Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

CRITICAL BOOK REPORT


ILMU PENDIDIKAN ANAK
Dosen pengampu :Dra.Dorlince Simatupang, M.pd.
:Winda Widya Sari S,pd, M.pd.

DISUSUN OLEH :

NAMA : CINDY JULIA


NIM : 1203113026
KELAS :PGPAUD A

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullah hiwabarakatu

Puji dan syukur marilah kita penjatkan atas kehadirat


Allah SWT yang maha pengasihlagi maha penyayang dan yang telah
memberikan kesempatan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan critical book report dengan tema ILMU PENDIDIKAN
ANAK.dantidak lupa juga shalawat dan salam kehadirat nabi besar
kita nabi Muhammad saw yang akan kita harapkan syafaatnya dihari
pembalasan kelak.

Critical book report ini dibuat guna memenuhi tugas dari


mata kuliah “ILMUPENDIDIKAN ANAK” yang dibimbing langsung oleh
IBUWINDA WIDYASARI,M.Pd..

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1.1Latar Belakang.......................................................................................................

1.2Tujuan....................................................................................................................

1.3Manfaat...................................................................................................................

BAB II RINGKASAN ISI BUKU.............................................................................

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................


3.1Kekuatan Buku..............................................................................................................

3.2Kelemahan Buku............................................................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................
4.1Kesimpulan......................................................................................................................

4.2Saran................................................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik
guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara
optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan dapat dibedakan
menjadi 2:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan
umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan
berlangsung di persekolahan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu.
2. Pendidikan Informal
Pendidikan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada peserta didik
guna menumbuhkan dan mengembangkan jasmani maupun rohani secara
optimal untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan dapat dibedakan
menjadi 2:
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal yaitu suatu pendidikan yang mengajarkan pengetahuan
umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat terprogram, terstruktur dan
berlangsung di persekolahan dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu.
2. Pendidikan Informal
pendidikan yang bersifat tidak terprogram, tidak terstruktur dan berlangsung
kapanpun dan dimana pun dalam rangka mempersiapkan anak untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Selanjutnya, berbicara tentang pendidikan yaitu
berbicara tentang bagaimana membentuk karakter manusia bagaimanapun
caranya menjadi apa yang diinginkan. Sedangkan karakter akan terbentuk oleh
berbagai faktor yang ada, dan di antaranya adalah lingkungannya. Setiap orang
memiliki karakter yang berbeda, disebabkan oleh karena mereka tumbuh di
lingkungan yang berbeda. Jadi dapat dikaitkan bahwa dominasi lingkungan
sangat berpengaruh pada pendidikan seseorang. Adapun, lingkungan
pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu lingkungan pendidikan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
1.2TUJUAN
 Mengulas isi sebuah buku Novel
 Mencari dan mengetahui informasi yang ada daam buku tersebut
 Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang
diberikanoleh setipa bab dari buku
 Untuk mengkritisi buku Novel Totto-Chan

1.3MANFAAT
 Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang Ilmu
PendidikanAnak.
 Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di
lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan
dan kelebihan buku tersebut.
 Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas
buku-buku yang dianalisis tersebut.

BAB II
RINGKASAN ISI
Buku Novel ini mengisahkan seorang gadis cilik yang biasa dipanggil Totto-chan
sebenarnya nama aslinya Tetsuko-chan. Terkadang Papa juga memanggilnya
Totsky. Kecuali Papa dan Rocky(anjingnya), semua orang memanggilnya Totto-
chan, dan meskipun ia menuliskan Tetsuko sebagai namanya di buku tulisnya di
sekolah, gadis cilik itu selalu menganggap dirinya Totto-chan.
Totto-chan dikeluarkan dari sekolah saat ia baru mulai duduk di bangku kelas 1
sekolah dasar karena gurunya menganggap Totto-chan telah membuat banyak
kegaduhan yang membuat ia kesal dan hilang kesabaran seperti, membuka dan
menutup mejanya ratusan kali, lalu berdiri di depan jendela selama jam pelajaran
agar dia bisa memanggil musik jalanan, selain itu ia juga berbicara dengan
sepasang burung wallet yang sedang membuat sarang.

Kemudian Mama harus mencari sekolah lain, sekolah yang bisa memahami dan
mengajari putri ciliknya untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Mama tidak
bilang kepada Totto-chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah Mama tidak ingin
putrinya menderita tekanan batin, jadi ia memutuskan untuk tidak memberitahu
Totto-chan sampai dia dewasa kelak. Keesokannya Mama mengantarkan putrinya
ke sekolah barunya yaitu Tomoe Gakuen, untuk ruang kelas, sekolah itu
menggunakan enam gerbong kereta yang sudah tidak terpakai. Totto-chan merasa
seperti sedang bermimpi bisa bersekolah di gerbong kereta. Sebelum memasuki
ruang sekolah, terlebih dahulu Mama harus bertemu dengan Mr.Sosaki Kobayashi
yang tak lain adalah Kepala Sekolah Tomoe Gakuen, didalam ruangannya, kepala
sekolah meminta Mama untuk pulang karena Kepala Sekolah ingin berbicara
dengan Totto-chan, lalu Mr.Kobayashi meminta Totto-chan untuk menceritakan
semua dan apa saja yang ingin dikatakan Totto-chan, langsung saja Totto-chan
menceritakan banyak hal selama empat jam tanpa henti, walaupun begitu, Kepala
Sekolah tidak bosan untuk mendengarkan ceritanya, setelah kehabisan cerita,
Kepala Sekolah berdiri, lalu meletakkan tangannya yang besar dan hangat di
kepala Totto-chan sambil berkata, "Nak, sekarang kau murid sekolah ini." Totto-
chan sangat senang mendengarnya dan tak sabar untuk menunggu hari esok.

Sistem pedidikan di sekolah ini berbeda dengan sistem pendidikan di sekolah


konvensional, jika di sekolah konvensional setiap jam diisi dengan satu mata
pelajaran, lalu biasanya setiap murid duduk si satu dibangku yang tetap , kemudian
biasanya guru yang akan mengajarkan sesuatu kepada murid-murid harus punya
ijazah guru, berbeda dengan sekolah Tomoe, di sekolah ini murid-murid bisa
memulai belajar dengan pelajaran yang mereka suka, bagi murid-murid, memulai
hari dengan mempelajari sesuatu yang paling mereka sukai sungguh sangat
menyenangkan, lalu di sekolah ini murid-murid dibebaskan untuk duduk di bangku
yang berbeda-beda, kemudian menurut kepala sekolah lebih baik anak-anak belajar
sesuatu dengan seseorang yang ahli di bidang seperti di bidang pertanian.

Mr.Kobayashi mengharapkan siswanya untuk membawa "Sesuatu dari laut dan


sesuatu dari pegunungan," untuk makan siang pelengkap nasi. ”Sesuatu yang dari
laut” artinya makanan dari laut, seperti ikan dan tsukuda-ni (udang kecil atau
sejenisnya yang direbus dengan kecap dan sake manis), lalu “Sesuatu dari
pegunungan" berarti makanan dari daratan seperti sayuran , daging sapi, daging
babi, dan daging ayam. Mr.Kobayashi menggunakan ungkapan itu untuk
menggambarkan jenis makanan yang seimbang, selain itu biasanya orang mulai
makan dengan berkata,"Itadakimasu" (selamat makan), tapi di Tomoe Gakuen lain,
Mr.Kobayashi menciptakan satu lagu khusus yang dinyanyikan sebelum makan
siang, kata-kata yang disusunnya seperti :

Yuk kunyah baik-baik,

Semua makananmu;

Yuk kunyah baik-baik

Nasi, ikan, sayur

Setelah menyanyikannya barulah mereka mengucapkan “Itadakimasu”.

Baru beberapa bulan sebelumnya Totto-Chan selalu menggegerkan seisi sekolah


karena berbicara dengan pemusik jalanan dari jendela ketika pelajaran
berlangsung.Namun sejak hari pertama bersekolah di Tomoe, Totto-chan selalu
rajin belajar dan berusaha bersikap baik. "Kau benar-benar anak baik, kau tahu itu,
kan?" Itu yang selalu dikatakan Kepala Sekolah setiap kali dia berpapasan dengan
Totto-chan. Dan setiap kali Kepala Sekolah mengatakannya, Totto-chan
tersenyum, melompat rendah, lalu berkata, "Ya, aku memang anak baik." Dan ia
mempercayai kata-kata itu. Sebenarnya, dalam banyak hal Totto-chan anak baik.
Tapi guru-gurunya juga sering kaget mendapati Totto-chan tertimpa berbagai
masalah karena ingin memuaskan rasa ingin tahunya begitu menemukan sesuatu
yang tidak biasa. Ia selalu melakukan hal-hal aneh yang bisa melukai dirinya
sendiri, tapi Mr.Kobayashi tak pemah memanggil Mama atau Papa. Hal yang sama
berlaku bagi anak-anak lain. Persoalan-persoalan selalu diselesaikan antara Kepala
Sekolah dengan si anak.

Totto-chan sangat senang bisa bersekolah di sekolah Tamoe, hingga pada suatu
hari Totto-chan menemui Mr.Kobayashi dan berkata "Aku ingin mengajar di
sekolah ini kalau sudah dewasa. Sungguh." Totto-chan berharap Kepala Sekolah
akan tersenyum,tapi guru itu bertanya dengan sungguh-sungguh, "Janji?" Mr.
Kobayashi tampak benar-benar ingin Totto-chan berjanji. Totto-chan mengangguk
penuh semangat dan berkata,"Aku janji." Tekadnya sudah bulat, ia akan menjadi
guru, apa pun yang terjadi. Ketika Totto-chan telah mengucapkan janji, wajah
Kepala Sekolah tampak senang. Dia tersenyum lebar, seperti biasa, tanpa
memedulikan giginya yang ompong. Totto-chan dan Kepala Sekolah kemudian
menegaskan perjanjian mereka dengan cara Jepang kuno, yaitu dengan saling
mengaitkan kelingking. Totto-chan mengulurkan kelingkingnya. Kepala Sekolah
juga mengulurkan kelingkingnya

Namun beberapa waktu kemudian Sekolah Tomoe terbakar. Kejadiannya di malam


hari, banyak bom yang dijatuhkan pesawat pembom B29 dari pesawat-pesawat
Amerika Serikat menimpa gerbong-gerbong kereta api yang berfungsi sebagai
ruang kelas. Sekolah yang merupakan impian Kepala Sekolah terbakar habis.
Sekolah itu roboh bersamaan dengan bunyi-bunyi yang mengerikan, bukan iringan
suara-suara yang amat disayanginya, namun suara tawa dan nyanyian anak-anak.
Api yang tak mungkin dipadamkan, meratakannya. Kepala Sekolah berdiri di
tengah jalan sambil memandang Tomoe terbakar dengan tanah. Kemudian
bertanya kepada putranya Tomoe, yang berdiri di sampingnya. "Sekolah seperti
apa yang akan kita bangun lagi?", Tomoe mendengar kata-kata ayahnya, terpana,
tak kuasa berkata-kata. Kecintaan Mr. Kobayashi terhadap anak-anak dan
ketulusannya dalam mengajar jauh lebih kuat dari pada api yang sekarang
membakar sekolahnya walaupun begitu Kepala Sekolah tetap riang. Akhirnya
Totto-chan pun tidak bisa memenuhi janjinya untuk menjadi guru di Tomoe saat
kelak ia dewasa.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KEKUATAN BUKU

1. Penuh humoris. Itulah kesan pertama saya yang dapat saya katakana
setelah saya membaca buku tersebut.
2. Penulis dapat mengambil tehnik penulisan yang sederhana dengan
penokohan yang tercermin melalui adegan-adegan yang sepeti nyata
yang diucapkan melalui dialog oleh masing-masing karakter.
3. Melalui novel ini, Sang Penulis juga menjelaskan dan mengajarkan
sebuah metode pendidikan yang sebenarnya dimana siswa tetap senang
dengan pelajaran sekolah yang sesuai dengan bakat dan minat siswa
tanpa ada paksaan apapun.
4. Buku ini menampilkan sosok orang tua Totto Chan yang sabar dalam
menghadapi masalah yang dihadapi anaknya dan ia tetap menyayangi
anaknya yang berbeda dengan anak-anak sebayanya
5. Buku ini juga menampilkan karakteristik seorang guru dan kepala
sekolah yang patut di contoh, seperti guru yang penyayang dan
bijaksana.
6. Kepiawaian dan kepintaran penulis dalam menuliskan cerita sangat
tampak dalam bahasa yang digunakannya dalam teks novel tersebut
7. Amanat yang terkandung dalam Novel tersebut sangat luar biasa
banyaknya. Mulai dari kebijaksanaan orang tua untuk tidak memberi
tahu anaknya “totto chan” yang saat itu masih duduk di SD kelas 1
bahwa ia telah dikeluarkan dari sekolah. Bagaimana jika saat itu ibunya
memberitahukan yang sebenarnya bahwa Totto Chan itu dikeluarkan
dari sekolah? Ia mungin tidak dapat merasa begitu semangat dan bahagia
pada saat hari pertamanya bersekolah di Tomoe Gakuen.
8. Selain itu gaya bahasa yang terbilang cukup menarik untuk dibaca.
Novel tersebut sangatlah bermanfaat karena ketika kita membaca novel
tersebut kita menjadi tidak bosan, malahan sebaliknya novel itu memberi
kenyamanan tersendiri kepada para pembaca pada saat kita menyimak
setiap alur ceritanya.
9. Kisahnya memberikan pelajaran yang patut diteladani terutama dalam
aspek moral dan sosial.
10. Terdapat kata-kata yang membuat kita terinspirasi untuk menjalani
hidup sebagai pendidik. Contohnya seperti “setiap siswa pasti memiliki
kesenanga masing-masing yang dapat mereka kembangkan sejak dini”
11. Penempatan tempat dan waktu sangat detail karena setiap bab hanya
terdapat beberapa halaman saja sehingga memudahkan pembaca untuk
membaca dan tidak memunculkan rasa bosan pada pembaca.

3.2 KELEMAHAN BUKU

1. Bahasa yang digunaka masih menggunakan kata yang sering diulang


sehingga pada pertengahan cerita dirasa cukup agak membosankan
2. Banyak menggunakan beberapa bahasa daerah Jepang, misalnya seperti Ma
Sow, Chaan, sake, tsukuda-in, kinpir gobo, nori, chikuwa dan denbu.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Sistem pendidikan di Tomoe Gakuen sangat berbeda dengan sekolah konvensional


lainnya. Di sana, murid-murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai dengan
minat mereka. Ada yang memulai dengan belajar fisika, ada yang memilih
menggambar, ada yang ingin belajar bahasa dulu, pokoknya bebas. Tak jarang pula
kepala sekolah mengajak jalan-jalan para murid sambil menjelaskan apa saja yang
mereka lihat saat jalan-jalan. Tanpa disadari oleh para murid, mereka telah belajar
banyak hal, dengan cara yang sangat menyenangkan. Belum pernah Totto-chan
merasa segirang ini saat bersekolah. Ia merasa kerasan di Tomoe Gakuen. Selain
karena cara belajarnya menyenangkan, ia juga punya banyak teman dan Kepala
Sekolah yang sayang pada semua murid. Totto-chan yang tadinya dianggap nakal
ternyata adalah anak yang baik. Hal ini terlihat dari betapa ia sangat menyayangi
teman-temannya, yang beberapa di mereka memiliki cacat fisik.

Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar dalam
pendidikan anak usia sekolah dasar berbeda dengan anak-anak usia sekolah
menengah. Para murid sekolah dasar lebih senang belajar dengan metode yang
berbeda. Yaitu biasa disebut bermain sambil belajar. Para siswa SD menyenangi
metode balajar yang menyenangkan dan tidak monoton.

Dalam kurikulum pendidikan Sekolah Dasar Indonesia menerapkan belajar sesuai


dengan apa yang sudah di atur di kurikulum. Para siswa mau tidak mau suka tidak
suka harus mengikuti semua pelajaran yang mungkin sebagian dari mereka
menganggap pelajaran tersebut tidak menarik atau malah membuat stres. Hal ini
membuat semangat belajar para siswa/i Sekolah dasar menjadi menurun.

Kita bisa mencontoh sekolah Tomoe Gakuen dalam novel ini yang
memperbolehkan siswa nya untuk belajar sesuai minat dan kemampuan mereka.
Setiap siswa/i pasti memiliki kesenangan masing-masing yang dapat mereka
kembangan sejak dini. Namun keharusan untuk Belajar pelajaran pokok seperti
Matematika Bahasa Dan ilmu pengetahuan bisa di terapkan dalam metode yang
berbeda dan menyenangkan agar para murid tidak bosan dengan materi-materi
yang diberikan. Setelah itu para siswa/i boleh mengikuti kegiatan yang mereka
gemari seperti bermain musik menari atau olahraga.

4.2SARAN
1) Guru dapat mengajarkan nilai-nilai budaya berupa nilai: beriman; ikhlas;
kesabaran dan ketabahan; kemauan keras; tanggung jawab;
memanfaatkan waktu; memanfaatkan alam; persahabatan; musyawarah;
mengasihi; dan memaafkan, dengan memanfaatkan bahan ajar modul dan
novel Totto-chan Gadis Cilik di Jendela dan Guru Favorit Xenia.
2) Banyak hal yang belum terungkap dalam penelitian ini dan penulis
berharap dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya dengan pendekatan
berbeda. Ada banyak novel lain yang sejenis dengan novel yang menjadi
sumber penelitian penulis, namun karena keterbatasan penelitian tidak
mungkin penulis menelitinya satu per satu. Oleh karena itu, penulis
menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan kajian
bandingan novel terjemahan Totto-chan Gadis Cilik di Jendela dengan
novel Indonesia lain untuk dianalisis dengan pendekatan intertekstual.
Misalnya novel fenomenal Laskar Pelangi, yang menurut penulis
mempunyai beberapa kemiripan cerita dengan novel Totto-chan Gadis

Anda mungkin juga menyukai