Pembimbing:
Disusun oleh:
Zakky Bramantyo 1820221080
Syifa Fauziah R 1820221108
Rany Binawan 1820221053
Anastasia Gardina M 1820221121
Nama : Tn. AH
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Kumbang Dalam 5/6
Agama : Islam
Status : Menikah
Masuk RS : 24 September 2020 pukul 11.28 WIB
I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri dada sejak 3,5 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS POLRI pada tanggal 24 September 2020 pukul 11.28
WIB dengan keluhan utama nyeri dada sebelah kanan (+) sejak pukul 08.00 WIB.
Nyeri dada dirasakan oleh pasien tembus sampai ke punggung dan bahu, nyeri
dirasakan hilang timbul.
Pasien post terjatuh dari motor sebelum nyeri dada. Setelah terjatuh dari motor
lalu pingsan dan setelah sadar muntah 2x. Benjolan atau luka di kepala (-), hanya
luka lecet di lutut kiri. Tidak terdapat luka atau jejas di dada. Muntah darah (-)
Pasien memiliki riwayat hipertensi (+), diabetes (+), CAD (+) post pasang 1 ring
pada tahun 2014, kolestrol (+), konsumsi obat nitrokaf (+).
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (+)
Riwayat DM tipe II (+)
Riwayat Penyakit Jantung (+) CAD PCI 1 stent tahun 2014
Riwayat Asma (-)
Riwayat Penyakit Ginjal (-)
1
Riwayat kolestrrol tinggi (+)
STATUS GENERALIS
Kepala
Bentuk : Bulat, simetris, normocephal
Kulit : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Bentuk normal, simetris
Hidung : Bentuk normal, tidak deviasi, tidak ada pernapasan cuping
Hidung
Thorax
Bentuk normal, tidak ada retraksi maupun sikatrik, pergerakan dinding dada
2
simetris saat statis dan dinamis.
a. Jantung
o Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V line midclavicularis sinistra
o Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV line sternalis dextra.
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
Batas jantung kiri : ICS V line midclavicularis sinistra
o Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
b. Paru
o Inspeksi : Pergerakan dinding dada dan bentuk dada simetris kanan dan
kiri.
o Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan dan kiri simetris, nyeri tekan (-),
edema (-), krepitasi (-)
o Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
o Auskultasi: Vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
o Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-)
o Auskultasi : Bising usus normal
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites (-), massa (0)
o Perkusi : Shifting dullness (-)
Ekstremitas
o Superior : Edema (-/-), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (-), capillary
refill time < 2 detik
o Inferior : Edema (-/-), sianosis (-), akral dingin (-), deformitas (- ), capillary
refill time < 2 detik
3
I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium IGD RS Polri
Hematokrit 39* 40 - 48 %
4
PT (pasien) 9.7” 9.3” - 11.4”
PT (control) 9.3”
C. EKG
Tanggal 24 September 2020 di IGD RS POLRI (Pertama)
Kesan :
Q patologis di lead V1, V2, dan V3
T inverted di lead V1, V2, V3, V4, V5 dan V6
Kesan :
5
Q patologis di lead V1, V2, dan V3
T inverted di lead V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
Tanggal 26 September 2020 di ICCU (Ketiga)
Kesan :
Q patologis di lead V1, V2, dan V3
T inverted di lead V1, V2, V3, V4, dan V5.
D. Rotgen Thoraks
Tanggal 29 September 2020
Kesan:
o Kardiomegali (LVH)
o CTR 66.7%
o Tidak tampak kelainan radiologis
pada paru saat ini
6
E. Echocardiography & Doppler Echo
Tanggal 3 Mei 2019
Kesan:
o Dilatasi LV dengan penurunan EF = 42,7% (N=53%)
o Hipokinetik berat septal anterior, akinetik apikal
o E/A <1 gangguan fungsi diastolik tipe I
o Katup-katup dalam batas normal
7
F. Angioplasty Coroner (PCI)
Tanggal 23 Mei 2019
Kesan:
LAD: diameter rata-rata, stenosis 90% di mid
Kesimpulan:
Sukses PCI dengan 1 DES di LAD
I.5
RESUME
8
Pasien Tn. AH datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kanan hingga ke
punggung dan bahu. Keluhan ini disertai dengan muntah 2x. Pasien memiliki
riwayat Hipertensi (+), DM tipe II (+), CAD PCI 1 stent tahun 2014.
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan. Hasil pemeriksaan
penunjang laboratorium hematologi rutin tertanggal 24 September 2020
menunjukkan Leukosit sebesar 14.040/ul dan hasil pemeriksaan enzim jantung di
tanggal yang sama menunjukkan CK-MB 28 U/L. Kesan hasil rontgen thoraks
menunjukkan kardiomegali (CTR 66.7%).
Hasil EKG yang dilakukan di IGD pada tanggal 24 September 2020
memperlihatkan adanya Q patologis di lead V1, V2, dan V3 serta T inverted di lead
V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. Hasil EKG yang dilakukan di ICCU pada tanggal 25
September 2020 memperlihatkan adanya Q patologis di lead V1, V2, dan V3 serta T
inverted di lead V1, V2, V3, V4, V5 dan V6. Hasil EKG yang dilakukan pada
tanggal 26 September 2020 memperlihatkan adanya Q patologis di lead V1, V2, dan
V3 serta T inverted di lead V1, V2, V3, V4, dan V5. Hasil EKG yang dilakukan
pada tanggal 27 September 2020 memperlihatkan adanya Q patologis di lead V1,
V2, dan V3 serta T inverted di lead V2, V3, V4, dan V5. Hal ini mengartikan bahwa
terjadi perluasan old infark pada daerah anteroseptal dan iskemia pada daerah
anterior.
I.6 Follow Up
9
O : KU : Tampak sakit sedang (lemah)
Kesadaran : Composmentis (GCS 15 , E4, M6, V5)
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Heart Rate : 86 kali per menit
Respiratory Rate: 20 kali per menit
Suhu : 36°C
SaO2 : 98%
Thoraks : Simetris, tidak ada retraksi
A : CAD NSTEMI
CHF
DM tipe II Terkontrol
10
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
II.1 Pendahuluan
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang
utama karena menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang
tinggi. SKA ini merupakan salah satu penyakit tidak menular dimana terjadi perubahan
patologis atau kelainan dalam dinding arteri koroner yang dapat menyebabkan
terjadinya iskemik miokardium dan UAP (Unstable Angina Pectoris) serta Infark
Miokard Akut (IMA) seperti Non-ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI) dan ST
Elevation Myocardial Infarct (STEMI).1
Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO) melaporkan penyakit
kardiovaskuler menyebabkan 17,5 juta kematian atau sekitar 31% dari keseluruhan
kematian secara global dan yang diakibatkan sindrom koroner akut sebesar 7,4 juta.
Penyakit ini diperkirakan akan mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. 2,3
Di Indonesia angka mortalitas pada tahun 2012 adalah 680 dari 100.000
populasi. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi penyakit jantung koroner di
Kalimantan Selatan dengan diagnosis dokter sebesar 0,5% dan diagnosis dokter atau
gejala sebesar 2,2%. Di Kota Banjarmasin, prevalensi penyakit jantung koroner
dengan diagnosis dokter sebesar 0,4% dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala
sebesar 0,8%. 4
11
Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
o Jenis kelamin
o Usia
o Faktor keturunan
Faktor resiko yang dapat dirubah:
o Faktor resiko mayor:
Kolesterol tinggi
Hipertensi
Merokok
Diabetes
o Faktor resiko Minor:
Obesitas
Stress
Kurang olahraga
Mengetahui karakteristik penderita sindrom koroner akut perlu untuk
intervensi pencegahan sehingga angka kejadian sindrom koroner akut dapat ditekan
karena banyaknya kerugian yang ditimbulkan seperti aritmia, syok kardiogenik,
perikarditis, henti jantung, gagal jantung, udema paru akut bahkan kematian apabila
tidak dipatuhi.4,8 Dengan diketahuinya karakteristik penderita SKA maka dapat
dilakukan pencegahan primer untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan faktor
risiko, pencegahan sekunder untuk menangani gejala dengan cepat secara optimal
sehingga mencegah keadaan yang lebih parah dan rehospitalisasi, serta pencegahan
tersier untuk mempertahankan kesehatan secara optimal melalui dukungan dan
kekuatan yang ada pada diri penderita.6
II.3 Etiopatogenesis
Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh
darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi
plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan
diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah
12
trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang
pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli
yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat
vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran
darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium.
Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan
miokardium mengalami nekrosis (infark miokard).1
Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat
menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat
dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena proses
hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), disaritmia dan remodeling ventrikel
(perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami
koyak plak seperti diterangkan diatas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi dinamis
akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan
arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progesi plak atau
restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan(IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti
demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya
SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis.1
13
II.5 Manifestasi Klinis
Keluhan khas ialah nyeri dada retrosternal seperti diremas-remas, ditekan,
ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi
lebih intensif dan menetap (> 30 menit). Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya
kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri dapat disertai
perasaan mual-muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope.
Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tidak responsif terhadap
nitrogliserin.1
II.6 Diagnosis
II.6.1 Anamnesis
Keluhan utama adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah sternum,
tetapi bisa menjalar ke dada kiri atau kanan, ke rahang, ke bahu kiri dan kanan dan
pada satu atau kedua lengan. Biasanya digambarkan sebagai rasa tertekan, terhimpit,
diremas-remas, rasa berat atau panas, kadang-kadang penderita melukiskannya hanya
sebagai rasa tidak enak didada. Walaupun sifatnya dapat ringan sekali, tetapi rasa
sakit itu biasanya berlangsung lebih dari setengah jam, dan jarang ada hubungannya
dengan aktivitas serta tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat.12
Pada fase awal serangan jantung, pasien amat stres dan dapat berkeringat
dingin. Keadaan umum penderita membaik bila rasa sakit sudah dikendalikan dan
sering sekali dalam beberapa jam penderita terlihat baik. Volume dan laju denyut nadi
bisa normal, tetapi pada kasus berat nadi kecil dan cepat. Tekanan darah biasanya
menurun selama beberapa jam atau hari dan pelan-pelan kembali ke keadaan normal
dalam 2 atau 3 minggu, tetapi juga dapat menurun sampai terjadi hipotensi berat.12
14
b.Tanda Vital
Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi (100-120 x/mnt)
terjadi pada sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan pemberian
analgesic yang adekuat. Denyut jantung yang rendah mengindikasikan adanya
sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark. Peningkatan
TD moderat merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin. Sedangkan jika
terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat dari aktivitas vagus
berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.13
c.Pemeriksaan Thoraks
o Pemeriksaan Jantung: Terdangar bunyi jantung S4 dan S3, atau mur-mur.
Bunyi gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga
atau lebih lama lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom
Dressler
o Pemeriksaan Paru: Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun
mungkin tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi. Jika
terdapat edema paru, maka hal itu merupakan komplikasi infark luas,
biasanya anterior.13
15
kelainan segmen ST karena injury otot dan kelainan-kelainan gelombang T
karena iskemia.13
Sadapan dimana gambaran infark terlihat tergantung pada lokasi.
Berdasarkan depresi ST, elevasi ST, T inversi dan gelombang Q patologis pada
sadapan EKG dapat dibagi menjadi:
* Gelombang R yang tinggi dan depresi ST di V 1 – V2 sebagi mirror image dari perubahan
sedapan V7-V9
LAD = Left Anterior Descending artery RCA = Right Coronary Artery
LCX = Left Circumflex PL = PosteriorDescending Artery
b.Laboratorium
o CK (Kreatinnin Fosfokinase)
Pada IMA konsentrasi dalam serum meningkat 6-8 jam setelah onset
infark, mencapai puncak setelah 24 jam dan turun kembali dalam waktu 3-
4 hari. Enzim ini juga banyak terdapat pada paru, otot skelet, otak, uterus,
sel, pencernaan dan kelenjar tiroid. Selain pada infark miokard, tingkat
abnormalitas tinggi terdapat pada penyakit otot, kerusakan cerebrovaskular
dan setelah latihan otot.13
16
o cTn (Cardiac Spesifik Troponin)
Terdapat dua jenis cTn yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24
jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I
setelah 5-10 hari.13
o SGOT (Serum Glutamic Oxalo-Acetic Transaminase)
Terdapat terutama di jantung, otot skelet, otak, hati dan ginjal
Dilepaskan oleh sel otot miokard yang rusak atau mati. Meningkat dalam
8-36 jam dan turun kembali menjadi normal setelah 3-4 hari.13
o LDH ( Lactat Dehidrogenase)
Enzim ini terdapat di jantung dan eritrosit dan tidak spesifik. Dapat
meninggi bila ada kerusakan jaringan tubuh. Pada IMA konsentrasi
meningkat dalam waktu 24-48 jam, mencapai puncaknya dalam 3-6 hari
dan bisa tetap abnormal 1-3 minggu. Isoenzimnya lebih spesifik.13
o CKMB
Meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.13
Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75 mg/hari
(pada pasien yang direncanakan untuk terapi reperfusi menggunankan agen fibrinolitik,
penghambat reseptor ADP yang diannjurkan oleh clopidogrel)
Nitrogliserin(NTG) spray/tablet sublingual untuk pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat
Nitroglliserin intravena diberikkan kepada pasien yang tidak responsif dengan terapi 3
dosis NTG sublingual
Morfin sulfaft 1-5 mg intravena, dapat diulang 10-30 menit, bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual
18
skor GRACE>140
Risiko Intermediet
DM insufisiensi ginjal (Egfr<60mL/menit/1.73 m2)
LVEF <40% atau gagal jantung kongestif
Angina pasca infark dini
IKP atau BPAK
Skor risiko GRACE >109 dan <140
Risiko Rendah
Karakterisktik lain yang tidak disebutkan diatas
19
CCB
Menyebabkan vasodilatasi arteri. CCB direkomendasikan untuk mengurangi gejala bagi
pasien yang telah mendapatkan nitrat dan beta blocker. CCB non-dihidropiridin
direkomendasikan untuk pasien NSTEMI yang kontraindikasi dengan betablocker
Nama Obat Dosis
Verapamil 180-240 mg/hari dibagi 2-3 dosis
Diltiazem 120-360 mg/hari dibagi 3-4 dosis
Nifedipine GITS (long 30-90 mg/hari
acting)
Amlodipine 5-10 mg/hari
b. Anti Platelet
Antiplatelet Dosis
Aspirin Dosis loading 150-300 mg, dosis pemeliharaan 75-100
mg
Ticagrelor Dosis loading 180 mg, dosis pemeliharaan 2x90
mg/hari
Clopidogrel Dosis loading 300 mg, dosis pemeliharaan 75 mg/hari
c. Anti Koagulan
Antikoagulan Dosis
Fondaparinuks 2,5 mg subkutan
Enoksaparin 1mg/kg, dua kali sehari
Heparin tidak terfraksi Bolus i.v. 60 U/g, dosis maksimal 4000 U.
Infus i.v. 12 U/kg selama
24-48 jam dengan dosis maksimal 1000 U/jam target
aPTT 11/2-2x kontrol
20
Valsartan 2 x 80 mg/hari
e. Statin
Statin
Harus diberikan segera setelah onset SKA untuk menstabilkan plak
Nama Obat Dosis
Simvastatin 1 x 20 mg (dinaikan menjadi 1 x 40 mg jika kadar LDL
diatas target)
Atorvastatin 1 x 20 mg (dinaikan menjadi 1 x 40 mg jika kadar LDL
diatas target)
21
d. Pada Pasien dengan Anemia
Rekomendasi
Hemoglobin baseline yang rendah merupakan penandai independen risiko iskemia dan
kejadian perdarahan sehingga pengukuran hemoglobin disarankan untuk statifikasi risiko
Tranfusi dadrah hanya disarankan untuk kasus-kasus status hemmodinamik yang terganggu
atau HB<8 g/dL atau Ht <25%
22
e. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan yang
menderita gagal jantung, diabetes, hipertensi, atau CKD, kecuali
diindikasikontrakan.
f. ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya kejadian
iskemik, dengan memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya.
g. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan memilih agen
dan dosis yang telah terbukti efikasinya.
h. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah mendapatkan
ACE-I dan penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan diabetes atau gagal
jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal yang bermakna (kreatinin serum >2,5
mg/dL pada pria dan >2 mg/dL pada wanita) atau hyperkalemia.
i. Pasien juga disarankan menjalani perubahan gaya hidup terutama yang terkait
dengan diet dan berolahraga teratur
23
DAFTAR PUSTAKA
24
12. Alwi I. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. dalam : Sudoyo AW, Setiohadi B,
Setiani S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006
13. Sudoyo Aru, Satiyohadi Bambang, Idrus Alwi, Simadibrata Macellus, Setiati Siti.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007.
25