Rekayasa Ide Akm
Rekayasa Ide Akm
AKUNTANSI MANAJERIAL
DISUSUN OLEH :
JEREMIA SITUMEANG
SERVIKA PASARIBU
JUPIRMAN ZEGA
BINSAR RIVALDO SITORUS
NAOMI SINAGA
1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha
sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus
mengembangkan diri agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan
global. Tidak hanya dengan sesama produsen dari dalam negeri, tetapi juga dengan
produsen dari negara -negara lain. Kompetisi menjadi sangat diperlukan ketika pelaku
usaha memasuki pasar global, sebab tanpa adanya kompetisi akan menyebabkan pelaku
usaha gagal merebut perhatian konsumen-konsumen yang tersebar di pasar bebas.
Bentuk dari adanya kompetisi ini salah satunya adalah inovasi produk-produk yang
dihasilkan. Inovasi dilakukan dengan cara mengikuti trend yang sedang berkembang.
Disamping itu juga untuk meciptakan keunikan produk yang menjadi ciri khas dari
suatu produk tertentu yang membedakan dengan produk hasil karya pelaku usaha yang
lainnya. Dewasa ini, jumlah unit usaha di Indonesia sangatlah banyak dan beragam
jenisnya. Dan tidak sedikit pula diantara mereka merupakan indusri rumahan yang
termasuk dalam kategori usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Jika dilihat dari
jumlahnya yang semakin meningkat, mengindikasikan bahwa unit usaha di sektor ini
terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, jumlah unit usaha
UMKM menurut data yang dikutip dari Kementrian UKM dan Koperasi menunjukkan
adanya peningkatan sebesar 2,41% pada tahun 2011- 2012 untuk jumlah unit usaha
sektor UMKM.
PEMBAHASAN
Pengertian UKM
UKM merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan
inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya
menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM sangat berperan dalam
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. UKM dapat menyerap banyak
tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur. Selain itu UKM telah berkontribusi besar
pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun
sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya
mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun
meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM
memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada
tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan
Usaha Besar sebesar 46,7 persen.
2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja
Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen terhadap
total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.
3. Ekspor UKM
Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada
tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor
non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun
2006.
Mengurangi hambatan
dagang terdadap ekspor jasa AS.
2.4 Permasalahan UMKM
2.4.1 Masalah- Masalah Utama
Perkembangan UMKM di NSB dihalangi oleh banyak hambatan. Hambatan-
hambatan tersebut berbeda antar daerah satu dengan daerah lain. Namun demikian, ada
sejumlah persoalan yang umum untuk semua UKM di negara manapun juga, khususnya di
dalam kelompok NSB. Rintangan-rintangan yang umum tersebut termasuk keterbatasan
modal kerja maupun investasi, kesulitan-kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan
pengadaan bahan baku input lainnya.
Survei BPS 2003 dan 2005 terhadap UMI dan UK di industri manufaktur
menunjukkan permasalahan-permasalahan klasik dari kelompok usaha ini di Indonesia.
Permasalahan utama yang dihadapi sebagian besar dari responden adalah keterbatasan modal
dan kesulitan pemasaran. Walaupun banyak skim kredit khusus bagi pengusaha kecil,
sebagian besar dari responden, terutama yang berlokasi di pedalaman, tidak pernah
mendapatkan kredit dari bank atau lembaga lainnya.
Dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak punya sumber-sumber daya
untuk mencari, mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya,
mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka (misalnya pedagang keliling,
pengumpul atau trading house) untuk memasarkan produk-produk mereka,atau tergantung
pada konsumen yang datang langsung ke tempat-tempat produksi.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan utama berbeda antarnegara,
termasuk tingkat pembangunan UMKM, tingkat dan bentuk pembangunan ekonomi, sifat dan
derajat dari distorsi pasar, kebijakan pemerintah, dan tentu bentuk serta intensitas dari
intervensi pemerintah terhadap pembangunan UMKM. Namun demikian, ada satu
permasalahan yang dihadapi UMKM di semua Negara, yakni keterbatasan modal yang
terutama karena kecilnya atau tidak ada akses ke bank atau lembaga keuangan lainnya.
2.4.2 Hambatan UMKM
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya dalam
perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Sebagai usaha yang ruang lingkup usahanya dan
anggotanya adalah (umumnya) rakyat kecil dengan modal terbatas dan kemampuan
manajerial yang juga terbatas, UMKM sangat rentan terhadap masalah-masalah
perekonomian.
Kuncoro (2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh UMKM
dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat kemampuan, ketrampilan,
keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan.
Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha
kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar
yang dihadapi pengusaha kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar
dan memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan
keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga,
kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat,
keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).
Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.
Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan
serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.
Hasil penelitian Schiffer-Weder (2001) dalam Rizali secara keseluruhan juga
memperkuat persepsi bahwa UKM menghadapi hambatan berusaha yang lebih besar daripada
UB. Bila dilihat dari persentasi jawaban responden, secara umum hambatan utama dalam
berusaha adalah sumber pembiayaan.
Badan Pusat Statistik (2003) di dalam Sri Winarni (2006) mengidentifikasikan
permasalahan umum yang dihadapi oleh UMKM adalah (1) Kurang permodalan, (2)
Kesulitan dalam pemasaran, (3) Persaingan usaha ketat, (4) Kesulitan bahan baku, (5) Kurang
teknis produksi dan keahlian, (6) Keterampilan manajerial kurang, (7) Kurang pengetahuan
manajemen keuangan, dan (8) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan,
aturan/perundangan)
Hasil penelitian kerjasama Kementerian Negara KUKM dengan BPS (2003) di dalam
Sri Winarni (2006) menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha 72,47
%, sisanya 27,53 % tidak ada masalah. Dari 72,47 % yang mengalami kesulitan usaha
tersebut, diidentifikasi kesulitan yang muncul adalah (1) Permodalan 51,09 %, (2) Pemasaran
34,72 %, (3) Bahan baku 8,59 %, (4) Ketenagakerjaan 1,09 %, (5) Distribusi transportasi
0,22% dan (6) Lainnya 3,93 %.
Persentase kesulitan yang dominan dihadapi UMKM terutama meliputi kesulitan
permodalan (51.09%). Lebih lanjut disebutkan bahwa dalam mengatasi kesulitan
permodalannya diketahui sebanyak 17,50 % UKM menambah modalnya dengan meminjam
ke bank, sisanya 82,50 % tidak melakukan pinjaman ke bank tetapi ke lembaga Non bank
seperti Koperasi Simpan Pinjam (KSP), perorangan, keluarga, modal ventura, lainnya.
Sedangkan permasalahan yang dihadapi UMKM dalam mendapatkan kredit modal
usaha antara lain adalah (1) Prosedur pengajuan yang sulit 30,30 %, (2) Tidak berminat
25,34 %, (3) Pelaku UMKM Tidak punya agunan 19,28 %, (4) UMKM yang tidak tahu
prosedur 14,33 %, (5) Suku bunga tinggi 8,82 %, (6) Proposal ditolak (1,93 %).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hambatan yang dialami oleh UMKM.
Hambatan tersebut berupa:
Kurangnya modal yang dimiliki oleh UMKM
Akses terhadap modal yang sulit dijangkau
Pengelolaan yang kurang profesional
Kesulitan dalam persaingan usaha yang pesat
Rendahnya tingkat inovasi pelaku UMKM
Kebijakan pemerintah yang kurang pro UMKM
Bahan baku sukar diperoleh
Pasar yang cepat berubah selera sehingga pemasaran menjadi sulit
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan kinerja UMKM, pemerintah perlu membuat terobosan-
terobosan dan alternatif program pemberdayaan UMKM. Hambatan-hambatan UMKM juga
harus dikurangi pemerintah dengan cara penumbuh kembangan iklim usaha yang kondusif
DAFTAR PUSTAKA
http://andrigilang.wordpress.com/2012/01/18/kebijakan-perdagangan-amerika-serikat-
dalam-meningkatkan-kinerja-ekspor/
http://study-succes.blogspot.com/2013/12/makalah-kinerja-umkm-dan-
hambatannya.html
http://tanmorib.blogspot.com/2011/01/usaha-kecil-menengah.html#!/2011/01/usaha-
kecil-menengah.html