Anda di halaman 1dari 17

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL AIR UNTUK PEMERIKSAAN KIMIA

Pendahuluan.
Tujuan dari pengambilan sampel / contoh adalah untuk mengumpulkan sebagian material /
bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material / bahan yang akan diperiksa secara
tepat / teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di laboratorium.

Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat dari semua
komponen dalam sampel akan sama seperti dalam material yang disampling, serta tidak mengalami
perubahan-perubahan yang berarti dalam komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.

Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil sampel yang
dapat / mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel dengan baik, agar hasil
uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat dipertanggungjawabkan kualitas dan
kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian
jika prosedur pengambilan dan pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan benar. Pada waktu
pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air yang harus dilakukan segera /
dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika, pH, sisa Chlor.

Maksud dan Tujuan

a. Maksud
Metode pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengambilan contoh air
dilapangan untuk uji kualitas air.

b. Tujuan
Untuk mendapatkan contoh air yang andal, tepat dan mewakili.

Ruang lingkup
Metode pengambilan contoh ini meliputi persyaratan dan tata cara pengambilan contoh kualitas air
untuk keperluan pemeriksaan kualitas air yang mencakup pemeriksaan sifat fisik, kimia dan lain-lain.

Pengertian

Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :


1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteorik
2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk, air saluran,mata
air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak pada suatu
dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian atas dan
bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.
5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.
6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.
Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan suhu yang cukup
besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.
7. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan lebih dingin
dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar oksigen yang rendah dan relatif
stabil.
8. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air meteroik yang
ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampungan air hujan.
9. Contoh adalah contoh air uji untuk keperluan pemeriksaan kualitas air.
Prinsip Pengambilan Sampel

Dapat dilihat pada pola urutan kerja sebagai berikut :

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel


2. Menentukan titik pengambilan sampel.
3. Melakukan pengambilan sampel
4. Melakukan pengawetan sampel
5. Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.
6. Bahan Pemeriksaan

Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam renang, air pemandian
umum.
Ada 2 macam sampel air :

1. Sampel sesaat (grab sampel)


Sampel yang diambil pada suatu waktu dan tempat tertentu. Contoh : sampel yang diambil dari
sumber air permukaan, sumber air persediaan.

2. Sampel gabungan waktu


Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan sampel yang sama, tetapi pada waktu yang
berbeda dan dalam waktu yang tidak lebih dari 24 jam.

120 ml setiap interval waktu tertentu atau satu jam sekali. Sampel-sampel kemudian dicampur pada
akhir periode pengambilan sampel. Jika zat pengawet diperlukan, masukkan zat tersebut kedalam
wadah yang masih kosong (setelah dicuci dengan sampel), sehingga semua bagian atau porsi dari
gabungan sampel akan diawetkan segera setelah diambil dan digabungkan.Sampel masing-masing
diambil dalam kapasitas

Sampel gabungan waktu digunakan untuk menentukan komponen-komponen yang dapat ditunjukkan
tetap tidak berubah. Jumlah / volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan dilapangan
dan dilaboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan, yaitu sebagai berikut :
a. 2 liter. Untuk pemeriksaan fisika air diperlukan, b. 5 liter. Untuk pemeriksaan kimia air
diperlukan , . c. 100 ml Untuk pemeriksaan bakteriologi air diperlukan

7. Alat dan reagen :

1. Alat
Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pengambilan sampel sebagai berikut :
a. Alat pengambil sampel
b.Alat lain
c. Wadah untuk menyimpan sampel

Berikut penjelasan mengenai alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan contoh :


a. Alat pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk keperluan
pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru logam)
2) Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.
3) Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah penyimpan tanpa ada sisa
bahan tersuspensi didalamnya.
4) Mudah dan aman dibawa.
5) Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan
Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung pada jenis pemeriksaan yang
dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium di Puskesmas terbatas, maka yang digunakan adalah alat
pengambil contoh tipe sederhana.

Alat pengambil contoh tersebut adalah :

1. Alat pengambil contoh sederhana

Terdiri dari botol biasa atau ember plastik yang digunakan pada air permukaan secara langsung. Botol
biasa yang diberi pemberat untuk digunakan pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat dengan
kawat kuningan / kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi mudah berkarat,
sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air dengan menambah tinggi kadar besi.

2. Alat pengambil contoh setempat secara mendatar


Dipergunakan untuk mengambil contoh di sungai atau di tempat yang airnya mengalir pada
kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe Wohlenberg.

3. Alat pengambil contoh setempat secara tegak.


Dipergunakan untuk mengambil contoh pada lokasi yang airnya tenang atau alirannya sangat lambat
seperti di danau, waduk, dan muara sungai pada kedalaman tertentu. Contoh alat ini adalah tipe
Ruttner.

4. Alat pengambil sampel pada kedalaman yang terpadu untuk pemeriksaan zat padat tersuspensi atau
untuk mendapatkan contoh yang mewakili semua lapisan air. Contoh alat ini adalah tipe USDH.

5. Alat pengambil contoh secara otomatis yang dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang
diambil.
Digunakan untuk contoh gabungan waktu dari air limbah atau air sungai yang tercemar, agar
diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu.

6. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan gas terlarut, yang dilengkapi tutup, sehingga alat dapat
ditutup segera setelah terisi penuh.

Contoh alat ini adalah tipe Casella.

7. Alat pengambil contoh untuk pemeriksaan bakteriologi.

b. Alat lain

1. Alat Ekstraksi
Alat ini terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang dan mudah memisahkan fase
pelarut dari contoh.

2. Alat penyaring
Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan kertas saring yang
mempunyai ukuran pori 0,45 um.

3. Alat pendingin
Alat ini dapat menyimpan contoh pada suhu 4O C, dapat membekukan contoh bila diperlukan dan
mudah diangkut di lapangan.

c. Bahan Kimia untuk Pengawet


Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis
dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa.

d. Wadah untuk menyimpan contoh.


Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan gelas atau plastik.
2. Dapat ditutup dengan kuat dan rapat.
3. Mudah dicuci.
4. Tidak mudah pecah.
5. Wadah contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan.
6. Tidak menyerap zat-zat kimia dari contoh.
7. Tidak melarutkan zat-zat kimia ke dalam contoh
8. Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah dengan contoh.

2. Reagen
8. Sarana Pengambilan Contoh

Sarana yang dapat digunakan adalah :

1. Sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat pengambilan
contoh.
2. Bila sarana jembatan / lintasan gantung tidak ada, maka dapat menggunakan perahu.

3. Untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung.

9. Waktu

Interval waktu pengambilan contoh diatur agar contoh diambil pada hari dan jam yang berbeda
sehingga dapat diketahui perbedaan kualitas air setiap hari maupun setiap jam. Caranya dilakukan
dengan menggeser jam dan hari pengambilan pada waktu pengambilan contoh berikutnya, misalnya
pengambilan pertama hari senin jam 06.00 pengambilan berikutnya hari selasa jam 07.00 dan
seterusnya. Waktu pengambilan contoh dilakukan berdasarkan keperluan sebagai berikut :

1. Untuk keperluan survai pendahuluan dalam rangka pengenalan daerah, waktu pengambilan contoh
dapat dilaksanakan pada saat survai.

2. Untuk keperluan perencanaan dan pemanfaatan diperlukan data pemantauan kualitas air, yang
diambil pada waktu tertentu dan periode yang tetap, tergantung pada jenis sumber air dan tingkat
pencemarannya sebagai berikut :

a. Sungai / saluran yang tercemar berat, setiap dua minggu sekali selama setahun.

b. Sungai / saluran yang telah tercemar ringa sampai sedang, sebulan sekali selama setahun.

c. Sungai / saluran alami yang belum tercemar, tiga bulan sekali selama setahun.

d. Waduk / danau setiap dua bulan sekali selama setahun.

e. Air tanah setiap tiga bulan sekali selama setahun.

f. Air meteorik sesuai dengan keperluan.

3. Untuk studi dan penelitian, perlu disesuaikan.


10. Cara pengambilan sampel

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel :

Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi pengambilan sampel
ditentukan berdasarkan tujuan dan keperluan pengambilan sampel :

a. Lokasi pengambilan sampel air permukaan :

Lokasi pengambilan sampel air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan danau /
waduk.

2. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai berdasarkan pada :

a. Sumber air alamiah :

Yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih sedikit pencemaran.

b. Sumber air tercemar :

Yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan atau dihilir sumber pencemar.
c. Sumber air yang dimanfaatkan

Yaitu lokasi pada tempat penyadapan pemenfaatan sumber air tersebut.

3. Pemantauan kualitas air pada danau / waduk berdasarkan pada :

a. Tempat masuknya sungai ke danau / waduk.


b. Ditengah danau / waduk.
c. Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
d. Tempat keluarnya air danau / waduk.
b. Lokasi pengambilan sampel air tanah :

Pengambilan sampel air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak tertekan) dan air tanah tertekan
denga penjelasansebagai berikut :

1. Air tanah bebas (tidak tertekan), misal : sumur gali, sumur pompa tangan dangkal / dalam.
- Disebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan / pembuangan sampah kota / industri.
- Disebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan pupuk kimia.
- Didaerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin.

- Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.

2. Air tanah tertekan

- Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, pedesaan, pertanian dan
industri.
- Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum.
- Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah.
- Di lokasi kawasan industri.
- Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan.
- Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis ( misalnya : cekungan
artesis Bandung)
- Pada sumur observasi di wilayah pesisir dimana terjadi penyusupan air asin.
- Pada sumur observasi penimbunan / pengolahan limbah industri bahan berbahaya dan
beracun (B3)
- Pada sumur lainnya yang dianggap perlu.

2. Menentukan titik pengambilan contoh


a. Air permukaan.
Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau / waduk , dengan penjelasan
sebagai berikut :

1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai dengan ketentuan :


1) Sungai dengan debit kurang dari 5 m3 / detik, contoh diambil pada satu titik di tengah
sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air.
2) Sungai dengan debit antara 5 – 150 m3 / detik, contoh diambil pada dua titik masing-
masing pada ada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan
air.
3) Sungai dengan debit lebih dari 150 m3 / detik, contoh diambil minimum pada enam titik
masing-masing pada jarak ¼. ½ dan ¾ lebar sungai pada 0,2 x dan 0,8 x kedalaman dari
permukaan air.
2. Di danau / waduk, titik pengambilan contoh di danau / waduk dengan ketentuan :.

1) Danau / waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh diambil pada dua titik
dipermukaan dan di dasar danau / waduk
2) Danau / waduk dengan kedalaman antara 10-30 meter, contoh diambil pada tiga titik,
yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau / waduk.
3) Danau / waduk dengan kedalaman antara 30 – 100 m, contoh diambil pada empat titik,
yaitu di permukaan, di lapisan termoklin ( metalimnion), di atas lapisan hipolimnion dan di
dasar danau / waduk.
4) Danau / waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh dapat
ditambah sesuai dengan keperluan.
b. Air tanah

Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air tanah tertekan
(artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Air tanah bebas
 Pada sumur gali, contoh diambil pada kedalaman 20 cm dibawah permukaan air dan
sebaiknya diambil pada pagi hari.
 Pada sumur bor dengan pompa tangan / mesin, contoh diambil dari kran / mulut pompa
tempat keluarnya air setalh air dibuang selama lebih kurang 5 menit.

2. Air tanah tertekan


 Pada sumur bor eksplorasi, contoh diambil pada titik yang telah ditentukan sesuai
keperluan eksplorasi.
 Pada sumur observasi, contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam sumur bor /
pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali.
 Pada sumur produksi contoh diambil pada kran / mulut pompa keluarnya air.

c. Air PAM :

Contoh diambil pada kran tempat keluarnya air, setelah kran air dibuka 1-2 menit.
d. Air kolam renang / air pemandian umum.
Sampel diambil pada beberapa titik pengambilan.

3. Pengambilan sampel
a. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan sifat fisika dan kimia air.
Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :
1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air.
2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali.
3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung
sementara hingga merata.
4. Apabila contoh dimabil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap
titik harus sama.

b. Pengambilan contoh untuk pemeriksaan Oksigen terlarut (DO)


Pengambilan contoh dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Cara langsung
Tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai berikut :
300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.- Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan
mempunyai volume
- Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan
aliran air, sehingga air masuk kedalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan
menggunakan sifon.
- Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara
selama pengisian dan penutupan botol, kemudian botol di tutup.
- Contoh siap untuk dianalisis.

2. Dengan alat khusus


Tahapan pengambilan contoh / sampel dengan cara alat khusus sebagai berikut :
300 ml serta dilengkapi dengan tutup asah.- Siapkan botol KOB (BOD) yang bersih dan
mempunyai volume

- Masukkan botol ke dalam alat khusus (tipe Casella).


- Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut.

3. Label contoh

Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah contoh diberi label. Pada label dicantumkan
keterangan mengenai :

a. Nomor contoh
b. Nama petugas pengambil contoh
c. Tanggal dan jam pengambilan contoh
d. Tempat pengambilan contoh
e. Jenis pengawet yang digunakan.

4. Pemeriksaan di Lapangan
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
1) Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung
setelah pengambilan contoh ; unsur-unsur tersebut antara lain : pH, suhu, daya hantar
listrik, alkalinity, acidity dan oksigen terlarut.
2) Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di lapangan,
yang meliputi : nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam, keadaan cuaca,
bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas.
5. Pengolahan pendahuluan contoh
a. Penyaringan

Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai berikut :


1) Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan.
2) Masukkan ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang mempunyai
ukuran pori 0 – 0,45 um dan saring sampai selesai.
3) Air saringan ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan keperluan.

b. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Pestisida


Ekstraksi contoh untuk pemeriksaan ini dilakukan sebagai berikut :
1) Contoh dikocok secara merata dan ukur volumenya sebanyak 1 liter dengan gelas ukur.
2) Tuangkan contoh ke dalam labu ekstrak.
3) Bilas gelas ukur dengan 60 ml campuran pelarut organik (n-heksana 85 % dan Diethyl
ether 15 %), kemudian tuangkan pelarut organik tersebut ke dalam labu ekstrak dan
kocok selama 2 menit. 10 menit.
4) Biarkan sampai terjadi pemisahan fase paling sedikit
5) Tampung fase air dari labu ekstrak ke dalam gelas ukur dan secara hati-hati tuangkanlah
lapisan fase organik nelalui kolom yang berdiameter luar 2 cm dan berisi Na2SO4 bebas
air setinggi 10 cm ke dalam wadah khusus.
6) Tuangkan kembali fase air di dalam gelas ukur tadi ke dalam labu ekstrak.
7) Ulangi langkah 3 sampai langkah 6 sebanyak 2 kali lagi.
8) 20 ml.
9) Bilas kolom dengan pelarut Hexana
10) Satukan hasil ekstrak dalam botol khusus.

c. Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan Minyak dan Lemak

Ekstraksi contoh untuk Pemeriksaan ini dilakukan sebagi berikut :


1) Diukur 1 liter contoh dengan gelas ukur
2) Ditambahkan 5 ml asam chlorida (HCl 1:1) sampai pH <2.
3) Dimasukkan ke dalam labu ekstrak.
4) Gelas ukur tadi dibilas secara hati-hati dengan 30 ml pelarut organik (jenis pelarut
organik disesuaikan dengan metode pemeriksaan yang digunakan) dan masukkan ke
dalam labu ekstrak.
5. Kocok kuat-kuat selama 2 menit dan bila terjadi emulsi yang stabil (tidak terjadi
pemisahan fase yang jelas), dikocok lagi selama 5-10 menit.
5) Dibiarkan sampai terjadi pemisahan fase.
6) Fase organiknya dikeluarkan melalui corong yang berisi kertas saring dan Na2SO4 ke
dalam wadah contoh khusus.
7) Dimasukkan lagi 30 ml pelarut organik ke dalam labu ekstrak.
8) Ulangi langkah 5 sampai 8 sebanyak 2 kali lagi.
9) Hasil ekstrak disatukan ke dalam wadah contoh khusus.
10) Kertas saring dicuci dengan 10-20 ml pelarut organik dan disatukan dengan hasil ekstak
ke dalam wadah comtoh khusus tadi.

6. Pengawetan contoh

1. Pengawetan cara Fisika


Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginancontoh pada suhu 4O C atau
pembekuan.

2. Pengawetan cara Kimia


Pengawetan secara kimia dilakukan tergantung pada jenis parameter yang diawetkan.
Beberapa cara pengawetan adalah senagai berikut :
 Pengasaman, yaitu penambahan asam nitrat pekat atau asam klorida pekat atau asam
sulfat ke dalam contoh sampai pH <2.
 Penabahan biosida ke dalam contoh, jenis biosida dan dosisnya tercantum pada tabel 1
 Penambahan larutan basa (biasanya larutan Na. Hidroksida, NaOH) kedalam contoh
sampai pH 10-11.

7. Pengepakan dan pengiriman contoh

Contoh yang telah dimasukkan ke dalam wadah, diberi label. Pada label tersebut dicantumkan
keterangan mengenai lokasi pengambilan, tanggal dan jam pengambilan, cuaca, jenis pengawet
yang ditambahkan, petugas yang mengambil contoh dan sketsa lokasi.

Wadah-wadah contoh yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak yang telah dirancang
secara khusus agar contoh tidak tertumpah selama pengangkutan ke laboratorium.

8. Penyajian data Hasil Pemeriksaan Lapangan

Hasil pemeriksaan lapangan disajikan sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan pemeriksaan di lapangan dicatat dalam buku catatan lapangan.

2. Diteliti kembali cara perhitungan dan satuan yang dipakai.

3. Data dari catatan lapangan dipindahkan ke formulir data.


Cara Pemeriksaan Kualitas Fisik Air dan Limbah Cair.

Pada kesempatan kali ini informasi kesling mencoba berbagi informasi tentang cara
pemeriksaan kualitas fisik air dan limbah cair. Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-
sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak
pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah tercemar, sebagai
contoh, meskipun daerah pegunungan atau hutan terpencil dengan udara yang bersih dan
bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO 2, O2 dan N2,
serta bahan-bahan tersuspensi lainnya seperti debu dan partikel-partikel lain yang terbawa
atmosfer.
Air marupakan kebutuhan mutlak bagi manusia karena tanpa air berbagai proses kehidupan
tidak dapat berlangsung. Oleh karena peran yang sangat penting tersebut air dapat berdampak
buruk bagi kehidupan apabila air tersebut tidak sesuai lagi dari keadaan normalnya.

1.    Pengaruh Air Terhadap Kesehatan


Air berpengaruh terhadap kesehatan manusia baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Misalnya air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk
irigasi, perikanan dan lain-lain, sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan
masyarakat. Sebagai contoh adalah pengotoran badan-badan air dengan zat-zat kimia yang
dapat menurunkan kadar oksigen terlarut, zat-zat kimia tidak beracun yang sukar diuraikan
secara alamiah dan menyebabkan masalah khusus seperti estetika, bau, kekeruhan karena
adanya zat-zat tersuspensi.  
Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena
air berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sarang
insektisida penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan
dirinya telah terlampaui. Umumnya peran air dalam terjadinya penularan penyakit sebagai
berikut :
-          Air sebagai penyebar mikroba patogen
-          Air sebagai sarang insektisida penyebar penyakit
-          Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi
-          Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

2.    Syarat dan Parameter Kualitas Fisik Air


a.    Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)
TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam an organik dan gas terlarut bila TDS
bertambah maka kesadahan akan naik, selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap
kesehatan tergantung dari spesies kimia penyebab masalah tersebut. Syarat TDS yang
diperbolehkan dalam air bersih adalah 1500 mg/L.  
b.    Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat an organik
maupun yang bersifat organik, syarat kekeruhan pada air bersih adalah 25 NTU.
c.    Rasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar, air yang tidak tawar dapat menunjukkan
kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan, seperti rasa logam/amis, rasa
pahit, asin dan sebagainya. Syarat kesehatannya tidak berasa.
d.    Bau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat, bau air
dapat memberikan petunjuk akan kualitas air, syarat air bersih dari sisi bau adalah tidak
berbau.
e.    Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan
dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme. Warna air dapat disebabkan adanya
tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda,
menyerupai urine, syarat keberadaan warna pada air bersih adalah 50 TCU. 

 Persiapan Alat dan Bahan Pemeriksaan Kualitas Fisik Air dan Limbah Cair
a.    Alat untuk pemeriksaan Bau dan Rasa Air
1)    botol contoh dengan tutup asah dari gelas
2)    penangas air yang dapat diatur suhunya;
3)    erlenmeyer 500 mL yang bertutup asah;
4)    gelas ukur 25, 50, 100 dan 200 mL;
5)    pipet ukur 10 mL;
6)    termometer yang berskala (0-100)°C.
b.    Bahan Untuk Pemeriksaan Bau dan Rasa Air
Bahan pengencer yang digunakan adalah air suling atau air demineralisasi yang tidak
berbau.
c.    Alat Untuk Pemeriksaan Warna Air
1)    Tabung nessler 50 mL
2)    Neraca analitik
3)    Labu ukur 100 mL
d.    Bahan Untuk Pemeriksaan Warna Air
1)    Air suling
2)    Larutan induk warna 500 unit Pt-Co
3)    Larutan 1,246 g kalium kloro platina, K2PtCl6 yang ekivalen dengan 500 mg logam
platina, dan 1,0 g kobal klorida, CoCl2.6H2O yang ekivalen dengan 250 g logam kobal
4)    Larutan baku dengan unit warna 5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,60,70. Ambil secara
kuantitatif larutan induk 500 unit PT-Co, masing-masing sebanyak 0,5 mL, 1,0 mL, 1,5
mL, 2,0 mL, 2,5 mL, 3,0 mL, 3,5ml, 4,0mL, 4,5mL, 5,0 mL, 6,0mL dan 7,0 mL kemudian
diencerkan dengan air suling menjadi 50 mL di dalam tabung nessler. 

Cara Kerja Pemeriksaan Kualitas Fisik Air dan Limbah Cair


a.    Cara Kerja Pemeriksaan Bau dan Rasa Air
1)    Uji Pendahuluan 
a)  ukur benda uji sebanyak 200 mL, 50 mL, 12 mL,. 2,8 ml dan masukkan masing-masing
ke dalam erlenmeyer 500 mL;
b) tambahkan air suling ke dalam erlenmeyer tersebut masing-masing sebanyak : 0 mL, 150
mL, 188 mL dan 197,2 mL sehingga total volume campuran menjadi 200 mL;
c)    tutup erlenmeyer dan masukkan ke dalam penangas air;
d)   masukkan juga erlenmeyer berisi 200 mL air suling atau air demineralisasi ke dalam
penangas air tersebut sebagai pembanding;
e)     panaskan penangas air sampai mencapai suhu 600 C;
f)  setelah suhu air dalam penangas mencapai 600C, angkat erlenmeyer tersebut dari
penangas air
g)    goyang-goyangkan erlenmeyer dan buka tutupnya serta cium baunya satu persatu, mulai
dari yang paling encer dan diselang-seling dengan air pengencer;
h) apabila tercium bau, catat volume benda uji yang mulai dapat tercium baunya;
i)   apabila tidak tercium bau sama sekali, artinya contoh memang tidak berbau, catat
hasilnya.
2)    Uji Penentuan
a)  ulangi langkah pada butir (b) sampai butir (j)  seperti tersebut di atas dengan pengenceran
sesuai ketentuan tabel dibawah ini
         Tabel. Pengenceran Untuk Beberapa Angka
Volume Awal yang dicatat Volume benda uji yang akan di
pertama kali (mL) encerkan menjadi 200 (mL)
200 200,  140,  100,  70,  50
50 50,    35,    25,    17,  12
12 12,    8,3    5,7,   4,0, 2,8
2,8 2,8,   2,0,   1,4,  1,0

b)    catat pada pengenceran berapa bau mulai tercium;


c)    tentukan angka bau seperti tercantum pada tabel dibawah ini  atau hitung dengan
menggunakan rumus dibawah ini.

Tabel. Angka Bau yang Sesuai dengan Variasi Pengenceran


Volume benda uji yang encerkan Volume benda uji yang akan di
encerkan menjadi 200 (mL)
200 1
140 1,4
100 2
70 3
50 4
35 6
25 8
17 12
12 17
8,3 24
5,7 35
4,0 50
2,8 70
2,0 100
1,4 140
1,0 200
Rumus Menghitung Angka Bau
Angka Bau = A+B/A
Keterangan :
A : Volume benda dalam mL untuk membuat 200 mL campuran yang masih tercium
baunya
B : Volume air pengencer untuk membuat 200 mL campuran.
b.    Cara Kerja Pemeriksaan Warna Air
1)    Penetapan Sampel Uji
a)    Masukkan sampel ke dalam tabung nessler 50 mL
b)    Tempatkan tabung nessler ditempatkan pada alas yang berwarna putih
c)    Bandingkan warna sampel secara visual dengan larutan baku di mulai dari larutan baku
yang paling encer
d) Tetapkan warna sampel sesuai dengan skala warna larutan baku yang paling mendekati
atau berada diantara dua skala larutan baku
e)  Apabila warna lebih dari 70 unit Pt-Co, dilakukan pengenceran langsung pada tabung
nessler.
2)    Perhitungan
Warna Sampel (unit PtCo) = A x 50/B
A : adalah perkiraan unit warna sampel yang diencerkan
B : adalah mL contoh yang diencerkan
  

Unit Warna Pembulatan Contoh Pembulatan


(Satuan unit PtCo)
1 – 50 2,5 5;7;5,..........47,5
51- 100 5 50,55,.............95
101-250 10 100; 110;.........210
251-500 20 250;270;........480

Demikian ulasan tentang Cara Pemeriksaan Fisik Air dan Limbah Cair. Semoga
Bermanfaat.

 Cara pengambilan air untuk pemeriksaan kimia dan mikrobiologi


 Persiapanpengambilan sampel Pemeriksaan Air Danau Secara microbiologi
 Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Air Danau Prinsip Pengambilan Sampel
Pada pengambilan sampel air danau atau waduk biasanya dilakukan setiap dua bulan
sekali selama setahun. Pada dasarnya prinsip pengambilan sampel terbagi atas empat,
yakni :
1. Menentukan lokasi pengambilan sampel
2. Melakukan pengambilan sampel
3. A lat pengambil contoh sampel
4. Pengangkutan sampel air danau ke laboratorium
Menentukan lokasi pengam,bilan sampel prinsip pengambilan sampel sumber air
permukaan, misalnya air danau. Pemantauan kualitas air danau berdasarkan pada :
 Sumber air alamiah yaitu lokasi pada tempat yang belum tercemar atau masih
sedikit pencemaran.
 Sumberairtercemar yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami perubahan
atau pencemaran. SumberAirAlamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum
tercemar atau masih sedikit pencemaran
 Sumbermasuknyaair, yaitu tempat masuknya sungai ke danau atau waduk,
pemantauan kualitas air pada bagian tengah danau atau waduk pemantauan
kualitas air pada bagian tengah danau atau waduk, lokasi penyadapan air untuk
pemanfaatan, serta tempat keluarnya air danau atau waduk.

 Catatan: •Danau atau waduk dengan kedalaman antara 10-30meter, contoh sampel
diambil pada tiga titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau atau
waduk. •Danau atau waduk dengan kedalaman antara 30-100meter, contoh sampel
diambil pada empat titik, yaitu air permukaan, di lapisan termoklin (metalimnion), di atas
lapisan hipolimnion, dan di dasar danau atau waduk. •Danau atau waduk yang
kedalamannya lebihdari100meter, titik pengambilan contoh sampel dapat ditambah sesuai
keperluan:
 a. Menentukanlokasi pengambilansampel Prinsip Pengambilan Sampel
 b. . Melakukan pengambilan sampel Prinsip Pengambilan Sampel Pengambilan sampel
untuk pemeriksaan fisik dan kimia air. Tahap pengambilan contoh sampel untuk
keperluan ini adalah :
 Menyiapkan alat pengambilan contoh sampel yang sesuai dengan keadaan sumber
air
 Membilas alat dengan contoh yang akan diambil sebanyak tiga kali. •Mengambil
contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung sementara
hingga merata
 Apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil
dari setiap titik harus sama
 Jumlah atau volume sampel yang diambil untuk keperluan pemeriksaan di
lapangan dan di laboratorium tergantung pada jenis pemeriksaan yang diperlukan,
yaitu sebagai berikut
 untuk pemeriksaan fisika, air diperlukan ± 2 liter
 untuk pemeriksaan kimia, air diperlukan ± 5 liter
 untuk pemeriksaan bakteriologi, air diperlukan ± 100 ml
Catatan : Sampel masing-masing diambil dalam kapasitas ±120 ml setiap interval waktu
tertentu atau satu jam sekali
a. Sampel-sampel kemudian dicampur pada akhir periode pengambilan sampel. Jika zat
pengawet diperlukan, masukkan zat tersebut ke dalam wadah yang masih kosong
(setelah dicuci dengan sampel), sehingga semua bagian atau porsi dari gabungan
sampel akan diawetkan segera setelah diambil dan digabungkan. Sampel gabungan
waktu digunakan untuk menentukan komponen- komponen yang dapat ditunjukkan
tetap tidak berubah.
b. Melakukan pengambilan sampel Prinsip Pengambilan Sampel
c. Alat pengambil contoh sampel Prinsip Pengambilan Sampel Alat pengambilan contoh
sampel air danau harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 terbuat dari bahan yang tidak memengaruhi sifat air (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak boleh terbuat dari
logam)
 mudah dicuci dari bekas air sebelumnya
 air mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan
tersuspensi di dalamnya
 kapasitas alat 1-5 liter tergantung dari maksud pemeriksaan
 mudah dan aman dibawa
Alat pengambil contoh sampel Prinsip Pengambilan Sampel Untuk alat pengambil air
pada danau yang kondisi airnya tenang atau alirannya sangat lambat pada kedalaman
tertentu, digunakan alat type Ruttner. Karena peralatan yang terbatas, maka dapat
dipergunakan alat pengambil sampel yang sederhana.
Alat pengambil contoh sampel tersebut adalah : •Alat pengambil contoh sederhana, terdiri
dari botol atau ember palstik yang digunakan pada air permukaan secara langsung. Botol
biasa yang diberi pemberat untuk digunakan pada kedalaman tertentu. Pemberat ini diikat
dengan kawat kuningan/ kawat tembaga dan tidak boleh memakai kawat besi, sebab besi
mudah berkarat sehingga mudah putus dan karatnya dapat mencemari air dengan
menambah tinggi kadar besi. •Alat pengambil contoh setempat secara tegak, dipergunakan
untuk mengambil sampel pada lokasi danau atau waduk yang aliran airnya tenang atau
alirannya sangat lambat. Contoh alat yang digunakan adalah tipe ruttner. •Membawa
Sampel Untuk Diperiksa Di Laboratorium
Pengangkutan sampel air danau ke laboratorium dilakukan dengan cara sampel
dimasukkan ke dalam wadah dan diberi label. Pada label tercantum keterangan mengenai :
 nomor sampel
 nama petugas pengambil sampel
 tanggal dan jam pengambilan sampel;
 tempat pengambilan sampel
 jenis pengawet yang digunakan
Wadah-wadah yang telah ditutup rapat dimasukkan ke dalam kotak yang telah dirancang
secara khusus agar sampel tidak tumpah selama pengangkatan ke laboratorium.Wadah
yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 terbuat dari bahan gelas atau plastik
 dapat ditutup dengan rapat dan kuat;
 mudah dicuci
 tidak mudah pecah
 wadah untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dapat disterilkan
 tidak menyerap zat-zat kimia
 tidak melarutkan zat-zat kimia
 tidak menimbulkan reaksi antara wadah dengan sampel

 Alat pengambil contoh sampel Prinsip Pengambilan Sampel


Tipe Pengambilan Sampel Sampel air yang berasal dari sumber air danau
dapat diambil dengan menggunakan dua tipe pengambilan sampel.Penentuan
pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan pengambilan sampel
Tipe pengambilan sampel antara lain :
1. Sampel Sesaat (GrabSample) Sampel yang diambil pada tempat dan waktu
tertentu.Contoh : smpel diambil dari sumber air permukaan yakni air danau
2. Sampel Gabungan Waktu Sampel yang dikumpulkan pada titik pengambilan
sampel yang sama, tetapi pada waktu yang berbeda dan dalam kurun waktu tidak
lebih 24 jam
Sarana Pengambil Sampel Sarana pengambilan sampel sangat penting dalam proses
pengambilan sampel. Sarana yang digunakan dapat disesuaikan dengan keadaan, antara
lain:
•sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat
pengambilan sampel.
Sarana yang digunakan dapat disesuaikan dengan keadaan, antara lain
 sedapat mungkin menggunakan jembatan atau lintasan gantung sebagai tempat
pengambilan sampel
 bila sarana jembatan/ lintasan gantung tidak ada, maka dapat menggunakan
perahu.
 untuk sumber air yang dangkal dapat dilakukan langsung dengan merawas

Anda mungkin juga menyukai