Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS DI LAYANAN

KESEHATAN PRIMER

No.Dok : A /PM - 01 / 2019


No.Revisi : 00
PANDUAN
Tanggal :
Halaman : 1/

Tanda Tangan Kepala Puskesmas


PUSKESMAS dr. Indah Widiastuti
NGALIYAN NIP. 19800106 200501 2 016

BAB I
DEFINISI
Panduan Pedoman Klinis adalah panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan Primer bertujuan untuk memberikan acuan bagi dokter dalam memberikan pelayanan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer baik milik pemerintah maupun swasta dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan sekaligus menurunkan angka rujukan. Mutu pelayanan kesehatan
sangat ditentukan oleh fasilitas kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Untuk
mewujudkan tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan peran organisasi
profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi anggotanya. Bagi tenaga
kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat amanah untuk menyusun standar profesi
bagi seluruh anggotanya, dimulai dari standar etik (Kode Etik Kedokteran Indonesia – KODEKI),
standar kompetensi yang merupakan standar minimal yang harus dikuasasi oleh setiap dokter ketika
selesai menempuh pendidikan kedokteran, kemudian disusul oleh Standar Pelayanan Kedokteran
yang harus dikuasai ketika berada di lokasi pelayanannya, terdiri atas Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran dan Standar Prosedur Operasional. Standar Pelayanan Kedokteran merupakan
implementasi dalam praktek yang mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
Dalam rangka penjaminan mutu pelayanan, dokter wajib mengikuti kegiatan Pendidikan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dalam naungan IDI.
Tingkat kemampuan dokter dalam pengelolaan penyakit di dalam SKDI dikelompokan
menjadi 4 tingkatan, yakni : tingkat kemampuan 1, tingkat kemampuan 2, tingkat kemampuan 3A,
tingkat kemampuan 3B dan tingkat kemampuan 4A serta tingkat kemampuan 4B.
1. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan Lulusan dokter mampu mengenali dan
menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan
rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
2. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat
diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
3. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk
a) Tingkat Kemampuan 3A. Bukan gawat darurat Lulusan dokter mampu membuat
diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat
darurat. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

© Peringatan: Dilarang menggandakan dokumen ini sebagian maupun seluruhnya tanpa ijin
Kepala Puskesmas Ngaliyan
PENYUSUNAN SURAT KEPUTUSAN, PEDOMAN,
PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP

No.Dok : A /PM - 01 / 2019


No.Revisi : 00
PANDUAN
Tanggal :
Halaman : 2 / 17

PUSKESMAS dr. Indah Widiastuti


NGALIYAN NIP. 19800106 200501 2 016

b) Tingkat Kemampuan 3B. Gawat darurat Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
4. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan
tuntas.
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara m mandiri dan tuntas.
a) Tingkat Kemampuan 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter
b) Tingkat Kemampuan 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip
dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB).
Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, dari 736 daftar penyakit terdapat 144
penyakit yang harus dikuasai penuh oleh para lulusan karena diharapkan dokter layanan primer
dapat mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas. Selain itu terdapat
275 ketrampilan klinik yang juga harus dikuasai oleh lulusan program studi dokter. Selain 144 dari
726 penyakit, juga terdapat 261 penyakit yang harus dikuasai lulusan untuk dapat mendiagnosisnya
sebelum kemudian merujuknya, apakah merujuk dalam keadaaan gawat darurat maupun bukan
gawat darurat. Kondisi saat ini, kasus rujukan ke layanan sekunder untuk kasus-kasus yang
seharusnya dapat dituntaskan di layanan primer masih cukup tinggi. Berbagai faktor mempengaruhi
diantaranya kompetensi dokter, pembiayaan, dan sarana prasarana yang belum mendukung. Perlu
diketahui pula bahwa sebagian besar penyakit dengan kasus terbanyak di Indonesia berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2010 termasuk dalam kriteria 4a. Dengan menekankan pada tingkat kemampuan
4, maka dokter layanan primer dapat melaksanakan diagnosis dan menatalaksana penyakit dengan
tuntas. Namun bila pada pasien telah terjadi komplikasi, tingkat keparahan (severity of illness) 3 ke
atas, adanya penyakit kronis lain yang sulit dan pasien dengan daya tahan tubuh menurun, yang
seluruhnya membutuhkan penanganan lebih lanjut, maka dokter layanan primer secara cepat dan
tepat harus membuat pertimbangan dan memutuskan dilakukannya rujukan. Melihat kondisi ini,
diperlukan adanya panduan bagi dokter pelayanan primer yang merupakan bagian dari standar
pelayanan dokter pelayanan primer.
Panduan ini selanjutnya menjadi acuan bagi seluruh dokter pelayanan primer dalam menerapkan
pelayanan yang bermutu bagi masyarakat. Panduan ini diharapkan dapat membantu dokter layanan
primer untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan sekaligus menurunkan angka rujukan dengan
cara:
1. Memberi pelayanan sesuai bukti sahih terkini yang cocok dengan kondisi pasien, keluarga
dan masyarakatnya;
2. Menyediakan fasilitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan standar pelayanan;

© Peringatan : Dilarang menggandakan dokumen ini sebagian maupun seluruhnya tanpa ijin
Kepala Puskesmas Ngaliyan.
PENYUSUNAN SURAT KEPUTUSAN, PEDOMAN,
PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP

No.Dok : A /PM - 01 / 2019


No.Revisi : 00
PANDUAN
Tanggal :
Halaman : 3 / 17

PUSKESMAS dr. Indah Widiastuti


NGALIYAN NIP. 19800106 200501 2 016

3. Meningkatkan mawas diri untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan


professional sesuai dengan kebutuhan pasien dan lingkungan; dan
4. Mempertajam kemampuan sebagai gatekeeper pelayanan kedokteran dengan menapis
penyakit dalam tahap dini untuk dapat melakukan penatalaksanaan secara cepat dan tepat
sebagaimana mestinya layanan primer.

BAB II

RUANG LINGKUP
Panduan Praktik Klinis (PPK) ini meliputi pedoman penatalaksanaan terhadap penyakit yang
dijumpai di layanan primer. Jenis penyakit mengacu pada Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia
No. 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Penyakit dalam Pedoman ini
adalah penyakit dengan tingkat kemampuan dokter 4A, 3B, dan 3A terpilih, dimana dokter
diharapkan mampu mendiagnosis, memberikan penatalaksanaan dan rujukan yang sesuai. Katarak
yang merupakan kemampuan 2, dimasukkan dalam pedoman ini dengan mempertimbangkan
prevalensinya yang cukup tinggi di Indonesia.
Pemilihan penyakit pada PPK ini berdasarkan kriteria:
1. Penyakit yang prevalensinya cukup tinggi
2. Penyakit dengan risiko tinggi
3. Penyakit yang membutuhkan pembiayaan tinggi.
Dalam penerapan PPK ini, diharapkan peran serta aktif seluruh pemangku kebijakan
kesehatan untuk membina dan mengawasi penerapan standar pelayanan yang baik guna
mewujudkan mutu pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Adapun stakeholder kesehatan yang
berperan dalam penerapan standar pelayanan ini adalah:
1. Kementerian Kesehatan RI, sebagai regulator di sektor kesehatan. Mengeluarkan kebijakan
nasional dan peraturan terkait guna mendukung penerapan pelayanan sesuai standar. Selain dari
itu, dengan upaya pemerataan fasilitas dan kualitas pelayanan diharapkan standar ini dapat
diterapkan di seluruh Indonesia.
2. Ikatan Dokter Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter. Termasuk di dalamnya
peranan IDI Cabang dan IDI Wilayah, serta perhimpunan dokter layanan primer dan spesialis
terkait. Pembinaan dan pengawasan dalam aspek profesi termasuk di dalamnya standar etik
menjadi ujung tombak penerapan standar yang terbaik.
3. Dinas Kesehatan tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sebagai penanggungjawab urusan
kesehatan pada tingkat daerah.
Organisasi profesi kesehatan lainnya seperti Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) serta organisasi profesi kesehatan lainnya.

© Peringatan : Dilarang menggandakan dokumen ini sebagian maupun seluruhnya tanpa ijin
Kepala Puskesmas Ngaliyan.
PENYUSUNAN SURAT KEPUTUSAN, PEDOMAN,
PANDUAN, KERANGKA ACUAN DAN SOP

No.Dok : A /PM - 01 / 2019


No.Revisi : 00
PANDUAN
Tanggal :
Halaman : 4 / 17

PUSKESMAS dr. Indah Widiastuti


NGALIYAN NIP. 19800106 200501 2 016

Keberadaan tenaga kesehatan lain sangat mendukung terwujudnya pelayanan kesehatan terpadu.
Sinergi seluruh pemangku kebijakan kesehatan menjadi kunci keberhasilan penerapan standar
pelayanan medik dokter layanan primer.
BAB III : TATALAKSANA
BAB IV : DOKUMENTASI

© Peringatan : Dilarang menggandakan dokumen ini sebagian maupun seluruhnya tanpa ijin
Kepala Puskesmas Ngaliyan.

Anda mungkin juga menyukai