Anda di halaman 1dari 7

Definisi

Asma merupakan suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri yakni bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama pada percabangan trakeobronkial yang
disebabkan oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan
psikologi.

Asma merupakan penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai dengan periode episodik spasme otot –
otot polos dalam dinding saluran udara bronkhial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan
jalan napas,sehingga membuat pernapasan menjadi lebih sulit dan menimbulkan mengi.

Patofisiologi

Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi yang disebabkan oleh satu atau lebih dari
kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang dapat menyempitkan jalan nafas, atau
pembengkakan membran yang melapis bronkhi, atau pengisian bronkhi dengan mukus yang kental.
Selain itu, terdapat otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, yang
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru.

Antibodi yang dihasilkan ( IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dan paru. Pemajaan ulang terhadap
antigen yang dapat mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi. Menyebabkan pelepasan produk
sel-sel mast ( disebut meditor ) misalnya histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari
substansi yang bereaksi lambat.

Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru yang mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas,
menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat
banyak. Sistem saraf otonom mempengaruhi paru tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vagal
melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada jalan nafas
dirangsang oleh faktor seperti infeksi , latihan, dingin, merokok, emosi dan polusi, jumlah asetilkolin
yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi
juga merangsang pembentukan mediator kimiawi .

Etiologi

a. Spasme jalan napas


b. Hipersekresi jalan napas
c. Disfungsi neuromuskuler
d. Proses infeksi
e. Respon alergi
Etiologi

1. Kontraksi otot sekitar bronkus menyebabkan terjadinya penyempitan saluran nafas


2. Pembengakakan membrane bronkus menyebabkan kurangnya ukuran diameter pada bronkus
sehingga bronkus akan menyempit
3. Bronkus berisi mucus yang kental

Faktor Predisposisi

1. Alergi
2. Alergen
3. Infeksi saluran pernafasan
4. Perubahan cuaca
5. Lingkungan kerja
6. Olahraga
7. Stress

Manifestasi Klinis

Stadium Dini :

- Sekresi yang berlebihan dari mucus yang diproduksi oleh bronkus


1. Batuk berdahak disertai/tidak dengan pilek
2. Ronchi basah halus pada serangan kedua/ketiga, sifatnya hilang timbul
3. Wheezing belum ada
4. Belum ada kelainan bentuk thorak
5. Ada peningkatan eusinofil darah dan IgE (penunjuk alergi)
6. AgD belum patologis
- Spasme bronchioles dan edema yang lebih dominan
1. Timbul sesak nafas dengan/tanpa sputum
2. Wheezing
3. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4. Penurunan tekanan parsial O2

Stadium Kronik/Lanjut

1. Batuk/ronchi
2. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
3. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
4. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar
5. Thorak seperti barrel chest
6. Sianosis
7. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
8. AGD BGA Pa O2 kurang dari 80%
9. Pada foto rontgen terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan paru
10. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Tes Kulit
3. Elektrokardiografi
4. Tanda Hipoksemia Scanning Paru
5. Spirometri

Komplikasi

a. Status asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas thoraks
g. Gagal nafas

Penatalaksanaan

1) Pengobatan farmakologi
a) Bronkodilator
b) Andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
c) Santin/Teofilin (aminofilin)
d) Kromalin
e) Ketolifen
f) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg
2) Pengobatan non farmakoligik
a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan
d) Fisioterpi nafas (senam asma)
e) Pemberian oksigen bila perlu
Asuhan Keperawatan Asma

A. Pengkajian keperawatan
1) Biodata Data biografi
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat penyakit sekarang
c) Riwayat kesehatan dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
3) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1. Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada posisi duduk.
2. Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang lainnya.
3. Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
4. Inspeksi torak posterior, meliputi wama kulit dan kondisi, skar, lesi, massa, dan gangguan
tulang belakang, sperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
5. Catat jumlah,irama, kedalaman pemapasan, dan kemestrian pergerakakan dada.
6. Observasi tipe pemapsan, seperti pemapasan hidung pemapasan diafragma, dan
penggunaan otot bantu pemapasan.
7. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase eksifirasi (E).
Rasio pada fase ini normalnya 1 : 2
Fase ekspirasi yang memanjang menunjukan adanya obstruksi pada jalan napas dan
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive
Pulmonary Diseases (COPD)
8. Kelainan pada bentuk dada.
9. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
10. Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
1. Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile
premitus (vibrasi).
2. Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : mata,
lesi, bengkak.
3. Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara
c. Perkusi Suara perkusi normal :
1. Resonan (Sonor) → bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal.
2. Dullness → bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas bagian jantung, mamae,
dan hati.
3. Timpani → musical, bemada tinggi dihasilkan di atas perut yang berisi udara.

Suara perkusi abnormal :

1. Hiperrsonan (hipersonor) → bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan


timbul pada bagian paru yang berisi darah.
2. Flatness → sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada
perkusi daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi jaringan.
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan bunyi nafas
normal, bunyi nafas tambahan (abnormal), dan suara. Suara nafas abnormal dihasilkan dari
getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih. Suara nafas
normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan vesikular. Suara nafas tambahan meliputi
wheezing, , pleural friction rub, dan crackles.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme
2. Gangguan Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
4. Gangguan pola tidur berhubungan engan sesak dan batuk
5. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber

C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme
Intervensi
1) Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
2) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
3) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
6) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
7) Berikan bronkodilator
8) Monitor status hemodinamik
9) Berikan pelembab udara kassa basah nacl lembab
10) Berikan antibiotik
11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12) Monitor respirasi dan status o2
13) Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan secret
14) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : o2, suction, inhalasi.
2. Diagnosa 2 : Gangguan Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
Intervensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Pasang mayo bila perlu
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6) Berikan bronkodilator
7) Barikan pelembab udara
8) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
9) Monitor respirasi dan status o2
10) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostals
11) Monitor suara nafas, seperti dengkur
12) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
13) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
14) Monitor ttv, agd, elektrolit dan ststus mental
15) Observasi sianosis khususnya membran mukosa
16) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (o2, suction, inhalasi)
17) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung

3. Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi o Ajarkan
pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
4) Monitor adanya penurunan bb dan gula darah
5) Monitor lingkungan selama makan
6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7) Monitor turgor kulit
8) Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, hb dan kadar ht
9) Monitor mual dan muntah
10) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
11) Monitor intake nuntrisi
12) Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
13) Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti ngt/ tpn sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
14) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan
15) Anjurkan banyak minum o Pertahankan terapi iv line
4. Diagnosa 4 : Gangguan pola tidur berhubungan engan sesak dan batuk
Intervensi :
1) Evaluasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3) Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
5) Kolaburasi pemberian obat tidur

5. Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber


Intervensi :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan
fisiologi, dengan cara yang tepat
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10) Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

Anda mungkin juga menyukai