Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ILMU SEBAGAI OBJEK KAJIAN FILSAFAT

NAMA : RELINDA SIRAIT


NIM : A2M019103

PASCA SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Sudarwan M.Pd yang telah mengajarkan mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
membantu kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.

Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai


semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan.
Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri
dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Karena itu kita juga
harus memahami apa objek kajian filsafat ilmu agar tidak tersesat dalam
pemikiran yang salah.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada


karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa
kami harapkan demi kesempurnaan karya kami. Semoga karya ilmiah ini dapat
membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua tentang Objek
Filsafat.

Rejang Lebong, 22 Mei 2020


DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….. i


Daftar Isi ………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 2
C. Tujuan ………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Makna Filsafat Ilmu ………………………… 3
1. Pengertian Filsafat ………………………………………… 3
2. Pengertian Ilmu ……………………………………………. 5
B. Objek Kajian Filsafat ………………………………………… 8
1. Objek Material Filsafat …………………………………….. 9
2. Objek Formal Filsafat ………………………………………. 12
C. Perbedaan Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu………… 14
D. Urgensi Filsafat dalam Kehidupan Masyarakat …………… 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………… 24
B. Saran ……………………………………………………………. 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa


pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar
filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya
antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat
berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha
untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,
bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui
teknologi, cara menentukan validitas dari sebuah informasi, formulasi
dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat
digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan
model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Pada dasarnya filsafat bertugas memberi landasan filosofi untuk
minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu,
sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh
pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan
teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan
pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-
masing.
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ditandai semakin menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu
sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, kita akan
menyadari keterbatasan diri dan tidak terperangkap ke dalam sikap
oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap
keterbukaan kita, sehingga mereka dapat saling menyapa dan
mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk
kepentingan bersama.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini
adalah:
1. Apa pengertian dan makna filsafat ilmu?
2. Apa saja objek kajian filsafat?
3. Apa perbedaan objek material dan formal filsafat ilmu?
4. Apa urgensi filsafat dalam kehidupan masyarakat?

C. Tujuan

Tujuan dibuat makalah ini untuk mengetahui dan memahami:


1. Pengertian dan makna filsafat ilmu.
2. Objek kajian filsafat.
3. Perbedaan objek material dan formal filsafat ilmu.
4. Urgensi filsafat dalam kehidupan masyarakat
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Makna filsafat ilmu.

1. Pengertian Filsafat

Untuk membahas objek studi formal dan material dalam filsafat,

perlu dikaji terlebih dahulu makna filsafat itu. Secara etimologis, filsafat

berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat

dalam bahasa Inggris, yaitu philosopy, sedangkan dalam bahasa

Yunani yaitu philein (cinta) atau philos (mencintai, menghormati,

menikmati) dan sophia atau sofein (kehikmatan, kebenaran, kebaikan,

kebijaksanaan atau kejernihan). Dengan demikian, secara etimologis,

filsafat atau berfilsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau

kebenaran (Wiramihardja, 2007). Menurut Keraf (2001) secara

etimologis filsafat berarti cinta akan kebenaran; suatu dorongan terus

menerus, suatu dambaan untuk mencari dan mengejar kebenaran.

Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau cara berpikir yang

terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat adalah

sebuah tanda tanya dan bukan sebuah tanda seru. Filsafat adalah

pertanyaan dan bukan pernyataan (Keraf, 2001). Dilihat dari arti

praktisnya, filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat

adalah berpikir (Wiramihardja, 2007). Menurut Langeveld (dalam


Wiramihardja, 2007), filsafat adalah suatu perbincangan mengenai

segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-

akarnya. Jika dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana atau

perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai

konsekuensi terakhir dengan tujuan menemukan hakikatnya. Hakikat

adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar.

Menurut Plato, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat

mencapai kebenaran yang murni. Menurut Aristoteles, filsafat adalah

ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti ilmu-ilmu

metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

Descartes mengatakan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu

pengetahuan termasuk di dalamnya Tuhan, alam, dan manusia menjadi

pokok penyelidikan. Immanuel Kant menyatakan filsafat adalah ilmu

pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala

pengetahuan yang di dalamnya mencakup 4 (empat) persoalan, yaitu

apa yang diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui (etika),

sampai di mana harapan kita (agama) dan apa yang dinamakan dengan

manusia (antropologi). Hasbullah Bakri merumuskan definisi ilmu

filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan

mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga

dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat ilmu


filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaiman seharusnya

sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu (Wiramihardja, 2007).

2. Pengertian Ilmu

Setelah kita membahas pengertian filsafat, selanjutnya kita

membahas tentang pengertian Ilmu.Ilmu adalah organisasi sistemik dari

suatu bangunan pengetahuan (body of knowledge) beserta

pengembangannya secara logis, metodologis dan kontinyu. Ilmu

merupakan aktivitas proses intelektual tentang dunia fisik untuk

menemukan penjelasan umum tentang gejala dan hubungan antar

gejala yang terjadi secara alamiah atau ilmiah. Ilmu adalah proses

intelektual utnuk menemukan justifikasi faktawi yang terjadi secara

buatan. Ilmu adalah kritalisasi pengalaman yang bernilai dan teruji

kebenarannya. (Sudarwan Danim, 2020)

Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disebut dengan istilah

ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan yang ilmiah yang ekwivalen

artinya dengan science dalam bahasa Inggris dan ilmu maupun science

secara etimologis berarti pengetahuan. Namun secara terminologis ilmu

dan science itu semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-

tanda, dan syarat-syarat yang khas.

Selanjutnya Endang Saifuddin menjelaskan bahwa ciri, tanda

dan syarat ilmu pengetahuan itu adalah:


sistematik, rasional, empiris umum dan komulatif (bersusun timbun):

bahwa ilmu pengetahuan itu merupakan lukisan dan keterangan yang

lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang di-studi-nya dalam ruang

dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan penginderaan manusia.

Fokus filsafat ilmu ada 3 (tiga), yaitu dasar keilmuan, metode

keilmuan, dan implikasi ilmu (Sudarwan Danim, 2020). Bidang ini juga

mempelajari dasar-dasar ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu

sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu

berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti:apa dan

bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah,

bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat

menjelaskan, menperkirakan serta memanfaatkan alam melalui

teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi

dan penggunaan metode ilmiah;macam-

macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan

kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap

masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Senada dengan

Suwardi Endraswara, Jujun S. Suriasumantri

mendefinisikan Filsafat Ilmu sebagai berfilsafat tentang ilmu yang berarti

mempertanyakan tentang apakah ilmu itu? Apakah ciri-cirinya yang

hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-


pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana kriteria yang dipak

aidalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa ilmu mesti

dipelajari dan apakegunaan ilmu yang sebenarnya? Dengan kata lain,

filsafat ilmu berarti Filsafat yang menjadikan ilmu sebagai obyek

materi atau lapangan penyelidikan.

Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang

dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan mungkin ada.

Lapangan kerja filsafat itu bukan main luasnya, tulis Louis Katt Soff

yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala sesuatu yang

ingin diketahui manusia, oleh karena itu manusia memiliki pikiran atau

akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung

untuk mengetahui segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.

Berkenaan dengan objek material ini banyak yang sama dengan objek

mataerial sains. Sains memiliki banyak objek material yang empiris;

filsafat menyelidiki objek itu juga,tetapi bukan bagian yang empiris,

melainkan bagian yang abstrak. Adapun objek formal filsafat tidak lain

ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya tentang objek materi

filsafat (yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada).

The Liang Gie (Surajiyo, 2007: 46) mendefinisikan filsafat ilmu

adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan

mengenai segala hal yang menyangkut landasanilmu maupun

hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.Dalam


perkembangannya, pada tahap sekarang ini filsafat ilmu mengarahkan

perhatiannya pada masalah strategi pengembangan ilmu, tidak hanya

tahu cara memperolehnya,akan tetapi juga tahu kegunaan ilmu dan

maknanya bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu sangat penting untuk

dipelajari. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan

menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap

arogansi intelektual. Menurut Surajiyo (2007: 51) manfaat mempelajari

filsafat ilmu secara umum adalahsebagai berikut:

1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga

orang menjadikritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang

ilmuwan menjadi kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga

tidak menganggap bahwa pendapatnya sendiri yang paling benar.

2. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode

keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara logis-rasionalagar dapat dipahami

dan digunakan secara umum.

Dapat disimpulkan bahwa makna filsafat ilmu adalah

penyelidikan/kajian secara mendalam tentang segala hal yang

menyangkut ilmu baik dalam arti luas maupun sempit serta mengetahui

kegunaan dan maknanya bagi manusia.


B. Objek kajian filsafat.

Definisi ilmu pengetahuan menyatakan seluruh usaha sadar

untuk menyelidiki, menemukan,dan meningkatkan pemahaman

manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Ilmu itu

sendiri adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda,

syarat tertentu,yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif,

dapat diukur, terbuka, berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan

bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem dan terukur serta

dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Dan di dalam ilmu

pengetahuan itu juga memiliki objek material dan objek formal.

1. Objek Material Filsafat

Menurut Lasiyo dan Suwono (1994: 6), objek material filsafat

ilmu (dan juga ilmu-ilmu lain) ialah sesuatu atau objek yang diselidiki,

dipelajari, dan diamati. Atau segala sesuatu yang ada, yang meliputi:

ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam

kemungkinan.

Menurut Surajiyo (2007: 47), objek material filsafat ilmu adalah

ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun

secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.

Objek material filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan

mungkin ada, baik materi konkret, fisik, maupun yang material abstrak-
psikis. Termasuk pola pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual,

nilai-nilai. Dengan demikian objek material filsafat adalah segala

sesuatu yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan

ada yang tidak tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh

banyak ilmu lain. Ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan

ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof

membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam

alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam

kemungkinan. Dapat dikatakan objek material filsafat ilmu adalah objek

yang dijadikan sasaran penyelidikan oleh suatu ilmu, atau objek yang

dipelajari oleh suatuilmu. Objek tersebut bisa berupa benda-benda

material/konkrit maupun yang non-material (yang ada), bisa juga berupa

hal-hal, masalah-masalah ide-ide dan konsep-konsep (yang ada dalam

pikiran atau kemungkinan) yang dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya secara umum.

Auguste Comte (dalam Sudrajat, 2008) mendasarkan

klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu

pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:

 Ilmu pasti/matematika

 Ilmu falak/astronomi

 Ilmu fisika

 Ilmu kimia
 Ilmu hayat/biologi, dan

 Sosiologi.

Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek dari yang paling

sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti

adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang

mengikuti aturan tertentu. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu

pasti meskipun matematika paling bersahaja. Matematika juga

merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu

palak menambahkan unsur gerak terhadap matematika, misalnya

kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu palak atau matematika

ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan

objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat. Unsur gelaja

kehidupan dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi

mempelajari gejala kehidupan manusia berkelompok sebagai makhluk

sosial.

Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala

sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan

maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi

dua, yaitu:

1. Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang

menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.


2. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara

mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia

(antropologi metafisik

Contoh objek material dalam ilmu matematika yaitu tentang

bilangan, sedangkan objek formal yaitu penggunaan dari lambang

bilangan untuk penghitungan dan pengukuran. Filsafat membahas

bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan

bilangan sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan

itu sendiri. Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu

sendiri. Bilangan itu sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni

bilangan asli, bilangan cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya

hingga bilangan kompleks) dan alam (kosmologi).

2. Objek Formal Filsafat

Objek formal adalah sudut pandang, cara memandang, cara

mengadakan tinjauan yang dilakukan oleh seseorang terhadap objek

material serta prinsip-prinsip yang digunakan. Objek formal suatu ilmu

tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu akan tetapi pada saat yang

sama membedakannya dari bidang-bidang lain.Objek formal adalah

sudut pandang dari mana subjek itu menelaah objek materialnya. Setiap

ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu

adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan. Artinya filsafatnya ilmu lebih


menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,

seperti apa hakikat ilmu itu sesungguhnya? Bagaimana cara

memperoleh kebenaran ilmiah?. Apa fungsi ilmu pengetahan. Problem

inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan

yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

Aristoteles (dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu klasifikasi

berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis

(spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak pada

tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu

sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal

preposisi atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika,

matematika, dan metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang

bertujuan mencari norma atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di

dalamnya adalah etika, ekonomia, dan politika. Poietis, ialah ilmu

pengetahuan yang bertujuan menghasilkan suatu hasil karya, alat dan

teknologi. Ada perbedaan esensial di antaranya, yaitu ilmu praktis

bersangkutan dengan penggunaan dan pemanfaatannya, sedangkan

poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu, termasuk alat

yang akan digunakan untuk penerapan.

Berdasarkan taraf abstraksinya ilmu teoritis dibagi menjadi tiga

jenis. Taraf pertama, abstraksi dilakukan terhadap individualitas gejala

atau kenyataan sehingga ketika berbicara tentang rumah dan manusia,


yang tinggal hanya rumah atau manusia pada umumnya. Abstraksi

pada taraf kedua meninggalkan kuantitas serta menimbulkan

matematika yang mencakup geometri (ilmu ukur), serta aritmatika (ilmu

hitung). Abstraksi pada taraf ketiga menghasilkan sesuatu yang tidak

bermateri (immaterialitas) yang dipelajari dalam metafisika. Kenyataan

itu ditinjau dari sudut universalitas, kuantitas, dan immaterialitas yang

berarti berdasarkan objek formal.

Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat atau

esensinya. Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa

hakikat dari bilangan itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan

yang abstrak menjadi riil atau nyata, bagaimana penggunaan bilangan

untuk penghitungan dan atau pengukuran.

C. Perbedaan objek material dan formal filsafat ilmu.

Objek material filsafat merupakan suatu bahan yang menjadi

tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di

selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup

apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak. Sedangkan

Objek formal filsafat ilmu tidak terbatas pada apa yang mampu diindrawi

saja, melainkan seluruh hakikat sesuatu baik yang nyata maupun yang

abstrak.
Objek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu

segala sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu

(pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. Objek material

mempelajari secara langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-

hasil dari objek formal ilmu itu dan mengujinya dengan realisasi praktis

yang sebenarnya. Sedangkan Objek formal filsafat ilmu menyelidiki

segala sesuatu itu guna mengerti sedalam dalamnya, atau mengerti

objek material itu secara hakiki, mengerti kodrat segala sesuatu itu

secara mendalam (to know the nature of everything). Objek formal inilah

sudut pandangan yang membedakan watak filsafat dengan

pengetahuan. Karena filsafat berusaha mengerti sesuatu sedalam

dalamnya.

Adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan

telaahan dalam berfikir. Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek

material filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud, yang pada garis

besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu :

1. Hakekat Tuhan
2. Hakekat Alam

3. Hakekat manusia

Objek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan

mungkin ada, baik materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak,

psikis. Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual,

nilai-nilai. Dengan demikian objek filsafat tak terbatas, yakni segala

sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah
segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada

yang tidak tampak. Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak

ilmu lain. ada yang tampak adalah dunia empiris, sedangkan ada yang

tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof membagi objek

material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris,

yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.

Beberapa perbedaan pengertian di atas pada dasarnya kedua

objek filsafat ilmu tersebut menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan

kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan

kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman

mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya,

pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia.

Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang


tercakup dalam bidang ontoiogi, epistemologi, dan axiologi dengan

berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para

akhli.

Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan


hakekat ilmu yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat

diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena alam

yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri. Pada dasarnya filsafat atau

berfilsafat bukanlah sesuatu yang asing dan terlepas dari kehidupan

sehari-hari, karena segala sesuatu yang ada dan yang mungkin serta

dapat difikirkan dapat menjadi objek filsafat apabila selalu

dipertanyakan, difikirkan secara radikal guna mencapai kebenaran.


Tiap-tiap manusia yang mulai berfikir tentang diri sendiri dan

tentang tempat-tempatnya dalam dunia akan menghadapi beberapa

persoalan yang begitu penting, sehingga persoalan-persoalan itu boleh

diberi nama persoalan-persoalan pokok yaitu apa dan siapakah

manusia, dan apakah hakekat dari segala realitas, apakah maknanya,

dan apakah intisarinya. Sehingga menggambarkan objek filsafat itu

adalah antara lain: Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran),

The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran),

Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom

(kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba

jamak), God (Tuhan).

Dapat dibayangkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik

dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandangnya terhadap

masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah

segala sesuatu yang terwujud dalam sudut pandang dan kajian yang

mendalam (radikal).

D. Urgensi Filsafat dalam Kehidupan Masyarakat

Filsafat ilmu sangat penting untuk dipelajari. Sebab dengan

mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadariketerbatasan

dirinya dan tidak terperangkap ke dalam sikap arogansi intelektual. Menurut

Surajiyo (2007: 51) manfaat mempelajari filsafat ilmu secara umum adalah

sebagai berikut:
1. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga

orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang

ilmuwan menjadi kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga tidak

menganggap bahwa pendapatnya sendiri yang paling benar.

2. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji mengkritik asumsi

dan metode pengetahuan. Sikap yang diperlukan adalah menerapkan

metode ilmiah yang sesuaidengan struktur ilmu pengetahuan, bukan

sebaliknya.

3. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.

Setiap metodeilmiah yang dikembangkan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara logis-rasionalagar dapat dipahami dan

digunakan secara umum.

Berdasarkan berbagai pandangan di atas, secara empirik

menunjukkan bahwa filsafat sangat urgen bagi kehidupan manusia.

Urgensi filsafat tidak hanya pada bidang ilmu pengetahuan, tetapi

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk permasalahan

moral dan agama. Terlebih bagi masyarakat kontemporer yang tengah

menghadapi permasalahan sangat kompleks, atau hampir pada setiap

aspek kehidupan menghadapi problem yang harus diselesaikan.

Secara faktual kehidupan masyarakat kontemporer sudah banyak

mengalami berbagai kemajuan, dan kemajuan tersebut secara


kausalitas seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang

sangat pesat dan spektakuler. Fakta menunjukkan bahwa

perkembangan ilmu pengetahuan telah melahirkan berbagai teknologi

canggih, terutama teknologi dalam bidang komunikasi dan transformasi.

Kedua bidang teknologi telah mampu mengubah peradaban manusia

yang luar biasa. Dunia seakan tanpa batas, semua menjadi mengglobal

dan terasa tanpa sekat atau demarkasi pembatas yang memisahkan

negara yang satu dengan lainnya, komunitas yang satu dengan lainnya,

bahkan antara individu dengan individu lainnya. Namun disisi lain

kemajuan tersebut di atas juga harus diakui telah menimbulkan

berbagai kegamangan sikap hidup dan kegersangan jiwa. Kegamangan

sikap hidup dan kegersangan jiwa yang dialami masyarakat pada era

belakangan dapat dikatakan sebagai akibat dari menipisnya nilai-nilai

moral dan agama. Moral dan agama cenderung ditempatkan pada lahan

yang tidak bertuan, dalam arti seakan tidak ada manfaat dan tidak ada

kaitannya dengan kehidupan praktis manusia. Fakta menunjukkan

bahwa masyarakat kontemporer secara esensial telah ber-Tuhan

kepada kebebasan (libralisme), dan kebendaan yang sesuai dengan

keinginan dan kepuasan nafsu keserakahan, sehingga kebenaran yang

menjadi ukuran adalah yang sesuai benda dan dengan nafsu. Oleh

karena itu penulis menganggap hal tersebut menjadi sangat penting

untuk dikaji secara menyeluruh, mendasar, bagaimana fungsi moral dan


agama bagi kehidupan masyarakat kontemporer menurut kajian filsafat.

Kajian tentang urgensi filsafat dalam kehidupan masyarakat

kontemporer spesifik mengenai fungsi moral dan agama dalam kajian

ini tentunya menggunakan pendekatan kefilsafatan seperti telah

disebutkan sebelumnya. Penggunaan pendekatan filsafat tersebut

bertujuan untuk memahami hakikat moral dan agama dan sekaigus

nilai-nilainya dapat difungsikan secara totalitas, dan komprehensif,

sehingga nilai-nilai moral dan agama dapat dikonkretisasikan dalam

berbagai tatanan kehidupan praktis manusia khususnya pada

masyarakat yang sedang mengglobal dewasa ini. Dengan demikian apa

yang menjadi kegamangan perilaku dan kegersangan hidup manusia

akibat keringnya nilai-nilai moral dan agama, dapat diminimalisir, dan

akhirnya nilainilai tersebut dapat diterapkan sesuai hakikat, fungsi dan

tujuan yang seharusnya. Artinya tidak perlu ada lagi yang menyangkal

akan pentingnya nilai-nilai moral dan agama bagi kehidupan manusia.

Kehidupan masyarakat pada era kontemporer atau yang juga disebut

postmodern dewasa ini, yang paling faktual adalah ditandai oleh

mengglobalnya peradaban. Paradigma kehidupan semacam itu secara

umum dipacu oleh berbagai kecanggihan berpikir dan pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan yang disertai dengan berbagai

teknologi yang spektakuler sebagaimana telah disinggung di atas.

Penting untuk dipertegas kembali bahwa sebagai implikasi dari


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berhasil

menghantarkan kehidupan manusia sampai ketatanan yang sangat

mengagumkan dan bahkan membahagiakan secara fisik. Misalnya

seseorang ingin berkomunikasi dengan orang lain yang berada

ditempat yang jauh, baik itu untuk urusan bisnis, maupun urusan politik

dan lain sebagainya, tidak perlu lagi bersusah payah, cukup dengan

menggunakan teknologi komunikasi, dan dalam hitungan detik saja

sudah bisa dilakukan dan diselesaikan. Selain itu masyarakat yang

sebelumnya masih bersifat agraris telah berubah dan berkembang

menjadi masyarakat industrialis. Fakta semacam ini dapat dilihat di

daerah-daerah seluruh pelosok tanah air. Seperti disinyalir oleh Quraish

Shihab, bahwa tidak sedikit orang yang menuntut perubahan di segala

hal, termasuk nilai-nilai dasar agama. Agama Islam menurut kelompok

tertentu harus juga menyesuaikan diri dengan perubahan itu.Namun

perlu dipertegas kembali bahwa pada sisi yang lain perubahan itu telah

banyak pula menimbulkan krisis atau kemiskinan yang sangat

mendasar. Misalnya telah terjadi kekeringan nilai-nilai moral dan

spiritual (miskin spiritualitas), bahkan pada tatanan yang lebih esensial

paradigma kehidupan global dan teknologi canggih dewasa ini telah

melahirkan keterpurukan nilai-nilai kemanusiaan yang sudah sampai

pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Kehidupan masyarakat

kontemporer yang mengetepikan nilai-nilai moral dan agama, bahkan


menganggapnya nilai-nilai tersebut sebagai realitas yang kosong tanpa

makna, agama hanya dianggap sebagai persoalan pribadi dan masalah

alam lain (akherat), sehingga ranah nilai-nilai agama yang dilandasi oleh

keyakinan kepada Tuhan sebagai simpul dari keimanan dianggap tidak

lebih tinggi dari nilai-nilai kemewahan fisik material semata. Semua

yang bersifat fisik-material merupakan tolok ukur segala sesuatu, yang

pantang diragukan akan kebenarannya. Karakteristik kehidupan seperti

itulah yang dikemukakan oleh Zubaidi Mastal, bahwa kehidupan

manusia di era postmodern sekarang ini diwarnai oleh sikap dan

perilaku atau peradaban yang sekularistik. Paham sekularisme sangat

mementingkan hidup kekinian dan menyeret manusia kepada sikap

acuh tak acuh akan nilai-nilai moral dan agama serta mengikat diri

dengan dunia yang semata-mata bersifat fisik bendawi. Pandangan di

atas secara kontemplatif menunjukkan bahwa kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi merupakan penjelmaan dari pengetahuan

ilmiah yang diklaim bebas nilai, kemudian keterasingan perilaku

manusia dari nilai-nilai moral dan agama adalah konsekuensi dari

karakteristik pengetahuan ilmiah yang skularistik, yang memisahkan

urusan dunia dengan urusan moral dan agama (semua urusan duniawi

dianggap tidak ada kaitannya dengan agama). Dalam tampilan realitas

seperti itulah filsafat harus tampil (sebagai pendekatan) untuk mengkaji

moral dan agama bagi kehidupan masyarakat kontemporer dewasa ini.


Dengan perkataan lain urgensi filsafat terletak pada penyelesaian

persoalan kemanusiaan yang dewasa ini semakin rumit dan kompleks,

antara lain mengenai moral dan agama. Dengan demikian dapat

dipahami, bahwa urgensi filsafat adalah dalam rangka memformulasi

dan mengaktualisasikan kembali nilai-nilai moral dan agama yang

sudah terlalu lama berserakan dan ditinggalkan, sehingga dengan

kajian filsafat diharapkan nilai-nilai tersebut dapat tumbuh subur dalam

kehidupan praktis manusia, yang akhirnya kehidupan masyarakat

komtemporer akan menjadi kuat dalam segala kreativitas dan aktivitas,

karena selain berilmu pengetahuan yang luas, juga tidak terpisah atau

bercerai dari moral dan agama. Oleh karena itu diharapkan dapat tampil

para intelektual yang berkarakter kemanusiaan sejati dan tangguh

dalam menghadapi berbagai tantangan yang terjadi dewasa ini, serta

senantiasa mengutamakan ketinggian moralitas yang berdasarkan

pada agama (Islam) secara komprehensif dan mendasar. Pandangan

tersebut di atas, diperkuat oleh Abuddin Nata dan Amin Abdullah yang

mengemukakan sebagai upaya untuk mengembalikan pengetahuan

ilmiah yang bebas nilai dan telah membuat keterasingan pradaban

manusia dari nilai-nilai moral dan agama, hendaklah dikaji dengan

pendekatan filosofis, sehingga apa yang menjadi hakikat, fungsi dan

tujuan moral dan agama dapat dipahami dan diaktualisasikan. Dalam

pada itu dapatlah dikatakan bahwa yang dapat memainkan peran


secara optimal dalam pengkajian dan penggalian nilai-nilai hakiki moral

dan agama adalah filsafat sebagai metode atau pendekatan, dan secara

spesifik dalam tulisan ini akan menjawab persoalan bagaimana fungsi

moralitas dan agama dalam kehidupan masyarakat kontemporer

dewasa ini.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpuan

Kesimpulan berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Filsafat adalah ilmu yang menggambarkan usaha manusia

untuk mencari dan menemukan kebenaran kenyataan baik

mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan

objeknya.

2. Ilmu filsafat memiliki objek material dan objek formal. Objek

material adalah apa yang dipelajari dan dikupas sebagai

bahan (materi) pembicaraan. Objek material adalah objek

yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau

objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu

adalah pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah

(scientific knowledge) pengetahuan yang telah di susun

secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga

dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.

3. Perbedaan objek filsafat yaitu objek material merupakan

sesuatu, kajian, atau bahan yang dijadikan sasaran sorotan

ataupun penyelidikan oleh suatu disiplin ilmu sedangkan


objek formal merupakan sudut pandang darimana objek

material itu disorot.

4. Urgensi filsafat tidak hanya pada bidang ilmu pengetahuan,

tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk

permasalahan moral dan agama. Terlebih bagi masyarakat

kontemporer yang tengah menghadapi permasalahan sangat

kompleks, atau hampir pada setiap aspek kehidupan

menghadapi problem yang harus diselesaikan.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa masih banyak

kekurangan yang terdapat dalam makalah ini untuk itu penulis dengan

hormat meminta pendapat para pemabaca untuk menngoreksi dan

memberikan saran apila pembaca menemukan kesalahan penulisan

dan kesalahan pengertian yang terdapat dalam makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Endang Saefuddin Anshari.1992, Ilmu Filsafat dan Agama Surabaya: Bina


Ilmu.

Keraf, A. Sonny dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis. Yoyakarta: Penertbit Kanisius.

Sudarwan Danim, 2020. Filsafat Ilmu.Teori, Akuisisi dan Revolusi Ilmu


Pengetahuan

Sudrajat,Akhmad.PerkembanganFilsafatIlmu,
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/perkembangan-
filsafat-ilmu/ diakses tanggal 19 Mei 2020

Wiramihardja, Sutardjo A. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika


Aditama.

https://sites.google.com/site/blogilmupengetahuan/artikelpengetahuan/objekfil

safatilmu diakses tanggal 19 Mei 2020

http://lutfiargb.blogspot.com/2015/10/objek-material-dan-objek-formal.html

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/60075779/MAKALAH_
MAKNA_ diakses tanggal 18 Mei 2020
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai