DISUSUN OLEH :
ERVINA OKTAVIANA
NURUL HIDAYAH
RINA NOVIANTI
SAMARINDA
2020
1. Sejarah Dari Daun Seledri
Seledri (Apium Graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa
digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk jepang, cina dan korea
mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di indonesia tumbuhan
ini diperkenalkan pelh penjajah belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup
atau sebagai lalapan. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di eropa daun, tangkai
daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan.
Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu di Eropa sebagai unsur
pengobatan dan penyedap masakan. Plinius Tua telah menuliskan sejak awal
penanggalan modern. Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi pertama
Species Plantarum. Ia memasukkan daun seledri dalam suku Umbelliferae, yang
sekarang dinamakan Apiaceae (suku adas-adasan).
Seledri adalah terna kecil, kurang dari 1m tingginya. Daun tersusun majemuk
dengan tangkai panjang. Tangkai ini pada kultivartertentu dapat sangat besar dan di jual
sebagai sayuran terpisah dari daunnya. Batangnnya biasanya sangat pendek pada
kelompok budidaya tertentu membesar membentuk umbi, yang juga dapat dimakan.
Bunganya tersusun majemuk berkarang khas Apiaceae. Buahnya kecil-kecil berwarna
coklat gelap.
2. Definisi
a. Hipertensi
Gejala dapat bervariasi pada masingmasing individu dan hampir sama dengan
gejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya adalah sakit kepala, rasa berat rasa berat di
tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga
berdenging , dan mimisan. 3 Hipertensi yang lebih berat akan berlanjut pada
keadaan yang lebih berat. seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kiri (untuk otot jantung).
Tekanan darah tinggi yang dibiarkan begitu saja, dan terus meningkat akan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti, infark miokardium, gagal ginjal,
ensefalopati, dan kerusakan pada kornea mata.
c. Melancararkan pencernaan
Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit
nafsu makan (karminativa). umbinya memiliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi
digunakan pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual). namun demikian,
seledri berpotensi menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka. Penderita radang
ginjal tidak dianjurkan mengonsumsinya. Aromanya yang khas berasal dari sejumlah
komponen mudah menguap dari minyak atsiri yang dikandung Paling tinggi pada
buahnya yang dikeringkan. Kandungan utamanya adalah butilftalidadan butilidftalida
sebagai pembawa aroma utama.
Kandungan nutrisi dan senyawa dalam seledri memiliki khasiat membantu untuk
mengendalikan tekanan darah tinggi. Melansir Khasiat Daun Seledri Terhadap Tekanan
Darah Tinggi Pada Pasien Hiperkolestrolemia (2015) oleh Triola Fitria dan Oktadoni
Saputra, beberapa zat potensial bermanfaat untuk mengontrol tekanan darah tinggi pada
seledri di antaranya:
a) Apigenin
Zat ini dapat mencegah penyempitan pembuluh darah selain itu apigenin juga
berfungsi sebagai beta blocker yang bisa memperlambat detak jantung dan
menurunkan kekuatan kontraksi jantung.
b) Phthalides
Zat ini mampu mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah
zat yang dapat mengatur aliran darah ini memungkinkan pembuluh darah membesar
dan mengurangi tekanan darah.
Mineral ini memberikan gizi pada sel darah, membersihkan dan membuang
lemak tubuh yang berlebihan, dan mencegah peradangan di pembuluh darah
(aterosklerosis).
e) Fitosterol
Zat ini dapat menurunkan kadar kolestrol di dalam darah sehingga baik untuk
menjaga kesehatan jantung.
Senyawa yang memberikan aroma khas pada seledri ini dapat melemaskan otot
halus dan pembuluh darah, sehingga tekanan darah bisa menurun
6. Cara Pengolahan
Gambar Penjelasan
1) Alat
- Blender
- Pisau
- Gelas
2) Bahan
- Daun Seledri
- Air Hangat
3) Cara Membuat
1. Cuci bersih seledri
2. Siapkan air hangat
3. Masukkan seledri ke
dalam blender bersama air
hangat
4. Setelah halus masukkan
ke dalam gelas
5. Siap diminum
DAFTAR PUSTAKA