Anda di halaman 1dari 15

REKAYASA IDE

AKUNTANSI MANAJERIAL

DISUSUN OLEH :
JEREMIA SITUMEANG
SERVIKA PASARIBU
JUPIRMAN ZEGA
BINSAR RIVALDO SITORUS
NAOMI SINAGA

JURUSAN AKUNTANSI NON-DIK


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,sehingga dengan
rahmatnya kami dapat mengerjakan tugas REKAYASA IDE kami dengan baik. Kami juga
berterimakasih kepada Bapak Drs. Jihen Ginting, M.Si.,Ak.,yang telah memberikan
pengarahan kepada kami dalam mengerjakan tugas ini. Dimana,dalam tugas ini kami
membahasa tentang bagaimana UKM dapat berkembang di era sekarang ini,mengingat
banyaknya persaingan dalam era ini. Maka dari itu,kami pun mencari tau bagaimana mereka
mengatasinya.
Dalam pengerjaan tugas ini, tentu saja masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu,kami
harap pembaca dapat maklum dan dapat memberikan kritik dan saran sebagai perbaikan di
masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha
sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus
mengembangkan diri agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan
global. Tidak hanya dengan sesama produsen dari dalam negeri, tetapi juga dengan
produsen dari negara -negara lain. Kompetisi menjadi sangat diperlukan ketika pelaku
usaha memasuki pasar global, sebab tanpa adanya kompetisi akan menyebabkan pelaku
usaha gagal merebut perhatian konsumen-konsumen yang tersebar di pasar bebas.
Bentuk dari adanya kompetisi ini salah satunya adalah inovasi produk-produk yang
dihasilkan. Inovasi dilakukan dengan cara mengikuti trend yang sedang berkembang.
Disamping itu juga untuk meciptakan keunikan produk yang menjadi ciri khas dari
suatu produk tertentu yang membedakan dengan produk hasil karya pelaku usaha yang
lainnya. Dewasa ini, jumlah unit usaha di Indonesia sangatlah banyak dan beragam
jenisnya. Dan tidak sedikit pula diantara mereka merupakan indusri rumahan yang
termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jika dilihat dari
jumlahnya yang semakin meningkat, mengindikasikan bahwa unit usaha di sektor ini
terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, jumlah unit usaha
UMKM menurut data yang dikutip dari Kementrian UKM dan Koperasi menunjukkan
adanya peningkatan sebesar 2,41% pada tahun 2011- 2012 untuk jumlah unit usaha
sektor UMKM.
PEMBAHASAN
Pengertian UKM
UKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan
inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya
menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM sangat berperan dalam
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. UKM dapat menyerap banyak
tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur. Selain itu UKM telah berkontribusi besar
pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.

Dalam Era Globalisasi


Memasuki era globalisasi berarti pula memasuki era perdagangan bebas, yang menuntut
setiap pelaku usaha untuk lebih meningkatkan keunggulan kompetitifnya bila ingin tetap
eksis dalam pasar global. Seluruh pelaku usaha mau tidak mau harus mempersiapkan diri bila
ingin tetap sukses dalam era perdagangan bebas. Adapun ketentuan mengenai akses pasar
menyatakan bahwa setiap negara berkewajiban memberikan hak kepada pengusaha negara
lain untuk memasuki pasar negaranya, khususnya untuk sektor-sektor produk dan jasa yang
telah dinyatakan sebagai sektor terbuka. Dengan demikian akan tercipta suatu lingkungan
persaingan yang sangat tajam, yang tidak akan terlepas dari kemampuan penguasaan terhadap
sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi serta kemampuan dalam memanfaatkan
peluang pada kancah perdagangan internasional. Untuk itu diperlukan suatu keunggulan
kompetitif yang sangat kuat agar dapat bertahan dan berkembang di era globalisasi, karena
tidak dimungkinkannya lagi berlaku jaminan proteksi dari pemerintah setempat untuk pelaku
usaha domestik yang ingin memasuki pasar dunia. Hanya pelaku usaha yang mampu
meningkatkan keunggulan kompetitifnya yang berhasil meraih dan meningkatkan pangsa
pasar dalam kancah internasional.
Tingkat persaingan menjadi semakin tajam dalam memasuki era globalisasi ini. Perdagangan
bebas memungkinkan mengalirnya barang dan jasa antar negara tanpa adanya hambatan yang
berarti. Kondisi ini tentu menuntut kesiapan dan ketangguhan dari setiap pelaku usaha bila
tidak ingin tersingkir dari pasar dunia.  Trend-trend dunia secara luarbiasa juga menuju ke
arah pembentukan aliansi ekonomi guna menunjang keunggulan kompetitif. Suatu trend
besar yang akan terjadi di dalam komunitas bisnis global adalah trend aliansi strategis.
Dimana sebagian besar aliansi strategis itu akan berskala internasional. Bagi pelaku usaha di
Indonesia, kondisi ini bukan perkecualian, bila tidak ingin tertinggal atau bahkan terlindas di
percaturan dunia.
Keunggulan kompetitif menjadi sebuah kewajiban untuk setiap pelaku usaha bila ingin
sukses dalam memasuki era perdagangan bebas, dimana setiap pelaku bisnis dapat memasuki
pasar negara manapun dengan tidak adanya lagi batas-batas wilayah secara nyata. Sudah
tentu kondisi ini menuntut sikap profesionalitas yang tinggi dari setiap pelaku usaha, menuju
era multi national company atau bahkan transnational company.
Pasar bebas semakin memungkinkan kepemilikan sebuah perusahaan oleh banyak investor di
penjuru dunia sehingga mayoritas kepemilikan di satu pihak tidak lagi menjadi hal utama
yang menentukan keberhasilan untuk dapat memasuki pasar global. Situasi ekonomi
Indonesia yang semakin membaik dengan semakin pulihnya tingkat kestabilan dalam negeri
akan sangat mendukung masuknya pelaku-pelaku usaha dari manca negara untuk melakukan
aliansi strategis dengan pelaku-pelaku usaha di Indonesia.

Prospek UKM di industry kreatif


Data mengenai jumlah UKM menunjukkan bahwa jumlah UKM bertambah terus setiap
tahun, terkecuali tahun 1998, pada saat banyak perusahaan dari semua skala usaha
menghentikan kegiatan produksi mereka karena krisis ekonomi. Berdasarkan data tersebut,
dapat diperkirakan bahwa jumlah UKM sekarang dan tahun-tahun berikutnya akan terus
meningkat. Dengan kata lain, tidak ada alasan kuat untuk  memprediksi dan seterusnya
jumlah UKM akan berkurang, tentu dengan asumsi bahwa krisis ekonomi seperti yang terjadi
pada tahun 1998 tidak terjadi lagi. Itupun jika diperhatikan, dampak krisis tersebut berbeda
terhadap skala usaha yang berbeda, laju pertumbuhan negatif dari jumlah UK lebih kecil
dibandingkan apa yang dialami oleh UM dan UB
Dengan menumbuhkan usaha menengah yang kuat dalam membangun struktur industri.
Strategi pengembangan usaha menengah ini praktis banyak dilupakan sejalan dengan kurang
diperhatikannya entitas dan posisi usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi
maupun dalam kebijakan pengembangan UKM. Sekalipun peran usaha menengah lebih
rendah dibandingkan dengan usaha kecil. Namun dengan memperhatikan posisi strategis dan
keunggulan yang dimilikinya, Usaha menengah layak untuk didorong sebagai motor
pengembangan UKM dalam persaingan bebas. Hal ini karena potensi teknologi dan
sumberdaya manusianya jauh lebih tinggi dari pada usaha kecil.
Kinerja UMKM di Indonesia
Sudah sering sekeali didalam banyak seminar dan media massa bahwa UMKM di Indonesia
sangat penting, terutama sebagai sumber pertumbuhan kesempatan kerja atau pendapatan. Dalam
beberapa tahun belkangan ini pemerintah telah menerapkan strategi baru. Didukung oleh pelaksanaan
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang baik, strategi ini dipercaya bisa mendorong
pembangunan ekonomi daerah sesuai keunggualan komparatif dan kompetitif yang ada.
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah
ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah
pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara
daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-
masalah tersebut di atas.
Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the
Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the Center for Economic and
Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh
fleksibilitas UKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan
modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam
hal birokrasi.
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal,
yaitu : (1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang
tidak tahan lama, (2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek
pendanaan usaha, (3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti
hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UKM baru sebagai akibat
dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang perekonomian.


Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan
dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi
Indonesia, yaitu (1) Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak
tertampung di sektor formal, (2) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor
berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.
Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah, (2) unit
usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai
berikut
      1.            Nilai Tambah

Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun
sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya
mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun
meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM
memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada
tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan
Usaha Besar sebesar 46,7 persen.
      2.            Unit Usaha dan Tenaga Kerja

Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen terhadap
total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.
      3.            Ekspor UKM

Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada
tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor
non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun
2006.

 Kinerja UMKM di Indonesia Dalam Pasar Global


            Ditengah tuntutan kemampuan bersaing didalam negeri yang masih dilindungi oleh
proteksi pemerintah, UKM juga harus menghadapi persaingan global yang berasal dari
berbagai bentuk usaha mendorong integrasi pasar antar negara dengan seminimal mungkin
hambatan. Berbagai bentuk kerjasama ekonomi regional maupun multilateral sperti AFTA,
APEC dan GATT berlangsung dengan cepat dan mendorong perekonomian yang
semakin  terbuka. Pada kondisi lain, strategi pengembangan UKM masih menghadapai
kondisi nilai tambah yang kecil termasuk kontribusinya terhadap ekspor.
Dengan pergeseran yang terjadi pada tatanan ekonomi dunia yang mengarah pada
persaingan bebas, dapat dikatakan bahwa UKM sesungguhnya mengahadapi situasi yang
bersifat double squeze, yaitu [a] situasi yang datang dari sisi internal (dalam negeri) berupa
ketertinggalan dalam produktivitas, efisiensi dan inovasi, dan [b] situasi yang datang dari
ekstermal pressure. Salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian dari kombinsi
situasi yang dihadapi ini adalah masalah ketimpangan struktur usaha seperti yang
diungkapkan diawal dan juga kesenjangan antara usaha besar dengan usaha kecil dan
menengah. Sedikitnya terdapat tiga keadaan yang membentuk terjadinya kesenjangan antar
skala usaha di Indonesia. 
Pertama, akses usaha/industri besar terhadap teknologi dan menajemen modern jauh
lebih besar daripada UKM. UKM masih bertahan pada teknologi dan manajemen yang
sederhana bahkan cenderung tradisionil. Bahkan industri menengah yang dalam data BPS
digabungkan dengan industri besar masih menunjukkan ciri dan karakter usaha kecil dalam
hal akses teknologi dan manajemen usaha. 
Kedua, akses usaha skala besar terhdap pasar (termasuk informasi pasar) juga lebih
terbuka, sementara UKM masih berkutat pada bagaimana mempertahankan pasar dalam
negeri ditengah persaingan yang ketat dengan usaha sejenis. 
Ketiga, kurangnya keberpihakan kebijakan dan keputusan strategis pemerintah pada
UKM pada masa lalu yang lebih menjadikan UKM sebagai entitas sosial dan semakin
memperburuk dua kondisi diatas.
Untuk masa mendatang dengan tantangan globalisasi ekonomi dan persaingan bebas,
struktur yang timpang dan kesenjangan akses ini tidak relevan lagi untuk dipertahankan.
Tidak ada jalan lain bagi Indonesia selain melakukan reformasi struktur usaha yang ada saat
ini. Dalam konteks reformasi ini, menjadi sangat relevan untuk diberi ruang gerak yang
longgar guna mengejar ketertinggalan namun juga dengan strategi yang tepat.
Dari sisi external pressure, liberalisasi perdagangan – melalui penurunan tarif
maupun penghapusan quota - , kondisi pasar akan bergerak dari kurang kompetitif (karena
besarnya intervensi dan praktek monopoli, oligopoli dan monopsoni) ke arah pasar yang lebih
kompetitif. Dalam kondisi yang demikian, UKM akan terdorong untuk menuju pada efisiensi
penggunaan input (least cost argument). Liberalisasi perdagangan seharusnya juga membuka
peluang bagi perluasan pasar produk UKM itu sendiri melalui kemunculan insitusi yang
secara spesifik ditujukan untuk membuka dan memperluas akses pasar UKM. Diantara
bentuk institusi yang dinilai mampu memainkan fungsi tersebut adalah penguatan trading
house sebagai piuntu saluran ekspor produk UKM dan pola subkontrak(Tambunan dan
Seldadyo, 1996)
Namun demikian, tidak seluruh UKM dapat memanfatkan situasi pasar yang
demikian untuk menembus pasar yang lebih luas atau bersaing dalam pasar yang semakin
global. Sebagian besar UKM adalah perusahaan yang independen termasuk dalam
memasarkan produknya. Sementara, dalam perdagangan bebas, sebenarnya tidaklah mudah
bagi UKM yang independen untuk masuk pada pasar ekspor. Hal ini didasarkan pada
pemikiran bahwa : [i] tingkat kompetisi yang tinggi juga muncul dari UKM yang berada
salam pasar output yang sama, dan [ii] adanya kelemahan inherent yang melekat dalam UKM
itu sendiri. Dalam kondisi ini, kendati peluang pasar yang lebih terbuka menjadi lebih luas,
liberalisasi perdagangan tidaklah otomatis dapat membantu UKM, bahkan justru menjadi
ancaman bagi UKM. Disinilah dirasakan pentingnya peran pemerintah maupun institusi
penopang untuk mendongkrak kinerja UKM.

2.3 Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Dalam Meningkatkan Kinerja Ekspor


Langkah awal yang diambil pemerintahan Obama adalah dengan disusunnya The
President’s 2010 Trade Policy Agenda yang menggagas terbentuknya Export Promotion
Cabinet yang fokus dalam menyusun rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk
mencapai peningkatan nilai ekspor hingga 2 kali lipat dari US$ 1.57 triliun tahun 2009
menjadi US$ 3.14 triliun pada tahun 2015, dan tentunya diharapkan dapat membuka lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat AS.
National Export Initiatives (NEI) yang disusun oleh Pemerintahan Obama ini
bertujuan untuk dapat menganalisa dan memberikan rekomendasi serta bekerja sama dengan
seluruh pemangku kepentingan guna mencapai target ekspor yang ditentukan tersebut.
Adapun fokus utama dan langkah-langkah perbaikan yang dilakukan oleh NEI
meliputi:
      1.            Meningkatkan usaha advokasi dan promosi perdagangan sehingga kegiatan promosi yang

dilakukan melalui misi dagang dapat didukung dengan baik.


      2.            Meningkatkan akses atas fasilitas pembiayaan ekspor (export financing);

      3.            Menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan di negara mitra dagang AS;


      4.            Menata dan menerapkan peraturan perdagangan sesuai perjanjian dengan mitra dagang
AS;
      5.            Menyusun kebijakan perdagangan global untuk dapat mempromosikan pertumbuhan yang

kuat, berkelanjutan dan seimbang.


Melalui langkah-langkah perbaikan yang dilakukan tersebut maka disusunlah 8
(delapan) rekomendasi sebagai prioritas oleh NEI, yang melalui rekomendasi tersebut
melibatkan koordinasi antar instansi/kementerian AS yang sifatnya lintas sektoral.

         Mengurangi hambatan
dagang terdadap ekspor jasa AS.
2.4 Permasalahan UMKM
2.4.1 Masalah- Masalah Utama
Perkembangan UMKM di NSB dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-
hambatan tersebut berbeda antar daerah satu dengan daerah lain. Namun demikian, ada
sejumlah persoalan yang umum untuk semua UKM di negara manapun juga, khususnya di
dalam kelompok NSB. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan
modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan
pengadaan bahan baku input lainnya.           
Survei BPS 2003 dan 2005 terhadap UMI dan UK di industri manufaktur
menunjukkan permasalahan-permasalahan klasik dari kelompok usaha ini di Indonesia.
Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar dari responden adalah keterbatasan modal
dan kesulitan pemasaran. Walaupun banyak skim kredit khusus bagi pengusaha kecil,
sebagian besar dari responden, terutama yang berlokasi di pedalaman, tidak pernah
mendapatkan kredit dari bank atau lembaga lainnya.
Dalam  hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak punya sumber-sumber daya
untuk mencari, mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya,
mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka (misalnya pedagang keliling,
pengumpul atau trading house) untuk memasarkan produk-produk mereka,atau tergantung
pada konsumen yang datang langsung ke tempat-tempat produksi.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan utama berbeda antarnegara,
termasuk tingkat pembangunan UMKM, tingkat dan bentuk pembangunan ekonomi, sifat dan
derajat dari distorsi pasar, kebijakan pemerintah, dan tentu bentuk serta intensitas dari
intervensi pemerintah terhadap pembangunan UMKM. Namun demikian, ada satu
permasalahan yang dihadapi UMKM di semua Negara, yakni keterbatasan modal yang
terutama karena kecilnya atau tidak ada akses ke bank atau lembaga keuangan lainnya.
2.4.2 Hambatan UMKM
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya dalam
perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Sebagai usaha yang ruang lingkup usahanya dan
anggotanya adalah (umumnya) rakyat kecil dengan modal terbatas dan kemampuan
manajerial yang juga terbatas, UMKM sangat rentan terhadap masalah-masalah
perekonomian.  
Kuncoro (2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh UMKM
dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat kemampuan, ketrampilan,
keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan.
Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha
kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar
yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar
dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan
keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga,
kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat,
keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).
Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan
serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Hasil penelitian Schiffer-Weder (2001) dalam Rizali secara keseluruhan juga
memperkuat persepsi bahwa UKM menghadapi hambatan berusaha yang lebih besar daripada
UB. Bila dilihat dari persentasi jawaban responden, secara umum hambatan utama dalam
berusaha adalah sumber pembiayaan.
Badan Pusat Statistik (2003) di dalam Sri Winarni (2006)   mengidentifikasikan
permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM adalah (1) Kurang permodalan, (2)
Kesulitan dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan bahan baku, (5) Kurang
teknis produksi dan keahlian, (6) Keterampilan manajerial kurang, (7) Kurang pengetahuan
manajemen keuangan, dan  (8)  Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan,
aturan/perundangan)
Hasil penelitian kerjasama Kementerian Negara KUKM dengan BPS (2003) di dalam
Sri Winarni (2006) menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47
%,  sisanya 27,53 % tidak ada masalah.  Dari  72,47 % yang mengalami kesulitan usaha
tersebut, diidentifikasi kesulitan yang muncul adalah (1) Permodalan 51,09 %, (2) Pemasaran
34,72 %, (3) Bahan baku 8,59 %, (4) Ketenagakerjaan 1,09 %, (5) Distribusi transportasi
0,22% dan (6) Lainnya 3,93 %.
Persentase kesulitan yang dominan dihadapi UMKM terutama meliputi kesulitan 
permodalan  (51.09%).   Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam mengatasi kesulitan
permodalannya diketahui sebanyak 17,50 % UKM menambah modalnya dengan meminjam
ke bank, sisanya 82,50 % tidak melakukan pinjaman ke bank tetapi ke lembaga Non bank
seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), perorangan, keluarga, modal ventura, lainnya.
Sedangkan permasalahan yang dihadapi  UMKM dalam mendapatkan kredit modal
usaha antara lain adalah (1) Prosedur pengajuan yang  sulit   30,30 %, (2) Tidak berminat
25,34 %, (3) Pelaku UMKM Tidak punya agunan 19,28 %, (4)  UMKM yang tidak tahu
prosedur 14,33 %, (5) Suku bunga tinggi  8,82 %, (6)  Proposal ditolak (1,93 %).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hambatan yang dialami oleh UMKM.
Hambatan tersebut berupa:
         Kurangnya modal yang dimiliki oleh UMKM
         Akses terhadap modal yang sulit dijangkau
         Pengelolaan yang kurang profesional
         Kesulitan dalam persaingan usaha yang pesat
         Rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM
         Kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM
         Bahan baku sukar diperoleh
         Pasar yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi sulit

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh UKMKM adalah sebagai berikut:


1.     Peningkatan Ekspor oleh UKM
         Rekomendasi Jangka Pendek:
Dalam rekomendasi peningkatan ekspor oleh kalangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
diperlukan dukungan pemerintah dalam tahap (i) identifikasi pelaku usaha UKM yang
potensial dalam melakukan ekspor; (ii) Melatih dan mempersiapkan pelaku usaha UKM yang
telah teridentifikasi; (iii) Menghubungkan pelaku usaha UKM dengan pelaku usaha dinegara
tujuan ekspor; dan (iv) Memberikan dukungan penuh kepada pelaku usaha UKM setelah
menemukan peluang ekspor tersebut.
         Rekomendasi Jangka Panjang:
Technology Upgrade, Memberikan update atas penggunaan teknologi yang dapat
meningkatkan kinerja atau kemampuan para pelaku usaha UKM antara lain melalui
pelaksanaan pelatihan, mengadakan forum pertemuan antara pelaku usaha UKM, kesempatan
dalam memperoleh fasilitas pembiayaan ekspor, dan lain sebagainya.
2.              Dukungan Ekspor dari Federal
         Rekomendasi Jangka Pendek
Melalui rekomendasi Federal Export Assitance dalam kurun waktu singkat beberapa hal yang
dapat dilakukan adalah:
a.       Fokus pada diversifikasi pasar (New Market Exporter Initiative);
b.      Menarik lebih banyak para pembeli asing ke pameran-pameran dagang di AS dan
membentuk kemitraan antara pembeli dengan perusahaan-perusahaan AS;
c.       Meningkatkan jumlah perusahaan AS yang menghadiri pameran dagang di luar negeri;
d.      Meningkatkan dukungan pemerintah AS terhadap ekspor yang berorientasi pada efisiensi
energi dan energi terbaharukan;
e.       Memperluas kesempatan berbisnis bagi industri energi nuklir AS;
f.       Meningkatkan kemampuan entitas bisnis minoritas di AS dalam melakukan kegiatan ekspor;
g.      Meningkatkan anggaran untuk infrastruktur promosi perdagangan.
         Rekomendasi Jangka Panjang
a.       Meningkatkan koordinasi dengan negara bagian dalam hal program promosi ekspor;
b.      Mengidentifikasi dan mendorong ekspor oleh perusahaan AS yang menjual teknologi di
sektor-sektor yang pertumbuhannya tinggi;
c.       Meningkatkan dukungan bagi perusahaan-perusahaan AS yang mengekspor ke Brasil, India,
dan China;
d.      Mengimplementasikan strategi promosi ekspor di negara-negara yang telah ditentukan –
pasar dimana perusahaan AS dapat meningkatkan keuntungan dalam waktu lima hingga
sepuluh tahun ke depan.
3.              Misi Dagang
         Rekomendasi
a.       Mengembangkan dan meningkatkan target misi dagang;
b.      Meningkatkan jumlah misi dagang yang dilakukan oleh para pejabat senior dari Export
Promotion Cabinet dan TPCC agencies;
c.       Menindaklanjuti hasil misi dagang dengan para perusahaan yang ikut serta dalam misi
dagang;
d.      Meningkatkan jumlah misi dagang yang sempat tertunda;
e.       Memperkuat infrastruktur promosi ekspor untuk mendukung misi dagang;
f.       Menghubungkan misi dagang AS dengan pameran-pameran dagang.
4.              Memberikan Dukungan Komersial (Commercial Advocacy)
         Rekomendasi Jangka Pendek
a.       Meningkatkan koordinasi antar unit;
b.      Secara cepat membawa commercial advocacy khusus ke dalam perhatian Gedung Putih;
c.       Meningkatkan kesadaran perusahaan AS akan manfaat commercial advocacy;
d.      Melakukan market intelligence untuk membuka peluang ekspor.
         Rekomendasi Jangka Panjang
a.       Mengkolaborasi para eksportir utama AS dengan efektif;
b.      Mengembangkan tim-tim commercial advocacy yang fokus pada sektor-sektor utama dan
pasar internasional;
c.       Mengkaji dampak dari pembiayaan perdagangan dan kredit ekspor terhadap commercial
advocacy. 
5.              Meningkatkan Kredit Ekspor
         Rekomendasi
a.       Menyediakan kredit ekspor lebih banyak;
b.      Memudahkan pinjaman bagi UKM;
c.       Fokus pada aktivitas peminjaman dan pencapaian pasar internasional yang menjadi prioritas;
d.      Meningkatkan usaha untuk menciptakan industri-industri global yang kompetitif;
e.       Meningkatkan jumlah dan cakupan kemitraan publik dan swasta (public-private
partnerships);
f.       Menyederhanakan dan mengkaji ulang aplikasi proses ekspor bagi para eksportir AS,
terutama UKM.
6.              Menyeimbangkan Ekonomi Makro
         Rekomendasi Jangka Pendek:
Memperkuat perbaikan ekonomi global.
         Rekomendasi Jangka Panjang:
Menyeimbangkan permintaan global.
7.              Mengurangi Hambatan Dagang
         Rekomendasi 1: negosiasi untuk membuka akses pasar baru
a.       Menyelesaikan perjanjian Putaran Doha WTO;
b.      Menyelesaikan kesepakatan TPP;
c.       Menyelesaikan berbagai permasalahan, termasuk mendapatkan persetujuan Kongres
terhadap implementasi perjanjian FTA dengan Korea, Panama dan Kolombia yang sempat
tertunda;
d.      Menciptakan peluang pasar bagi barang dan jasa lingkungan;
e.       Mengembangkan peluang bagi perusahaan AS untuk berkompetisi di emerging markets.
         Rekomendasi 2: memanfaatkan perjanjian perdagangan dan forum kebijakan perdagangan
a.       Memperkuat komitmen kebijakan perdagangan dengan mitra dagang;
b.      Memaksimalkan hasil-hasil yang dicapai dalam KTT APEC 2011 dimana AS menjadi tuan
rumahnya;
c.       Memperdalam komitmen kerjasama dengan negara-negara emerging markets utama, seperti
China, India, Brasil;
d.      Mengembangkan kebijakan perdagangan dengan negara-negara emerging markets lainnya,
seperti Kolombia, Indonesia, Arab Saudi, Afrika Selatan, dll ;
e.       Memanfaatkan mekanisme kebijakan perdagangan bilateral untuk memperluas peluang akses
pasar;
f.       Menangani hambatan-hambatan perdagangan non tarif terhadap produk industri dan
pertanian;
g.      Meningkatkan usaha dalam menangani permasalahan UKM;
h.      Mendorong peningkatan pembangunan kapasitas dalam bidang perdagangan dengan negara-
negara emerging markets.
         Rekomendasi 3: mendorong pelaksanaan kebijakan yang baik
a.       Memperkuat pelaksanaan dan pengawasan;
b.      Melipatgandakan usaha dalam mengawasi pelaksanaan FTA secara menyeluruh;
c.       Memanfaatkan kebijakan perdagangan untuk melindungi dan melaksanakan Hak atas
Kekayaan Intelektual (HKI);
d.      Menangani permasalahan korupsi melalui perjanjian perdagangan dan pembangunan
kapasitas.
         Rekomendasi 4: memperkuat sistem perdagangan multilateral
WTO tetap merupakan alas kerjasama multilateral bagi kebijakan perdagangan AS.
8.              Promosi Ekspor Jasa
         Memastikan tersedianya data dan pengukuran yang lebih baik bagi perdagangan sektor jasa
AS;
         Fokus pada sektor dan pasar utama untuk koordinasi promosi ekspor yang lebih baik untuk
sektor jasa;
         Mengurangi hambatan dagang terdadap ekspor jasa AS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kinerja UMKM di Indonesia memang cukup bagus. Dapat kita ambil pernyataan jika
pada periode 2006-2010 merupakan masa pertumbuhan yang bagus bagi UMKM. Selama
periode tersebut UMKM bertambah sebanyak 4.801.929 unit atau sebesar 9,80%. Penyerapan
tenaga kerja oleh UMKM juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Selama 5 tahun,
tercatat ada peningkatan jumlah tenaga kerja UMKM sebanyak 11.492.177 atau 13,07%.
Namun UMKM juga memiliki berbagai hambatan dalam hal pengelolaan usahanya.
Masalah utama yang dihadapi oleh UMKM adalah permodalan. Menyusul masalah lain
adalah pengelolaan yang kurang profesional, kesulitan dalam persaingan usaha yang pesat,
rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM, kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM,
bahan baku sukar diperoleh, pasar yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi
sulit.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hambatan yang dialami oleh UMKM.
Hambatan tersebut berupa:
         Kurangnya modal yang dimiliki oleh UMKM
         Akses terhadap modal yang sulit dijangkau
         Pengelolaan yang kurang profesional
         Kesulitan dalam persaingan usaha yang pesat
         Rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM
         Kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM
         Bahan baku sukar diperoleh
         Pasar yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi sulit

B. Saran
Untuk lebih meningkatkan kinerja UMKM, pemerintah perlu membuat  terobosan-
terobosan dan alternatif program pemberdayaan UMKM. Hambatan-hambatan UMKM juga
harus dikurangi pemerintah dengan cara penumbuh kembangan iklim usaha yang kondusif
DAFTAR PUSTAKA
         http://andrigilang.wordpress.com/2012/01/18/kebijakan-perdagangan-amerika-serikat-
dalam-meningkatkan-kinerja-ekspor/
         http://study-succes.blogspot.com/2013/12/makalah-kinerja-umkm-dan-
hambatannya.html
         http://tanmorib.blogspot.com/2011/01/usaha-kecil-menengah.html#!/2011/01/usaha-
kecil-menengah.html

Anda mungkin juga menyukai