B. ETIOLOGI
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth ) seperti :
1. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
2. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
3. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
4. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
5. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan
KAMAR OPERASI
1
2. Persyaratan Kamar Operasi
a. Letak : Ada di tengah RS
b. Bentuk :
1) Tidak bersudut tajam, lantai & langit lengkung, warna tak mencolok
2) Lantai & 2/3 dinding harus rata, kedap air dan keras
c. Lampu : Pijar putih dengan fokus dapat diatur 03/24/12 4
d. Sistem ventilasi : Harus pakai AC yang dapat di kontrol dengan dilengkapi filter
e. Suhu & kelembapan : Suhu : 19 – 22 ’ C, Kelembapan : 55 % (50-6- %)
f. Sistem Gas Medis : Pakai sistem pipa
g. Sistem Listrik : Voltage 110 & 220
h. Peralatan : Semua peralatan harus beroda dan terbuat dari bahan stainless
i. Pintu : Masuk dan keluar antara petugas dan klien harus dibedakan serta harus ada
kaca pengintai
j. Air bersih : Harus memenuhi syarat air bersih
4. Tim Bedah
a. Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli bedah senior atau ahli bedah yang sudah
melakukan operasi.
b. Asisten pembedahan (1orang atau lebih) asisten bius dokter, risiden, atau perawat, di
bawah petunjuk ahli bedah.
Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
c. Anaesthesologist atau perawat anaesthesi.
Perawat anesthei memberikan obat-obat anesthesia dan obat-obat lain untuk
mempertahankan status fisik klien selama pembedahan.
d. Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan sesudah pembedahan.
Etika kerja di Ruang OK :
a. Mengerti tentang arti kamar operasi
b. Mentaati tata tertib dan tahu alur masuk/keluar di OK
c. Mengurangi/mencegah penyebaran kuman
d. Menghormati pemegang otoritas di OK
3
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 4 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga, persiapan fisiologi (khusus pasien), Persiapan
Perawat dan Tim Medis dan Persiapan kamar dan Alat.
a. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk
mengurangi kecemasan pasien. Meliputi penjelasan tentang peristiwa operasi,
pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang diperlukan,
pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-
pengobatan setelah operasi.
b. Persiapan Fisiologi
1) Inform consent
Setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
2) Status kesehatan fisik secara umum
Dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas
klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik lengkap.
3) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen
4) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
5) Kebersihan lambung dan kolon
Pemasangan NGT atau Pasien dipuasakan lamanya puasa 7 - 8 jam. Tujuan
dari pengosongan lambung dan kolon untuk menghindari aspirasi dan
menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan.
4
8) Latihan Pra Operasi
a) Latihan nafas dalam
Untuk mengurangi nyeri dan dapat membantu pasien relaksasi. Dapat juga
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
b) Latihan gerak sendi
Memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang
pernafasan optimal. Intervensi perubahan posisi dan Range of Motion (ROM).
9) Pencegahan cedera
Untuk mengatasi resiko terjadinya cedera, tindakan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah:
a) Lepaskan perhiasan pasien
b) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
c) Lepaskan lensa kontak
d) Gunakan kaos kaki anti emboli bila pasien beresiko mengalami trombo
phlebitis
10) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
c. Persiapan perawat
1) Operator (ahli bedah)
2) Asisten operator (asisten ahli dan para medis)
3) Ahli anastesi atau perawat anastesi
d. Persiapan kamar dan alat-alat
1) Pemberitahuan kepada tim medis bahwa ada operasi, agar menyiapkan alat-
alat dan obat-obatan serta kamar operasi
2) Alat-alar disterilkan dan dibungkus serta ditempatkan pada meja alat
5
1) Safety management
Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan diantaranya adalah:
a) Pengaturan posisi pasien
b) Memasang alat grounding ke pasien
c) Memastikan bahwa semua peralatan peralatan yang dibutuhkan telah siap
sperti cairan infus, oksigen, dll.
2) Monitoring fisiologis
a) Melakukan balance cairan
b) Memantau kondisi kardiopulmonal
c) Memantau terhadap perubahan vital sign
3) Monitoring psikologis
a) Memberikan dukungan emosional pada pasien
b) Berdiri didekat pasien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi
c) Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan jika ada
perubahan
4) Pengaturan dan koordinasi nursing care
a) Memanage keamanan fisik pasien
b) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis
b. Macam-macam Anasthesi
1) Type Anastesi :
a) General Anastesy yaitu hilangnya seluruh sensasi dan kesadaran termasuk
reflek batuk dan reflek muntahsehingga harus dijaga dari adanya aspirasi.
Biasanya diberikan secara intra vena atau inhalasi.
b) Regional Anastesi yaitu menghambat jalannya impuls saraf ke dan dari
area atau bagian tubuh. Klien kehilangan sensasi pada sebagian tubuhnya
tetapi tetap sadar.
6
c) Blick Nerve (Bier Block), obat anastesi disuntikan didaerah syaraf atau
kumpulan syaraf kecil untuk menghasilkansesasi pada daerah kecil pada
tubuh.
d) Anastesi Spinal, termasuk blik pada subbarracnoid. Yaitu obat anastesi
disuntikan kedaerah ke daerah surrachnoidsampai ke spinal cord.
e) Epidural Anastesi, injeksi pada daerah dalam spinal tetapi diluar
duramater.
c. Tingkatan Pembedahan
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan
dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1) Kedaruratan/Emergency : Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan
mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda.
Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang
tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
2) Urgen : Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu
pada uretra.
3) Diperlukan : Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat
tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4) Elektif : Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila
tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh :
perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5) Pilihan : Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya
pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya
terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :
1) Minor : Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan
yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2) Mayor : Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius.
Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain.
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan
intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/
pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di
rumah.
7
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery
room)
b. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara di ruang pulih
sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: post
anasthesia care unit) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi
operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal
ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :
8
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Fase Pre Operatif
1) Pengkajian Psikologis : meliputi perasaan takut / cemas dan keadaan emosi
pasien
2) Pengkajian Fisik : pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
9
3) Sistem integument : apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit di
area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler : apakah ada gangguan pada sisitem cardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung, kebiasaan minum obat jantung
sebelum operasi, Kebiasaan merokok, minum alcohol, Oedema, Irama dan
frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan : Apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-tiba
di kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare
7) Sistem reproduksi : apakah pasien wanita mengalami menstruasi
8) Sistem saraf : bagaimana kesadaran
9) Validasi persiapan fisik pasien : apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien / perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat
b. Pengkajian Fase Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang
perlu dikaji adalah :
1) Pengkajian mental : Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih
sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut.
2) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka
perawat harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
3) Transfusi dan infuse : Monitor flabot sudah habis apa belum.
4) Pengeluaran urin : Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1
cc/kg BB/jam.
10
5) Kenyamanan, Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan, Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat
berfungsi.
7) Perawatan, Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran
cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
8) Nyeri, Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat / memperingan.
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Diagnosa Pre Operatif
1) Cemas berhubungan dengan krisis situasional Operasi
2) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang penyakit
dan proses operasi
b. Diagnosa Intra Operatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan/darah intra
operatif
c. Diagnosa Post Operatif
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
11
1 Pre Operatif Tujuan : Penurunan kecemasan
Cemas b.d krisisCemas dapat terkontrol. 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien / keluarga
situasional Operasi Kriteria hasil : 2. Kaji tingkat kecemasan klien
1. Secara verbal dapat 3. Tenangkan klien dan dengarkan keluhan klien dengan
mendemonstrasikan teknik atensi
menurunkan cemas. 4. Jelaskan semua prosedur tindakan kepada klien setiap
2. Mencari informasi yang akan melakukan tindakan
dapat menurunkan cemas 5. Dampingi klien dan ajak berkomunikasi yang
3. Menggunakan teknik terapeutik
relaksasi untuk 6. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
menurunkan cemas perasaannya.
4. Menerima status 7. Ajarkan teknik relaksasi
kesehatan.
8. Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas.
9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian
obat penenang,
12
2. Intra Operatif Tujuan : Manajemen Nyeri :
Nyeri akut b.d prosesNyeri dapat teratasi. 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik,
pembedahan Kontrol Resiko durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).
Kriteria hasil : 2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien
1. Klien melaporkan nyeri
berkurang dg scala 2-3 3. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
2. Ekspresi wajah tenang
4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
3. Klien dapat istirahat dan
farmakologis).
tidur
5. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
4. Vital sign dalam batas
dll) untuk mengatasi nyeri.
normal
6. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri.
7. Evaluasi tindakan pengurang nyeri
8. Monitor Vital sign
E. DAFTAR PUSTAKA
14
Lynda Juall Carpenito. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.edisi
2. EGC. Jakarta. 1999
Mansjoer, Arif ,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UI Media Aescullapius.
http://www.scribd.com/doc/46509863/ASKEP-KLIEN-PERIOPERATIF
http://pande-krisna.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pre-intra-dan-post.html
http://nerseducation.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pre-intra-post.html
15