Anda di halaman 1dari 5

RANCANGAN TUGAS

EKONOMI DAN PERBANKAN SYARI’AH

Disusun oleh :

CECE JOYO IRAWAN


19530013

Dosen Pengampu
Drs. Khaidir Saib, M. Sc

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

(STIE RIAU)

2020
1. Apa yang dimaksud prinsip bagi hasil?
Bagi hasil merupakan bentuk dari perjanjian kerja sama antara pemodal
(investor) dan pengelola modal (Entrepreneur) dengan menjalankan kegiatan usaha
ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha
tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua belah pihak sesuai dengan
nisbah kesepakatan di awal perjanjian dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian
akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Bagi Hasil adalah bentuk
return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak
pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil
usaha yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem bagi
hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah (Karim, 2004:191).

1. Apa yg dimaksud dengan prinsip jual beli ( mark-Up/ Margis)?

Dalam dunia perdagangan, kita mengenal istilah Margin sebagai keuntungan. Namun
lebih sering lagi dinotasikan dalam bentuk persentase keuntungan. Sehingga jika
orang mengatakan Margin, otomatis yang dia maksud adalah persentase Margin.
Secara umum, Margin adalah selisih antara satu bidang dan bidang yang
melingkupinya. Jika kita ibaratkan kertas print, maka margin adalah selisih antara
bidang kertas keseluruhan dengan bidang kertas yang akan digunakan untuk media
print (print area). Dalam Microsoft Office kita pun menemukan istilah margin ini
ketika melakukan pengaturan halaman (page setup).

Kita juga sering mendengar istilah Markup dalam dunia bisnis. Istilah ini secara
sederhana adalah menaikkan harga jual dari harga pokok nya. Kadangkala istilah ini
berkonotasi negatif karena menyiratkan persekongkolan dalam pengadaan barang
dimana harga dinaikkan lagi di atas harga jual aslinya untuk kepentingan pribadi
pihak pengadaan barang. Namun kita tidak akan membahas pengertian Markup dari
sudut pandang ini.

2. Apa yang dimaksud dengan prinsip keadilan ekonomi islam?


Prinsip ekonomi Islam menyoroti dua hal penting. Yang pertama adalah mengenai
kepemilikan atau kekayaan seseorang tidak dibatasi jumlahnya. Manusia memiliki
sifat yang ingin memenuhi kebutuhan mereka sebaik mungkin. Dengan begitu,
manusia dapat memiliki kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Di saat yang sama, kita
sebagai manusia, khususnya umat Islam, diwajibkan menunaikan Zakat. Zakat inilah
yang menjaga keadilan secara ekonomi dan menyeluruh karena segala hal mengenai
hubungan antar-manusia sudah diatur dalam agama Islam. Zakat juga dapat
mengurangi kesenjangan antara orang-orang yang berkecukupan dan yang tidak
berkecukupan. Tidak hanya satu ayat saja yang menyinggung tentang zakat, seperti
dalam QS 2: 110,” Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat….”, QS 2:277
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

Hal yang kedua adalah berkaitan dengan kerangka hukum dimana semua perdagangan
dan bisnis bisa dilakukan secara bebas karena prinsip dasar muamalah adalah bebas,
sampai ada dalil yang melarangnya. Islam mendefinisikan sistem ekonomi secara
spesifik, namun dalam beraktivitas terdapat batasan dalam bentuk larangan. Dengan
kata lain, Islam telah membentuk sesuatu yang dapat dikatakan sistem yang mengatur
kualitas dan cara memperoleh kekayaan smengacu pada salah satu ajaran Islam yang
sangat penting, yaitu larangan bagi umat Islam agar tidak menguasai hak dan
kekayaan orang lain dengan cara yang salah. Dalam Islam, bunga adalah hal yang
sangat dilarang karena hal tersebut adalah bukti nyata dari sebuah ketidakadilan.
Dalam QS 3:130 disebutkan bahwa bunga adalah sesuatu yang dilarang, “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda…”.
Larangan bunga berarti bahwa uang hanya dapat dipinjamkan secara sah sebagai
tindakan amal atau dalam transaksi bisnis yang sah berdasarkan keuntungan dan
pembagian risiko. Investasi, pertambahan kekayaan yang didapat dari usaha adalah
hal yang sah bahkan dianjurkan menurut aturan agama Islam.

Kegiatan usaha yang di dalamnya terdapat ketidakjelasan mengenai penambahan


harta, risiko dan sebagainya merusak prinsip ekonomi Islam. Ketidakjelasan dalam
kontrak bisnis dengan tujuan untuk menyembunyikan risiko dari pihak lain juga
dilarang oleh agama Islam. Hal ini menyinggung soal transaksi perdagangan yang
bersifat spekulatif seperti jual beli saham, short selling, jual beli valuta asing, dan
sebagainya.

Sistem ekonomi yang diterapkan oleh sebagian besar negara di dunia dapat diyakini
sebagai penyebab dari masalah-masalah ekonomi yang salah duanya adalah
kesenjangan dan ketidakadilan ekonomi. Oleh karena itu, Quran dan Sunnah adalah
sumber yang cocok untuk mencapai keseimbangan, kemerataan, dan pertumbuhan
ekonomi di masa yang akan datang. Semoga para ekonom Islam di masa mendatang
dapat mewujudkan apa yang sudah diatur dalam agama Islam.

3. Apa yang dimaksud dengan prinsip tolong menolong ( Ta’aun ) dalam ekonomi
islam?

Ta’awun berasal dari bahasa arab yang artinya tolong menolong. Menurut
istilah dalam ilmu aqidah dan akhlak, pengertian ta’awun adalah sifat tolong
menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam ajaran
islam, sifat ta’awun ini sangat diperhatikan, hanya dalam kebaikan dan takwa, dan
tidak ada tolong menolong dalam hal dosa dan pelanggaran atau keburukan. Oleh
karen itu sifat ta’awun atau tolong menolong merupakan akhlak terpuji dalam agama
islam.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al-Maidah:  2)

Sesuai dengan dua pengertian di atas, maka implementasi dari prinsip ta’awun
(tolong menolong) dalam asuransi syariah (takaful) pada dasarnya ada di antara para
peserta yang dari awal sudah memiliki niatan untuk menolong peserta lain yang
mengalami kerugian. Umar bin al-Khatthab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu dengan niat dan
sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan apa yang dia niatkan.”

Oleh karena itu niatkan ketika Anda bergabung dengan  asuransi syariah
adalah untuk menolong orang lain, sehingga kita akan mendapatkan kebaikan dunia
dan akhirat. Dengan memasuki asurasi syariah, dana yang disertakan akan sangat
bermanfaat  bagi masyarakat.Ta`awun (kerjasama dalam kebaikan) merupakan prinsip
utama asuransi syariah yang membedakannya dengan asuransi konvensional. Oleh
karena itu sudah saatnya umat Islam beralih dari asuransi konvensional yang ribawi
ke asuransi syariah.

Anda mungkin juga menyukai