Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Berdasarkan data dari WHO (World Health Organization), diare dan
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yang merupakan penyakit menular
masih menjadi masalah kesehatan yang ada di Indonesia.

Kasus diare menurut WHO setiap tahun 100.000 anak Indonesia


meninggal akibat diare. Perilaku tidak sehat tersebut salah satunya
diakibatkan karena tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan,
sehingga memungkinkan masuknya kuman ke dalam tubuh.

Berdasarkan perolehan data yang didapatkan dari Center Disease


Control (CDC) Amerika Serikat, terdapat 10.080 kematian dengan lebih dari
80% kematian diakibatkan karena diare. Di asia selatan yaitu India terdapat
0,4 juta anak meningal dalam satu tahun yang disebabkan oleh diare.
(Journal of Harvard School of Public Health)
Menurut Depkes RI (2009), penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan cuci tangan pakai sabun yaitu; (1). Infeksi saluran pernapasan karena
mencuci tangan dengan sabun dapat melepaskan kuman-kuman pernapasan
yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, dan dapat
menghilangkan kuman penyakit lainnya, (2). Diare karena kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral, sehingga mencuci tangan
pakai sabun dapat mencegah penularan kuman penyakit tersebut, (3). Infeksi
cacing, mata dan penyakit kulit, dimana penelitian telah membuktikan bahwa
selain diare dan infeksi saluran pernapasan, penggunaan sabun dalam
mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata seperti
trakoma, dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak
di bawah 3 tahun, yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal
karena diare setiap tahunnya dan kerugian ekonomi diperkirakan sebesar
2,3% dari Produk Domestik Bruto (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, insiden diare pada balita sebesar
6,7% (kisaran menurut provinsi 3,3%–10,2%) dan insiden diare (≤ 2 minggu
terakhir sebelum wawancara) dengan gejala pada seluruh kelompok umur
sebesar 3,5% (menurut provinsi pada kisaran 1,6%-6,3%). Sedangkan period
prevalence diare pada balita sebesar 10,2% dan pada seluruh kelompok umur
(>2 minggu-1 bulan terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar
7%. Terdapat keluhan kesehatan yang paling sering dialami oleh balita pada
tahun 2014 yaitu pilek (66,62 %), batuk (63,76 %) dan panas (62,52 %)
merupakan penyakit yang paling sering dialami balita baik di perkotaan
maupun di pedesaan. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun yang merupakan salah satu
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat ini juga telah menjadi
perhatian dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktek perilaku cuci
tangan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi ternyata
di negara-negara maju pun kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk
melakukan perilaku cuci tangan.
Dalam aktifitas kesehariannya, anak banyak menghabiskan waktunya di
sekolah. Mereka disana dapat belajar menimba ilmu dan belajar berinteraksi
dengan teman sebaya serta aneka ragam kejadian bersama warga lingkungan
sekolah yang lain. Namun, sekolah juga dapat menjadi ancaman penularan
penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Lebih dari itu, usia sekolah bagi
anak juga merupakan masa rawan terserang penyakit. Beberapa penyakit yang
diderita oleh anak sekolah seperti : kecacingan jumlah kasusnya 40-60%
(Profil Departemen Kesehatan tahun 2005).

1.2. Rumusan Masalah


Setelah mengetahui fakta dan data-data mengenai masalah kesehatan dan
dari hasil wawancara dengan pihak sekolah SD Muhammadiyah V Jakarta
yaitu masih kurangnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran mereka
dalam melaksanakan perilaku mencuci tangan dengan sabun di sekolah.
Berdasarkan fakta yang ada, hal ini disebabkan karena kurangnya intervensi
mengenai perilaku mencuci tangan dengan sabun yang benar yang dilakukan
oleh pihak sekolah sendiri maupun pihak tenaga kesehatan serta tidak
tersedianya fasilitas yang memadai untuk mendukung perilaku cuci tangan
pakai sabun. Sehingga perumusan dalam penelitian ini adalah belum
diketahuinya pengaruh intervensi promosi kesehatan terhadap pengetahuan,
sikap dan perilaku anak sekolah dasar SD Muhammadiyah V Jakarta kelas 4
mengenai praktek cuci tangan pakai sabun pada tahun 2020.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intervensi promosi kesehatan
berupaadvokasi dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan, sikap
dan praktek mencuci tangan dengan sabun pada murid kelas 4 SD
Muhammadiyah V Jakarta.
1.3.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya pengetahuan mengenai mencuci tangan menggunakan


sabun pada murid kelas 4 sebelum dan sesudah intervensi.
2. Diketahuinya sikap mengenai mencuci tangan menggunakan sabun
pada murid kelas 4 sebelum dan sesudah intervensi.
3. Diketahuinya praktek mencuci tangan menggunakan sabun pada murid
kelas 4 sebelum dan sesudah intervensi.
4. Diketahuinya pengaruh intervensi promosi kesehatan berupa advokasi
dan penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek
mencuci tangan menggunakan sabun

1.4. Manfaat Penleitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Dengan diperolehnya informasi mengenaiadanya pengauh promosi kesehatan
terhadap pengetahuan, sikap dan praktek anak sekolah dasar kelas 4 dalam
mencuci tangan menggunakan sabun, maka petugas kesehatan, pihak sekolah
dan orang tua murid dapat menyusun strategi perilaku kebiasaan mencuci
tangan menggunakan sabun dengan baik dan benar yang lebih tpat dan
memadai.
b. Sebagai bahan informasi bagi petugas kesehatan untuk memberikan
penyuluhan kesehatan yang lebih terarah kepada siswa, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah.
c. Kegiatan peneitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk
data dan informasi tentang pengaruh peran promosi kesehatan terhadap
pengetahuan sikap dan perilaku mencuci tangan siswa kelas 4 di SD
Muhammadiyah V Jakarta Tahun 2020. Data dan informasi dapat digunakan
oleh tenaga pengajar, mahasiswa, dan alumni Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka sebagai bagian dari materi proses belajar dan mengajar serta
penambahan referensi di Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tentang melihat adakah pengaruh
promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan praktek mencuci tangan
menggunakan sabun pada anak sekolah dasar kelas 4 di SD Muhammadiyah V
Jakarta dengan menggunakan metode ( ……….), yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan praktek siswa - siswi
kelas 4 di SD Muhammadiyah V Jakarta mengenai cuci tangan pakai sabun.
Penelitian ini dilakukan karena tingginya angka penyebaran penyakit yang terjadi
karena perilaku tidak sehat pada anak sekolah yang salah satunya disebabkan
karena tidak membiasakan mencuci tangan dengan sabun terutama sebelum makan
dan setelah buang air kecil maupun besar. Penelitian dilakukan pada seluruh siswa-
siswi kelas 4. penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah V Jakarta.
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori


Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku
Kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menentukan perilaku tersebut. Berdasarkan teori Lawrence Green (1980)
bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang terdiri dari 3
faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor penguat
(reinforcing factors), dan faktor pendukung (enabling factors).
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan,
baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan
kesehatan.
3. Faktor pendukung (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasaran atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan
yang bergizi, dan sebagainya.Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes,
pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya.
Dengan modifikasi dari model tersebut bahwa pengetahuan, sikap, dan
perilaku mencuci tangan menggunakan sabun pada siswa kelas 4 di SD
Muhammadiyah V Jakarta dapat di pengaruhi melalui upaya promosi
Kesehatan. Gambar kerangka teori sebagai berikut.

Faktor predisposisi :
1. Pengetahuan
k
2. Sikap
3. Status Demografi
4. Pendidikan ibu
5. Pendidikan ayah
6. Pekerjaan ibu
7. Pekerjaan ayah

Faktor pemungkin :
Perilaku Cuci Tangan Pakai
1. Ketersediaan fasilitas
Sabun
2. Keterpaparan informasi

Faktor penguat :
1. Dukungan petugsas
kesehatan
2. Dukungan guru
3. Dukungan keluarga
4. Kebijakan Pendukung

Sumber : Model Lawrence Green, 2005


(yang telah di modifikasi)

Gambar 3.1 Kerangka Teori


Faktor yang Mempengruhi Perilaku Kesehatan
3.2 Kerangka Konsep

3.3 Definisi Operasional

Anda mungkin juga menyukai