Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

“SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL MELIPUTI JENGJANG PENDIDIKAN SEKOLAH


DAN SATUAN PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL”

DI SUSUN OLEH KWLOMPOK 11 :


ANISA ( 1954041017)
KURMALA DEVI (1954041027)

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelsaikan makalah yang berjudul “SISTEM PENDIDIKAN
NASIONAL MELIPUTI JENGJANG PENDIDIKAN SEKOLAH DAN SATUAN
PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan kami dari membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu/bapak Dosen pada bidang studi pengantar pendidikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik yang kami bahas ini bagi para pembaca
dan juga untuk kami.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna baik segi
penyususnan, bahasa, maupun penulisanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna agar menjadi acuan bagi kami
penyusun makalah ini untuk bisa menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kolaka, 1 November 2020

Kelomok 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam
yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan
keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan disegala bidang.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui pengertianjenjang pendidikan sekolah.
2. Menjelaskan satuan dan program pendidikan informal.

BAB II
PEMBAHASAN
1. A. PENGERTIAN JENJANG PENDIDIKAN
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu
1.Pendidikan dasar (SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B).
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya.
Pendidikan dasar berbentuk:
· Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta
· SekolahMenengahPertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), ataubentuk lain yang
sederajat.
2. Pendidikan menengah (SMU, SMK.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk:
1. Sekolah MenengahAtas (SMA),
2. Madrasah Aliyah (MA),
3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
4. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dandoktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk:
1. akademi
2. politeknik
3. sekolahtinggi
4. institut
5. universitas.
Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, danvokasi.
Meski tidak termasuk dalam jenjang pendidikan, terdapat pula pendidikan anak usia dini,
pendidikan yang diberikan sebelum memasuki pendidikan dasar.Pendidikan Anak Usia Dini
atau disingkat PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.Pendidikan anak usia dini merupakan salah
satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
B.KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk membentuk sejumlah
kemampuan manusia Indonesia dari berbagai tingkat usia dan golongan yang meliputi:
kemampaun kepribadian dan moralitas, kemampuan intelektual, kemampuan social
kemasyarakatan, kemampuan vokasional, kemampuan jasmani dan kemampuan-kemampuan
lainnya. Untuk mewujudkan tujuan yang beranekaragam tersebut diperlukan satuan-satuan
dan jalur-jalur Pendidikan yang merupakan komponen-komponen system pendidikan.
Komponen-komponen system pendidikan tersebut dapat dibagi dalam dua go1ongan besar
yaitu satuan pendidikan sekolah dan satuan pendidikan luar sekolah.
1.Satuan Pendidikan Sekolah
Satuan Pendidikan Sekolah merupakan bagian dari system pendidikan yang bersifat formal,
berjenjang dan berkesinambungan. Berdasarkan jenjang dan sifatnya, pendidikan sekolah
dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a.Dilihat dari Jenjangnya Pendidikan sekolah dapat dibagi menjadi Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah dan PendidikanTinggi.
1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
2) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
3) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.

b. Di lihat dari sifatnya


Pendidikan sekolah dapat diklasifikasikan lagi menjadi pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luarbiasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik dan pendidikan profesional.
2.Satuan pendidikan luar sekolah
Satuan pendidikan luar sekolah terdiri dari pendidikan dalam keluarga, pendidikan melalui
kelompok-kelompok belajar, kursus-kursus, dan satuan-satuan pendidikan lain yang sejenis.
D.SARANA PENUNJANG KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM
PENDIDIKAN
Keberhasilan komponen-komponen system pendidikan dalam menunaikan fungsinya
juga tergantung pada adanya beberapa sarana penunjang yang ikut membantu berfungsinya
komponen-kornponen atau satuan-satuan pendidikan tersebut. Beberapa di antara sarana
penunjang dalam system pendidikan kita adalah: kurikulum, tenaga kependidikan,
sumberdaya pendidikan dan pengelolaan .
1.Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu ( UU No. 20 tahun 2003 pasal 1
ayat 19 ). Kurikulum disusun sebagai alat untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasiona1.Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi, potensi daerah, dan peserta didik.
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan : peningkatan iman dan taqwa; peningkatan
akhlak mulia; peningkatan potensi,kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi
daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja;
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, danseni; agama; dinamika perkembangan
global; persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (UU No. 20 thn 2003 pasal 36).
2.Tenaga Pendidik
Tenaga kependidikan merupakan ujung tombak usaha perwujudan tujuan
pendidikan.Tugas pokok mereka adalah menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih,
meneliti, mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pe1ayanan teknis dalam bidang
pendidikan. Mereka terdiri dari tenaga-tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik,
pengawas, peneliti dan pengembang dalam bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar. Mereka seharusnya merupakan orang-orang yang profesional yang
menguasai tugasnya dan memiliki dedikasi dalam melaksanakan tugasnya.
3.Sumber Daya Pendidikan
Berhasilnya suatu satuan pendidikan dalam menunaikan fungsinya perlu ditunjang
dengan penyediaan sumberdaya pendidikan yang meliputi: gedung dan perlengkapannya,
sumber belajar seperti buku-buku dan alat-alat bantu mengajar dan dana yang memadai.
2. SATUAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL.
A. Pengertian Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar
dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap¸ seperti
pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan nonformal pada umumnya
dilaksanakan tidak dalam lingkungan fasik sekolah, maka pendidikan nonformal diidentik
dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu, pendidikan nonformal dilakukan diluar
sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota masyarakat. Sebab itu program pendidikan
nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap
menarik minat para konsumen pendidikan.
Menurut pengertian Undang Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 12 “Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang”. Sedangkan menurut Coombs (Trisnamansyah, 2003:
19) mendefinisikan pendidikan nonformal sebagai setiap kegiatan pendidikan yang
diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang mapan, baik dilakukan secara terpisah
atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih besar, dilakukan secara sengaja
untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya.
B.Asas-Asas Pendidikan Nonformal
Asas-asas pendidikan nonformal mencakup asas kebutuhan, asas pendidikan
sepanjang hayat, asas relevansi dengan pembangunan masyarakat, dan asas wawasan ke
masa depan.
(1) . Asas kebutuhan meliputi kebutuhan hidup manusia (human needs), kebutuhan
pendidikan (educational needs), dan kebutuhan belajar (learning needs). Kebutuhan hidup
adalah jarak antara kebutuhan fisiblogis, rasa aman, sosial, penghargaan, dan/atau
aktualisasi diri yang dimiliki saat ini dengan kebutuhan tersebut yang hams atau
diharapkan terpenuhi.
Kebutuhan pendidikan adalah jarak antara tingkat pendidikan atau kemampuan yang
dimiliki pada saat ini dengan tingkat pendidikan atau kemampuan yang seharusnya atau
diharapkan dipenuhi. Kebutuhan belajar adalah peryataan tentang pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai tertentu yang ingin dipenuhi melalui kegiatan
pendidikan nonformal.
(2) . Pendidikan sepanjang hayat (lift-long education) adalah prinsip bahwa pendidikan
dilakukan sepanjang hayat dengan keserasian antara pendidikan formal, nonformal, dan
informal. Pendidikan sepanjang hayat adalah upaya sadar untuk menumbuhkan kegiatan
belajar sepanjang hayat (life-long learning).
Penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan nonformal ini
menyebabkan adanya tiga ciri umum pada jalur pendidikan nonformal, yaitu :
a.Pendidikan nonformal memberikan pendidikan secara wajar dan luas kepada setiap
orang sesuai dengan peredaan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing;
b.Pendidikan nonformal diselenggarakan dengan melibatkan peserta didik dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan dapak program kegiatan belajar;
c. Pendidikan nonformal memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkandung dalam proses
pendidikannya. (Sudjana, 2004;230)
(3). Relevansi dengan pembangunan masyarakat merupakan wilayah utama pendidikan
nonformal. Fungsi pendidikan nonformal adalah untuk membelajarkan sumber daya
manusia (human resource development) sebagai subjek pembangunan masyarakat
sehingga mereka memiliki budaya, berorganisasi (community organization) dan,
pengembangan ekonomi (economic development) di masyarakat baik pedesaan maupun
perkotaan.
(4) . Wawasan ke masa depan (futures oriented) mengandung makna bahwa pendidikan
nonformal adalah upaya mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pembelajaran, dan pelatihan bagi peranan peserta didik pada masa depan.
C. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Nonformal
a. Fungsi Pendidikan Nonformal
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa
fungsi Pendidikan Nonformal adalah sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal, dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat untuk
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
b. Tujuan Pendidikan Nonformal
1. Masyarakat memperoleh layanan PAUD yang bermutu, adil dan merata dalam
menyiapkan anak didik dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Masyarakat/penduduk buta aksara dewasa (15 tahun ke atas) dapat
memperoleh/mengikuti program pendidikan keaksaraan fungsional secara efektif, efisien,
dan akuntabel.
3. Masyarakat memperoleh layanan pendidikan kesetaraan yang bermutu, relevan, dan
berkelanjutan untuk menunjang penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 12 Tahun dan
memperluas akses pendidikan menengah dengan lebih menekankan pada keterampilan
fungsional dan kepribadian profesional.
4. Terwujud kelembagaan kursus dan pelaksanaan kursus para Profesi yang Bermutu
dan Berorientasi Kecakapan Hidup (PKH), khususnya bagi penduduk penganggur usia
produktif untuk dapat bekerja dan/atau berusaha secara produktif, mandiri, dan
profesional.
5. Masyarakat memperoleh layanan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang semakin
luas dan bermutu sebagai wahana peningkatan budaya baca untuk mendorong aksarawan
baru dan anggota masyarakat lainnya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
kecakapan yang berguna bagi kehidupan mereka.
6. Terwujud keadilan gender dalam pelayanan pendidikan melalui peningkatan
kesetaraan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam akses, mutu, relevansi, dan
tata kelola pemerintahan bidang pendidikan.
7. Terwujud kelembagaan dan unit-unit pelaksana teknis PNF, serta satuan PNF
lainnya yang terakreditasi dan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu,
efisien, efektif dengan tata kelola yang akuntabel dan transparan.
D. Jenis-Jenis dan Satuan Pendidikan Nonformal
a. Jenis-Jenis Pendidikan Nonformal
Jenis pendidikan nonformal meliputi:
1. Pendidikan Kecakapan Hidup (lifeskill)
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan, dan
keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan. Tujuan
pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan
mampu, sanggup dan terampil menjaga kelangsungan hidup, dan perkembangannya di
masa datang. Kecakapan hidup mencakup kecakapan dasar dan kecakapan instrumental.
Kecakapan dasar meliputi : (i) kecakapan belajar mandiri; (ii) kecakapan membaca,
menulis, dan menghitung; (iii) kecakapan komunikasi; (iv) kecakapan berpikir ilmiah,
kritis, nalar, nasional, lateral, sistem kreatif eksploratif reasoning, pengambil keputusan,
dan pemecahan masalah; (vi) kecakapan mengelola raga; (vii) kecakapan merumuskan
kepentingan dan upaya-upaya untuk mencapainya; (viii) kecakapan berkeluarga dan
sosial. Kecakapan instrumental meliputi : (i) kecakapan memanfaatkan teknologi; (ii)
kecakapan mengelola sumber daya; (iii) kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (iv)
kecakapan memanfaatkan informasi; (v) kecakapan menggunakan sistem; (vi) kecakapan
berwirausaha; (vii) kecakapan kejuruan; (viii) kecakapan memilih, menyiapkan, dan
mengembangkan karir; (ix) kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan; (x)
kecakapan menyatukan bangsa.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal atau nonformal,
dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:
a. Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia 3 –
6 tahun, yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya,
sehingga siap memasuki pendidikan dasar.
b. Taman Penitipan Anak (TPA) adalah wahana pendidikan dan pembinaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam
menagsuh anaknya karena bekerja atau sebab lain.
3. Pendidikan Kepemudaan
Pendidikan kepemudaan perlunya pendidikan kepemudaan merupakan usaha dari
pemerintahan untuk mencetak generasi-generasi yang berkualitas dan unggul dalam
banyak hal. Pendidikan kepemudaan bias diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan organisasi kepemudaan sebagai lembaga kependidikan. Diantaranya
melalui, organisasi pemuda-pemudi di desa-desa, perkumpulan olahraga dan organisasi
kesenian. Organisasi kepemudaan adalah organisasi sosial wadah pengembangan generasi
muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari,
oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas
adat sederajat yang bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sebagai institusi sosial
yang menjadi sumber daya sosial paling potensial di masyarakatnya, organisasi
kepemudaan diorientasikan untuk menjadi organisasi pelayanan kemanusiaan
penyelenggaraan usaha kesejahteraan sosial yang memiliki pendekatan dan standar pada
pendekatan pekerjaan sosial yang memadai, karena organisasi kepemudaan adalah juga
volunteer. Organisasi kepemudaan adalah lembaga nonformal yang tumbuh dan eksis
dalam masyarakat antara lain ikatan remaja mesjid, kelompok pemuda (karang taruna),
dan sebagainya. Pendidikan kepemudaan dipandang sangat perlu dikembangkan lagi
karena pada hakikatnya dalam diri pemuda itu terdapat berbagai potensi yang apabila
tidak dikelola dengan baik maka kemampuan/bakat tersebut akan sia-sia.
4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
Salah satu penyebab ketidakberdayaan perempuan adalah ketidakadilan gender yang
mendorong terpuruknya peran dan posisi perempuan di masyarakat. Perbedaan gender
seharusnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak menghadirkan ketidakadilan gender.
Namun perbedaan gender tersebut justru melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi
laki-laki maupun perempuan. Manifestasi ketidakadilan itu antara lain (1) Marginalisasi
karena diskriminasi terhadap pembagian pekerjaan menurut gender, (2) Subordinasi
pekerjaan (3) Stereotiping terhadap pekerjaan perempuan, (4) Kekerasan terhadap
perempuan, dan (5) Beban kerja yang berlebihan.
Oleh karena itu, ada beberapa komponen penting yang perlu diperhatikan dalam upaya
memberdayakan perempuan, yaitu (1) Organisasi dan kepemimpinan yang kuat, (2)
Pengetahuan masalah hak asasi perempuan, (3) Menentukan strategi, (4) Kelompok
peserta atau pendukung yang besar, dan (5) Komunikasi dan pendidikan. Sementara itu,
salah satu upaya dalam memberdayakan sumber daya manusia, khususnya perempuan,
adalah melalui penanaman dan penguatan jiwa dan praktek kewirausahaan. Secara umum,
ciri dan watak seorang wirausahawan adalah (Kartini, 2001):
1. Memiliki kepercayaan diri dan optimis
2. Berorientasi pada kerja dan hasil
3. Berani mengambil resiko dengan perhitungan yang jelas
4. Memiliki jiwa dan sikap kepemimpinan
5. Memiliki kemampuan kreatif dan inovatif
6. Berorientasi ke masa depan
Dengan demikian maka sebaiknya dalam pengembangan sumber daya perempuan
sebaiknya diarahkan untuk membentuk manusia yang (1) memiliki motivasi dan etos
kerja yang tinggi, (2) menguasai banyak ilmu dan keterampilan, (3) memiliki sikap
mental yang konsisten yang diwujudkan dalam komitmennya pada bidang pekerjaan
tertentu (profesional), (4) memiliki semangat dan kemampuan bersaing (kompetitif), dan
(5) memiliki budaya yang didasari pada nilai-nilai agama dan humanisme.
5. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu layanan pendidikan non formal untuk
membelajarkan warga masyarakat buta aksara, dan sebagai suatu pendekatan
pembelajaran, merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam
menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan
menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi
yang ada di lingkungan sekitar.
Untuk mencapai hal tersebut, pendidikan keaksaraan diselengarakan dengan prinsip ;
1) Konteks lokal, adalah bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan dilaksanakan
berdasarkan minat, kebutuhan, pengalaman, permasalahan dan situasi lokal serta potensi
yang ada di sekitar warga belajar.
2) Desain lokal, tutor bersama warga belajar perlu merancang kegiatan pembelajaran di
kelompok belajar, sebagai jawaban atas permasalah, minat dan kebutuhanwarga belajar
3) Partisipatif, tutor perlu melibatkan warga belajar berpartisipasi secara aktif, dari mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil warga belajar .
4) Fungsionalisasi hasil belajar, dari hasil pembelajarannya warga belajar diharapkan
dapat memecahkan masalah keaksaraannya dan meningkatkan mutu dan taraf hidupnya.
Strategi pembelajaran pendidikan keaksaraan
Dalam rangka mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan
menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan menganalisis,
yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungan sekitar, maka strategi pembelajaran yang diterapkan adalah; membaca,
menulis, berhitung, diskusi dan aksi (Calistungdasi). Kegiatan aksi dalam strategi
pembelajaran pendidikan keaksaraan adalah merupakan pemanfaatan hasil belajar warga
belajar atau fungsionalisasi hasil belajar.
2. Komponen penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan terdiri; atas komponen utama,
komponen pembelajaran dan komponen pendukung, yang masing terdiri atas -unsur –
unsur sebagai berikut :
2.1.Komponen utama, komponen utama penyelenggaraan pendidikan keaksaraan meliputi
: a. Warga belajar, b. Tutor, c. Penyelenggara, d. Kelompok belajar, e.Tenaga Suport
Sistem, f. Dana
2.2.Komponen pembelajaran Komponen pembelajaran penyelenggaraan pendidikan
keaksaraan terdiri atas ; a. Struktur/kurikulum program pembelajaran, b. Program
pembelajaran, c. Proses pembelajaran, d. Bahan dan media belaja, e. Evaluasi belajar, f.
Fungsionalisasi hasil belajar.
2.3.Komponen Pendukung Komponen pendukung pendidikan keaksaraan terdiri atas : a.
Pelatihan, b. Pendampingan, c. Bimbingan teknis, d. Acuan – acauan, e. Ragi belajar, f.
Birokrasi dan dukungan masyarakat.
6. Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja
Pendidikan seperti ini biasanya dilaksanakan oleh suatu lembaga atau organisasi tertentu
yang ingin menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil . Saat ini kursus dan/atau
pelatihan yang paling banyak bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.
7. Pendidikan Kesetaraan, Serta
Ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak
pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin
meningkatkanpengetahuan dan kecakapan hidupnya.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi, dan
kedudukan. Lulusan program pendidikan kesetaraan memiliki hak yang sama dengan
pendidikan formal yaitu mereka bias melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi.
Diluar hal itu pengelolaan pendidikan kesetaraan di Indonesia sekarang begitu menjamur,
minat masyarakat mengikuti program inipun semakin meningkat. Program Paket B pun
memberi sumbangsih terhadap program wajar diknas secara nasional mencapai sekitar
3% lulusan Paket A, B dan C terus meningkat.
Sejalan dengan perkembangan zaman, karakteristik sasaran, maka pendidikan
kesetaraanpun mulai memberikan variasi layanan untuk memberikan layanan bagi
masyarakat yang memang membutuhkan layanan pendidikan nonformal. Kini pendidikan
kesetaraanpun memberikan alternatif layanan seperti Pembelajaran Langsung, Lumbung
Belajar, Layanan Jemput Bola, Home schooling, dan E-Learning.
Pembelajaraan langsung adalah tatap muka langsung antara tutor dan warga baik secara
perorangan maupun kelompok di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau
lembaga penyelenggaraan lainnya.
Lumbung Belajar adalah tempat disebut gudang ilmu, tempat yang dapat disinggahi oleh
warga belajar yang ingin mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Jenis lumbung
belajar juga di Nunukan, Entikong, dan Hongkong.
Layanan jemput bola adalah layanan pendidikan yang bersifat aktif, yang bergerak
mendatangi dan menjangkau peserta didik yang mengalami hambatan atau kesulitan
untuk datang ke tempat pembelajaran, biasanya juga tutor kunjungan. Tugas tutor disini
sangat berat, ia harus mendatangi warga yang ingin belajar yang lokasinya cukup jauh,
bahkan tutor menggunakan para layang untuk mencapai sasaran karena letak geografis
yang bergunung dan berlembahseperti di kawasan Indonesia Timur.
Home schooling adalah proses layanan pendidikan yang dilakukan secara teratur, terarah,
dan terencana dilakukan oleh orang tua/ keluarga di rumah atau di tempat-tempat lain,
dimana proses belajar berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar semua
potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal.
E-Learning merupakan situs percontoh penggunaan teknologi komunikasi untuk alternatif
sistem belajar.
Diverifikasi layanan ini dilakukan sebenarnya untuk memberikan layanan kepada
masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam hal keterbatasan dari sisi waktu,
keterbatasan ekonomi, dan keterbatasan sosial.
Tugas Tutor (tenaga pengajar) dan penyelenggaraan pendidikan nonformal sangat berat,
bila melihat karakteristik sasaran pendidikan nonformal yang beragam, apalagi anggaran
untuk pendidikan nonformal di Indonesia cenderung tidak sebanding dengan anggaran
untuk pendidikan formal. Padahal pendidikan nonformal sendiri memiliki andil besar
dalam membantu pembangunan pendidikan di Indonesia. Seperti dikatakan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nonformal sebagai penambah, pengganti dan
pelengkap pendidikan formal, tetapi pendidikan nonformal memberikan warna tersendiri
bagi lulusannya yaitu bagaimana memberdayakan diri, untuk menolong diri sendirinya.
Meskipun tantangannya kini semakin beragam dan begitu kompleks.
8. Pendidikan Lain Yang Ditujukan Untuk Mengembangkan Kemampuan Peserta
Didik.
b. Satuan Pendidikan Nonformal
1. Lembaga Kursus dan Pelatihan
Lembaga Kursus dan pelatihan adalah satuan pendidikan nonformal yang berfungsi
menyelenggarakan kursus dan/atau pelatihan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi. Satuan Lembaga kursus dan pelatihan biasanya
menyelenggarakan program pendidikan kecapakapan hidup, program pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja, dan program pendidikan kepemudaan.
2. Kelompok Belajar
Kelompok belajar adalah medium bagi anggota masyarakat yang tergabung dalam
program pendidikan nonformal untuk belajar dan saling membelajarkan sesuai dengan
tujuan dan target program. Beberapa program pendidikan nonformal yang
mengelompokkan sasaran/warga belajar dalam kelompok belajar antara lain pendidikan
keaksaraan, pendidikan kesetaraan, dan PAUD. Biasanya anggota kelompok belajar
memiliki kesamaan tujuan dan motivasi untuk belajar bersama, nilai dan norma yang
diakui bersama sebagai pengikat dalam kelompok.
3. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) adalah suatu wadah yang menampung
berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk
menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya. Tujuan
PKBM adalah untuk memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak
mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Karena itu PKBM
dapat menyelenggarakan berbagai program pendidikan nonformal sesuai dengan
kebutuhan dan potensi masyarakat disekitarnya.
4. Majelis Taklim
Majelis Taklim merupakan satuan pendidikan nonformal yang memfokuskan pada
pendidikan Islam melalui ceramah umum atau pengajian Islam. Tempat kegiatan majelis
taklim dapat dilakukan di halaman masjid atau kantor-kantor atau di tempat lain yang
dikhususkan untuk itu. Prinsip kegiatan majelis taklim adalah kemandirian dan swadaya
masyarakat dari masing-masing anggotanya. Dengan kata lain, majelis taklim adalah
lembaga pengajian Islam yang memiliki ciri-ciri tersendiri dilihat dari sudut metode dan
buku pegangan yang digunakan jama’ah, pengajar (ustaz/ustadzah), materi yang
diajarkan, sarana, dan tujuan.
Peran strategis majelis taklim adalah mewujudkan learning society, yakni masyarakat
yang memiliki tradisi belajar tanpa dibatasi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
menjadi wahana relajar serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan, wadah
mengembangkan silaturahmi, dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya, bagi semua
lapisan masyarakat.

E. Ketenagaan Pendidikan Nonformal


Ketenagaan dalam pendidikan nonformal adalah anggota masyarakat yang memiliki tugas
dan kewenangan dalam merencanakan dan melaksanakan proses serta menilai hasil,
melakukan pembimbingan dan pelatihan pada satuan pendidikan nonformal. Ketenagaan
pada pendidikan nonformal terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Pamong belajar, yaitu pegawai negeri sipil (PNS) yang diberikan tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat dalam rangka pengembangan model dan
pembuatan percontohan serta penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan pelaksanaan
program pendidikan luar sekolah. Pamong Belajar bertugas dan bertanggungjawab
menyuluh, membimbing, mengajar, melatih peserta didik dan mengembangkan model
program pembelajaran, alat pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran pada jalur
pendidikan nonformal.
2. Pendidik PAUD Nonformal, yaitu tenaga honor yang diberi tugas, tanggung jawab
dan wewenang menyelenggarakan pembelajaran bagi anak usia dini, mereka bertugas dan
bertanggung jawab membimbing dan melatih anak usia dini pada kelompok bermain,
taman penitipan anak dan bentuk lain yang sejenis, ketiga instruktur kursus, yaitu tenaga
yang memiliki kompetensi dan sertifikasi pada bidang keterampilan tertentu, keempat,
tutor pendidikan keaksaraan dan kesetaraan (paket A, B dan C), keenam fasilitator desa
intensif (FDI), yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan pelayanan
pembelajaran pada desa-desa tertinggal.
Untuk melakukan pembinaan terhadap pendidik dan Tenaga Kependidikan pendidikan
nonformal, sebagai bagian upaya untuk meningkatkan efektivitas dalam peningkatan
kualitas SDM, dalam arti menyiapkan tenaga pendidikan nonformal yang profesional
dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu,
1. Pendekatan karakteristik
Pendekatan karakteristik yaitu pendekatan yang memandang profesi mempunyai
seperangkat elemen inti yang membedakan dengan pekerjaan lainnya. Hasil studi sifat
karakteristik profesi meliputi: 1) kemampuan intelektual yang diperoleh melalui
pendidikan, 2) memiliki pengetahuan spesialisasi, 3) memiliki pengetahuan praktis yang
dapat digunakan langsung oleh orang lain, 4) memiliki teknik kerja yang dapat
dikomunikasikan , 5) memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau
self organization, 6) mementingkan kepentingan orang lain, 7) memiliki kode etik, 8)
memiliki sanksi dan tanggungjawab komunita, 9) mempunyai sistem upah dan 10)
memiliki budaya profesi.
2. Pendekatan Institusional
Pendekatan institusional yaitu pendekatan yang memandang profesi dari segi proses
institusional atau perkembangan asosiasionalnya, atinya menekankan pengakuan atas
suatu profesi oleh negara atau pemerintah.
Menurut Wilensky, mengemukakan lima langkah untuk memprofesionalkan suatu
pekerjaan, yaitu: a) memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full time bukan
pekerjaan sambilan.; b) menetapkan satuan pendidikan nonformal tempat menjalani
proses pendidikan dan pelatihan; c) mendirikan organisasi atau asosiasi profesi; d)
melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan hukum
terhadap asosiasi atau perhimpunan tersebut, dan e) Mengadopsi secara formal kode etik
yang ditetapkan.
3. Pendekatan Legalistik
Pendekatan legalistik yaitu pendekatan yang menekankan adanya pengakuan atau suatu
profesi oleh negara atau pemerintah. Suatu pekerjaan dapat disebut profesi jika dilindungi
oleh undang-undang atau produk hukum yang ditetapkan oleh pemerintahan suatu negara.
Menurut M. Friedman pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi suatu profesi
sesungguhnya dapat ditempuh melalui tiga tahap yaitu : a) registrasi (registration), b)
Serifikasi (certification) dan c) Lisensi (licensing).

F. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PENDIDIKAN NONFORMAL


1. Keunggulan Pendidikan Nonformal
Kehadiran pendidikan nonformal, terutama di negara-negara sedang berkembang,
dipandang telah memberikan berbagai manfaat. Pendidikan ini dipandang memiliki
beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan pendidikan formal. Penyelenggaraan
program pendidikan formal pada umumnya memperoleh kritik dalam tiga segi yaitu
biayanya yang mahal, kurangnya relevansi dengan kebutuhan masyarakat, dan
fleksibilitasnya kurang.
Mahalnya biaya penyelenggaraan program pendidikan formal disebabkan oleh waktu
belajar yang lama dan terus menerus, pengelolaan pendidikan yang sentralistik, dan
penggunaan sumber daya secara intensif. Kurangnya relevensi pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat disebabkan oleh kurikulum yang lebih bersifat akademis,
menyamaratakan peserta didik, dan cenderung terpisah dari kehidupan masyarakat
sekitar. Rendahnya fleksibilitas pendidikan formal disebabkan oleh bentuk dan isi
programnya yang konvensional, kepercayaan yang berlebih-lebihan terhadap dominasi
sekolah dan pengaruh pendidik (guru), serta pengawasan yang seragam secara nasional.
Berawal dari kelemahan pendidikan formal tersebut. Maka di sini peranan dari
pendidikan nonformal menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Pendidikan nonformal hadir
dengan struktur program yang lebih luwes, biaya lebih murah, lebih berkaitan dengan
kebutuhan masyarakat, serta memiliki program yang fleksibel. Sehingga pendidikan
nonformal memiliki peranan yang sangat besar bagi mereka yang tidak berkesempatan
memenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur persekolahan atau jalur formal.
Sehingga pendidikann nonformal juga memiliki kedudukan dalam sistem pendidikan
nasional yaitu sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional bersama dengan
pendidkan formal dan informal untuk tercapainya tujuan dari sistem pendidikan nasional.

2. Kelemahan Pendidikan Nonformal


Di samping berbagai keunggulan ,perlu dikemukakan di sini bahwa pendidikan
nonformal bukan tanpa kelemahan. Kelemahan yang terdapat dalam program pendidikan
ini antara lain: kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik profesional, dan motivasi
belajar yang relatif rendah.
a. Kelemahan pertama, kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman dan
luasnya program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. Semua lembaga pemerintah,
baik yang berstatus departemen maupun non departemen, menyelenggarakan program-
program pendidikan nonformal. Berbagai lembaga swasta, perorangan, dan masyarakat
menyelenggarakan program pendidikan nonformal yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan lembaga tersebut atau untuk pelayanan kepada masyarakat. Dengan adanya
variasi program yang dilakukan oleh berbagai pihak itu akan memungkinkan terjadinya
program-program yang tumpang tindih. Program yang sama mungkin akan digarap oleh
berbagai lembaga, sebaliknya mungkin suatu program yang memerlukan penggarapan
secara terpadu kurang mendapat perhatian dari berbagai lembaga. Oleh karena itu
koordinasi antar pihak penyelenggara program pendidikan nonformal sangat diperlukan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program serta untuk mendayagunakan sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah
sehingga program tersebut mencapai hasil yang optimal.
b. Kelemahan kedua, tenaga pendidik atau sumber belajar yang profesional masih
kurang. Penyelenggara kegiatan pembelajaran dan pengelolaan program pendidikan
nonformal sampai saat ini sebagian terbesar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak
mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. keterlibatan mereka dalam
program pendidikan didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau kerena tugas
yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja, dan mereka pada umumnya berlatar
belakang pendidikan formal. Kenyataan ini sering mempengaruhi cara penampilan
mereka dalam proses pembelajaran anatara lain dengan menerapkan pendekatan mengajar
pada pendidikan formal di dalam pendidikan nonformal sehingga pendekatan ini pada
dasarnya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pembalajaran dalam pendidikan nonformal.
Pengelolaan program pendidikan nonformal memerlukan pendekatan dan keterampilan
yang relatif berbeda dengan pengelolaan program pendidikan formal. Untuk mengatasi
kelemahan itu maka diperlukan upaya peningkatan kemampuan tenaga pendidik yang ada
dalam pengadaan tenaga profesional pendidikan nonformal.
c. Kelemahan ketiga, motivasi belajar peserta didik relatif rendah. Kelemahan ini
berkaitan dengan:
1. Adanya kesan umum bahwa lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal yang
peserta didiknya memiliki motivasi kuat untuk perolehan ijazah.
2. Pendekatan yang dilakukan oleh pendidik yang mempunyai latar belakang
pengalaman pendidikan formal dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran
pendidikan nonformal pada umumnya tidak kondusif untuk mengembangkan minat
peserta didik.
3. Masih terdapat program pendidikan, yang berkaitan dengan upaya membekali peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan dibidang ekonomi, tidak dilengkapai dengan
masukan lain (other input) sehingga peserta didik atau lulusan tidak dapat menerapkan
hasil belajarnya.
4. Para lulusan pendidikan nonformal dianggap lebih rendah statusnya dibandingkan
status pendidikan formal, malah sering terjadi para lulusan pendidikan yang disebut
pertama berada dalam pengaruh lulusan pendidikan nonformal.
Dengan demikian, kelemahan-kelemahan di atas merupakan beberapa contoh yang
muncul di lapangan. Namun pendidikan nonformal makin lama makin diakui pentingnya
dan kehadirannya sebagai pendidikan yang berkaitan erat dengan kebutuhan masyarakat
dan bangsa serta sebagai bagian penting dari kebijakan dan program pembangunan.
(Sudjana, 2004: 41-42)
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi
pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam
yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

B.SARAN
Mengingat system pendidikan di Indonesia yang semakin terpuruk dan banyak anak-
anak yang tidak melanjutkan sekolah, seharusnya pemerintah harus tanggap terhadap hal
tersebut, seperti menambah anggaran pendidikan dalam APBN, meningkatkan kesejahteraan
Guru, menambah infrastruktur sekolah, mencanangkan wajib belajar 12 tahun, serta
memperbaiki system pendidikan yang terkesan carut-marut yang pada akhirnya semakin
membingungkan peserta didik.
Perbaikan mutu pendidikan juga sangat diperlukan, karena di era globalisasi seperti sekarang
ini yang menuntut kemajuan pendidikan di Negara kita. Sistem pendidikan yang tangguh juga
sangat diperlukan untuk memajukan peserta didik yang tangguh pula. Peran besar pemerintah
juga sangat diperlukan untuk memajukan mutu pendidikan di pedalaman Indonesia, yang
sekarang terkesan diabaikan. Pada intinya, semuanya dimulai dari perbaikan system
pendidikan, mutu pendidikan serta anggaran pendidikan yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai