Anda di halaman 1dari 22

TUGAS RESUME MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH:
RAHAYU (105111101219)

PRODI D III KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR TAHUN AJARAN 2020-2021
1. Konsep Manajemen Konflik

A. Pengertian Manajemen Konflik


Istilah konflik berasal dari bahasa latin, com dan yang berarti bersama
dan fligere yang berarti melanggar, menabrak, menemukan dan membentur. Dengan
demikian, konflik merupakan ekspresi pertikaian individu dengan individu, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Konflik organisasi (organizational
conflict) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau
kelompok-kelompok organisai yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka
harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja
atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau
persepsi.
Manajemen adalah pengelolaan untuk mengatur sebuah organisasi atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi.Sedangkan konflik adalah proses
dua orang atau lebih yang melakukan tindakan untuk menyingkirkan orang lain.  Jadi,
manajemen konflik adalah sebuah pendekatan yang dilakukan serta diarahkan untuk
komunikasi dengan pelaku konflik. Yang mana pelaku konflik dapat memengaruhi
kepentingan bersama suatu organisasi. Sedangkan menurut ahli Howard Ross,
manajemen konflik adalah langkah yang diambil pihak ketiga dengan tujuan
mengarahkan konflik ke hasil tertentu yang mungkin/tidak menghasilkan hasil akhir
berupa penyelesaian konflik atau mungkin/tidak menghasilkan ketenangan atau hasil
mufakat.

B. Aspek Positif dan Negatif dari Konflik

Sikap terhadap konflik dalam organisasi/lembaga pendidikan telah berubah


dari waktu ke waktu, persepsi atau pandangan mengenai konflik telah berubah dari
masa ke masa, yaitu:

No Dampak Negatif Dampak Positif


1. Semua konflik berakibat Konflik dapat berakibat negatif dan
negatif. positif.
2. Harus dihindari (tradisional). Harus dikelola
3. Berdampak positif bagi
Berdampak negative bagi organisasi (functional).
organisme  (disfunctional).
4. Menggunakan norma yang Merevisi dan memperbarui norma
sudah mapan. yang sudah mapan.
5. Menghambat efektivitas Meningkatkan efektivitas
organisasi. organisasi.
6. Mengganggu hubungan kerja Menambah intim hubungan kerja
sama (menghambat sama.
komunikasi).
7. Mengarah pada disintegrasi. Menuju ke integrasi.
8. Menghabiskan waktu dan Menghemat waktu dan tenaga.
tenaga.
9. Stress, frustrasi, tegang, kurang Mampu menyesuaikan diri dan
konsentrasi, dan kurang puas. meningkatkan kepuasan.
10 Tidak mampu mengambil Mampu mengambil tindakan.
. tindakan.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional atau pun
berperan salah (disfungsional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik
mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan
organisasi tergantung bagaimana konflik tersebut dikelola. Selain itu ada beberapa
dampak lain dari konflik, sebagai berikut :

1. Dampak Positif dari Konflik

a. Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama


dan menciptakan norma baru.
b. Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan
antarindividu dan kelompok.
c. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang
sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
d. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang
berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.
e. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas
atau masih belum tuntas ditelaah.
f. Konflik memungkinkan ada penyesuaian kembali norma-norma, nilai-
nilai dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan
dengan kebutuhan individu atau kelompok.
g. Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan
antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.

2. Dampak Negatif dari Konflik


a. Konflik sosial dapat menimbulkan perpecahan di suatu kelompok
sosial yang tadinya bersatu. Misalnya, konflik agama di Maluku
pernah memicu perpecahaan di masyarakat. Untunglah konflik tersebut
telah selesai dan rekonsiliasi dapat terjadi.
b. Konflik sosial juga dapat berakibat permusuhan dalam masyarakat.
Permusuhan yang terjadi seringkali memengaruhi kenyamanan dan
kerukunan anggota kelompok.
c. Kekerasan juga dapat menjadi akibat dari konflik sosial. Kekerasan
terjadi karena ada agresi satu pihak terhadap pihak lain baik secara
fisik maupun verbal.
d. Dampak lain dari konflik adalah perubahan kepribadian. Hal tersebut
dapat terjadi karena individu yang terlibat konflik mengalami tekanan
psikologis. Misalnya, seorang anak yang tak mau berkeluarga karena
menjadi korban kekerasan orang tuanya.
e. Terakhir, dampak yang mungkin terjadi dari konflik adalah jatuhnya
korban. Korban di sini dapat berupa harta benda, sarana prasarana,
korban luka, bahkan korban jiwa. Misalnya, kerusuhan yang terjadi
pada tahun 1998 di berbagai wilayah di Indonesia menimbulkan
banyak tokoh dijarah, banyak perempuan yang diperkosa, banyak
orang yang mengalami luka-luka, juga banyak orang yang kehilangan
nyawa.

C. Penyebab Konflik
Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab terjadinya konflik menurut Wise 2010 & Robbin
1996, yaitu:
1. Karateristik individual
Berikut ini merupakan perbedaan individual antar orang-orang yang mungkin
dapat melibatkan seseorang dalam konflik.
a. Nilai sikap dan Kepercayaan (Values, Attitude, and Baliefs)
Perasaan kita tentang apa yang benar dan apa yang salah, dan predisposisi
untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu kejadian, dapat dengan
mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai yang dipegang dapat
menciptakan ketegangan-ketegangan di antara individual dan group dalam suatu
organisasi
b. Kebutuhan dan Kepribadian (Needs and Personality)
Konflik muncul karena adanya perbedaan yang sangat besar antara
kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang bahkan dapat berlanjut kepada
perseteruan antar pribadi.
c. Perbedaan Persepsi (Persptual Differences)
Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik. Konflik
juga dapat timbul jika orang memiliki persepsi yang salah,
2. Faktor situasi
a. Kesempatan dan Kebutuhan Barinteraksi (Opportunity and Need to Interact)
Kemungkinan terjadinya konflik akan sangat kecil jika orang-orang terpisah
secara fisik dan jarang berinteraksi. Sejalan dengan meningkatnya assosiasi di
antara pihak-pihak yang terlibat, semakin meningkat pula terjadinya konflik.
b. Kebutuhan untuk Berkonsensus (Need for Consensus)
Proses menuju tercapainya konsensus seringkali didahului dengan
munculnya konflik.
c. Ketergantungan satu pihak kepada Pihak lain (Dependency of One Party to
Another)
Dalam kasus seperti ini, jika satu pihak gagal melaksanakan tugasnya, maka
yang lain juga terkena akibatnya, sehingga konflik lebih sering muncul.
d. Perbedaan Status (Status Differences)
Apabila seseorang bertindak dalam cara-cara yang kongruen dengan
statusnya, konflik dapat muncul.
e. Rintangan Komunikasi (Communication Barriers)
Komunikasi sebagai media interaksi diantara orang-orang dapat dengan
mudah menjadi basis terjadinya konflik. Bisa dikatakan komunikasi oleh pedang
bermata dua: tidak adanya komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik,
tetapi disisi lain, komunikasi yang terjadi itu sendiri dapat menjadi potensi
terjadinya konflik.
f. Batas-batas tanggung jawab dan Jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous
tesponsibilites and Jurisdictions)
Orang-orang dengan jabatan dan tanggung jawab yang jelas dapat
mengetahui apa yang dituntut dari dirinya masing-masing. Ketika terjadi
ketidakjelasan tanggung jawab dan jurisdiksi, kemungkinan terjadinya konflik jadi
semakin besar
3. Kondisi Keorganisasian
Tatkala sejumlah besar orang hadir bersama di suatu organisasi, banyak hal bisa
memicu konflik. Konflik berakar pada peran dan tanggung jawab, kebergantungan,
sasaran, kebijakan, maupun sistem reward.

D. Solusi/langkah-langkah pemecahan konflik


Strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi :
1. Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu
konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan
akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang
memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer
perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan
“Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan
tanggal untuk melakukan diskusi”
2. Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan
masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini
memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka
untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat
yang pertama.
3. Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak
informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin
mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi
bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

4. Kompromi atau Negosiasi


Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua
pihak yang dapat menguntungkan semua pihak. Menurut Nursalam, tekhnik ini
merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam
konflik.
5. Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
a. Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan
kerja yang sama.
b. Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling
mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

Walaupun konflik adalah kekuatan yang dapat meluas dalam organisasi,


pelayanan kesehatan, hanya sedikit presentasi waktu yang dihabiskan dalam melakukan
kolaborasi yang sebenarnya.
Lain halnya dengan Rubin (dalam Farida, 1996) yang menyatakan bahwa
manajemen konflik yang biasa digunakan seseorang adalah domination (dominasi),
capitulation (menyerah), inaction (tidak bertindak), withdrawl (menarik diri),
negotiation (negosiasi), dan third party intervention (intervensi pihak ketiga). Ketika
individu yang terlibat konflik berusaha memaksa secara fisik pihak lain untuk
menerima kemauannya disebut cara dominasi. Capitulation terjadi bila salah satu pihak
menyerahkan kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik, sedangkan bila salah
satu pihak yang berkonflik tidak melakukan usaha untuk menyelesaikan konflik
tersebut inaction. Withdrawl adalah cara yang digunakan individu dengan menghindar
agar tidak terlibat dalam konflik yang terjadi. Negotiation ditandai dengan adanya
pertukaran pendapat antara kedua belah pihak untuk mencapai tindakan yang disetujui
bersama dan intervensi pihak ketiga terjadi bila individu atau kelompok di luar pihak
yang bertikai berupaya menggerakkan pihak-pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan konflik. Pada saat ini pihak ketiga hanya berperan sebagai moderator.
Prijosaksono dan Sembel (2003) mengemukakan berbagai alternatif penyelesaian
konflik dipandang dari sudut menang-kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran
manajemen konflik yaitu :
1. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau
bekerja sama. Tujuan adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian
melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang
bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat
mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu
sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk
menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh.
Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami
dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh
komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa ada pihak yang memenangkan konflik
dan pihak lain kalah. Biasanya menggunakan kekuasaan atau pengaruh untuk
mencapai kemenangan. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri
dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau
kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak
mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah,
sehingga hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian
yang cepat dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kalah-menang ini
berarti ada pihak berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan
pihak lain. Gaya digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih
besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat
dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah
dalam hal ini bukan berarti kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk
memungkinkan penyelesaian terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak.
4. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari
konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Bisa berarti bahwa kedua belah pihak
tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk
mengatasi konflik tersebut. Cara ini sebenarnya hanya bisa dilakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting.

Menurut nursalam (2002) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu


konflik meliputi :
1) Pengkajian
a) Analisis situasi
Identifikaksi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah
dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui
pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-
masing, tentukan jika situasinya bisa berubah.
b) Analisis dan mematikan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah
utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah
tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.
c) Menyusun tujan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
2) Identifikasi
Mengelola perasaan dengan cara menghindari respon emosional yang
meliputi : marah, sebab setiap orang mempunyai respon yang berbeda
terhadap kata-kata, ekspresi dan tindakan.
3) Intervensi
a) Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik. Selanjutnya
identifikasi hasil yang posiitif yang akan terjadi.
b) Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai
untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

E. Metode penatalaksanaan konflik


Ada beberapa metode agar manajemen organisasi berlangsung dinamis yaitu:
1. Merangsang konflik
Cara merangsang konflik dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Mengundang pihak ketiga untuk menggugah konflik (merangsang). Jika suatu
perusahaan dalam keadaan statis, kurang dinamis dan kurang inovatif, maka perlu
mendatangkan pihak ketiga sebagai pihak yang dapat merangsang konflik. Jika
konflik antar person dan organisasi terbentuk maka pihak ketiga sekaligus dapat
berfungsi sebagai penengah atau pendamai, sehingga konflik dapat dikendalikan
dan dapat dimasukkan pengaruh positifnya bagi kemajuan organisasi.
b. Menyimpang dari peraturan - peraturan kebiasaan yang berlaku, sebagai contoh
ialah dengan tidak mengikut sertakan individu atau kelompok yang mereka
lakukan untuk mengambil keputusan begitu juga menambah kelompok baru dalam
jaringan informasi manajemen.
c. Manajemen menata kembali struktur organisasi.
d. Meningkatkan kadar persaingan
Hal itu dapat dilakukan dengan pemberian insentif, bonus dan penghargaan bagi
siapa yang berprestasi. Jika persaingan dipertahankan pada tingkatan tertentu,
maka akan mengarah pada konflik yang produktif.
e. Memilih dan menetapkan kembali manajer yang cocok.
2. Mengurangi konflik
Pengurangan konflik dapat dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu pada
tingkat yang merugikan dan menghambat kemajuan dan prestasi yang diinginkan.
Padahal kita tidak menginginkan konflik yang demikian. Oleh karena itu hal - hal
yang dapat dilakukan ialah :
a. Saling memberikan infomasi yang positif saja antara kelompok kerja yang satu
dengan kelompok kerja yang lain.
b. Sering mengadakan kontak - kontak sosial.
c. Mempersatukan kelompok konflik dengan menciptakan dan meyakinkan mereka
akan adanya musuh bersama. Dengan diciptakannya sesuatu yang menjadi musuh
bersama ini, maka perhatian terhadap sebab-sebab terjadinya konflik untuk
sementara diabaikan, dan pada akhirnya konflik dapat dikurangi.
3. Menyelesaikan konflik
Untuk menyelesaikan perselisihan antara berbagai pihak dapat dilakukan
dengan tujuan cara (Edwin B. Flippo 1994) :
a. Cara menang kalah dimana satu pihak memaksa pihak lain untuk mengalah
b. Menarik diri dan mundur dari perbedaan pendapat
c. Memperhalus perbedaan - perbedaan atau membuat perbedaan itu kelihatan
kurang penting
d. Mengutamakan tujuan, dimana kedua pihak untuk sementara diminta
menghentikan perselisihan perselisihan demi kerjasama dalam hal - hal yang lebih
bernilai dan lebih penting
e. Mengkompromikan, memisahkan perbedaan dan berunding untuk mencapai posisi
- posisi antara yang dapat diterima
f. Penyerahan kepada suatu pihak ketiga dari luar untuk mengambil keputusan
seorang wasit dan
g. Mengundang pihak ketiga dari luar untuk menengahi dan membantu dua pihak
utama mencapai suatu penyelesaian.
Untuk mengelola konflik secara efektif dibutuhkan pemahaman tentang asal
konflik itu. Beberapa konflik organisasional yang paling umum adalah masalah
komunikasi, struktur organisasi dan perilaku indifidual dalam organisasi [5].
Berikut adalah strategi yang dapat digunakan oleh manajer untuk menangani
konflik dalam unit atau organisasional secaara efektif
1) Mendorong terjadinya konfrontasi. Sering kali pegawai secara tidak tepat
mengharapkan manajer untuk mengatasi masalah interpersonal mereka. Manajer
seharusnya mendorong pegawai untuk mengatasi masalah mereka sendiri.
2) Konsultasi pihak ketiga. Ini digunakan hana sebagai pihak yang netral untuk
membantu orang lain menyelesaikan konflik secara konstruktif.
3) Perubahan perilaku. Ini digunakan hanya untuk kasus serius yaitu terjadi konflik
disfungsional. Moodel edukasi, perkembangan pelatihan atau pelatihan sensitifitas
dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan cara mengembangkan
kesadaran diri dan perubahan perilaku pada pihak yang terlibat.
4) Pemetaan tanggung jawab. Ketika ambiguitas timbul akibat peran yang tidak jelas
atau peran baru, sering kali semua pihak perlu berkumpul untuk memperjelas
fungsi dan tanggung kawab peran.
5) Perubahan struktur. Kadang kala sebagai manajer perlu terlibat dengan konflik.
6) Menunjuk satu pihak. Ini merupakan penyelesaian sementara yang harus
digunakan dalam krisis ketika tidak ada waktu untuk mengatasi konflik secara
efektif.
2. MANAJEMEN KEPERAWATAN SEBAGAI ANGGOTA TIM KESEHATAN
A. Rencana Kerja Dalam Manajemen Keperawatan

Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktunya dibagi


menjadi 3 jenis, yaitu perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional adalah
perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu
tahun. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan
kurun waktu antara satu tahun sampai lima tahun (Marquis & Huston, 1998), sedangkan
perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah perencanaan
yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai 20 tahun (Swanburg, 1999). 17 Dalam perencanaan
di ruang perawatan biasanya yang digunakan adalah perencanaan jangka pendek yaitu
rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Marilah kita perhatikan satu per satu jenis
perencanaan tersebut seperti dalam uraian berikut ini :

Rencana Harian adalah rencana yang berisikegiatanmasing-masingperawat yang dibuat


setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuatoleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan
perawat pelaksana. Rencana Bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan.
Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini biasanya dibuat oleh
kepala ruang dan ketua tim/perawat primer. Rencana Tahunan adalah rencana yang dibuat
setiap tahun sekali, yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya,
rencana ini biasanya dibuat oleh kepala ruang.

Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam Perencanaan reaktif


yaitu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang dihadapi saat ini dan
Perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul, antisipasi
terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi, sedangkan
menurut proses penyusunan perencanaan diklasifikasikan menjadi: Pendekatan
Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat) :

a. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach)


yaitu Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi yang dimiliki
dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan
terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.
b. Pendekatan SWOT ( Strenght, Wekness, Opportunity dan Threat)
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa faktor
internal yang berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan kelemahan (Weaknes),
selanjutnya melakukan analisa factor eksternal yang berhubungan dengan peluang
(opportunity) dan tekanan/ancaman (Threat). Setelah diketahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan
organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang
mencantumkan target yang harus dicapai.

B. Menghitung tingat ketergantungan pasien


Dorothea Orem telah mengembangkan teori Defisit Perawat Diri. Berdasarkan
teorinya ini dapat diklasifikasi tingkat ketergantungan pasien yang terdiri dari 3 yakni
Minimal Care, Partial Care dan Total Care.

Minimal Care

1. Klien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan

a. Mampu naik-turun tempat tidur


b. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
c. Mampu makan dan minum sendiri
d. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
e. Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
f. Mampu berpakaian dan berdanda dengan sedikit bantuan
g. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2. Status psikologis stabis


3. Klien dirawat untuk prsedur diagnostik
4. Operasi ringan

Partial Care

1. Klien memerlukan bantuan perawat sebagian

a. Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur


b. Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan
c. Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
d. Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
e. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
f. Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
g. Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur/kamar mandi)

2. Pasca operasi minor (24 jam)


3. Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor
4. Fase awal dari penyembuhan
5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
Total Care

1. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama

a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kursi
roda
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NGT
(sonde)
d. Membutuhkan bantuan kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
h. Klien tidak sadar

2. Keadaan klien tidak stabil


3. Observasi TTV setiap kurang dari 8 jam
4. Perawatan luka bakar
5. Perawatan kolostomi
6. Menggunakan alat bantu pernapasan
7. Menggunakan WSD
8. Irigasi kandung kemih secara terus-menerus
9. Menggunakan alat traksi
10. Fraktur dan atau pascaoperasi tulang belakang/leher
11. Gangguan emosional berat, bingung, dan disorientasi

C. Praktek Pre Conference sesuai prosedur

Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim.

Tujuan pre conference:


1. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan asuhan
dan merencanakan evaluasi hasil
2. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Syarat pelaksanaan:
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post
conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
(Jean, et.Al, 1973)

Tatalaksanan :

1. Melakukan konferensi setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas


pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana.
2. Dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
Isi conference:
Rencana tiap asuhan (rencana harian)
Tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab tim
3. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –
masing.
4. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi pasien yang dilaporkan oleh dinas malam
5. Perawat pelaksana menyampaikan hal-hal meliputi
a. Keluhan pasien
b. TTV dan kesadaran pasien
c. Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru
d. Masalah keperawatan
e. Rencana keperawatan hari ini
f. Perubahan keadaan terapi medis
g. Rencana medis
6. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang masalah
yang terkait dengan perawatan pasien yang meliputi :
a. Pasien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain
f. Ketepatan dokumentasi
7. Mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
8. Mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing–masing perawatan asosiet.
9. Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalaah yang tidak dapat diselesaikan.
D. Praktek Post Conference sesuai prosedur

Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.

Syarat Post Conference


a. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

Pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi


Adapun panduan bagi Perawat pelaksana dalam melakukan konferensi adalah sebagai
berikut: (Ratna Sitorus, 2006).
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau
sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin
dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
a. Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi, budaya)
b. Keluhan klien
c. TTV dan kesadaran
d. Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
e. Masalah keperawatan
f. Rencana keperawatan hari ini
g. Perubahan keadaan terapi medis.
h. Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat tentang masalah yang
terkait dengan perawatan klien yang meliputi :
a. Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan
pemberian makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran dokter yang
dikonsulkan.
b. Ketepatan pemberian infuse.
c. Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
d. Ketepatan pemberian obat / injeksi.
e. Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
f. Ketepatan dokumentasi.
e. Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
f. Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan
masing–masing perawatan asosiet.
g. Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan ketika
melakukan post conference

E. Praktik middle conference sesuai prosedur

Pelaksanaan
1. Mengucapkan terimakasih dan siap melaporkan
2. Perawat melaporkan perkembangan pasien kelolaan (kondisi dan tingkat ketergantungan)
meliputi:
a. Identitas klien: nama, alamat, nomor registrasi.
b. Diagnosa medis
c. Diagnosa keperawatan dan data fokus yang menunjang diagnosa
d. Tindakan keparawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya
e. Tindakan yang belum dilaksanakan
f. Rencana tindak lanjut
g. Masalah yang dihadapi
3. Meminta saran atau masukan kepada ketua tim
Mencatat hasil diskusi atau masukan

Terminasi (Penutup)
1. Mengembalikan kepada katim untuk melanjutkan midle conference
2. Mengucapkan terimakasih dan memberikan salam

3. Komunikai Manejerial

A. Komunikasi Manajerial

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat dikatakan
bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin selain ia harus
berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus
memiliki kemampuan berkomunikasi. Berikut merupakan definis komunikasi manajemen menururut
beberapa ahli :

1. Menurut Michael kaye (1994), Communication management is how people manage their
communication processes through construing meanings about their relationships with
others in various setting. They are managing their communication and actions in a large
of relationship – some personal some professional. Bagaimana orang-orang mengelola
proses komunikasi dalam hubungannya dengan orang lain dalam setting atau konteks
komunikasi.

2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan


berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
A. Elemen-elemen Komunikasi Manajerial

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya
sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau
elemen komunikasi.

3. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau


pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang,
tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber
sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source,
sender, atau encoder.

4. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage,
content atau informasi (Hafied Cangara, 2008;22-24).

B. Fungsi Komunikasi Manajerial

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama sebagaimana yang diutarakan olehStephen P.


Robbins (1996:5) yang telah diterjemahkan oleh Hadyana Pujaatmakasebagai berikut:

5. Kendali

Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi

6. Motivasi

Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para


karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan, dan apa yang
dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu dibawah standar.

7. Pengungkapan emosional

Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi
sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme
fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas
mereka.

8. Informasi
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk
mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-
pilihan alternatif.

C. Tujuan Komunikasi Manajerial

Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang baik, dapat
memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini dapat menjadi kajian dan sarana
informasi yang membentuk hubungan dengan orang-orang sebagai sarana investasi yang merupakan
aspekyang sangat penting dalam Manajemen Komunikasidalam upaya mengembangakan hubungan
yang profesional”membentuk goodwill, toleransi (tolerance), saling kerjasama (mutual
understanding) dan saling menghargai (mutual appreciation) serta memperoleh opini public yang
favorable, image yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang haronis baik hubungan
kedalam (internal relations) maupun hubungan keluar (external relations).

Curtis mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan mengapa komunikasi terjadi di dalam


organisasi atau perusahaan:

9. Give and Given Information (memberi dan di beri informasi)

Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri jika mereka di
beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju informasi tersebut.

10. Persuade Others  (mempengaruhi orang lain)

Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan


menggerakkan karyawan untuk melakukan suatu tugas atau mendidik perilaku.

11. Help Others  (menolong orang lain)

Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian nasihat kepada
para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah, ataupun memotivasi orang
lain dalam mencapai tujuan karier mereka.

12. Evaluating Behavior Effectiveness (mengevaluasi perilaku secara efektif)

Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang akan
mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka lakukan.

D. Strategi Komunikasi Manajerial

Dalammelakukan komunikasi dalam suatu organisasi, diperlukan suatu strategi agar proses
komunikasi berlangsug dengan baik dengan hambatan seminimal mungkin. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam strategi berkomunikasi dalam organisasi, yaitu pola komunikasi dan gaya
kemunikasi.
Pola komunikasi merupakan bentuk atau model dalam melakukan komunikasi. Poa komunikasi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan arah dan fungsinya.
13. Pola Komunikasi Berdasarkan Arah

a. Komunikasi Vertikal

Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan secara timbal balik.
Dalam komuniksi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk
petunjuk,informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain lainkepada bawahannya.
Sementara bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan
kepada pemimpin. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para
karyawan sehingga suatu keputusan atau suatu kebijaksanaan dapat diambil dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi yang lancar, terbuka dan
saling mengisi merupakanmencerminkan sikap kepemimpinan yang demokratis.

b. Downward Communication (komunikasi kebawah)

Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan kepada


yang lebih sedikit kekuasaannya; merupakan model umum komunikasi dalam sebuah
organisasi. Komunikasi ini melibatkan instruksi, anggaran yang disetujui atau tidak,
pernyataan kebijakan, variasi dalam standar prosedur operasi dan mencatat
perubahan-perubahan lainnya, pengumuman umum, pertemuan,ekspresi tujuan,
sasaran, dan pernyataan misi. Pesan-pesan ini mungkin dapat dikirimkan lewat
memo, email, catatan,dan saluran individu ke grup atau dari individu ke individu; atau
mereka mungkin saja dapat disampaikan tidak langsung melalui orang lain dalam
hirarki. Selama proses pengiriman, pesan asli dapat di edit, ditambah, dikurangi,
dijelaskan, atau bahkan diubah.

E. Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan

Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip komunikasi manajemen ini pula yang harus
diterapkan dalam manajemen keperawatan. Secara umum, berikut prinsip komunikasi manajemen:

14. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng siapa yang
akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.

15. Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.


Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah CARE:
Complete,Acurte,Rapid,English. Artinya setiap melakukan komunikasi (lisan/tulisan) dengan teman
sejawat atau profesi kesehatan lain harus memenuhi ketiga unsur diatas. Profil perawat masa depan
yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis bahasa asing, minimal bahasa inggris.
16. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima secara akurat,
salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah disampaikan.

17. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan orang lain
dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.

F. Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi

Hambatan Teknis

Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga
saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis
hambatan teknis dari komunikasi :

a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas

b. Kurangnya informasi atau penjelasan

c. Kurangnya ketrampilan membaca

d.  pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

Hambatan Semantik

Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa
Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan
komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol
[kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai
ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai