaksanakan oleh puskesmas. Penerapan Kesehatan kerja yang masih kurang
adalah pelaksanaan kegiatan yang perlu dilakukan dan pemeriksaan kesehatan berkala/skrining
TB masing-masing pada 58 % dan 56 % . Alat promosi kesehatan terkait Kesehatan kerja 80 %.
Alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker tersedia 100% Sarana prasarana masih
kurang pada 70 % puskesmas dan sarana prasarana laboratorium baik pada 85 %. kesehatan kerja
ditingkatkan lagi dengan melengkapi sarana dan prasarana puskesmas dan laboratorium, serta
alat promosi kesehatan.
The emergence of active pulmonary TB cases and the emergence of drug-resistant TB strains,
increase the risk for workers who come into contact with TB sufferers. Puskesmas workers in
Pangaribuan are at risk of being exposed to TB germs from the work environment. The data
collection aims to evaluate occupational health in the prevention of transmission of
Mycobaterium tuberculosis in each Pangaribuan Community Health Center and its obstacles.
data were collected through interviews and observations. The data collected included the
characteristics of the puskesmas, the application of occupational health, the completeness of the
guidelines, facilities and infrastructure. The implementation of occupational health in the context
of preventing pulmonary tuberculosis in Pangaribuan health centers is not entirely in accordance
with the WHO Guidelines for Prevention of M. tuberculosis Transmission. Puskesmas workers
training on TB transmission prevention has been carried out by the puskesmas. The
implementation of occupational health that is still lacking is the implementation of activities that
need to be carried out and periodic health checks / TB screening at 58% and 56%, respectively.
Health promotion tools related to occupational health 80%. Personal protective equipment in the
form of gloves and masks is available 100%. Infrastructure is still lacking at 70% of puskesmas
and laboratory infrastructure is good at 85%. Occupational health should be further improved by
completing the facilities and infrastructure for health centers and laboratories, as well as health
promotion tools.
Key words: health center, health and work
Ditinjau dari alat promosi kesehatan yang Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja
disediakan, sebagian besar puskesmas puskesmas dari Kemenkes RI tahun 2011
pangaribuan menyediakan tanda larangan telah tersedia namun mungkin belum
merokok, liftlet tentang pencegahan terdistribusikan ke semua puskesmas.
penularan TB bagi pasien, namun tidak ada Kemungkinan diperlukan suatu kesepakatan
memasang tanda biohazard di laboratorium. lebih lanjut untuk menggolongkan factor
Selain itu, hanya memasang tanda dilarang faktor tersebut menjadi faktor yang mutlak
masuk bagi yang tidak berkepentingan ke harus ada, faktor yang penting, dan faktor
dalam laboratorium, tanda larangan yang perlu ada pada suatu puskesmas PRM
lalulalang bagi umum di daerah tempat
KESIMPULAN
khusus mendahak, dan tanda larangan
berludah di sembarang tempat. Tanda Penerapan Kesehatan kerja dalam
larangan lalu lalang bagi umum di tempat pencegahan penyakit menular TB paru pada
khusus mendahak menjadi penting di 2 puskesmas PRM/PS di Satu kecamatan
puskesmas menyediakan tempat khusus tercapai baik sesuai dengan Pedoman
mendahak yang tidak dilalui umum, dan Pencegahan Penularan M. tuberculosis
menyediakan tempat khusus mendahak yang WHO, yaitu dalam melaksanakan kegiatan
masih dilalui umum. Risiko terinfeksi yang perlu dilakukan, pemeriksaan
kuman TB tergantung dengan lama dan kesehatan berkala/skrining, penyediaan alat
kualitas pajanan dengan sumber infeksi dan promosi kesehatan dan APD.
banyaknya organisme di dalam dahak yang
Puskesmas telah melaksanakan pelatihan
dikeluarkan atau udara yang dihembuskan,
terkait pencegahan penularan TB kepada
dan seberapa baik organisme tersebut
pekerjanya. Hampir semua puskesmas
dibersihkan dari udara yang terkontaminasi.
menyediakan sarung tangan dan masker
Pasien yang diduga BTA postitif dengan
kertas sekali pakai. uskesmas menyediakan
derajat positifnya tinggi berpotensi
sarana prasarana cukup lengkap dan 54 %
menularkan penyakit. Tempat mendahak
yang memenuhi syarat yaitu ada di tempat
puskesmas menyediakan sarana prasarana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
laboratorium cukup lengkap. Kesehatan. Pengantar Penyakit Akibat
Kerja. Jakarta. 2007. 4. Joshi R, Reingold
SARAN
AL, Menzies D, Pai M. Tuberculosis among
Penerapan Kesehatan kerja di Puskesmas Health-Care Workers in Low- and Middle-
PRM/PS perlu ditingkatkan dengan Income Countries: A Systematic
melengkapi ketersediaan pedoman/SOP Review.2006. Available in
terkait pencegahan TB paru dan http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P
mensosialisasikannya. Sarana dan prasarana MC17 16189/. Cited November 12, 2010.
baik di puskesmas maupun di laboratorium, 5. WHO report 2010. Global Tuberculosis
alat promosi kesehatan perlu dilengkapi Control. [Disitasi: 3 April 2012]. Diunduh
untuk mendukung kegiatan yang dari:
berhubungan dengan penerapan Kesehatan http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/
kerja dalam pencegahan TB paru di 97892 41564069_eng.pdf 6. Soemantri S,
puskesmas dan di laboratorium. Senewe FP, Tjandrarini D.H, Day R, Basri
C, Manissero D, Mehta, F, Dye C. Threefold
DAFTAR RUJUKAN 1. Departemen
reduction in the prevalence of tuberculosis
Kesehatan RI, Direktorat Bina Kesehatan
over 25 years in Indonesia. Availabel in
Kerja, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17394
Masyarakat 2007. Strategi Nasional
685. Cited at November 12, 2010. 7. Badan
Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakarta. 2007.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2. Barientos MC, Nelson DI, Driscoll T,
Departemen Kesehatan RI. Laporan
Steenland NK, Punnett L, Fingerhut MA.
Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Chapter 21. Selected occupational risk
Jakarta. 2008. 8. Badan Penelitian dan
factors. World Health Organization.
Pengembangan Kesehatan Departemen
Comparative quantification of Health risks.
Kesehatan RI. Laporan Riskesdas 2010.
Global and Regional Burden of Disease.
Jakarta.2010. 9. Widoyono. Penyakit Tropis.
Attributable to Selected Major Risk Factors.
Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Ezzati M, Lopez AD, Rodgers A, Murray
Pemberantasannya.Erlangga. Volume
CJL.Volume 1. Geneva; 2004:1651-1652. 3.
1.Jakarta; 2008: 3-16. 10. The American
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina
College of Occupational and Environmental
Kesehatan Kerja. Seri Pedoman Tatalaksana
Med. Protecting Health Care Workers from No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Tuberculosis. 12. Menteri Kesehatan. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Masyarakat Menteri Kesehatan Republik
Indonesia no. 432/menkes/SK/IV/2007. Indonesia. [Disitasi : 8 Juli 2011]. Diunduh
Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dari :
dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/Per
Sakit. Jakarta.2007. available in atura n/sk %20kebijakan %20dasar
http://www.depkes.go.id/downloads/Kepme %20puskesmas.pdf. 14. Gerakan Terpadu
nkes/ KMK %20432-IV %20K3 %20RS.pdf Penanggulangan TB Terpadu. Struktur
cited at November 15, 2010. 13. program Penanggulangan Tuberculosis
Kementerian Kesehatan RI. Surat Keputusan Nasional. [Disitasi: 8 Juli 2011]. Diunduh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia