CBR Totto-Chan
CBR Totto-Chan
DISUSUN OLEH :
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1.1Latar Belakang.......................................................................................................
1.2Tujuan....................................................................................................................
1.3Manfaat...................................................................................................................
3.2Kelemahan Buku............................................................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................
4.1Kesimpulan......................................................................................................................
4.2Saran................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik
guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara
optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan dapat dibedakan
menjadi 2:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan
umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan
berlangsung di persekolahan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu.
2. Pendidikan Informal
Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik
guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara
optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan dapat dibedakan
menjadi 2:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan
umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan
berlangsung di persekolahan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu.
2. Pendidikan Informal
pendidikan yang bersifat tidak terprogram, tidak terstruktur dan berlangsung
kapanpun dan dimana pun dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Selanjutnya, berbicara tentang pendidikan yaitu
berbicara tentang bagaimana membentuk karakter manusia bagaimanapun
caranya menjadi apa yang diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh
berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah lingkungannya. Setiap orang
memiliki karakter yang berbeda, disebabkan oleh karena mereka tumbuh di
lingkungan yang berbeda. Jadi dapat dikaitkan bahwa dominasi lingkungan
sangat berpengaruh pada pendidikan seseorang. Adapun, lingkungan
pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
1.2TUJUAN
Mengulas isi sebuah buku Novel
Mencari dan mengetahui informasi yang ada daam buku tersebut
Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikanoleh setipa bab dari buku
Untuk mengkritisi buku Novel Totto-Chan
1.3MANFAAT
Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang Ilmu
PendidikanAnak.
Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di
lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan
dan kelebihan buku tersebut.
Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.
BAB II
RINGKASAN ISI
Buku Novel ini mengisahkan seorang gadis cilik yang biasa dipanggil Totto-chan
sebenarnya nama aslinya Tetsuko-chan. Terkadang Papa juga memanggilnya
Totsky. Kecuali Papa dan Rocky(anjingnya), semua orang memanggilnya Totto-
chan, dan meskipun ia menuliskan Tetsuko sebagai namanya di buku tulisnya di
sekolah, gadis cilik itu selalu menganggap dirinya Totto-chan.
Totto-chan dikeluarkan dari sekolah saat ia baru mulai duduk di bangku kelas 1
sekolah dasar karena gurunya menganggap Totto-chan telah membuat banyak
kegaduhan yang membuat ia kesal dan hilang kesabaran seperti, membuka dan
menutup mejanya ratusan kali, lalu berdiri di depan jendela selama jam pelajaran
agar dia bisa memanggil musik jalanan, selain itu ia juga berbicara dengan
sepasang burung wallet yang sedang membuat sarang.
Kemudian Mama harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan
mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Mama tidak
bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah Mama tidak ingin
putrinya menderita tekanan batin, jadi ia memutuskan untuk tidak memberitahu
Totto-chan sampai dia dewasa kelak. Keesokannya Mama mengantarkan putrinya
ke sekolah barunya yaitu Tomoe Gakuen, untuk ruang kelas, sekolah itu
menggunakan enam gerbong kereta yang sudah tidak terpakai. Totto-chan merasa
seperti sedang bermimpi bisa bersekolah di gerbong kereta. Sebelum memasuki
ruang sekolah, terlebih dahulu Mama harus bertemu dengan Mr.Sosaki Kobayashi
yang tak lain adalah Kepala Sekolah Tomoe Gakuen, didalam ruangannya, kepala
sekolah meminta Mama untuk pulang karena Kepala Sekolah ingin berbicara
dengan Totto-chan, lalu Mr.Kobayashi meminta Totto-chan untuk menceritakan
semua dan apa saja yang ingin dikatakan Totto-chan, langsung saja Totto-chan
menceritakan banyak hal selama empat jam tanpa henti, walaupun begitu, Kepala
Sekolah tidak bosan untuk mendengarkan ceritanya, setelah kehabisan cerita,
Kepala Sekolah berdiri, lalu meletakkan tangannya yang besar dan hangat di
kepala Totto-chan sambil berkata, "Nak, sekarang kau murid sekolah ini." Totto-
chan sangat senang mendengarnya dan tak sabar untuk menunggu hari esok.
Semua makananmu;
Totto-chan sangat senang bisa bersekolah di sekolah Tamoe, hingga pada suatu
hari Totto-chan menemui Mr.Kobayashi dan berkata "Aku ingin mengajar di
sekolah ini kalau sudah dewasa. Sungguh." Totto-chan berharap Kepala Sekolah
akan tersenyum,tapi guru itu bertanya dengan sungguh-sungguh, "Janji?" Mr.
Kobayashi tampak benar-benar ingin Totto-chan berjanji. Totto-chan mengangguk
penuh semangat dan berkata,"Aku janji." Tekadnya sudah bulat, ia akan menjadi
guru, apa pun yang terjadi. Ketika Totto-chan telah mengucapkan janji, wajah
Kepala Sekolah tampak senang. Dia tersenyum lebar, seperti biasa, tanpa
memedulikan giginya yang ompong. Totto-chan dan Kepala Sekolah kemudian
menegaskan perjanjian mereka dengan cara Jepang kuno, yaitu dengan saling
mengaitkan kelingking. Totto-chan mengulurkan kelingkingnya. Kepala Sekolah
juga mengulurkan kelingkingnya
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KEKUATAN BUKU
1. Penuh humoris. Itulah kesan pertama saya yang dapat saya katakana
setelah saya membaca buku tersebut.
2. Penulis dapat mengambil tehnik penulisan yang sederhana dengan
penokohan yang tercermin melalui adegan-adegan yang sepeti nyata
yang diucapkan melalui dialog oleh masing-masing karakter.
3. Melalui novel ini, Sang Penulis juga menjelaskan dan mengajarkan
sebuah metode pendidikan yang sebenarnya dimana siswa tetap senang
dengan pelajaran sekolah yang sesuai dengan bakat dan minat siswa
tanpa ada paksaan apapun.
4. Buku ini menampilkan sosok orang tua Totto Chan yang sabar dalam
menghadapi masalah yang dihadapi anaknya dan ia tetap menyayangi
anaknya yang berbeda dengan anak-anak sebayanya
5. Buku ini juga menampilkan karakteristik seorang guru dan kepala
sekolah yang patut di contoh, seperti guru yang penyayang dan
bijaksana.
6. Kepiawaian dan kepintaran penulis dalam menuliskan cerita sangat
tampak dalam bahasa yang digunakannya dalam teks novel tersebut
7. Amanat yang terkandung dalam Novel tersebut sangat luar biasa
banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan orang tua untuk tidak memberi
tahu anaknya “totto chan” yang saat itu masih duduk di SD kelas 1
bahwa ia telah dikeluarkan dari sekolah. Bagaimana jika saat itu ibunya
memberitahukan yang sebenarnya bahwa Totto Chan itu dikeluarkan
dari sekolah? Ia mungin tidak dapat merasa begitu semangat dan bahagia
pada saat hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen.
8. Selain itu gaya bahasa yang terbilang cukup menarik untuk dibaca.
Novel tersebut sangatlah bermanfaat karena ketika kita membaca novel
tersebut kita menjadi tidak bosan, malahan sebaliknya novel itu memberi
kenyamanan tersendiri kepada para pembaca pada saat kita menyimak
setiap alur ceritanya.
9. Kisahnya memberikan pelajaran yang patut diteladani terutama dalam
aspek moral dan sosial.
10. Terdapat kata-kata yang membuat kita terinspirasi untuk menjalani
hidup sebagai pendidik. Contohnya seperti “setiap siswa pasti memiliki
kesenanga masing-masing yang dapat mereka kembangkan sejak dini”
11. Penempatan tempat dan waktu sangat detail karena setiap bab hanya
terdapat beberapa halaman saja sehingga memudahkan pembaca untuk
membaca dan tidak memunculkan rasa bosan pada pembaca.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar dalam
pendidikan anak usia sekolah dasar berbeda dengan anak-anak usia sekolah
menengah. Para murid sekolah dasar lebih senang belajar dengan metode yang
berbeda. Yaitu biasa disebut bermain sambil belajar. Para siswa SD menyenangi
metode balajar yang menyenangkan dan tidak monoton.
Kita bisa mencontoh sekolah Tomoe Gakuen dalam novel ini yang
memperbolehkan siswa nya untuk belajar sesuai minat dan kemampuan mereka.
Setiap siswa/i pasti memiliki kesenangan masing-masing yang dapat mereka
kembangan sejak dini. Namun keharusan untuk Belajar pelajaran pokok seperti
Matematika Bahasa Dan ilmu pengetahuan bisa di terapkan dalam metode yang
berbeda dan menyenangkan agar para murid tidak bosan dengan materi-materi
yang diberikan. Setelah itu para siswa/i boleh mengikuti kegiatan yang mereka
gemari seperti bermain musik menari atau olahraga.
4.2SARAN
1) Guru dapat mengajarkan nilai-nilai budaya berupa nilai: beriman; ikhlas;
kesabaran dan ketabahan; kemauan keras; tanggung jawab;
memanfaatkan waktu; memanfaatkan alam; persahabatan; musyawarah;
mengasihi; dan memaafkan, dengan memanfaatkan bahan ajar modul dan
novel Totto-chan Gadis Cilik di Jendela dan Guru Favorit Xenia.
2) Banyak hal yang belum terungkap dalam penelitian ini dan penulis
berharap dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya dengan pendekatan
berbeda. Ada banyak novel lain yang sejenis dengan novel yang menjadi
sumber penelitian penulis, namun karena keterbatasan penelitian tidak
mungkin penulis menelitinya satu per satu. Oleh karena itu, penulis
menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan kajian
bandingan novel terjemahan Totto-chan Gadis Cilik di Jendela dengan
novel Indonesia lain untuk dianalisis dengan pendekatan intertekstual.
Misalnya novel fenomenal Laskar Pelangi, yang menurut penulis
mempunyai beberapa kemiripan cerita dengan novel Totto-chan Gadis