Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUNAGRAHITA

Disusun untuk memenuhi syarat kenaikan pangkat bagi guru PNS

Disusun Oleh :

Sri Wilujeng S.P.d

NIP 197607242010012008

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “MAKALAH PENDIDIKAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA”. Penulisan makalah ini guna untuk memenuhi
salah satu persyaratan kenaikan pangkat bagi guru PNS.
Penulisan makalah ini bertujuan agar memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai
anak tuna grahita agar masyarakat lebih memahami ,sehingga tidak terjadi diskriminasi dan
menganggap sebelah mata anak tuna grahita. Penulis juga berharap agar dengan ditulisnya
makalah ini para penyandang disabilitas lebih termotivasi dan lebih bersemangat.
Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tegal, februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………. 4
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………. 5
C. TUJUAN……………………………………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI TUNAGRAHITA………………………………………………….. 6
B. KARAKTERISTIKA TUNAGRAHITA…………………………………….... 6
C. TIPE TUNAGRAHITA……………………………………………………….. 8
D. FAKTOR PENYEBAB TUNA GRAHITA…………………………………… 9
E. PENDAMPING TUNAGRAHITA SECARA INDIVIDUAL MAUPUN
KLASIKAL……………………………………………………………………. 10

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………... 13
B. SARAN………………………………………………………………………... 13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat pada umumnya memiliki anggapan bahwa anak berkebutuhan
khusus merupakan anak-anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu anak
berkebutuhan khusus yang tidak dikenal oleh masyarakat umum adalah tunagrahita. Tunagrahita
merupakan sebuah istilah bagi mereka yang mengalami gangguan mental ataupun
keterbelakangan mental khususnya dalam hal kecerdasan dan kemampuan dalam berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya. Tidak sedikit yang menganggap anak tunagrahita adalah “anak
buangan”, “cacat mental”, “mental subnormal”, “bodoh”, dan “idiot”. Dalam kehidupan sehari-
hari kita sering mendengar istilah anak “keterbelakangan mental”. Pada kenyataannya istilah itu
adalah sebutan untuk anak tunagrahita.
Bagi masyarakat awam, anak cacat adalah anak yang terlahir karena kutukan bagi orang
tuanya sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan
menyembunyikan anak tersebut. Akan tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa anak cacat
adalah anak yang membawa keberuntungan. Masyarakat perlu lebih peduli terhadap anak-anak
berkebutuhan khusus sehingga mereka akan mendapat layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensinya secara optimal.
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah rata-
rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pada sisi kemampuan
intelektualnya yang berada dibawah anak pada umumnya. Anak tunagrahita memiliki
kemampuan intelektual yang berada pada dua standar deviasi dibawah normal jika diukur dengan
tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainnya. Hambatan yang kedua anak
tunagrahita dapat dilihat pada sisi prilaku adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu
bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai
pengertian tunagrahita, karakteristik tunagrahita, tipe tunagrahita, faktor penyebab tunagrahita,
pendampingan yang dilakukan untuk tunagrahita dan menjelaskan hasil observasi kelompok
kami saat berada di SLB.

4
B. Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tunagrahita ?
2.      Bagaimanakah karakteristik anak tunagrahita ?
3.      Apa saja tipe yang terdapat pada anak tunagrahita ?
4.      Apa saja faktor penyebab tunagrahita ?
5.      Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunagrahita ?

C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mengenai tunagrahita.
2.      Untuk mengetahui karakteristik pada anak tunagrahita.
3.      Untuk mengetahui tipe - tipe anak tunagrahita.
4.      Untuk mengetahui faktor penyebab anak tunagrahita.
5.      Untuk mengetahui cara pendampingan yang dapat dilakukan terhadap anak tunagrahita.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Tunagrahita


Tunagrahita merupakan salah satu bentuk gangguan pada anak dan remaja yang dapat
ditemui di berbagai tempat, yaitu suatu keadaan di mana anak mengalami keterbelakangan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ditunjukkan oleh kurang cakupnya mereka dalam
memikirkan hal-hal yang bersifat akademik, abstrak, cenderung sulit dan berbelit-belit hampir
pada segala aspek kehidupan serta mereka juga kurang memiliki kemampuan dalam
menyesuaikan diri (Amin, M, 1955). Anak tunagrahita (retardasi mental) sangat membutuhkan
layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus saat meniti tugas perkembangan di dalam
hidupnya.

B.     Karakteristik Tunagrahita


1.      Karakteristik tunagrahita ringan (Mumpuniarti, 2000)
a.       Karakteristik kognitif
 Mempunyai IQ berkisar 50-70.
 Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak, maka lebih
banyak belajar dengan cara membeo (rote learning) bukan dengan pengertian.
 Kemampuan berpikir rendah, lambat perhatian dan ingatannya rendah.
 Masih mampu untuk menulis, membaca, menghitung.
 Mengalami kesulitan dalam konsentrasi, sukar untuk diajak fokus.
 Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12
tahun.

b.      Karakteristik fisik


Anak tunagrahita ringan nampak seperti anak normal, hanya sedikit mengalami kelambatan
dalam kemampuan sensomotorik.
c.       Karakteristik sosial/perilaku

6
Anak tunagrahita ringan mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas pada
keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan
yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa.
d.      Karakteristik emosi
Anak tunagrahita ringan sukar berpikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan analisis,
asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi,
kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik buruk.
Tidak mampu mendeteksi kesalahan pada dirinya, sehingga acuh tak acuh.
e.       Karakteristik motorik
Anak tunagrahita ringan mengalami kelambatan dalam kemampuan sensorimotorik.
Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan kata masih minim.
2.      Karakteristik tunagrahita sedang (Mumpuniarti, 2000)
a.       Karakteristik kognitif
 Mempunyai IQ berkisar 30-50.
 Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti
belajar menulis, membaca dan berhitung tetapi dapat dilatih dalam hal yang sederhana
sekedar diperkenalkan membaca dan menulis namanya sendiri dan mengenal angka.
 Rendahnya perhatian anak dalam belajar akan menghambat daya ingat. Mereka mengalami
kesukaran dalam memusatkan perhatian, cepat beralih.
 Kurang tangguh dalam menghadapi tugas, pelupa dan sukar mengungkapkan ingatan dan
mudah bosan.
 Mudah beralih perhatiannya ke hal yang dianggapnya lebih menarik dan keterbatasannya
dalam kemampuan intelektualnya sehingga kemampuan dalam bidang akademik sangat
bersifat sederhana.
 Pada umur dewasa anak tunagrahita baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7
tahun atau 8 tahun.
b.      Karakteristik fisik
Penampilannya menunjukkan sebagai anak terbelakang, lebih menampakkan kecacatannya.
c.       Karakteristik sosial/ perilaku
 Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya
kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.

7
 Masih mampu untuk mengurus, memimpin, memelihara dirinya sendiri dan bersosialisasi
dengan lingkungannya, walaupun butuh proses yang lama. Contohnya mandi, makan,
minum, berpakaian.
 Sangat tergantung pada orang lain.
 Bersikap kekanak-kanakan, sering melamun atau hiperaktif
 Mampu melindungi diri dari bahaya dan dapat bekerja ringan tetapi tetap dalam pengawasan
karena tanpa pengawasan akan bekerja secara asal.
d.      Karakteristik emosi
 Dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya.
 Kehidupan emosinya sangat lemah, mereka jarang sekali menghayati perasaan tanggung
jawab dan hak sosialnya.
 Memiliki imajinasi yang tinggi.
e.       Karakteristik motorik
 Kurang mampu untuk mengkoordinasikan gerak tubuhnya.
 Tangan-tangannya kaku.
3.      Karakteristik tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat memiliki IQ di bawah 30. Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan
pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu.
Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana.
Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun.

C.    Tipe Tunagrahita


Tunagrahita dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok :
1.      Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan (IQ 50-70)
Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan merupakan anak tunagrahita yang tidak
mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik adalah :
a.       Membaca, menulis, mengeja dan berhitung
b.      Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
c.       Keterampilan sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.

8
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik secara
minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.

2.      Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang (imbecil, IQ 30-50)


Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang merupakan anak tunagrahita yang memiliki
kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang
diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.
Kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan yaitu :
a.       Belajar mengurus diri sendiri (makan, pakaian, tidur, mandi sendiri)
b.      Belajar menyesuaikan dilingkungan rumah atau sekitarnya
c.       Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja (sheltered workshop) dan dilembaga
khusus
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat dilatih untuk
mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living), serta
melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3.      Anak tunagrahita mampu rawat (idiot, IQ <30)
Anak tunagrahita mampu rawat merupakan anak tunagrahitta yang memiliki kecerdasan sangat
rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Selain itu anak
tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya
sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain.

D.    Faktor Penyebab Tunagrahita


Mengenai faktor penyebab ketunagrahitaan para ahli sudah berusaha membaginya
menjadi beberapa kelompok. Ada yang membaginya menjadi dua gugus, yaitu indogen dan
eksogen. Ada juga yang membaginya berdasarkan waktu terjadinya penyebab, disusun secara
kronologis sebagai berikut faktor-faktor yang terjadi sebelum anak lahir (prenatal), faktor-faktor
yang terjadi ketika anak lahir (natal), dan faktor-faktor yang terjadi setelah anak dilahirkan (pos
natal).
1.      Penyebab terjadinya anak tunagrahita menurut Kirk (1970)

9
a.       Faktor endogen (faktor yang dibawa sejak lahir) yaitu faktor ketidaksempurnaan psikoniologis
dalam memindahkan gen.
b.      Faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patalogis dari perkembangan normal
seperti mengalami penyakit atau keadaan lainnya.
2.      Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenportb
dapat dirinci melalui jenjang :
a.       Kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma.
b.      Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur.
c.       Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi.
d.      Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan yang timbul dalam embrio.
e.       Kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran.
f.       Kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin.
g.      Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak..
3.      Menurut penyelidikan para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
a.       Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak,
diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza)
dan juga perokok berat.
b.      Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah terlalu lama dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi,
juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan
pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit,
tang).
c.       Pos Natal (sesudah lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai
kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak
menjadi ketunaan (tunagrahita).

E.     Pendampingan Tunagrahita secara individual maupun klasikal


1.      Rekomendasi untuk Sekolah

10
Berperan aktif dalam meningkatkan kualifikasi guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus
dan memfasilitasi layanan pendidikan khusus.
2.      Rekomendasi untuk Guru
a.       Guru di sekolah inklusif diharapkan lebih sedikit banyaknya memahami konsep anak
berkebutuhan khusus dan dapat membekali diri melalui pelatihan-pelatihan mengenai pendidikan
inklusi dan konsep ABK, dengan memahami hal tersebut diharapkan mempermudah guru untuk
memberikan pelayanan terhadap ABK sesuai dengan kebutuhan dan hambatannya, khususnya
siswa dengan tunagrahita.
b.      Sebagai bahan evaluasi untuk guru khususnya, guru di sekolah inklusi agar termotivasi untuk
meningkatkan pelayanan pendidikan yang baik dan sesuai bagi ABK, khususnya anak
tunagrahita yang ada di sekolah-sekolah inklusi.
3.      Rekomendasi untuk Orang Tua
a.       Orang tua ABK bersikap respontif terhadap pendidikan dan perkembangan anak agar
terciptanya perubahan dalam diri anak melalui program-program sekoalh inklusi.
b.      Adanya wadah/forum bagi perkumpulan orang tua ABK di sekolah inklusi untuk berkerja sama
dalam upaya mendidik anaknya dan mengevaluasi kinerja guru mengenai pelayanan anak
tunagrahita di sekolah.
Pencegahan supaya anak tidak mengalami tunagrahita:
a.       Pencegahan primer
Dilakukan untuk meningkatkan kesehatan calon anak yaitu dengan imunisasi bagi anak dan ibu
sebelum kehamilan, konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan rutin, nutrisi yang baik,
persalinan oleh tenaga kesehatan, memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga, pendidikan kesehatan
mengenai pola hidup sehat dan program pengentasan kemiskinan.
b.      Pencegahan sekunder
Dilakukan deteksi dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan sekolah sehingga tindakan
yang tepat segera diberikan, dengan cara konseling individu dengan program pembimbing
sekolah dan layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami stress.
c.       Pencegahan tersier
Dilakukan dengan memberikan informasi berupa pendidikan kesehatan kepada orang tua dan
anak mengenai masalah kesehatan yang terjadi berulang kali dengan penekanan pada kebutuhan
gizi, kebersihan gigi, kebersihan tubuh, bahaya alkohol, narkotik, dan zat adiktif serta merokok.

11
Pelatihan untuk Tunagrahita
1.      Occuppasional terapy ( terapi gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak tuna grahita untuk melatih gerak fungsional anggota tubuh
gerak kasar atau halus.

2. Play terapi (terapi bermain)


Terapi yang diberikan kepada anak tuna grahita dengan cara bermain, misalnya : memberikan
pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan tentang tata cara sosial drama , bermain jual beli.
3. Aktivity daily living (ADL) atau kemampuan merawat diri
Untuk memandirikan anak tuna grahita, mereka harus diberikan pengetahuan dan ketrampilan
tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa
bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Lives kill , keterampilan hidup
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya
tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak tuna grahita yang memiliki IQ di
bawah rata-rata mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal
hidup mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan ketrampilan yang dimilikinya, mereka
dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan
usaha.
5. Fokastional terapy (terapy bekerja)
Selain diberikan latihan ketrampilan anak tuna grahita juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal
latihan yang telah dimilikinya, anak tuna grahita diharapkan dapat bekerja.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang sudah dibuat oleh kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa
anak tuna grahita adalah anak yang mempunyai tingkat intelegensi rendah di bawah rata-rata
yaitu berkisar antara 30-70 dan terbagi menjadi 3 tipe yaitu tipe tuna grahita ringan (50-70), tuna
grahita sedang (30-50), dan tuna grahita berat (<30). Oleh sebab itu, kemampuan berpikir
mereka sangat lambat dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Setiap tipe
memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari aspek kognitif, fisik,
sosial/perilaku, emosi, dan motorik. Faktor penyebabnya dapat berasal dari keturunan dan
gangguan pada saat sebelum kelahiran, proses kelahiran, dan sesudah kelahiran.
Pendampingannya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, guru, dan orangtua. Pelatihan untuk anak
tuna grahita dapat dilakukan dengan berbagai terapi.

B. SARAN
Tuhan menciptakan makhluknya dengan keadaan yang sebaik – baiknya ,begitupun tuhan
menciptakan manusia dengan kondisi yang sempurna. Sudah seharusnya kita mensyukuri segala
nikmat yang tuhan berikan salah satunya dengan tidak mendiskriminasikan anak yang memiliki
ketebelakangan mental, karena mereka semua adalah titipan dari sang illahi yang perlu kita bina
dan kita bimbing.
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan dengan anak
normal lainnya, maka perlu adanya perhatian khusus terhadap mereka untuk dilatih, dibimbing,
dan diberi kesempatan serta dukungan agar mereka mampu mengembangkan seluruh potensinya
agar dapat mandiri dan memiliki harga diri dihadapan orang lain disekitarnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1955). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan.
Delphie, P. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting
Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama.
Mumpuniarti. (2000). Penanganan Anak Tunagrahita (Kajian dari segi
pendidikan Sosial Psikologi dan Tindak Lanjut Usia Dewasa).
Yogyakarta: UNY.

14

Anda mungkin juga menyukai