Anda di halaman 1dari 9

J. Ked. Mulawarman Vol.

7 (1) Juni 2020 11

Original Research

RISIKO INFEKSI Mycobacterium tuberculosis PADA ORANG YANG


TINGGAL SERUMAH DENGAN PENDERITA TUBERKULOSIS DI MAKASSAR

Alhawarisa, Nur Ahmad Tabrib


a
Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia
b
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia

Korespondensi: alhawaris@fk.unmul.ac.id

Abstrak
Penyakit tuberkulosis (TB), khususnya TB paru, mudah menular melalui udara dari droplet yang
mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dikeluarkan oleh penderita tuberkulosis
pada saat batuk, bersin, atau berbicara. Orang sehat yang tinggal serumah dan berinteraksi dalam kurun
waktu relatif lama dengan penderita TB berpotensi terpapar bakteri MTB. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui risiko infeksi MTB pada orang yang tinggal serumah dengan penderita TB paru. Dalam
penelitian ini digunakan sebanyak 88 responden yang merupakan kerabat penderita TB paru yang telah
tinggal serumah dengan penderita TB paru tersebut selama lebih dari 24 jam dan tidak menunjukkan
gejala-gejala TB aktif. Pemeriksaan IGRA (Interferon-Gamma Release Assays) digunakan untuk
mengetahui adanya infeksi MTB pada responden. Sebanyak 42 responden (47,7%) menunjukkan hasil
pemeriksaan IGRA positif dan 46 responden (52,3%) dengan IGRA negatif. Jenis kelamin
(perempuan/laki-laki RO= 1,650, 95% IK= 0,701-3,884, p= 0,344) dan umur (>40/<20 RO= 2,923, 95% IK=
0,726-11,762, p= 0,439; >40/20-40 RO= 1,923, 95% IK= 0,763-4,844, p= 0,439) tidak signifikan sebagai
faktor risiko infeksi MTB. Meskipun demikian, orang yang tinggal serumah dengan penderita TB sangat
berisiko untuk tertular dan terinfeksi bakteri MTB. Oleh karena itu, deteksi dini adanya infeksi MTB
dalam tubuh seseorang yang berisiko tertular penyakit TB sangat bermanfaat untuk mencegah
perkembangan menjadi penyakit TB aktif.

Kata Kunci: Tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, IGRA

Abstract

Tuberculosis (TB), especially pulmonary TB, is easily transmitted through the air from droplets
containing Mycobacterium tuberculosis (MTB) released by tuberculosis patients when coughing,
sneezing, or talking. Healthy people who live together and interact for a relatively long period of time
with TB patients have the potential to be exposed to MTB. This study aimed to determine the presence
of MTB in people living in households with pulmonary TB patients. In this study, we used 88 respondents
(relatives of tuberculosis patients) who had lived together with pulmonary TB patients for more than 24
hours and showed no symptoms of active TB. IGRA (Interferon-Gamma Release Assays) test is used to
determine the presence of MTB in respondents. The results showed that the IGRA test with positive
results were 42 respondents (47.7%) and negative results were 46 respondents (52.3%). Gender
(female/male OR= 1,650, 95%CI= 0,701-3,884, p= 0,344) and age (>40/<20 OR= 2,923, 95%CI= 0,726-
11,762, p= 0,439; >40/20-40 OR= 1,923, 95%CI= 0,763-4,844, p= 0,439) are not significant as risk factors
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 12

for MTB infection. Even so, people living in households with tuberculosis patients are very at risk of
contracting and being infected with the MTB. Therefore, early detection of MTB infection in the body of
someone who is at risk of contracting TB is very useful to prevent progression to active TB disease.

Key Words: Tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, IGRA


J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 13

PENDAHULUAN IFN-γ sebagai respon spesifik terhadap antigen


7
Pada tahun 2017, Indonesia menempati MTB secara in vitro selama 16 – 24 jam . Uji IGRA

urutan ketiga di dunia dengan jumlah kasus lebih spesifik dan sensitif dibandingkan dengan uji

tuberkulosis (TB) yaitu sekitar 842.000 kasus. imunoserologis lainnya, seperti tes tuberkulin/tes
8
Diperkirakan jumlah kematian pada penderita TB Mantoux).

tersebut dengan HIV negatif adalah 107.000 kasus Penularan penyakit TB khususnya pada

dan HIV positif sekitar 9.400 kasus.


1 kontak dekat dengan penderita TB cukup rentan

Penyakit TB (pulmonal) disebabkan oleh M. sehingga pemeriksaan untuk mengetahui adanya

tuberculosis (MTB) yang dapat menyebar melalui infeksi dini MTB pada orang-orang yang kontak

udara dari droplet (disebut juga droplet nuklei) serumah dengan penderita TB perlu dilakukan.

yang dihasilkan saat penderita TB batuk, bersin,


atau berbicara. Droplet nuklei yang terhirup oleh METODE PENELITIAN
orang sehat menyebabkan basil MTB masuk ke Lokasi dan Desain Penelitian
2
paru-paru dan terdeposit di alveoli . Apabila Penelitian ini dilakukan di laboratorium
respon imun tubuh gagal mengeliminasi bakteri Mikrobiologi Rumah Sakit Pendidikan UNHAS
MTB, maka bakteri tersebut mulai menggandakan Makassar, Sulawesi Selatan. Data pasien
diri di dalam makrofag alveolar, kemudian dapat tuberkulosis diperoleh di Infection Center Rumah
menyebar ke jaringan dan organ lain melalui aliran Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar. Desain
3
darah dan sistem limfatik. penelitian yang digunakan adalah cross sectional
Sekitar 90% lebih orang yang terinfeksi MTB study (potong lintang).
akan berkembang menjadi TB laten tanpa gejala
Populasi dan Sampel
(asimtomatik). Beberapa diantaranya dapat
Populasi penelitian adalah orang-orang yang
mengeliminasi MTB dengan baik. Risiko
kontak serumah dengan penderita TB di Kota
perkembangan menjadi TB aktif dapat terjadi
Makassar, Sulawesi Selatan. Penderita TB tersebut
setelah 18 bulan terinfeksi MTB (sekitar 5%).
merupakan pasien yang berobat di Rumah Sakit
Penderita TB laten sangat berisiko untuk
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel
berkembang menjadi penderita TB aktif. Hal
penelitian ini adalah 88 responden yan merupakan
tersebut dapat terjadi jika imunitas tubuh melemah
kerabat penderita TB paru dengan kriteria telah
4,5
atau pada kasus immunocompromised.
tinggal serumah dengan penderita TB paru
Orang yang memiliki kontak dekat dengan
tersebut selama lebih dari 24 jam dan tidak
seseorang yang menderita TB aktif atau sering
menunjukkan gejala-gejala TB aktif. Penderita TB
berada di tempat perawatan penderita TB
paru yang dimaksud merupakan pasien kasus baru
merupakan kelompok yang berisiko menderita TB
TB paru (belum pernah mendapat pengobatan
6
laten bahkan TB aktif.
dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) atau sudah
Infeksi MTB dapat dideteksi melalui
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan) dan
pemeriksaan imunoserologis, salah satunya adalah
tidak ko-infeksi dengan HIV.
uji IGRA (Interferon-Gamma Release Assays). Uji
IGRA digunakan untuk mengukur produksi sitokin
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 14

Semua responden dalam penelitian ini tersebut dimasukkan ke dalam tabung eppendorf
bersedia untuk mengikuti penelitian dengan dan diberi label.
menandatangani informed concent. Penelitian Kadar IFN-γ pada sampel diperoleh melalui
disetujui oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran pemeriksaan dengan metode ELISA menggunakan
Universitas Hasanuddin (No. Register: panjang gelombang 450 nm. Kadar IFN-γ yang telah
UH14010029). diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

Teknik Pengumpulan Data program QFT v2.62 Software untuk

Data faktor biomedis penderita TB maupun menginterpretasikan hasilnya (positif atau negatif).

kontak serumah (umur, jenis kelamin, riwayat Interpretasi data yang diolah menggunakan

penyakit TB, penyakit lain dan riwayat pengobatan) program QFT v2.62 Software adalah sebagai

diperoleh dengan wawancara menggunakan daftar berikut: (1) nilai Nil Control harus ≤ 8. Apabila nilai

pertanyaan (kuesioner). Nil Control > 8 (intermediat), maka hasil tersebut


tidak dapat diinterpretasikan, (2) apabila (a) nilai
Metode Kerja dan Analisis Data
TB Antigen – Nil Control (TB Antigen kurang Nil
Uji IGRA (Interferon-Gamma Release Assays)
Control) adalah < 0.35 atau (b) TB Antigen – Nil
terhadap sampel darah kontak serumah penderita
Control adalah ≥ 0.35 dan < 25% nilai Nil Control,
tuberkulosis aktif diperiksa menggunakan
maka interpretasinya adalah negatif, dan (3)
pemeriksaan QuantiFERON®-TB Gold In-Tube
apabila nilai TB Antigen – Nil Control adalah ≥ 0.35
(manufaktur: Cellestis, USA). Pemeriksaan ini
dan ≥ 25% nilai Nil Control, maka interpretasinya
didasarkan atas prinsip pemeriksaan interferon
adalah positif.
gamma (IFN-γ) dengan metode ELISA (Enzyme
Data hasil pemeriksaan IGRA dianalisis secara
Linked Immosorbent Assay).
deskriptif menggunakan program SPSS Statistics 22.
Darah (whole blood) kontak serumah dengan
pasien TB aktif diambil sebanyak 1 mL pada
masing-masing tabung QuantiFERON®-TB Gold
HASIL DAN PEMBAHASAN
(tabung Nil Control dan tabung TB Antigen) dan Hasil pemeriksaan IGRA dengan metode

diberi label agar mudah untuk diidentifikasi. QuantiFERON TB Gold In-Tube pada 88 responden

Seluruh tabung QuantiFERON®-TB Gold yang telah diperoleh jumlah IGRA positif sebanyak 42

berisi whole blood dihomogenkan dengan cepat responden (47,7%) dan IGRA negatif sebanyak 46

agar antigen dan whole blood dapat bercampur. responden (52,3%) (Tabel 1).

Tabung-tabung tersebut diinkubasi dengan Tabel 1. Hasil Pemeriksaan IGRA pada Kontak
o o
Serumah Penderita Tuberkulosis
posisi tegak lurus pada suhu 37 C ± 1 C selama 16 –
24 jam. Setelah diinkubasi, seluruh tabung Hasil Uji IGRA Jumlah (n) Persen (%)
disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan Positif 42 47,7
2000 hingga 3000 rpm untuk memisahkan plasma Negatif 46 52,3
dengan produk darah yang lain. Setelah disentrifus, Total 88 100
plasma diambil dari masing-masing tabung untuk
pemeriksaan (perhitungan) IFN-γ. Plasma-plasma
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 15

Data hasil pemeriksaan IGRA selanjutnya Perkiraan Risiko


dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan
Faktor Risiko Hasil Risiko
Risiko Odds (RO)
umur (Tabel 2 dan Tabel 3). Analisis komparatif (Kelompok Uji Relatif
(IK 95%)
Umur) IGRA (RR)
secara statistik dengan uji chi-square pada
kelompok berdasarkan umur dan jenis kelamin Positif 0,772 0,658
< 20 / 20 – 40 (0,172–2,513)
diperoleh nilai p > 0,05. Pengukuran kekuatan Negatif 1,173 Ref
hubungan rasio odds (RO) dan risiko relatif (RR) Positif 0,561 0,342
dilakukan untuk melihat perkiraan risiko setiap < 20 / > 40 (0,085–1,377)
Negatif 1,641 Ref
kelompok responden berdasarkan jenis kelamin
Positif 1,295 1,520
maupun umur. 20 – 40 / < 20 (0,398–5,807)
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan IGRA Berdasarkan Negatif 0,852 Ref
Jenis Kelamin
Positif 0,727 0,520
20 – 40 / > 40 (0,206–1,310)
Hasil Uji IGRA Negatif 1,399 Ref
Jenis
Positif Negatif P 2,923
Kelamin Positif 1,781
n % n % > 40 / < 20 (0,726–11,762)
Negatif 0,609 Ref
Laki-Laki 15 41,7 21 58,3 0,344
Positif 1,375 1,923
Perempuan 27 51,92 25 48,08
> 40 / 20 – 40 (0,763–4,844)
Uji Chi-Square, p > 0,05 Negatif 0,715 Ref

Perkiraan Risiko Keterangan: Ref = Referensi/Pembanding

Faktor Risiko Hasil Risiko Risiko Odds Pemeriksaan IGRA dengan metode
(Jenis Uji Relatif (RO) QuantiFERON-TB Gold In-Tube digunakan dalam
Kelamin) IGRA (RR) (IK 95%)
penelitian ini untuk mengetahui paparan MTB pada
Positif 0,802 0,661
Laki-Laki / tubuh seseorang. Saat ini terdapat dua metode
(0,281–1,559)
Perempuan Negatif 1,213 Ref yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi

Positif 1,306 1,650 MTB, yaitu: (1) tes tuberkulin/tes Mantoux yang
Perempuan /
(0,701–3,884) telah digunakan selama lebih dari 100 tahun, dan
Laki-Laki Negatif 0,791 Ref
(2) tes IGRA (Interferon-Gamma Release Assays)
Keterangan: Ref = Referensi/Pembanding
9
yang masih tergolong baru.
Tes tuberkulin digunakan untuk mengukur CMI
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan IGRA Berdasarkan
Umur (Cell-Mediated Immunity) dalam bentuk respon
DTH (Delayed-type Hipersensitivity) terhadap
Hasil Uji IGRA
Umur Tuberculin PPD (Purified Protein Derivative) selama
Positif Negatif P
(Tahun) 48 – 72 jam. Respon imun tersebut dimediasi oleh
n % n %
beberapa sitokin, seperti IFN-γ, TNF-α, dan TNF-β.
< 20 4 33,3 8 66,7 0,439
Sensitivitas tes tuberkulin terbatas pada penderita
20 – 40 19 43,18 25 56,82
immunocompromised. Sedangkan spesifitas tes
> 40 19 59,4 13 40,6
Uji Chi-Square; p > 0,05 tuberkulin terbatas pada orang-orang yang telah
memperoleh vaksin BCG karena dapat terjadi
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 16

reaksi silang terhadap vaksin BCG. Uji IGRA M. non-tuberculosis lain yang terpenting, terkecuali
12
digunakan untuk mengukur produksi sitokin IFN-γ M. kansaii, M. szulgai, dan M. marinum.
sebagai respon spesifik terhadap antigen MTB Seluruh kontak serumah penderita TB dengan
secara in vitro selama 16 – 24 jam. Dibandingkan hasil pemeriksaan IGRA positif dianggap sebagai
dengan tes tuberkulin, uji IGRA lebih spesifik pada penderita TB laten. Infeksi tuberkulosis laten (TB
populasi yang tinggi terhadap vaksinasi BCG. Tes laten) merupakan kondisi di mana seseorang
tuberkulin maupun uji IGRA tak dapat digunakan terinfeksi MTB, namun tidak menunjukkan adanya
13
untuk membedakan antara tuberkulosis laten gejala tuberkulosis aktif (asimtomatik) . Penderita
10
dengan tuberkulosis aktif. TB laten juga ditandai dengan tes tuberkulin
14
Uji IGRA memiliki sensitivitas dan spesifisitas maupun IGRA menunjukkan hasil positif.
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tes Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 42
tuberkulin. Dua jenis pemeriksaan IGRA yang responden (47,7%) dari total 88 responden yang
secara komersial sering digunakan, yaitu: (1) tinggal serumah dengan penderita TB paru selama
T.SPOT.TB yang berdasarkan prinsip ELISPOT lebih dari 24 jam menunjukkan hasil positif untuk
(Enzyme-Linked Immunospot), dan (2) pemeriksaan IGRA. Hasil penelitian tersebut
QuantiFERON-TB Gold In-Tube yang berdasarkan menunjukkan bahwa orang yang tinggal serumah
prinsip ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent dan berinteraksi dalam kurun waktu relatif lama
11
Assay). dengan penderita TB berpotensi untuk terpapar
QuantiFERON-TB Gold merupakan uji yang bakteri M. tuberculosis (MTB) penyebab TB.
sensitif untuk mendiagnosa TB khususnya pasien Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-
dengan pemeriksaan kultur dan mikroskop negatif, square antara umur dan jenis kelamin terhadap
sehingga uji ini merupakan alat pelengkap dalam hasil pemeriksaan IGRA pada sampel diperoleh nilai
12
mendiagnosa TB . Penelitian yang dilakukan oleh p > 0,05 yang menunjukkan bahwa hasil
Kalantri et al, tahun 2009 terhadap penderita pemeriksaan IGRA (positif atau negatif) tidak
tuberkulosis ekstra paru (non-pulmonal) di mana dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin secara
sulit dideteksi dengan teknik konvensional yang signifikan. Dengan kata lain, umur dan jenis
hanya dapat digunakan untuk penderita TB paru kelamin tidak signifikan menjadi faktor risiko
menunjukkan sensitivitas sebesar 84,29% dan infeksi MTB. Meskipun demikian, orang yang
spesifitas sebesar 96% dengan uji QuantiFERON TB memiliki kontak dekat dengan seseorang yang
11
Gold. menderita TB aktif atau sering berada di tempat
Uji QuantiFERON TB Gold tidak menunjukkan perawatan penderita TB merupakan kelompok
6
reaksi silang (cross-reaction) dengan BCG, sehingga yang berisiko terpapar MTB.
uji ini dapat digunakan pada individu dengan Tempat perawatan penderita TB yang tidak
10
riwayat vaksinasi BCG . Uji ini dapat merespon terstandar, seperti minimnya sirkulasi udara
antigen-antigen yang distimulasikan oleh M. (kurangnya ventilasi dan tidak adanya resirkulasi
tuberculosis, antara lain ESAT-6, CFP-10, dan TB7.7 udara) semakin menaikkan potensi transmisi MTB
yang tidak terdapat pada strain BCG dan beberapa dari pasien TB aktif ke orang lain di sekitar tempat
15
tersebut.
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 17

Hasil uji perkiraan risiko berdasarkan jenis umur 20 – 40 tahun, kelompok umur > 40 tahun
kelamin menunjukkan bahwa nilai RO yang lebih memiliki risiko terinfeksi MTB 2 kali lebih besar (RO
tinggi pada kelompok jenis kelamin perempuan 1,923) dengan peluang terinfeksi MTB sebesar 1,4
terhadap kelompok jenis kelamin laki-laki yaitu kali lebih besar.
sebesar 1,650. Hal tersebut berarti jenis kelamin Risiko infeksi MTB tidak dipengaruhi secara
perempuan mempunyai kemungkinan 1,6 kali signifikan oleh umur. Namun, perkembangan
memiliki risiko terinfeksi MTB dibandingkan infeksi MTB menjadi TB aktif hingga kronis sangat
dengan jenis kelamin laki-laki dengan probabilitas dipengaruhi oleh faktor umur. Di usia tua, sistem
sebesar 62% (p = RO/(1+RO). Nilai RR = 1,306 kekebalan telah melewati berbagai proses evolusi,
bermakna bahwa jenis kelamin perempuan dan kemampuannya menurun. Situasi tersebut
memiliki peluang terinfeksi MTB 1,3 lebih besar dapat mempengaruhi peningkatan kerentanan
dibandingkan jenis kelamin laki-laki. terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit
17
Meskipun data hasil penelitian menunjukkan menular, termasuk infeksi MTB.
bahwa jenis kelamin perempuan lebih berisiko Faktor risiko terjadinya infeksi MTB setelah
terinfeksi MTB, namun hal tersebut tidak bersifat paparan dipengaruhi antara lain oleh: (1) faktor
16
mutlak sebab infeksi MTB bersifat multifaktorial . inang, meliputi durasi kedekatan dengan penderita
Mayoritas responden yang ikut dalam penelitian ini TB, dan (2) faktor sosial dan lingkungan, meliputi
adalah berjenis kelamin perempuan (54 dari 88 kepadatan penduduk, minimnya sirkulasi udara
responden). Hal ini sebagaimana hasil penelitian pada tempat tinggal, alkohol, merokok, dan
yang dilakukan oleh Erawaty dkk. (2020) pekerjaan. Kontak dekat dengan penderita TB,
menunjukkan bahwa risiko infeksi MTB yang lebih termasuk kontak serumah dan pemberi perawatan
besar pada kelompok jenis kelamin perempuan (petugas kesehatan) terhadap penderita TB
sebagai responden mayoritas dibanding kelompok berisiko lebih tinggi terinfeksi MTB, bahkan
17
jenis kelamin laki-laki . Penelitian lainnya oleh berpotensi berkembang menjadi penderita TB
Shanmuganathan dkk. (2015) menunjukkan bahwa aktif. Kondisi imunitas tubuh, umur, jenis kelamin,
risiko infeksi MTB justru lebih besar pada kelompok kondisi malnutrisi dan penyakit diabetes menjadi
jenis kelamin laki-laki sebagai responden faktor risiko pendorong infeksi MTB berkembang
18 16
mayoritas. menjadi penyakit TB.
Berdasarkan kelompok umur, nilai RO Pada penderita TB laten, bakteri MTB mampu
kelompok umur > 40 tahun terhadap kelompok mengembangkan beberapa strategi yang efektif
umur < 20 tahun adalah sebesar 2,923 yang berarti untuk menghindari respon imun tubuh sehingga
bahwa kelompok umur > 40 tahun kemungkinan 3 kelangsungan hidup MTB dapat terjaga di dalam
kali memiliki risiko terinfeksi MTB dibandingkan tubuh inang meskipun pertumbuhan MTB
dengan kelompok umur < 20 tahun dengan terhambat di dalam tubuh inang atau tidak
probabilitas sebesar 74,5%. Adapun peluang mengalami replikasi. Hal ini dapat berlangsung
kelompok umur > 40 untuk terinfeksi MTB adalah dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika respon
1,8 kali lebih besar dibandingkan kelompok umur < imun tubuh tidak dapat mempertahankan
20. Sementara itu, dibandingkan dengan kelompok aktivitasnya (persisten) atau mengalami
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 18

penurunan, maka dapat terjadi infeksi MTB yang DAFTAR PUSTAKA


19
dapat berkembang menjadi TB aktif.
Pada sebagian kecil kasus TB laten (sekitar 5% - 1. World Health Organization (WHO). Global
Tuberculosis Report 2018. Available at:
15%), perkembangan untuk menjadi TB aktif dapat https://www.who.int/tb/publications/global_r
terjadi dalam 2 sampai 5 tahun pertama setelah eport/en/

infeksi. Durasi latensi bervariasi dan individu yang 2. Knechel NA. Tuberculosis: Pathophysiology,
sehat dapat menderita TB laten seumur hidup. Clinical Features, and Diagnosis. Crit Care
Nurse. April 2009; 29(2): 34-43.
Risiko untuk berkembang menjadi TB aktif sangat
meningkat pada orang-orang dengan kondisi 3. Delogu G, Sali M, Fadda G. The Biology of
Mycobacterium tuberculosis Infection.
immunocompromised atau pada penderita AIDS Mediterr J Hematol Infect Dis. 2013; 5(1):
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) karena e2013070.

infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Orang 4. Zumla A, Raviglione M, Hafner R, Rein Fv.
dengan HIV-AIDS disertai ko-infeksi TB laten Review: Current Concepts Tuberculosis. N Engl J
Med. 2013; 368: 745-55.
berisiko lebih dari 100 kali lipat untuk berkembang
14
menjadi TB aktif . Investigasi terhadap kontak 5. Ahmad S. Pathogenesis, Immunology, and
Diagnosis of Latent Mycobacterium
penderita TB perlu segera dilakukan dengan tuberculosis Infection. Clin Dev Immunol. 2011;
mendeteksi infeksi MTB sehingga perkembangan 2011: 814943.

TB laten menjadi TB aktif dapat dicegah secara 6. Jasmer RM, Nahid P, Hopewell PC. Latent
maksimal.
20 Tuberculosis Infection. N Engl J Med 2002; 347:
1860-1866.

7. Mack U, Migliori GB, Sester M, Rieder HL,


SIMPULAN
Ehlers S, Goletti D, et al. LTBI: Latent
Orang-orang yang tinggal serumah dengan Tuberculosis Infection or Lasting Immune
Responses to M. tuberculosis? A TBNET
penderita TB berisiko untuk tertular dan terinfeksi Consensus Statement. European Respiratory
bakteri MTB. Infeksi dini MTB tidak dipengaruhi Journal. 2009; 33: 956-973.
oleh jenis kelamin maupun umur. Meskipun 8. Kasprowicz VO, Chuchyard G, Lawn SD,
demikian, kedua faktor tersebut sangat Squire B, Lalvanis A. Diagnosing Latent
Tuberculosis in High-Risk Individuals: Rising
mempengaruhi perjalanan infeksi MTB dari fase to the Challenge in High-Burden Areas. J
laten hinga berkembang menjadi TB aktif. Oleh Infect Dis. 2011 Nov 15; 204(Suppl 4): S1168–
S1178.
karena itu, pengetahuan mengenai penyakit TB
sangat penting dan urgen diberikan. khususnya 9. Kiazyk S, Ball TB. Latent tuberculosis infection:
An overview. Can Commun Dis Rep. 2017 Mar
kepada pendetita TB dan kontak serumah dengan 2; 43(3-4): 62–66.
penderita TB untuk mencegah penularan TB. Selain
10. Ravn P, Munk ME, Andersen AB, Lundgren B,
itu, deteksi dini adanya paparan MTB dalam tubuh Lundgren JD, Nielsen LN, et al. Prospective
seseorang yang berisiko tertular penyakit TB sangat Evaluation of a Whole-Blood Test Using
Mycobacterium tuberculosis-Specific Antigens
bermanfaat untuk mencegah perkembangan ESAT-6 and CFP-10 for Diagnosis of Active
menjadi penyakit TB aktif. Tuberculosis. Clin Diagn Lab Immunol. 2005
Apr; 12(4): 491-6.
J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (1) Juni 2020 19

11. Kalantri Y, Hemvani N, Chitnis DS. Evaluation of


Whole Blood IFNγ Test Using PPD and
Recombinant Antigen Challenge for Diagnosis
of Pulmonary and Extra-Pulmonary
Tuberculosis. Indian J Exp Biol. 2009; 47: 463–
468.

12. Cellestis. QuantiFERON TB-Gold (in-Tube


Method): The Whole Blood IFN-gamma Test
Measuring Responses to ESAT-6, CFP-10 &
TB7.7 Peptide Antigens. Cellestis Inc. USA.
January 2009.

13. Hauck FR, Neese BH, Panchal AS, El-Amin W.


Identification and Management of Latent
Tuberculosis Infection. American Family
Physician. May 15, 2009; 79(10): 879-886.

14. Centers for Disease Control and Prevention


(CDC). TB Elimination: The Difference
Beetween Latent TB Infection and TB Disease.
Available at:
https://www.cdc.gov/tb/publications/factshee
ts/general/ltbiandactivetb.htm

15. de Perio MA, Niemeier RT. Evaluation of


Exposure to Tuberculosis Among Employees at
a Medical Center. J Occup Environ Hyg. 2014;
11(6): D63–D68.

16. Narasimhan P, Wood J, Maclntyre CR, Mathai


D. Risk Factors for Tuberculosis. Pulm Med.
2013; 2013: 828939.

17. Erawati M and Andriany M. The Prevalence


and Demographic Risk Factors for Latent
Tuberculosis Infection (LTBI) Among Healthcare
Workers in Semarang, Indonesia. Journal of
Multidisciplinary Healthcare. 2020; 13: 197 –
206.

18. Shanmuganathan R and Shanmuganathan ID.


Clinical Manifestation and Risk Factors of
Tuberculosis Infection in Malaysia: Case Study
of a Community Clinic. Glob J Health Sci. 2015
Jul; 7(4): 110–120.

19. Ahmad S. Pathogenesis, Immunology, and


Diagnosis of Latent Mycobacterium
tuberculosis Infection. Clin Dev Immunol. 2011;
2011: 814943.

20. Reichler MR, Khan A, Sterling TR, Zhao H,


Moran J, McAuley J, et al. Risk and Timing of
Tuberculosis Among Close Contacts of Persons
with Infectious Tuberculosis. The Journal of
Infectious Diseases. 2018; 218(6): 1000-1008.

Anda mungkin juga menyukai