Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF (PRE, INTRA, POST OPERATIF)


A. DEFINISI

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu
1. Preoperatif : Dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir
ketika pasien dikirim ke meja operasi.
2. Intraoperatif : Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau departemen bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
3. Postoperatif : Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula
dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing mencakup
rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.

B. ETIOLOGI

Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth ) seperti :
1. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan
KAMAR OPERASI

1. Pengertian Kamar Operasi


Kamar bedah atau kamar operasi aadalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elkektif maupun akut yang membutuhkan
keadaan suci hama / steril.

1
2. Persyaratan Kamar Operasi
a. Letak : Ada di tengah RS
b. Bentuk :
1) Tidak bersudut tajam, lantai & langit lengkung, warna tak mencolok
2) Lantai & 2/3 dinding harus rata, kedap air dan keras
c. Lampu : Pijar putih dengan fokus dapat diatur 03/24/12 4
d. Sistem ventilasi : Harus pakai AC yang dapat di kontrol dengan dilengkapi filter
e. Suhu & kelembapan : Suhu : 19 – 22 ’ C, Kelembapan : 55 % (50-6- %)
f. Sistem Gas Medis : Pakai sistem pipa
g. Sistem Listrik : Voltage 110 & 220
h. Peralatan : Semua peralatan harus beroda dan terbuat dari bahan stainless
i. Pintu : Masuk dan keluar antara petugas dan klien harus dibedakan serta harus ada
kaca pengintai
j. Air bersih : Harus memenuhi syarat air bersih

3. Pembagian Daerah Kamar


a. DAERAH PUBLIC Semua orang bisa masuk
b. DAERAH SEMI PUBLIC Hanya orang-orang tertentu
c. DAERAH ASEPTIK
1) Aseptik O : Lap. Operasi & daerah pembedahan
2) Aseptik 1 : Tempat Instrumen, dan prwt instrumen
3) Aseptik 2 : R. cuci tangan 
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
a. Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus kamar
operasi.
b. Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus  kamar operasi yang terdiri
atas topi, masker, baju dan celana operasi.
c. Area ketat/terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap dan
melaksanakan prosedur aseptic.
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap
yaitu : topi, masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan prosedur aseptic.
Bagian-bagian kamar operasi :
a. Kamar Bedah a. RR (Recovery Room)
b. R. cuci tangan b. R. Istirahat
c. R. Instrumen c. K. Mandi/WC dan spoelhoek
d. R. Sterilisasi d. Kantor
e. R. Ganti e. Gudang
f. R.Lab/Farmasi f. R. Tunggu
g. Gudang
2
h. R. Arsip
Pembersihan kamar operasi :
Bertujuan agar Ok tetap terjaga sterilitasnya & terhindar infeksi nosokomial. Ada 4 cara,
yaitu :
a. Rutin / harian
b. Mingguan
c. Sewaktu
d. Steriolisasi Ruangan

4. Tim Bedah
a. Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
b. Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau perawat, di
bawah petunjuk ahli bedah.
Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
c. Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.
Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk
mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
d. Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Etika kerja di Ruang OK :
a. Mengerti tentang arti kamar operasi
b. Mentaati tata tertib dan tahu alur masuk/keluar di OK
c. Mengurangi/mencegah penyebaran kuman
d. Menghormati pemegang otoritas di OK 

5. Staf Perawat Operasi


a. Perawat kepala & pelaksana
b. Tenaga lain : Pekerja kesehatan, Penunjang medis

C. TAHAP DALAM KEPERAWATAN PERIOPERATIF

1. Fase Pre Operatif


Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai ketika  pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.

3
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 4 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga, persiapan fisiologi (khusus pasien), Persiapan
Perawat dan Tim Medis dan Persiapan kamar dan Alat.
a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk
mengurangi kecemasan pasien. Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi,
pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan,
pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-
pengobatan setelah operasi.
b. Persiapan Fisiologi
1) Inform consent
Setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
2) Status kesehatan fisik secara umum
Dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap.
3) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen
4) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
5) Kebersihan lambung dan kolon
Pemasangan NGT atau Pasien dipuasakan lamanya puasa 7 - 8 jam. Tujuan
dari pengosongan lambung dan kolon untuk menghindari aspirasi dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan.

6) Pencukuran daerah operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter.

4
8) Latihan Pra Operasi
a) Latihan nafas dalam
Untuk mengurangi nyeri dan dapat membantu pasien relaksasi. Dapat juga
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
b) Latihan gerak sendi
Memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang
pernafasan optimal. Intervensi perubahan posisi dan Range of Motion (ROM).
9) Pencegahan cedera
Untuk mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
a) Lepaskan perhiasan pasien
b) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
c) Lepaskan lensa kontak
d) Gunakan kaos kaki anti emboli bila pasien beresiko mengalami trombo
phlebitis
10) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
c. Persiapan perawat
1) Operator (ahli bedah)
2) Asisten operator (asisten ahli dan para medis)
3) Ahli anastesi atau perawat anastesi
d. Persiapan kamar dan alat-alat
1) Pemberitahuan kepada tim medis bahwa ada operasi, agar menyiapkan alat-
alat dan obat-obatan serta kamar operasi
2) Alat-alar disterilkan dan dibungkus serta ditempatkan pada meja alat

2. Fase intra Operatif


Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau pindah kebagian atau
departemen bedah dan berakhir pada saat pasien dipindahkan keruang pemulihan.
Pada fase ini lingkup aktifitas dapat meliputi : memasang infus (IV), memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
a. Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama intraoperatif meliputi 4 hal yaitu:

5
1) Safety management
Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah:
a) Pengaturan posisi pasien
b) Memasang alat grounding ke pasien
c) Memastikan bahwa semua peralatan peralatan yang dibutuhkan telah siap
sperti cairan infus, oksigen, dll.
2) Monitoring fisiologis
a) Melakukan balance cairan
b) Memantau kondisi kardiopulmonal
c) Memantau terhadap perubahan vital sign
3) Monitoring psikologis
a) Memberikan dukungan emosional pada pasien
b) Berdiri didekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
c) Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan jika ada
perubahan
4) Pengaturan dan koordinasi nursing care
a) Memanage keamanan fisik pasien
b) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
b. Macam-macam Anasthesi
1) Type Anastesi :
a) General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk
reflek batuk dan reflek muntahsehingga harus dijaga dari adanya aspirasi.
Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi.
b) Regional Anastesi yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari
area atau bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya
tetapi tetap sadar.

2) Tekhnik Anastesi Regional :


a) Topikal (Surface) yaitu anastesi langsung pada kulit dan membran mukosa
untuk menbuka bagian kulit, luka danluka bakar. Misalnya lidocaine dan
benzocaine, jenis ini biasanya cepat diserap dan bereaksi cepat.
b) Local Aqnastesi (Infiltrasi), yaitu anestesi yang disuntikan pada
area tertentu dan digunakan untuk pembedahan minor, misalnya lidocaine
atau tetracaine 0,1%.

6
c) Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan didaerah syaraf atau
kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkansesasi pada daerah kecil pada
tubuh.
d) Anastesi Spinal, termasuk blik pada subbarracnoid. Yaitu obat anastesi
disuntikan kedaerah ke daerah surrachnoidsampai ke spinal cord.
e) Epidural Anastesi, injeksi pada daerah dalam spinal tetapi diluar
duramater.
c. Tingkatan Pembedahan
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan
dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1) Kedaruratan/Emergency : Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan
mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda.
Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang
tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
2) Urgen : Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu
pada uretra.
3) Diperlukan : Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat
tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4) Elektif : Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila
tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh :
perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5) Pilihan : Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya
terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :
1) Minor : Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan
yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2) Mayor : Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius.
Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain.

3. Fase Post Operatif

Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra  operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/
pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di
rumah.

7
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :

a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery
room)

b. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi

Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara di ruang pulih
sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post
anasthesia care unit) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi
operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal
ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk  :

1) Mendapatkan perawatan yang disiapkan pasca operatif (perawat anastesi)


2) Melihat ahli anastesi dan ahli bedah yang melakukan prosedur pembedahan
3) Mendapat pengawasan dari alat monitoring dan peralatan khusus penunjang
lainnya.
c. Transportasi pasien ke ruang rawat atau dikeluarkan dari PACU dengan indikasi
1) Fungsi pulmonal yang tidak terganggu
2) Hasil oksimetri nadi menunjukkan saturasi oksigen yang adekuat
3) Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah
4) Orientasi pasien terhadap tempat, waktu dan orang
5) Haluaran urine tidak kurang dari 30 ml/jam
6) Mual dan muntah dalam kontrol
7) Nyeri minimal
d. Perawatan di ruang rawat

E. SKEMA DARI PERIOPERATIF

8
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fase Pre Operatif
1) Pengkajian Psikologis : meliputi perasaan takut / cemas dan keadaan emosi
pasien
2) Pengkajian Fisik : pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.

9
3) Sistem integument : apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit di
area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler : apakah ada gangguan pada sisitem cardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung, kebiasaan minum obat jantung
sebelum operasi, Kebiasaan merokok, minum alcohol, Oedema, Irama dan
frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan : Apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-tiba
di kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare
7) Sistem reproduksi : apakah pasien wanita mengalami menstruasi
8) Sistem saraf : bagaimana kesadaran
9) Validasi persiapan fisik pasien : apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien / perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat
b. Pengkajian Fase Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang
perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental : Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih
sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
3) Transfusi dan infuse  : Monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin : Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1
cc/kg BB/jam.

c. Pengkajian fase Post Operatif


1) Status respirasi,  Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulatori,  Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
3) Status neurologis,  Meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan,  Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung
dengan sistem drainage.

10
5) Kenyamanan, Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan,  Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat
berfungsi.
7) Perawatan, Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat / memperingan.

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Diagnosa Pre Operatif
1) Cemas berhubungan dengan krisis situasional Operasi
2) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang penyakit
dan proses operasi
b. Diagnosa Intra Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan/darah intra
operatif
c. Diagnosa Post Operatif
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi

2. PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO. KEPERAWATAN HASIL RENCANA TINDAKAN

11
1 Pre Operatif Tujuan  : Penurunan kecemasan
Cemas b.d krisisCemas dapat terkontrol. 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien / keluarga
situasional Operasi Kriteria hasil : 2. Kaji tingkat kecemasan klien
1. Secara verbal dapat 3. Tenangkan klien dan dengarkan keluhan klien dengan
mendemonstrasikan teknik atensi
menurunkan cemas. 4. Jelaskan semua prosedur tindakan kepada klien setiap
2. Mencari informasi yang akan melakukan tindakan
dapat menurunkan cemas 5. Dampingi klien dan ajak berkomunikasi yang
3. Menggunakan teknik terapeutik
relaksasi untuk 6. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
menurunkan cemas perasaannya.
4. Menerima status 7. Ajarkan teknik relaksasi
kesehatan.
8. Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
obat penenang,

4. Pre Operatif Tujuan : Pendidikan kesehatan : proses penyakit


Kurang PengetahuanBertambahnya pengetahuan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien.
b.d keterbatasanpasien tentang penyakitnya. 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda gejala serta
informasi tentangKriteria hasil : komplikasi yang mungkin terjadi
penyakit dan proses
1. Pasien mampu men- 3. Berikan informasi pada keluarga tentang perkembangan
operasi
jelaskan penyebab, klien.
komplikasi dan cara 4. Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang
pencegahannya tindakan yang akan dilakukan.
2. Klien dan keluarga 5. Diskusikan pilihan terapi
kooperatif saat dilakukan
6. Berikan penjelasan tentang pentingnya ambulasi dini
tindakan
7. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin akan muncul

12
2. Intra Operatif Tujuan : Manajemen Nyeri :
Nyeri akut b.d prosesNyeri dapat teratasi. 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik,
pembedahan Kontrol Resiko durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).
Kriteria hasil : 2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien
1. Klien melaporkan nyeri
berkurang dg scala 2-3 3. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
2. Ekspresi wajah tenang
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
3. Klien dapat istirahat dan
farmakologis).
tidur
5. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
4. Vital sign dalam batas
dll) untuk mengatasi nyeri.
normal
6. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri.
7. Evaluasi tindakan pengurang nyeri
8. Monitor Vital sign

3. Intra Operatif Tujuan : Management asupan cairan :


Kekurangan volumeTidak terjadi kekurangan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
cairan b.d kehilanganvolum cairan 2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa,
cairan/darah intraKriteria Hasil : nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
operatif
1. Mempertahankan urine 3. Monitor vital sign
output sesuai dengan usia 4. Lakukan terapi IV 
dan BB, BJ urine normal,
5. Berikan cairan IV pada suhu ruangan 
HT normal
6. Atur kemungkinan tranfusi
2. Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal 7. Persiapan untuk tranfusi

3. Tidak ada tanda tanda


dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

3. Post Operatif Tujuan : Pengelolaan jalan napas


Gangguan pertukaranKerusakan per-tukaran gas 1. Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,kedalaman dan usaha
gas b.d efek sampingtidak terjadi nafas.
13
dari anaesthesi. Status Pernapasan: ventilasi 2. Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau
Kriteria hasil : hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
1. Status neurologis DBN 3. Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
2. Dispnea tidak ada 4. Observasi terhadap sianosis, terutama membran
mukosa mulut
3. PaO2, PaCO2, pH arteri
dan SaO2 dalam batas 5. Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan
normal (oksigen, pengisap,spirometer)
4. Tidak ada gelisah, sianosis, 6. Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi
dan keletihan 7. Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian
data (misal: bunyi napas, pola napas, sputum,efek dari
pengobatan)
8. Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai
dengan keperluan

4. Post Operatif Tujuan : Perawatan luka


Kerusakan integritas Kerusakan integritas kulit tidak 1. Ganti balutan plester dan debris
kulit b.d luka post terjadi. 2. Cukur rambut sekeliling daerah yang terluka, jika perlu
operasi Penyembuhan Luka: Tahap 3. Catat karakteristik luka bekas operasi
Pertama
4. Bersihkan luka bekas operasi dengan sabun antibakteri
Kriteria hasil : yang cocok
1. Kerusakan kulit tidak ada 5. Rendam dalam larutan saline yang sesuai
2. Eritema kulit tidak ada 6. Gunakan unit TENS (Transcutaneous Elektrikal Nerve
3. Luka tidak ada pus Stimulation) untuk peningkatan penyembuhan luka
4. Suhu kulit DBN bekas operasi yang sesuai
7. Gunakan salep yang cocok pada kulit/ lesi, yang sesuai
8. Pertahankan teknik pensterilan perban ketika merawat
luka bekas operasi
9. Periksa luka setiap mengganti perban
10. Bandingkan dan mencatat  secara teratur perubahan-
perubahan pada luka
11. Jauhkan tekanan pada luka
12. Ajarkan pasien dan anggota keluarga prosedur
perawatan luka

E. DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.  2000.

14
Lynda Juall Carpenito. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.edisi
2. EGC. Jakarta. 1999

Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI Media Aescullapius.

http://www.scribd.com/doc/46509863/ASKEP-KLIEN-PERIOPERATIF

http://pande-krisna.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pre-intra-dan-post.html

http://nerseducation.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pre-intra-post.html

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Artikel Zakiya
    Artikel Zakiya
    Dokumen11 halaman
    Artikel Zakiya
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen1 halaman
    3
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen1 halaman
    2
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Artikel Yolando Ade Pratama
    Artikel Yolando Ade Pratama
    Dokumen10 halaman
    Artikel Yolando Ade Pratama
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Etik Ukom
    Etik Ukom
    Dokumen4 halaman
    Etik Ukom
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Teks 2
    Teks 2
    Dokumen1 halaman
    Teks 2
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Baru
    Bab 2 Baru
    Dokumen23 halaman
    Bab 2 Baru
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Buku Pre Eklamsia - Merged
    Buku Pre Eklamsia - Merged
    Dokumen82 halaman
    Buku Pre Eklamsia - Merged
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Skizo
    Skizo
    Dokumen2 halaman
    Skizo
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Emesis
    Emesis
    Dokumen1 halaman
    Emesis
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Sdoc - 06-01-Si 2
    Sdoc - 06-01-Si 2
    Dokumen2 halaman
    Sdoc - 06-01-Si 2
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Judul
    Judul
    Dokumen1 halaman
    Judul
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Wawancara
    Wawancara
    Dokumen1 halaman
    Wawancara
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Adelia
    Jurnal Adelia
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Adelia
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • 2023-Buku Ajar Komunikasi Dasar Keperawatan
    2023-Buku Ajar Komunikasi Dasar Keperawatan
    Dokumen215 halaman
    2023-Buku Ajar Komunikasi Dasar Keperawatan
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Template Master JPHI
    Template Master JPHI
    Dokumen8 halaman
    Template Master JPHI
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Bab 1-3 (Rev 4)
    Bab 1-3 (Rev 4)
    Dokumen45 halaman
    Bab 1-3 (Rev 4)
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Septi
    Jurnal Septi
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Septi
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Olha-Revisi - 1
    Jurnal Olha-Revisi - 1
    Dokumen5 halaman
    Jurnal Olha-Revisi - 1
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii Fix
    Bab Iii Fix
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii Fix
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • K9
    K9
    Dokumen17 halaman
    K9
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat
  • Susunan Acara Workshop SIM-EPK
    Susunan Acara Workshop SIM-EPK
    Dokumen2 halaman
    Susunan Acara Workshop SIM-EPK
    Reni Anggraini
    Belum ada peringkat