Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan Malaria

Asuhan Keperawatan Malaria, Contoh Asuhan Keperawatan Malaria, Makalah Asuhan


Keperawatan Malaria, Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
oleh parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan
gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan
berbagai kumpulan gejala dan pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
Asuhan Keperawatan Malaria, Contoh Asuhan Keperawatan Malaria

Definisi

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium,
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam
yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala dan
pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.

Etiologi

Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat
spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax
(malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria
tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkan
bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun
bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dalam sel parenkim hati.
Tanda dan Gejala
Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria tanda dan gejala
yang dapat ditemukan adalah :

Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporulasi) pada malaria
tertiana (P. Vivax dan P. Ovale). Pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke 3, sedangkan malaria kuartania (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap seangan ditandai dengan bebeapa serangan demam
periodik. Demam khas malaria terdiri atas 3 stadium, yaitu menggigil (15 menit 1 jam),
puncak demam (2 6 jam), dan tingkat berkeringat (2 4 jam). Demam akan mereda secara
bertahan karena tubuh dapat beradaptasi terhadap parasit dalam tubuh dan ada respon imun.

Splenomegali

Merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongeori menghitam dan menjadi
keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.

Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling kerap adalah anemia karena P.
Falciparum. Anemia disebabkan oleh :
a. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
b. Eritrosit normal tidak dapat hidup lama
c. Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritrosit dalam sum-sum tulang
belakang.
d. Ikterus
Disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar.

Patofisiologi

Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui dua
cara yaitu : Secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang mengandung parasit
malaria. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia,
misalnya melalui transfuse darah, suntikan, atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu
yang terinfeksi (congenital).
Patofisiologi ma
laria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena : pecahnya eritrosit yang mengandung
parasit, fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak mengandung parasit, akibatnya terjadi
anemia dan anoksia jaringan dan hemolisis intravaskuler
2. Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepraskan endotoksin, makrofag melepaskan berbagai mediator
endotoksin.
3. Pelepasan TNF
Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF ini bertanggung
jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS.
4. Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob ini mengandung
antigen malaria yang kemudian akan bereaksi dengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi akan
menempel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan sehingga terjadi
bendungan.

4. Pemeriksaan diagnostik

1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Tetesan preparat darah tebal


Tetesan preparat darah tipis
b. Tes Antigen : p-f test
c. Tes Serologi
d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

5. Diagnosa Keperawatan

Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme, dehidrasi,


perubahan pada regulasi temperatur.
Gangguan pemenuhan nutrisi b. d mual, muntah dan anoreksia.
Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral
Gangguan mobilitas b.d kelemahan tubuh

6. Intervensi keperawatan

Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat metabolisme, dehidrasi,


perubahan pada regulasi temperatur.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Suhu 38,9- 41,1 c menunjukkan proses
Pantau suhu pasien, perhatikan pasien penyakit infeksius akut. Pola demam dapat
menggigil/ diaforesis. membantu dalam diagnosis mis: kurva
Pantau suhu lingkungan , batasi / tambahkan demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam
linen tempat tidur sesuai indikasi. menunjukkan pneumonia, demam. Menggil
Berikan kompres mandi hangat, hindari merupakan puncak suhu.
penggunaan alkohol. Suhu ruangan/ jumalh selimut harus diubah
Kolaborasi untuk mempertahankan suhu mendekati
Berikan antipiretik misalnya : ASA normal.
(Aspirin), asetaminofen (Tylenol). Dapat membantu mengurangi demam.
Berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi demam dengan
aksi sentral pada hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme dan
meningkatkan autodestruksi dari sel- sel yang
terinfeksi.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan
umumnya lebig besar dari 39,5- 40 c pada
waktu terjadi kerusakan/ gangguan pada
otak.
Gangguan pemenuhan nutrisi b. d mual, muntah dan anoreksia.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Berguna untuk mendefinisikan derajat/
Catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit ,
luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
berat badan dan derajat kekurangan berata tepat.
badan, integritas kulit, adanya tonus usus, Membantu dalam mengidentifikasi
riwayat mual/ muntah atau diare. kebutuhan/ kekuatan khusus. Pertimbangkan
Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/keinginan individu untuk memperbaiki
tidak disukai. makanan.
Awasi masukan/ pengeluaran dan berat Berguna dalam menukur keefektifan nutrisi
badan secara periodik. dan dukungan cairan.
Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi mengidentifikasi area pemecahan masalah
frekuensi, volume, konsistensi feses. untuk meningkatkan pemasukan /
Dorong makan dengan sering dengan porsi penggunaan nutrien.
sedikit. Membantu menghemat energi khususnya bila
Berika perawatan mulut sesudah maupun kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
sebelum tindakan. Menurunkan rasa tak enak karena sisa
Dorong orang terdekat untuk memberikan muntah atau obat untuk pengobatan respirasi
makanan. yang merangsang pusat muntah.
Kolaborasi Membuat lingkungan sosial lebih normal
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan selama makan dan membantu memenuhi
komposisi diet. kebutuhan personal dan kultural.
Konsul dengan terapi pernafasan untuk Memberikan bantuan dalam perencanaan diet
jadwal pengobatan 1- 2 jam sebelum/ dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan
sesudah makan. metabolik pasien.
Awasi pemeriksaan laboratorium contohnya: Dapat membantu menurunkan insiden mual/
BUN, protein, serum, dan albumin. muntah sehubungan dengan obat atau efek
Berikan terapi yang tepat. pengobatan pernafasan pada perut yang
penuh.
Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan
menunjukkann kebutuhan intervensi/
perubahan program terapi.
Demam meningkatkan kebutuhan metabolik
dan juga komsumsi kalori.
Nyeri akut, sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskular serebral
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan
Pertahankan tirah baring pada pasien selama relaksasi.
fase akut. Menurunkan tekanan vaskular serebral dan
Berikan tindakan nonfarmakologi untuk memperlambat respon simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala, misal; kompres menghilangkan sakit kepala dan
dingin, pijat, relaksasi. komplikasinya.
Minimalkan aktivitas yang dapat Aktivitas yang meningkat menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala. kepala karena adanya peningkatan tekanan
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai vaskular serebral.
kebutuhan. Pasien biasanya mengalami pusing juga
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan kadang mengalami hipotensi postural.
mulut yang teratur jika terjadi perdarahan
hidung.
Kolaborasi: Meningkatkan kenyamanan umum. Kompres
Berikan analgesic sesuai indikasi hidung dapat mengganggu menelan atau
Berikan antiansietas: lorazepam, diazepam. membutuhkan napas mulut.
Menurunkan nyeri dan menurunkan rangsang
simpatis.
Mengurangi tegangan & ketidaknyamanan
yang diperberat oleh stress.
Gangguan mobilitas b.d kelemahan tubuh
INTERVENSI RASIONAL
Type equation here.Mandiri Meningkatkanistirahat dan ketenangan.
Tingkatkan tirah baring atau duduk. Berikan Meningkatkan fungsi pernafasan &
lingkungan tenang. meminimalkan tekanan pada area tertentu.
Ubah posisi dengan sering. Berikan Memungkinkan periode tambahan istirahat
perawatan kulit yang baik tanpa gangguan
Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai Tirah baring lama dapat menurunkan
toleransi. kemampuan.
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu Meningkatkan relaksasi, memusatkan
melakukan latihan rentang gerak sendi pasif kembali perhatian dan dapat meningkatkan
atau aktif. koping.
Gunakan teknik manajemen stress, contoh Menunjukkan kurangnya
relaksasi, bimbingan imjinasi. Berikan resolusi/eksaserbasi, memerlukan istirahat
aktivitas hiburan. lanjut.
Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan Membantu dalam manajemen kebutuhan
pembesaran hati. tidur
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi: sedatif, agen
antiansietas.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. E. Mariylynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer. A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Media aesculapius.
FK UI. (1996). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Balai penerbit FKUI.
Asuhan Keperawatan Malaria
2.2 TINJAUAN TEORITIS
2.2.1 KONSEP DASAR MALARIA

1. Pengertian

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001).

2. Etiologi

Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,

a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/ vivaks
(demam pada tiap hari ke tiga).

b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan yang cukup
ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam
tiap 24-48 jam).

c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae (demam tiap
hari empat).

d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di Nusa
Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa
pengobatan, menyebabkan malaria ovale

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies plasmodiumnya.
Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-
14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
Cara Penularan dan siklus hidup

Tergantung faktor setempat; seperti pola curah air hujan, kedekatan antara lokasi
perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.

Dikenal istilah endemis malaria dan musim malaria Epidemik yang luas dan berbahaya dapat
terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya memiliki
kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan
terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke wilayah yang
memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau
perpindahan masyarakat akibat konflik.
3. Jenis-jenis malaria

Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya


antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan
oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter
eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double
Chromatin).

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:

Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak
tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi
(Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil
dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai
hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat
mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat
terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di
temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya
mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk
identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan
fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh
Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada
malam hari

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya
lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan
pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin
eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias
malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.

Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika
merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali,
parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

4. Karakteristik nyamuk

Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina
Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia, hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung
sporozoit dan dapat menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles yang
menjadi vektor malaria.

Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau dan ada pula yang
bersarang pada genangan air pada cabang-cabang pohon yang besar (Slamet, 2002).

Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :

a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah

b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari

c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km

e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat

f. Daur hidupnya memerlukan waktu 1 minggu .

g. Lebih senang hidup di daerah rawa

5. Patofisiologi

Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a. Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk (Sporogoni).
Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk-
bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh
Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina
menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista.
Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002).

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid.
Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya
parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001).

b. Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menyengat
manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan sporozoit ke dalam peredaran darah yang untuk
selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami
pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan
melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan Pra -eritrositer primer. Terjadi
di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung
hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon
eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran
yang di keluarkan diproses kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang
dikelurkan bersamaan dari usus halus.
Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi trofozoit.
Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut ekso-
eritrositer sekunder. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di
lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita
merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di pisahkan.
Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di
tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.

6. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer
(2000) antara lain sebagai berikut :

a. Demam

Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria
Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas
demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam periodik.

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya Trias Malaria (malaria proxysm) secara berurutan :

1) Periode dingin.

Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.

2) Periode panas

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).

Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan
berkeringat

3) Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika
membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas anterior.
Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang membedakan jika lien membesar
lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak
dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer).

d. Ikterus

Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam
darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik

Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi
pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin
yang di hasilkan

2) Ikterus hepatoseluler

Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di
sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif

Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut dengan
ikterus obstuktif (Corwin, 2000).
7. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan mikroskopis malar

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai
pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey
epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam
malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan
mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk
itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.

Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik


yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode


demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam
mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.

2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0
mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.

4) Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya
digunakan sebagai dasar pemilihan obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine
orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan
dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi
cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung
parasit.

c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit
plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini
terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler

Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium


dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit
penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:

a. Malaria Tersiana/ Kuartana

Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin
single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian
primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)

b. Malaria Ovale

Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-
sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg
selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum

Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak
2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10
hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari

9. Komplikasi

Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan
dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala
permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan
kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.

b. Anemia berat

Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (3 mg/ dl. Seringkali
penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan
adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai
akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

c. Edema paru

Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan
meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan
oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).

d. Hipoglikemia

Konsentrasi gula pada penderita turun.

2.2.2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien
dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menentukan
diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi
hasil asuhan ynag telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan, pada setiap
tahap, saling terjadi ketergantungan dan slaing ketergantungan (Azimul, Aziz. 2004).

Proses keperawatan terdiri dari tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Dasar data pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum


Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase demam)
Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi),
hipovolemia,penurunan aliran darah.

c. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan masa otot. Penurunan
haluaran urine, kosentrasi urine.

e. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma

f. Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat splenektomi, baru
saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehtan actual
atau potensial, berdasarkan data yang telah dikumpulkan yang pemecahannya dapat dilakukan dalam
batas wewenang perawat untuk melakukannya ( Aziz. 2004).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000)
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak
sdekuat ; anorexia; mual/muntah

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh; prosedur
tindakan invasive

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman
pada hipotalamus.

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk
pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.

e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnose keperawatan maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu
ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan klien. Rencana
keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :

a Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan yang tidak
sdekuat; anorexia; mual/muntah .

Tindakan/ Intervensi :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan klien

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.

2) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat


Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia

3) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.


Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi

4) Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.


Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control

5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ

6) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi


Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

b Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan utama tidak
adekuat), prosedur invasif.

Tindakan/ Intervensi :

1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.


Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia adalah tanda
tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.

2) Amati adanya menggigil dan diaforosis

Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.

3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama masa terapi

Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari organisme.

4) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.

Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum

5) Dapatkan spisemen darah.

Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek langsung sirkulasi kuman
pada hipotalamus.

Tindakan/ intervensi :

1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.


Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam menunjukkan
diagnosis.

2) Pantau suhu lingkungan.

Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.

3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin menyebabkan


kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
4) Berikan antipiretik.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

5) Berikan selimut pendingin.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.

d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan untuk
pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh

Tindakan/ intervensi

1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.


Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan efektifitas dari
perfusi jaringan.

2) Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan hipotensi dan perubahan
pada tekanan nadi.

Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang menyerang darah

3) Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.

Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung, nadi dapat lemah atau lambat
karena hipotensi yang terus menerus, penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.

4) Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea berat.

Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-efek langsung dari kuman
pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan
resiko kegagalan pernafasan akut.

5) Berikan cairan parenteral.

Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi.

e Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

Tindakan/ intervensi:

1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.


Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.

2) Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek samping dan ketaatan terhadap
program.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan dan
mengurangi kambuhnya komplikasi.

3) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.

Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.

4) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.


Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan penyembuhan

5) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.


Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi jumlah penyebab
penyakit yang ada.

6) Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.


Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.

4. Pelaksanaan

Implementasi adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan


melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan (Aziz. 2004).

Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut:

a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi

b. Keterampilan interpersonal,intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat
c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi

d. Dokumentasi intervensi dan respon klien

(Keliat, Anna Budi, 2001)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses keperawatan
(diagnose, tujuan, intervensi) harus dievaluasi.

a. Klien menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi

b. Klien menunjukkan tanda-tanda terpenuhnya kebutuhan cairan

c. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut

d. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan klien

e. Klien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal

(Suryadi, dkk. 2001)

2.3 Prasat Pemasangan Infus

2.3.1 Pengertian

Prosedur infuse merupakan suatu prosedur untuk mempertahankan cairan intravena. Prosedur
infuse lazim diberikan untuk mengatasi problem keperawatan yang berhubungan dengan kebutuhan
cairan dan elektrolit. Diagnosa keperawatan yang lazim untuk tindakan tersebut antara lain
kekurangan volume cairan atau resiko tinggi kekurangan cairan atau diagnose keperawatan seperti
resiko infeksi.

( Perry Potter, 2001)

2.3.2 Fungsi Cairan

Mempertahankan panas dan temperature tubuh

Transport nutrient ke sel


Transport hasil sisa metabolism

Transport hormaon

Pelumas antar organ

Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler

2.3.3 Persiapan Alat

Larutan intravena yang tepat

Jarum atau kateter vena untuk fungsi vena yang sesuai

Infus set yang disesuaikan dengan pilihan pemberian, bayi dan anak kecil membutuhkan microdrip (60
tetes untuk setiap mil)

Torniket

Sarung tangan sekali pakai, pelindung mata, masker

Papan tangan/ alas tangan

Kassa steril, Yodium atau betadine

Plester yang telah dipotong atau siap digunakan

Tiang intravena

Kapas alcohol

Gunting plester

Perlak dan alas

2.3.4 Pelaksanaan

Langkah-langkah pelaksanaan pemasangan infuse

1. Tahap Pra interaksi

Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien

Siapkan lingkungan klien

Cuci tangan

Menyiapkan alat-alat
2. Tahap Orientasi

Berikan salam, panggil klien dengan namanya

Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/keluarga

3. Tahap Kerja

Menyiapkan posisi klien

Menyiapkan suasana lingkungan yang nyaman

Menjaga privasi klien

Menggantungkan cairan yang diperlukan pada standar infuse

Membuka infuse set dan klem putar infuse ditutup, kemudian membuka tutup pelindung pada ujung
tajam, pertahankaan sterilitas

Tusukkan botol dengan ujung tajam

Tekan sisi ruang tetesan untuk mengisi dengan cairan sampai batas yang telah ditentukan

Buka klem putar, biarkan cairan infuse mengalir keluar agar tidak ada udara yang sisa dalam kanul infuse
setelah cairan keluar, klem putar ditutup kembali

Memasang perlak dan alas pada area yang akan dipasang infuse

Pilih kateter IV yang tepat

Pilih tempat vena yang akan digunakan

Memasang torniket 5 10 cm diatas area penusukan

Memastikan vena yang dapat dipasang infuse

Bersihkan tempat penusukan dengan kapas alcohol 70 % dengan gerakan sirkular

Jarum infuse steril atau abocath ditusukkan ke dalam vena yang telah disiapkan dengan posisi lubang
jarum menghadap ke atas pada sudut 15 20

Perhatikan darah yang keluar melalui selang jarum yang menandakan bahwa jarum telah memisuki
vena. Dorong kateter IV ke dalam vena dan lepaskan stiletnya

Tahan kateter dengan satu tangan, lepaskan torniket

Denagn cepat hubungkan adapter jarum (IV kateter) dengan selang infuse
Buka klem putar untuk mengalirkan cairan

Lakukan fiksasi dengan plester dibawah kateter dengan sisi yang lengket menghadap ke atas dan
silangkan plester diatas kateter

Menutup pangkal jarum dengan kassa betadine dan di plester

Mengatur tetesan sesuai dengan kebutuhan klien ( tetes/menit)

Merapikan alat-alat

4. Tahap Terminasi

Evaluasi respon klien dan kondisi klien

Simpulkan hasil kegiatan

Lakukan kontak untuk kegiatan selanjutnya

Akhiri kegiataan dan bersihkan alat

Cuci tangan

5. Dokumentasi

Catat pada catatan keperawatan : jenis cairan yang digunakan, letak insersi, kecepatan aliran, ukuran
dan tipe kateter/jarum, tanggal dan waktu pemasangan infuse.

Anda mungkin juga menyukai