Anda di halaman 1dari 15

A.

Defenisi
Menurut ( Sodikin. 2012 ) Demam merupakan suatu keaadan suhu
tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit –
penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system
tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi.
Panas dapat didefenisikan keadaan ketika individual mengalami atau
berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus menurus lebih dari 37,8 °C
peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor eksternal.
B. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan
riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang
lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi,
gingi vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis,
meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi,
2010).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi.
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi
7. Penyebab utama
C. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
1. Demam
2. Gangguan saluran pencernaan
3. Gangguan kesadaran
4. Relaps (kambuh)
D. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
1. Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses
patologis.
2. Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada
makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya
karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau
obat – obatan.
3. Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
kekakuan otot karena anestesi total.

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:


1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.
Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam
dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan demam
mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas
seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi
kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang
baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-
limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal
ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
(Nurarif, 2015).

Klasifikasi demam menurut MTBS


1. Endemis Malaria tinggi atau rendah
Angka tinggal didaerah endemis malaria tinggi atau rendah.
Terdapat 3 klasifikasi lagi didalam demam paa kleompok ini:
a. Penyakit berat dengan demam
b. Malaria
c. Demam mungkin bukan malaria
2. Non endemis dan tidak ada riwayat bepergian kedareah malaria
a. Penyakit berat denan demam
b. Demam bukan malaria
Gejala dan klasifikasi dan tindakan
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGEL
OLAAN
Edemis  Ada tanda PENYAKIT a. Beri dosis pertama
Malaria bahaya BERAT artemeter ijeksi atau
Tinggi ATAU DENGAN kini injeksi untuk
atau  Kaku kuduk DEMAM malaria berat
Rendah b. Beri dosis pertama
antibiotic yang
sesuai
c. Cegah agar gula
darah tidak turun
d. Berikan satu dosis
paracetamol untuk
demam ≥ 38,5o C
e. RUJUK SEGERA
 Demam (pada MALARIA a. Beri obat anti
anamnesis atau malaria oral pilihan
teraba panas pertama
atau suhu ≥ b. Beri satu dosis
37,5oC parasetamol untuk
DAN demam demam ≥
 Mikroskopis 38,5o C
positif atau c. Nasihati kapan
RDT positif kembali segera
atau RDT d. Kunjungan ulang 3
positif hari jika tetap
demam
e. Jika demam
berlanjut lebih dari 7
hari. RUJUK untuk
penilaian lebih lanjut
 Mikroskopis DEMAM a. Beri satu dosis
negative atau MUNGKN paracetamol untuk
RDT negatif BUKAN demam ≥ 38,5o C
Atau MALARIA b. Obati penyebab lain
 Ditemukan dari demam
penyebab lain c. Nasihati kapan
dari demam kembali segera
d. Kunjungan ulang 3
hari jika tetap
demam
e. Jika demam
berlanjut lebih dari 7
hari. RUJUK untuk
penilaian lebih lanjut
Non  Mikroskopis PENYAKIT a. Beri dosis pertama
endemis negatif atau BERAT antibiotic yang
Malaria RDT negatif DENGAN sesuai
dan tidak Atau DEMAM b. Cegah agar gula
ada  Kaku kuduk darah tidak turun
riwayat Atau c. Berikan satu dosis
bepergian  Usia ≤ 3 bulan paracetamol untuk
ke daerah demam ≥ 38,5o C
malaria d. RUJUK SEGERA
 Tidak ada DEMAM a. Beri satu dosis
tanda bahaya BUKAN parasetamol unuk
umum MALARIA demam ≥ 38,5o C
 Dan b. Obati penyebab lain
 Tidak ada kaku dari demam
kuduk c. Nasihati kappa
kembali segera
d. Kujungan ulang 2
hari jika tetap
demam
e. Jika demam
berlanjut lebih dari 7
hari, RUJUK untuk
penilaian lebih lanjut
 Ada tanda syok DEMAM a. Jika ada syok, beri
Atau BERDARAH oksigen 2-4
 Nyeri ulu hari DENGUE liter/menit dan beri
Atau (DBD) segera cairan

 Muntah intravena sesuai

Muntah petunjuk

Atau b. Jika tidak ada syok

 Perdarahan tapisering muntah

kulit/hidungBA atau malas minum,

B beri cairan infus RL

Atau jumlah cairan

 Uji torniket rumatan

positif c. Jika tidak ada syok,


tidak muntah dan
masih mau minum,
beri oralit atau
cairan lain sebanyak
mungkin dalam
perjalanan ke rumah
sakit
d. Beri dosis
paracetamol, jika
demam tinggi ≥
38,5o C
e. RUJUK SEGERA
 Demam MUNGKIN a. Beri dosis pertama
mendadak DBD paracetamol, jika
tinggi dan terus demam tinggi ≥
menerus 38,5o C tidak boleh
 Atau golongan salsilat dan
 Bintik-bintik ibuprofen
perdarahan b. Nasihat untuk lebih
dikulit (-) banyak minum:

 Atau oralit/cairan lain

 Uji tornniket c. Nasihati kapan

(-) kembali segera


d. Kunjungan ulang 1
hari
 Tidak ada DEMAM a. Obati penyebab
satupun gejal MUNGKIN lain dari demam
BUKAN DBD b. Beri dosis
paracetamol,
jika demam
tinggi ≥ 38,5o C,
tidak boleh
golongan
salsilat dan
ibuprofen
c. Nasihati kapan
kembali segera
d. Kunjungan
ulang 2 hari jika
tetap demam

E. Pathway

F. Komplikasi
Menurut (Nurarif, 2015) yaitu:
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayan otak.
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam
G. Penatalaksnaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap
demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non
farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan
pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan
antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu
30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam
dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam
dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4
o
C, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan
untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn
karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum
memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping
paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut,
reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit),
bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan
dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar
air (memperpanjang masa sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan
kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan
berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit
kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian berdasarkan MTBS
Untuk balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun
1) Identitas pasien
2) Identitas orang tua
3) TTV anak
4) Kunjungan keberapa
5) Pengkajian
a) Apakah anak demam ? Ya/tidak
b) Anamnesis teraba panas/suhu ≥37oC
c) Tentukan daerah endemis malaria : Tingri/Sedang/rendah
d) Jika daerah non ednemis, tanyakan riwayat bepergian kedaerah
enemis dlam 2 minggu terakhir dan tentukan daerah tersebut
endemis atau tidak
e) Sudah berapa lama ? lihat jika ada kaku kuduk ? atau penyebab
lain demam atau tanda tanda campak
f) Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari?
g) Apakah pernah sakit malaria/minum obat malaria?
h) Apakah anak sakit campak daam 3 bulan terakhir?
i) Lakukan tes malaria jika tidak ada klasifikasi penyakit berat
6) Pengkajian secara umum
a) Identitas
b) Riwayat kesehatan terdahulu
c) Riwayat kesehatan keluarga
d) Riwayat tumuh kembang anak
e) Keadaan umum: tampak lemah, lesu dan biasanya rewel
f) Pemeriksaan TTV: N, RR, S
g) Pemeriksaan Fisik
Kepala: tidak ada edema, tidak ada lesi
Mata: kunjungtiva anemis, simetris
Hidung: ada sekret, mukosa agak kemerahan
Telinga: simetris, tidak ada pengeluaran cairan
Wajah: mukosa kering, tidak perdarahan gusi
Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada: simetris, tidak ada pembesaran jantung, pengunaan otot
bantu nafas, retraksi dada (+)
Abdomen: tidak nyeri tekan dan nyeri lepas
Genitalia: tidak ada masalah
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertermi b.d proses infksi, proses penyakit
b. Kekurangan volume cairan b.d kurangnya asupan makanan

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan kriteria hasil
1 Hipertermi Setelah dilakukan  Identifikasi
berhubungan tindakan penyebab
dengan proses keperawatan selama hipertermi
infeksi ditandai 1 x 30 menit  Identifikasi
dengan suhu diharapkan kesiapan dan
tubuh diatas nilai termoregulasi kemampuan
normal dan kulit membaik dengan menerima
terasa hangat kriteria hasil: informasi
 Menggigil  Sediakan materi
menurun dan pendidikan
 Pucat menurun kesehatan
 Suhu tubuh  Jadwalkan
membaik pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan
kesempatan
bertanya
 Ajarkan tepid
water sponge jika
anak demam
 Ajarkan cara
pengukuran suhu
 Anjurkan tetap
memandikan
pasien
 Anjurkan
menciptakan
lingkungan yang
nyaman
 Anjurkan
memperbanyak
minum
 Anjurkan
penggunaan
pakaian yang
longgar
 Kolaborasi
pemberian
antipiretik (sesuai
MTBS:
parasetamol)
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan  Identifikasi status
berhubungan tindakan nutrisi
dengan kurangnya keperawatan selama  Identifikasi alergi
asupan makanan 1 x 30 menit dan intoleransi
ditandai dengan diharapkan status makanan
nafsu makan nutrisi membaik,  Identifikasi
menurun dan dengan kriteria hasil: makanan yang
membran mukosa  Verbalisasi disukai
pucat keinginan untuk  Identifikasi
meningkatkan penyebab BB
nutrisi kurang
 Pengetahuan  Persiapkan materi,
tentang pilihan media, dan alat
makanan yang peraga
sehat  Berikan
 Pengetahuan kesempatan
tentang standar keluarga untuk
asupan nutrisi bertanya
yang tepat  Anjurkan
 Nafsu makan menyajikan
meningkat makanan yang
menarik dengan
suhu yang sesuai
 Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
 Jelaskan
peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
 Anjurkan
pemberian makan
untuk
meningkatkan
nafsu makan
(sesuai MTBS)

I. Konsep EBNP
Tapid water Sponge
a. Defenisi
Suatu metode pemandian tubuh yang dilakukan dengan cara mengelap
sekujur tubuh dan melakukan kompres pada bagian tubuh tertentu dengan
menggunakan air yang suhunya hangat untuk jangka waktu tertentu. Tepid
water sponge adalah sebuah teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisialis dengan teknik seka.
b. Prosedur
1. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
2. Jelaskan pada klien & keluarga tentang tujuan dan prosedur
tindakan
3. Tutup tirai atau pintu ruangan
4. Ukur suhu dan nadi klien
5. Letakkan bantal tahan air dibawah klien, dan lepas pakaian klien
6. Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yang tidak di
kompres
7. Periksa suhu tubuh
8. Celupkan lap mandi dalam air dan letakkan lap yang sudah basah
pada masing masing aksila dan lipatan paha. Bila menggunakan bak
mandi, rendam klien selama 20-30 menit
9. Dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit. Periksa
respon klien. Ekstremitas ditutup dengan lap mandi dingin
10. Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan suhu tubuh klien.
11. Observasi respon klien terhadap terapi
12. Lanjutkan untuk mengompres ekstremitas lain,punggung dan
bokong selama 3-5 menit.kaji ulang suhu dan nadi selama 5 menit
13. Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha
14. Bila suhu tubuh turun sedikit diatas normal, hentikan prosedur
15. Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh.
Selimuti klien dengan handuk dan selimut
16. Ganti peralatan dan linen bila basah
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. (2000). Buku Saku Patofisologi. Jakarta: Egc


Lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif.A.H. & Kusuma.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnose Medis & Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction
Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suriadi., Yuliani., & Rita. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Cv.
Agung Seto
Thobaroni. (2015). Asuhan Keperawatan Demam. Artikel Kesehatan
Wardiyah.A. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan
Tapid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami Demam Rsud Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal
Ilmu Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Ebp
    Laporan Ebp
    Dokumen57 halaman
    Laporan Ebp
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Modul Otokorelasi
    Modul Otokorelasi
    Dokumen25 halaman
    Modul Otokorelasi
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Ekonometrika
    Ekonometrika
    Dokumen22 halaman
    Ekonometrika
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Modul Ekonometrika KLP 3
    Modul Ekonometrika KLP 3
    Dokumen31 halaman
    Modul Ekonometrika KLP 3
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Model Persamaan Simultan
    Model Persamaan Simultan
    Dokumen25 halaman
    Model Persamaan Simultan
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Peta Konsep Bell
    Peta Konsep Bell
    Dokumen1 halaman
    Peta Konsep Bell
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Glomerulonefritis
    Leaflet Glomerulonefritis
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Glomerulonefritis
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Kasus CKD
    Kasus CKD
    Dokumen1 halaman
    Kasus CKD
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat
  • Kasus TB Paru
    Kasus TB Paru
    Dokumen4 halaman
    Kasus TB Paru
    Nurfitri Rahmawati 1611110637
    Belum ada peringkat