Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

WOC LIMFOMA

Faktor Keturunan Kelainan sistem Infeksi Virus faktor predispoosisi

kekebalan ( usia, pekerjaan )

sel red stenberg dalam kelenjar getah bening

proliferasi abnormal tumor

penyumbatan/penekanan

Dikelenjar getah bening ( leher ) KGB menghasilkan


sel darah putih

Agen cidera biologis Mengenai nodus limfe


Antibodi
menurun

penekanan pada esofagus Limfoma maligna Virus masuk ke tubuh

Hambatan saat menelan Rasa sakit ditenggorokan

nyeri Nafsu makan menurun MK: INFEKSI


BB menurun
MK: NYERI AKUT
MK : NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN
TUBUH
Perlawanan kelenjar

limfa dengan virus

Infamasi

Demam,suhu meningkat, berkeringat malam

MK: HIPERTEMI
MANEFSTASI KLINIS
No PROSES YANG BERHUBUNGAN
MANIFESTASI KLINIS
DENGAN PENYAKIT

Berhubungan dengan perbesaran


kelenjar getah bening yaitu limfoma
maligna
Gambar 3.1 : Benjolan

Sumber:
https://www.kompasiana.com/

Berhubungan dengan keganasan pada


limfoma maligna
Gambar 3.2 : Demam

Sumber:
https://www.alodokter.com/de
mam

Berhubungan dengan pembengkakan


kelenjar getah bening
Gambar 3.3 : Nyeri tekan

Sumber:

http://www.medanbisnisdaily.c
om/

Berhubungan dengan intake cairan


Gambar 3.4 : Penurunan berat yang kurang
badan

Sumber :
https://www.timesindonesia.co.
id/

Berhubungan dengan perbesaran


INTERVENSI KEPERAWATAN

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kesulitan mengunyah, kehilangan nafsu makan, lesi oral dan esofagus, malabsorbsi
gastro intestinal, infeksi oportunistik (kandidiasis, herpes).
Tujuan yang diharapkan:
1. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu
2. Peningkatan status nutrisi

Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasienmeliputi
ABCD, tanda-tanda vital, sensori, Membantu mengkajikeadaan pasien
dan bising usus.
Sajikan makanan yangmudah dicerna,
dalamkeadaan hangat, tertutup,dan Meningkatkan seleramakan dan intake makan
berikan sedikit-sedikittapi sering
Bantu pasien makan jikatidak mampu Membantu pasien makan
Ukur intake makanan dantimbang
Observasi kebutuhannutrisi
berat badan
Anjurkan pasien untukmakan sedikit-
sedikit tapisering
Meningkatkan nafsumakan

Anjurkan pasien untuk menghindari
makanan yang banyak mengandung
Mengurangi rasa nyaman
gas

Kolaborasi dengan ahli giziuntuk


menentukan dietyang tepat bagi Diet sesuai dengankebutuhan nutrisi pasien
pasien

Monitor hasil lab, sepertiglukosa,


elektrolit,albumin, Monitor status nutrisi
hemoglobin,kolaborasi dengan dokter
Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap
inflamasi

Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 – 37,5ºC )

intervensi Rasional

Dengan memantau suhu diharapkan diketahui


keadaan sehingga dapat mengambil tindakan yang
tepat.
Anjurkan dan berikan banyak minum (sesuai
kebutuhan cairan anak menurut umur)
Dengan banyak minum diharapkan dapat membantu
menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut
dan lipatan paha.
Observasi suhu tubuh pasien Kompres dapat membantu menurunkan suhu tubuh
pasien secara konduksi. Anjurkan untuk
memakaikan pasien pakaian tipis, longgar dan
mudah menyerap keringat
Dengan pakaian tersebut diharapkan dapat
mencegah evaporasi sehingga cairan tubuh menjadi
seimbang.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Antipiretik akan menghambat pelepasan panas oleh
hipotalamus.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d menurunnya nafsu
makandan mual muntah,
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x24 jamdiharapkan Ketidakseimbangan nutrisi
terpenuhi
kreteria hasil :
1. TTV dalam batas normal-
2. BB meningkat
3. Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
4. Mual muntah berkuarang
Intervensi Rasional

Kaji keadaan umum Pasien Memantao kondisi Pasien


Menyesuaikan kebutuhankalori yang dibutuhkan
Monitor Input dan Output nutrisi

Memenuhi kebutuhan nutrisi Pasien


Anjurkan makan sedikit tapi sering

Kolaborasi dengan ahli gizi Menjaga keseimbangan Pasien


Nyeri akut yang berhubungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe,b efek sekunder pemberian agen antileukemia, peningkatan produksi asam
laktat jaringan lokal
Tujuan : dalam waktu 3×24 jam terdapat penurunan respon nyeri
kriteria : secara subjektif kalian menyatakan penurunan rasa nyeri secara objektif didapatkan
tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi
perifer.
Intervensi Rasional
catat kkarakteristik nyeri, lokasi, variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri
intensitas, serta lama dan terjadi sebagai temuan pengkajian
penyebarannya
melakukan manajemen nyeri posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke
keperawatan: atur posisi fisiologis jaringan yang mengalami nyeri sekunder dari
iskemia
istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan
istirahat klien
perifer sehingga akan menurunkan kebutuhan
oksigen jaringan
manajemen lingkungan : lingkungan lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
tenang dan batas pengunjung eksternal dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada di ruangan
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan meningkatkan asupan O2 sehingga akan
dalam. menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan
Ajarkan teknik distraksi pada saat distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan
nyeri stimulus internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkevalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirim ke
korteks serabi sehingga menurunkan persepsi nyeri
manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
melakukan manajemen sentuhan menurunkan nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis
membantu suplai darah dan oksigen ke arah nyeri
dan menurunkan sensasi nyeri
Digunakan untuk mengurangi nyeri sehubungan
dengan hematoma otot yang besar dan perdarahan
kolaborasi pemberian terapi analgetik
sendi. Analgetika oral non oploid diberikan
menghindari ketergantungan terhadap narkotika
pada nyeri kronis
kemoterapi Pemberian disesuaikan dengan derajat penyakit

Terapi terpilih untuk penderita dengan penyakit


ekstranodal yang terbatas adalah radiasi.
radiasi. Radioterapi lokal atau radioterapi dengan lapangan
yang luas, terutama pada kasus limfoma histiositik
difus, penderita
Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan sistem imunitas tubuh dan
terapi imunosupresif ( supresi tulang belakang
Tujuan : dalam waktu 3×24 jam tidak terjadi infeksi
kriteria : klien dengan keluarga mampu mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dikurangi
serta menyebutkan tanda dan gejala dini
Intervensi Rasional
adanya infeksi dan bermanifestasi pada perubahan
TTV .
Demam atau hipoksemia mungkin mengindikasikan
monitor TTV
munculnya infeksi pada klien granulasipenik
Kaji dan catat faktor yang Menjadi data dasar dan meminimalkan resiko
meningkatkan resiko infeksi. infeksi

 Lakukan tindakan untuk


mencegah pemanjanan pada
sumber yang diketahui atau
potensial terhadap infeksi.
 Pertahankan isolasi protektif
sesuai kebijakan institusional.
 Pertahankan teknik mencuci
tangan dengan cermat.
 Beri hygiene yang baik.
 Batasi pengunjung yang sedang
demam, flu atau infeksi.
 Berikan hygiene parineal 2 kali
sehari setiap BAB.
 Batasi bunga segar dan sayur
segar.
 Gunakan protokol perawatan muut
Kewaspadaan meminimalkan pemajanan klien
terhadap bakteri virus dan patogen jamur baik
eksogen ataupun endogen

laporkan bila ada perubahan tanda Perubahan tanda-tanda vital merupakan tanda
vital. terjadinya sepsis terutama bila terjadi peningkatan
suhu tubuh.
Jelaskan alasan kewaspadaan dan Pengertian klien dapat memperbaiki kepatuhan dan
pantangan mengurangi faktor resiko

Yakinkan klien dengan keluarganya Granulositopenia dapat menetap 6 sampai 12


bahwa peningkatan kerentanan pada minggu. Pengertian tentang sifat sementara
infeksi hanya sementara granulositopenia dapat membantu mencegah
kecemasan klien dengan keluarganya

Meminimalkan prosedur invasif Prosedur tertentu dapat menyebabkan trauma


jaringan meningkatkan kerentanan infeksi

Kolaborasi pemberian antibiotik Menurunkan kehadiran organisme endogen

Mengonfirmasikan keterlibatan sel darah putih


Pantau laboratorium sel darah putih
terhadap infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long. 1996 Perawatan Medikal Bedah. Pedjajaran BandungDoenges, Marylyn E.


2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 4.Penerbit Buku Kedokteran EGC. JakartaPadila.
S.Kep.NS.2012. Keperawatan Medikal Bedah. Numed. YogyakartaSmeltzer , Bare, 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Brunnerdan suddart, Edisi 8, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai