Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Al-Quran dan Akuntansi (Al-Mu-hasabah), Investasi Syariah di Pasar Modal


Indonesia dan Konsep Dasar Akuntansi Syariah ( Ganjil)

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Pelaporan Keuangan
Syaraiah

Dosen Pengampu : Suryana, S.E.,M.AK.

Disusun Oleh

Mohammad Dany Ramadhan : (0117101253)

Irfan Hermawan : (0117101240)

Kelas :E

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WIDYATAMA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “Al-Quran
dan Akuntansi (Al-Mu-hasabah), Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia dan
Konsep Dasar Akuntansi Syariah ( Ganjil)”. Alhamdulillah saya sebagai penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun saya juga menyadari
masih banyak kekurangan di dalamnya. Saya juga tidak lupa mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Suryana, S.E.,M.AK. selaku Dosen mata
kuliah Pelaporan Keuangan Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada saya
dan membantu saya sebagai penulis dalam menyelesaikan makalah  ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menjadi bahan evaluasi
serta tolak ukur dalam makalah-makalah lainnya khususnya bagi Mata Kuliah
Pelaporan keuangan Syariah di masa yang akan datang.

Bandung, 6 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................3
Akuntansi (Al-Muhasabah) dalam Islam.......................................................................3
A. Pengertian Akuntansi (Al-Muhasabah) dalam Islam........................................3
B. Ayat Qur’an tentang Akuntansi Islam...............................................................4
C. Tujuan Akuntansi Islam.....................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................9
Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia..................................................................9
A. Pengertian Pasar Modal Syariah........................................................................9
B. Prinsip Pasar Modal Syariah..............................................................................9
C. Jenis Efek Syariah..............................................................................................10
D. Kendala dan Kunci Sukses dalam Pasar Modal Syariah................................11
BAB III...........................................................................................................................14
Konsep Dasar Akuntansi Syariah.................................................................................14
A. Sejarah Lahirnya Akuntansi Syariah (Islam)..................................................14
B. Pengertian akuntansi Syariah...........................................................................16
C. Prinsip umum akuntansi Syariah......................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

ii
BAB I

Akuntansi (Al-Muhasabah) dalam Islam

A. Pengertian Akuntansi (Al-Muhasabah) dalam Islam


Ahli fiqih menganggap bahwa istilah ”muhasabah” sama artinya dengan
catatan keuangan. Al-Qalqasyandi mengatakan dalam bukunya, Shubhu al-A’sya
bahwa lafal kitabah dalam bahasa Arab terbagi pada dua bagian utama, yaitu:[1]

1) itabatul insya (menulis karangan), ialah menyusun kalimat-kalimat dan


urutan-urutan makna
2) Kitabatul amwal (menulis/mencatat keuangan), ialah penulisan pemasukan
uang dan pengeluaran serta semua proses lain yang sama dengan itu,
contohnya : pengeluaran upah dan ongkos, catatan Baitulmal dari kas-kas
negara terhadap jenis-jenis uang yang harus diambil dan yang harus
didistribusikan.

Imam Al-Ghazali memberikan pengertian yang lebih luas dimana arti


Muhasabah juga adalah ”pendataan”, ”penghitungan” serta ”perdebatan”, Al-
Ghazali mengatakan :

”Bermuhasabah dengan seorang kawan adalah, kita harus mengetahui modal


pokok diluar keuntungan dan kerugian, supaya dia dapat mengetahui kelebihan
dan kekurangan. Jika terdapat kelebihan hasil, ia akan mengambilnya dan
berterima kasih kepada kita. Akan tetapi, jika yang ada hanya kerugian, ia akan
memintanya dengan suatu jaminan untuk menjamin mendapatkan kekurangan itu
kembali di waktu yang akan datang”

Dengan demikian maka Muhasabah berarti pendataan, pembukuan, dan


juga semakna dengan musa-alah (perhitungan), perdebatan, serta penentuan
imbalan/balasan seperti yang diterapkan dalam lembaga-lembaga negara, lembaga
baitulmal, undang-undang wakaf, mudharabah, syirkah, dsbnya.

3
Dari penjelasan diatas maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian
muhasabah dalam Islam meliputi dua sisi yaitu :

 Pembukuan keuangan (menghitung dan mendata semua transaksi


keuangan)
 Perhitungan, perdebatan, dan pengimbalan

Kedua arti diatas saling berhubungan dan sukar untuk dipisahkan oleh karena
sukar untuk membuat perhitungan (musa-alah) tanpa adanya data-data, dan juga
tidak ada gunanya data-data tanpa dilanjutkan dengan perhitungan-perhitungan
dan perdebatan.

Dalam literatur lain, (Akuntansi Sosial Ekonomi dan Akuntansi Islam, Sofyan S.
Harahap,hal 65) dinyatakan bahwa Akuntansi Islam adalah :

”Postulat, standar, penjelasan dan prinsip akuntansi yang menggambarkan semua


hal... sehingga akuntansi Islam secara teoritis memiliki konspe, prinsip, dan tujuan
Islam juga. Semua ini secara serentak berjalan bersama dibidang ekonomi, sosial,
politik, idiologi, etika, kehidupan, keadilan dan hukum Islam. Akuntansi dan
bidang lain itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkn.”

B. Ayat Qur’an tentang Akuntansi Islam


Dasar hukum Akuntansi Islam bersumber dari Al Quran, Sunah Nabwiyyah,
Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu, dan
‘Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Dasar
hukum Akuntansi Islam di dalam Al-Qur’an, adalah Surat Al-Baqarah, ayat 282
menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan transaksi, dasar-dasarnya, dan manfaat-
manfaatnya, berikut kutipan nya :

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara


tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu

4
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

[179]. Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa
dan sebagainya.

Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang


mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan
pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang dikelompokkan dalam
account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva, utang, modal, hasil, biaya,
dan laba. Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil,
jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan
ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya.

Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah
Asy-Syu’ara : 181-184 yang berbunyi:

5
”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan membuat kerusakan dan bertakwalah kepada Allah yang telah
menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu.”

Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut


Umer Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan,
biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan
secara benar dan adil.

Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil, jangan
dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran
dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya.. Dalam
hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-
Syu’ara ayat 181-184 yang berbunyi:”Sempurnakanlah takaran dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan
yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang
dahulu.”[2]

Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut, menurut Dr. Umer
Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya,
dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara
benar dan adil. Agar pengukuran tersebut dilakukan dengan benar, maka perlu
adanya fungsi auditing. Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun”
sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Kemudian, sesuai dengan perintah Allah

6
dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk
pos-pos yang disajikan dalam Neraca,

sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’ ayat 35 yang berbunyi: “Dan


sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah Akuntansi
dalam konsep Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan dasar-dasar hukum
yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam
dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik
dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan
menjadi pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.

Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah


Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa
tertentu), dan ‘Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah
Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi dalam Islam, memiliki karakteristik khusus yang
membedakan dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi
Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin
ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan
Akuntansi tersebut.

C. Tujuan Akuntansi Islam


Dalam buku berjudul Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah karya Prof.
Sofyan Syafri Harahap, dinyatakan bahwa tujuan dari Akuntansi Syariah adalah :
[3] “Membantu semua pihak yang berkepentingan agar tanggungjawab (amanah)
yang dibebankan kepadanya dalam menjalankan suatu organisasi/perusahaan
dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah dan pemberi amanah atau syariah
dengan tujuan agar seluruh kegiatan perusahaan diridoi Allah SWTserta pada
akhirnya semua pihak yang terlibat dapat mencapai tujuan utama Al-Falah dan
Akhirnya Sorga Jannatun Na’im Bila dicermati mendalam, dapat diambil benang
merah bahwa akuntansi dalam Islam ber-fungsi dan ber-tujuan sebagai : (1) Media

7
Penyedia Informasi bagi seluruh pihak yang terlibat dalam suatu aktivitas usaha
(2) Media Akuntabilitas (laporan pertangungjawaban dari manajemen kepada
stakeholders (3) Tujuan akhir dari Akuntansi Syariah adalah suatu usaha manusia
di bidang ekonomi yang dilakukan dalam rangka mencapai falah(kemenangan
dunia-akhirat) yang diridoi oleh Allah SWT. Kalimat penting yang harus menjadi
dipahami adalah Falah atau kebahagiaan dunia dan akhirat. Seseorang yang ingin
mendapatkan kebahagian dunia akhirat dituntut harus mampu berjalan pada ‘jalan
Ilahi’. Artinya, tunduk dan patuh pada peraturan dan ketentuan yang telah Allah
SWT ciptakan, khususnya dalam aturan yang terkait dengan Akuntansi Syariah.

Tujuan dari Akuntansi Syariah dapat diterjemahkan ke dalam seluruh aspek


dari akuntansi mulai dari postulat, konsep, prinsip, standard dan out putyang
merupakan bagian integral dari akuntansi syariah. Dalam literatur lain,
dikemukakan beberapa tujuan terpenting dari Akuntansi menurut Islam yaitu sbb :

 Untuk memelihara uang (Hifzul Amwal)


 Eksistensi al-Kitabah ”Pencatatan” ketika ada perselisihan
 Dapat membantu dalam mengambil keputusan
 Menentukan hasil-hasil usaha yang akan di zakatkan
 Menentukan dan menghitung hak-hak kawan yang berserikat
 Menentukan imbalan, balasan, atau sanksi.

8
BAB II

Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia


A. Pengertian Pasar Modal Syariah
Pengertian pasar modal sebagaimana pasar secara umumnya, yaitu tempat
bertemunya penjual dan pembeli. Disini yang diperjualbelikan adalah modal atau
dana. Jadi, pasar modal mempertemukan penjual modal/ dana dengan pembeli
modal atau dana. Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang ataupun modal, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authoritise
maupun perusahaan swasta. Dana-dana jangka panjang yang berbentuk utang
biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang yang merupakan
dana modal berbentuk saham.

Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal
syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan
perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional
terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar
syariah. Secara umum, konsep pasar modal syariah dengan pasar modal
konvensional tidak jauh berbeda, meskipun dalam konsep pasar modal syariah
disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang
bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur
ribawi, serta transaksi saham dengan menghindari berbagai praktik
spikulasi(Umam, 2013:34).

B. Prinsip Pasar Modal Syariah


Pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terbebas dari hal-hal
yang diarang dalam ajaran Islam, seperti riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain.
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003

9
bersama dengan penandatanganan MOU antara Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dengan Dewan

Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)(Suryomukti, 2011:118).

1. Fatwa MUI Terkait Pasar Modal Syariah

Berikut adalah fatwa-fatwa terkait pasar modal syariah yang bisa dijadikan
pedoman:

a. Fatwa nomor 20/DSM-MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan


investasi untuk Reksadana Syariah.
b. Fatwa nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah.
c. Fatwa nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat Berharga Syariah.
2. Kaidah Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Pasar Modal Syariah

Perusahaan yang terdaftar di pasar modal harus mematuhi kaidah-kaidah


syariah. Kaidah-kaidah tersebut antara lain:

a. Menghindari bentuk monopoli, yaitu strategi pasar yang menghambat


pasar lain untuk berpartisipasi;
b. Mengikuti ajaran yang wajar dalam tingkatannya sebagai penjual atau
pembeli barang dan jasa;
c. Tidak menimbun Barang atau membuat skenario kelangkaan jasa dengan
tujuan meningkatkan harga produk atau jasa;
d. Menghindari kegiatan pemerasan, diskriminasi, dan pembatasan kegiatan
perdagangan(Suryomukti, 2011:111-112).

C. Jenis Efek Syariah


Efek syariah mencakup saham syariah, obligasi syariah, reksa dana syariah,
Kontrak Investasi Kolektiv Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat
berharga lain yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah(Manan, 2012:91).

1. Saham Syariah

10
Saham merupakan surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan saham patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka
panjang (Manan, 2012:93).

Saat ini ada dua pengelola efek saham di Indonesia yaitu, Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek surabaya (BES). Jakarta Islamic Index (JII)
merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan
Danareksa Investment Management(Manan, 2012:114).

2. Obligasi Syariah (sukuk)

Obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan


kepada tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya. Tingkat
pendapatan dalam obligasi syariah berdasarkan kepada tingkat rasio bagi hasil
(nisbah) yang besarnya telah disepakaati oleh pihak emiten dan investor. Dalam
sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak Wali Amanat maka mekanisme
obligasi S[s]yariah juga diawasi oleh Dewan Pengawasan Syariah (di bawah
Majelis Ulama Indonesia) sejak dari penerbit obligasi(Sutedi, 2009:126-127).

3. Reksa Dana Syariah

Reksa dana adalah suatu bentuk usaha kolektif yang memungkinkan bagi
investor yang memiliki tujuan investasi sejenis untuk mengumpulkan dananya,
agar dapa diinvestasikan dalam bentuk portofolio oleh manajer investasi. Dalam
pengelolan investasinya mengacu kepada syariat Islam. Reksa dana syariah tidak
menginvestasikan produknya yang bertentangan pada syariat Islam(Manan,
2012:150-151).

4. Efek Baragun Aset Syariah

Dengan efek ini, perusahaan yang tengah membutuhkan dana besar yang
mendesak dan tidak ingin terkena kewajiban pembayaran bunga kredit, maka
perusahaan bisa mengeluarkan efek yang nilainya dijamin dengan aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Aset yang digunakan tersebut harus telah mendapatkan
penilaian dari penilai (appraisal)(Manan, 2012:175).

11
D. Kendala dan Kunci Sukses dalam Pasar Modal Syariah
Keberhasian pasar modal syariah tidak cukup hanya dengan penciptaan pasar
yang beroperasi sesuai dengan ajaran Islam.

1. Kendala Dan Tantangan Pasar Modal Syariah

Pertama, hingga saat ini belum ada ketentuan yang melegitimasi pasar
modal syariah dari pemerintah seperti undang-undang dan peraturan lainnya.
Perkembangan pasar modal syariah saat ini terjadi karena pemerintah pelaku pasar
yang menginginkan pasar modal syariah. Namun, karena belum ada perundang-
undangan yang mengatur investor baru bisa merasakan pasar modal syariah
dengan pendekatan produk, padahal mereka menuntut bursa efek yang murni
syariah dan terlepas dari bursa efek konvensional.

Kedua, selama ini wacana yang berkembang di masyarakat hanyalah


instrumen pasar yang sesuai dengan syariah dan masyarakat Indonesia dapat
dikatakan belum memahami investasi di pasar modal.

Ketiga, pengembangan bursa efek syariah belum mendapatkan dukungan


yang memadai terutama dari kalangan akademisi. Ini dapat dilihat dari minimnya
karya ilmiah dan pengembangan teori berkaitan dengan bursa efek syariah.

Keempat, masih minimnya pemahaman masyarakat Islam berkaitan


dengan dunia investasi pada sektor keuangan sehingga para pelaku dan akademisi
dibidang ekonomi meragukan daya tahan bursa efek syariah dibandingkan bursa
efek konvensional(Nafik, 2009:328-329).

2. Kunci Sukses Pasar Modal Syariah

Pertama, faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal


syariah adalah suplay sekuritas, atau jumlah sekuritas yang ditawarkan emiten.
Semakin banyak sekuritas yang ditawarkan, kondisi pasar akan semakin baik.
Karena itu, sebelum pasar modal didirikan, yang harus dipikirkan adalah berapa
banyak perusahaan di suatu negara.

12
Kedua, faktor demand sekuritas. Selain banyaknya perusahaan yang mau
listing, keberhasilan pasar modal harus ditunjang oleh keberadaan investor yang
memiliki dana cukup untuk membeli sekuritas di pasar modal.

Ketiga, faktor kondisi perekonomian dan sekuritas. Stabilitas politik


sangat berpengaruh kepada perekonomian suatu negara sehingga mempengaruhi
supplay dan demand di pasar modal. Pada akhirnya hal itu mempengaruhi prospek
emiten.

Keempat, faktor hukum dan peraturan. Jaminan hukum untuk melindungi


investor, mulai dari kebenaran informasi yang diterbitkan hingga kecepatan,
ketepatan, keakuratan, dan kelengkapan informasi yang diterbitkan, mutlak
diperlukan.

Kelima, peran lembaga-lembaga pendukung. Keberhasilan pasar modal


harus didukung oleh lembaga-lembaga yang amanah dan profesional. Lembaga-
lembaga pasar modal seperti akuntan publik, konsultan hukum, wali amanah,
lembaga clearing dan underwriter, harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah
dalam menjalankan tugas mereka(Nafik, 2009:323-328).

13
BAB III

Konsep Dasar Akuntansi Syariah


A. Sejarah Lahirnya Akuntansi Syariah (Islam).
Akuntansi dalam Islam bukanlah merupakan ilmu yang baru hal ini dapat di
lihat dalam peradaban Islam yang pertama sudah memiliki ”Baitul Mal ”
yangmerupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai ”Bendara Negara”
serta menjamin kesejahteraan sosial. Sejak itu masyarakat muslim telah memiliki
jenis akuntansi yang disebut ”Kitabat Al-Amwal” (pencatatan uang) tulisan ini
telah muncul sebelum double entry ditemukan oleh Lucas Pacioli di Italia pada
tahun 1494.

Dalam sejarah membuktikan bahwa ternyata Islam lebih dahulu mengenal


system akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800
tahun lebih dahulu dari Lucas Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun
1494. Setelah munculnya Islam di Semenanjung Arab dibawah kepemimpinan
Rasulullah SAW, serta telah terbentuknya daulah islamiyah di Madinah, mulailah
perhatian Rasulullah untuk membersihkan muamalah maaliah (keuangan) dari
unsur-unsur riba’ dan dari segala bentuk penipuan, pembodohan, perjudian,
pemerasan, monopoli dan segala usaha pengambilan harta orang lain secara batil.
Bahkan Rasulullah lebih menekankan pada pencatatan keuangan. Rasulullah
mendidik secara khusus beberapa orang sahabat untuk menangani profesi ini dan
mereka diberi sebutan khusus, yaitu hafazhatul amwal (pengawas keuangan).
Diantara bukti seriusnya persoalan ini adalah dengan diturunkannya ayat
terpanjang didalam Al-Qur’an, yaitu surat Al-Baqarah ayat 282. Ayat ini
menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan (Kitabah), dasar-dasarnya dan manfaat-
manfaatnya, seperti yang diterangkan oleh oleh kaidah-kaidah hukum yang harus
dipedomi. Dalam hal ini, para sahabat Rasul dan pemimpin umat islam juga

14
menaruh perhatian yang tinggi terhadap pembukuan (akuntansi) ini, sebagai mana
yang terdapat dalam sejarah Khulafaur-Rasyidin.

Adapun tujuan pembukuan bagi mereka di waktu itu adalah untuk mengetahui
utang-utang dan piutang serta keterangan perputaran uang, seperti pemasukan dan
pegeluaran. Juga, difungsikan untuk merinci dan menghitung keuntungan dan
kerugian, serta untuk menghitung harta keseluruhan untuk menentukan kadar
zakat yang harus dikeluarkan oleh masing-masing individu.

Dengan melihat sejarah peradaban Islam diatas, jelaslah bahwa ulama-ulama


fiqih telah mengkhususkan masalah keuangan ini kedalam pembahasan khusus
yang meliputi kaidah-kaidah, hukum-hukum, dan prosedur-prosedur yang harus di
ikuti.

Runtuhnya Khilafah Islamiyah serta tidak adanya perhatian dari pemimpin-


pemimpin Islam untuk mensosialisasikan hukum Islam, serta dengan dijajahnya
kebanyakan negara Islam oleh negara-negara Eropa, telah menimbulkan
perubahan yang sangat mendasar disemua segi kehidupan umat Islam, termasuk
dibidang muamalah keuangan. Pada fase ini perkembangan akuntansi didominasi
oleh pikiran pikiran barat. Para Muslim pun mulai menggunakan sistem akuntansi
yang dikembangkan oleh barat.

Sementara di Indonesia sendiri, akuntansi syari’ah mulai banyak


diperbincangkan pada awal tahun 90-an, tepatnya setelah bank syari’ah pertama
berdiri yakni Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai
oleh majelis ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari ikatan
cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim (Asad
Alhaq, 2010:7). Sedangkan menurut Muhammad (2002:1), perkembangan
akuntansi syari’ah di Indonesia dilatarbelakangi oleh ketidak nyamanan umat
Islam terhadap penyakit dualisme ekonomi-syariah yang sudah cukup lama
membelenggunya. Menurutnya dualisme ini muncul sebagai akibat
ketidakmampuan umat Islam menggabungkan dua disiplin ilmu, yaitu ekonomi
dan syari’ah.

15
B. Pengertian akuntansi Syariah.
Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan
ke dalam bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.
Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk
mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.

American Institute of Certified public Accountants (AICPA) dalam


Muhammad (2002:10) mendefensikan Akuntansi sebagai seni pencatatan,
pengelompokan, pengikhtisaran dengan cara yang tertentu dan dinyatakan dalam
nilai mata uang, semua transaksi serta kejadian yang sedikit-dikitnya bersifat
finansial dan dari catatan itu dapat ditafsirkan hasilnya.

Seni pencatatan artinya dalam melakukan pencatatan diusahakan serapih


mungkin, dengan menggunakan bahasa yang khas dalam akuntansi dan tekhnik
tertentu sehingga menarik dan mudah dipahami oleh para pemakai sedangkan
teknik pengelompokan dan pengikhtisaran dilakukan menurut aturan yang
tercantumdalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Masih dalam Muhammad (2002:10) Accounting Principle Board Statement


No. 4 mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa yang berfungsi untuk
memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu
badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara beberapa alternatif.
Sedangkan menurut American Acounting Association (AAA) dalam Soemarso
SR. (1996 : 5) mendefinisikan akuntansi sebagai proses pengidentifikasian,
pengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya
penilaian-penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut.(1)

Mengidentifikasi artinya mencari/menentukan identitas transaksi ekonomi


untuk kepentingan pengambilan keputusan . Mengukur artinya memberikan

16
penilaian yang dinyatakan dengan uang. Mengkomunikasikan artinya hasil
informasi yang berupa laporan keuangan serta analisisnya dapat dipakai untuk
pengambilan keputusan manajemen.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu


sistem atau teknik dari suatu pencatatan, penggolongan dan peringkasan,
pelaporan dan menganalisa data keuangan yang dilakukan dengan cara tertentu
dan ukuran moneter yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi atau perusahaan. Sedangkan Syari’ah menurut Imam al-Qurthubi adalah
agama yang ditetapkan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri
dari berbagai hukum dan ketentuan. Hukum dan ketentuan Allah itu disebut
syariat karena memiliki kesamaan dengan sumber air minum yang menjadi
sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Makanya menurut Ibn-ul Manzhur syariat
itu artinya sama dengan agama.(2)

Mahmud Syaltut, di dalam Kitab al-Islaam; 'Aqiidah wa Syarii'ah


menyatakan:

Syarii'ah adalah aturan-aturan (system) yang Allah telah mensyariatkannya,


atau mensyariatkan pokok dari aturan-aturan tersebut, agar manusia mengadopsi
aturan-aturan tersebut untuk mengatur hubungan dirinya dengan Tuhannya, dan
hubungan dirinya dengan saudaranya yang Muslim dan saudara kemanusiaannya
(non Muslim), dan hubungan dirinya dengan alam semesta dan kehidupan" (3)

Dari dua defenisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa syari’ah adalah aturan-
aturan yang telah ditetapkan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia
dengan tuhannya, dengan sesamanya dan dirinya sendiri. Syari’ah Islam
mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia baik ekonomi, politik, sosial
dan filsafah moral, termasuk dalam hal akuntansi.

Berdasarkan defenisi istilah akuntansi dan syari’ah dalam pembahasan diatas,


maka kita dapat menyimpulkan bahwa akuntansi syari’ah adalah suatu sistem atau
teknik dari suatu pencatatan, penggolongan dan peringkasan, pelaporan dan
menganalisa data keuangan yang dilakukan dengan cara tertentu dan ukuran

17
moneter yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi atau
perusahaan dengan menggunakan aturan-aturan Islam yang terkandung dalam Al
Qur’an dan As Sunnah.

Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan


humanis, emansipatoris, transendental, dan teologis. Dengan akuntansi syariah,
realitas sosial yang dibangun mengandung nilai tauhid dan ketundukan kepada
ketentuan Allah swt. Dengan demikian pengembangan akuntansi Islam, nilai-nilai
kebenaran, kejujuran dan keadilan harus diaktualisasikan dalam praktik akuntansi
(5)

C. Prinsip umum akuntansi Syariah


Menurut Muhammad (2002:11), dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 282
ada tiga nilai yang menjadi prinsip dasar dalam operasional akuntansi syari’ah
yaitu nilai pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran:

a. Prinsip pertanggungjawaban

Dalam kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai


keharusan untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu
suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku
seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan.

Pertanggungjawaban berkaitan langsung dengan konsep amanah. Dimana


implikasinya dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat
dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban apa yang telah
diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
Pertanggungjawabannya diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan.

b. Prinsip keadilan

Keadilan adalah pengakuan dan prelakuan yang seimbang antara hak-hak


dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila
setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh

18
bagian yang sama dari kekayaan bersama. (6) Prinsip keadilan ini tidak saja
merupakan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan bisnis,
tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melekat dalam fitrah manusia.
Dalam konteks akuntansi keadilan mengandung pengertian yang bersifat
fundamental dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika/syariah dan moral, secara
sederhana adil dalam akuntansi adalah pencatatan dengan benar setiap transaksi
yang dilakukan oleh perusahaan.

Dalam Al Quran disampaikan bahwa kita harus mengukur secara adil,


jangan dilebihkan dan jangan dikurangi. Kita dilarang untuk menuntut keadilan
ukuran dan timbangan bagi kita, sedangkan bagi orang lain kita menguranginya.
Dalam hal ini, Al Quran menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah
Asy-Syura ayat 181-184 yang berbunyi:"Sempurnakanlah takaran dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan timbangan
yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan dan
bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang
dahulu."

c. Prinsip kebenaran

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (oleh Purwadarminta), ditemukan


arti kebenaran, yaitu :

 Keadaan yang benar (cocok dengan hal atau keadaan sesungguhnya);


 Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul demikian halnya);
 Kejujuran, ketulusan hati;
 Selalu izin, perkenanan;
 Jalan kebetulan).

Sedangkan menurut Aristoteles mendefinisikan kebenaran adalah soal


kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang
sebenarnya. Benar dan salah adalah soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan
dengan kenyataan sebagaimana adanya. Kebenaran terletak pada kesesuaian

19
antara subyek dan obyek yaitu apa yang diketahui subyek dan realitas
sebagaimana adanya. Berdasarkan defenisi-defenisi diatas, jika dikaitkan dengan
akuntansi syari’ah maka kebenaran yang dimaksud adalah kesesuaian antara apa
yang dicatat dan dilaporkan dengan apa yang terjadi sebenarnya dilapangan.

Jika kita kaitkan dengan profesi Akuntan, maka prinsip kebenaran


menyangkut pengukuran kekayaan, utang, modal pendapatan, biaya, dan laba
perusahaan, sehingga seorang Akuntan wajib mengukur kekayaan secara benar
dan adil. Seorang Akuntan akan menyajikan sebuah laporan keuangan yang
disusun dari bukti-bukti yang ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh
sebuah manajemen yang diangkat atau ditunjuk sebelumnya.

Berdasarkan gambar disamping, kita dapat melihat posisi masing-masing


dari ketiga prinsip tersebut dalam, dimana kita melihat diantara ketiga prinsip ini
tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Prinsip-prinsip itulah yang
membentuk system kehidupan umat islam, baik hubungan dengan Tuhannya,
dirinya atau masyarakat disekitarnya.

Menurut M. Syafii Antonio yang dikutip oleh Istutik (2011), prinsip-


prinsip akuntansi syariah dalam perspektif Islam meliputi,

a) Prinsip pertama; Legitimasi Muamalat

Legitimasi muamalat disini harus dipandang secara luas, karena wajib bagi
orang-orang yang melakukan kegiatan akuntansi untuk menolak penyajian setiap
informasi keuangan, apabila diketahui atau timbul keraguan bahwa tujuan dari
penggunaanya adalah untuk menyempurnakan transaksi atau perdagangan yang
tidak syah menurut syari’at. Apabila sesorang yang bekerja dibidang akuntansi
karena suatu sebab harus menyajikan analisa atau informasi mengenai keuangan
yang mengandung penyimpangan dari syari’at Islam, baik secara samar maupun
terang-terangan, maka minimal dia harus memberikan isyarat atau tanda pada
uraian atau tafsirannya terhadap informasi tersebut.

Legitimasi muamalat itu tidaklah terbatas ruang lingkupnya sebagaimana


diatas, bahkan juga mnecakup pihak-pihak yang bermuamalah, disamping segi-

20
segi kegiatan akuntansi. Yang kami maksudkan dengan pihak-pihak bermuamalat
itu adalah kedua belah pihak yang bermuamalat. Pihak pertama yaitu yang
membentuk perusahaan atau para pemegang saham dan pihak kedua adalah orang-
orang yang berkepentigan dengan mereka.

b) Prinsip kedua

Dalam prinsip kedua ini mengandung syakhshiyyah i’tibariyyah,


syakhshiyyah qanuniyyah dan wahdah muhasabiyyah.

 Syakhshiyyah I’tibariyyah ( Entitas Spiritual )

Syakhshiyyah I’tibariyyah adalah adanya pemisahan kegiatan investasi


dari pribadi yang melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi tersebut. ada
dua permasalahan yang mempengaruhi dan akan terpengaruh dengan konsep
syakhshiyyah i’tibariyyah ini. Pertama, berkaitan dengan harta-harta yang di
investasikan itu sendiri dan kaitannya dengan harta-harta pribadi tersebut. Kedua,
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pemilik kepemilikan
yang bersifat lahiriah, sebagai akibat atau hasil dari kegiatan investasinya.

 Syakhshiyyah Qanuniyyah ( Legal Entity )

Syakhshiyyah Qanuniyyah adalah suatu ungkapan mengenai entitas yang


terpisah, yang memungkinkannya untuk menuntut pihak lain secara langsung
dalam sifatnya sebagai suatu pribadi, sebagaimana dimungkinkan pula bagi pihak
lain untuk menuntutnya secara langsung pula, dalam sifatnya sebagai suatu
pribadi.

 Wahdah Muhasabiyyah ( Kesatuan Akuntansi )

Wahdah Muhasabiyyah adalah kerangka dasar yang menentukan ruang


lingkup kegiatan akuntansi ditinjau dari sisi apa yang harus dimuat oleh buku-
buku akuntansi dan apa yang harus diangkat oleh laporan keuangan baik
berbentuk data keuangan yang sudah dikenal ataupun yang lain. Oleh karena itu,
permasalahan yang harus dikaji untuk menentukan wahdah muhasabiyyah itu
adalah masalah kebutuhan terhadap informasi keuangan. Kebutuhan informasi

21
keuangan itulah yang akan terealisir pada akhirnya, yang diungkapkan dalam
laporan keuangan.

c) Prinsip ketiga; Istimrariyyah ( Kontinuitas )

Istimrariyyah adalah prinsip yang keberadaannya dapat memberi


pandangan bahwa perusahaan itu akan terus menjalankan kegiatannya sampai
waktu yang tidak diketahui, dan likuidasinya merupakan masalah pengecualian,
kecuali jika terdapat indikasi mengarah kepada kebalikannya. berdasarkan
pendefinisian terhadap prinsip ini maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut
ini: umur perusahaan tersebut tidak tergantung pada umur para pemiliknya prinsip
ini merupakan bagian dari fitrah dari manusia yang Allah SWT ciptakan manusia
atas dasar fitrah tersebut prinsip ini dalam kaitannya dengan usaha investasi,
merupakan suatu kaidah yang umum sebagai akibat dari prinsip ini, maka seluruh
transaksi-transaksi,dan tindakan-tindakan manajemen, baik intern maupun
ekstern, haruslah menjadikan prinsip ini sebagai pelajaran, mulai dari penentuan
asas pendanaan kegiatan investasi sampai pengukuran hasil-hasil akhir dan
pengilustrasian hasil-hasil kegiatan dan neraca yang menentukan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sesungguhnya penerapan prinsip ini haruslah
memperhatikan faktor-faktor pasar, baik segi penambahan, pengurangan,
perluasan, dan penyempitan dari faktor-faktor yang mempunyai hubungan secara
langsung dengan kelangsungan kegiatan.

d) Prinsip keempat; Muqabalah ( Matching )

Muqabalah adalah suatu cermin yang memantulkan hubungan sebab akibat


antara dua sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga hasil atau dari hubungan
tersebut dari segi yang lainnya. Sebab, setiap sesuatu yang terjadi, pasti karena
adanya suatu tindakan yang mendahuluinya, yang didasari oleh tujuan tertentu.
Dan untuk selanjutnya, kedua kejadian tersebut harus saling dikaitkan guna
mengetahui pengaruh-pengaruh yang di akibatkannya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Http://irham-anas.blogspot.com/2011/06/seputar-akuntansi-syariah.html
Http://go.microsoft.com/2008/24/01/akuntansi-dalam-islam.html

Harahap, Sofyan Safri. Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah. Pustaka
Quantum;Jakarta.2008.

Manan, Abdul. 2012. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar


Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nafik, Muhammad. 2009. Bursa Efek Dan Investasi Syariah. Jakarta: Serambi.

Suryonomukti, Wiku. 2011. Super Cerdas Investasi Syariah Hidup Kaya Raya,


Mati Masuk Surga. Jakarta: Qultum Media.

Sutedi, Andrian. 2009. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta: Sinar Grafika.

Umam, Khaerul. 2013. Pasar  modal Syariah. Bandung: Pustaka Setia.

Alhaq, Asad, dkk. 2010. Makalah; Perkembangan Entitas Syariah dan Standar
Akuntansi Syariah Yang Berlaku. Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Fakutas
Ekonomi, Jurusan Akuntansi

Muhammad. 2002. Pengantar Akuntansi Syari’ah. Jakarta: Salemba Empat

Laode. Syamril. 2011.Pengertian Akuntansi Menurut Para Ahli. Web.


http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061502-pengertian-
akuntansi-menurut-para-ahli/#ixzz1cGt64d6I). 29 November 2011

ISTUTIK.2011. PRINSIP AKUNTANSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM. WEB


HTTP://BLOG.STIE-MCE.AC.ID/ISTUTIK/2011/10/04/PRINSIP-

AKUNTANSI-DALAM-PERSPEKTIF-ISLAM/. 29 NOVEMBER 2011

23
Riyana.2010. Kebenaran. Web. http://www.scribd.com/doc/41008947/tugas-arti-
kebenaran. 29 November 2011

Ambardi. Abu Fitri. 2010. Akuntansi Syariah : Sejarah Perkembangan dan


Implementasi. Web. (http://abufitriambardi.blogspot.com/2010/09/akuntansi-
syariah-sejarah-perkembangan.html. 29 November 2011

24

Anda mungkin juga menyukai