Anda di halaman 1dari 68

BAB I

KRISTALOGRAFI

1.1. Dasar Teori

Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
 Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
 Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-
proses fisika.
 Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri, mengandung Pengertian:
 Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
 Macam bentuk dari bidang kristal tetap.
 Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

Kristalografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.

 Sifat Geometri
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal; yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar
yang membatasinya.

 Perkembangan dan pertumbuhan kenampakan bentuk luar


Bahwa disamping mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada
situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal
dengan bentuk kristal yang lain yang masih dalan satu sistem Kristalografi,
ataupun dalam arti kembaran dari Kristal yang terbentuk kemudian.

 Struktur Dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
Parameter dan Parameter Rasio.

 Sifat Fisis Kristal


Sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya
kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk yang dibatasi oleh bidang-
bidang kristal, sehingga akan dikenal 2 zat yaitu Kristalin dan Nonkristalin.

1.2. Gambar Kristal

1.2.1 Sumbu dan Sudut Kristalografi


Sumbu Kristalografi ialah suatu garis lurus yang dibuat melalui pusat
kristal. Kristal mempunyai bentuk 3 dimensi, yaitu panjang, lebar dan tebal
atau tinggi. Tetapi dalam penggambarannya dibuat 2 dimensi sehingga
digunakan Proyeksi Orthogonal.
Sudut (  ) Kristalografi ialah sudut yang dibentuk oleh perpotongan
sumbu-sumbu Kristalografi pada titik potong (pusat kristal).

Gambar 1.1 Sumbu dan Sudur kristalografi


Keterangan sumbu dan sudut:
 Sumbu a : sumbu yang tegak lurus pada bidang kertas.
 Sumbu b : sumbu yang horisontal pada bidang kertas.
 Sumbu c : sumbu yang vertikal pada bidang kertas.
  ialah sudut yang dibentuk antara Sb b dan Sb c.
  ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb c.
  ialah sudut yang dibentuk antara Sb a dan Sb b.

I.2Tujuan Praktikum Kristalografi


Tujuan dilaksanakannya Praktikum Kristalografi adalah untuk :
 Menentukan sistem kristal dari bermacam bentuk kristal atas dasar
panjang, posisi dan jumlah sumbu simetri kristal yang ada pada setiap bentuk
kristal.
 Menentukan Klas Simetri atas dasar jumlah unsure simetri setiap kristal
 Menggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter
rasio, jumlah dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang dimiliki oleh
semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi orthogonal.

1.3 Dasar Pembagian Sistem Kristalografi


Sistem Kristalografi dibagi menjadi 7 sistem, ini didasarkan kepada:
 Perbandingan panjang sumbu-sumbu Kristalografi.
 Letak atau posisi sumbu Kristalografi.
 Jumlah sumbu Kristalografi.
 Nilai sumbu C atau sumbu vertikal.

1.4 Alat – alat Pratikum yang Digunakan

Selama kegiatan praktikum kristalografi berlangsung praktikan wajib


membawa peralatan yang digunakan selama kegiatan praktikum berlangsung,
yaitu :
 Alat tulis
 Jangka
 Busur
 Pensil warna
 Spidol warna
 Lembar sementara
 Penggaris panjang
 Penggaris segitiga siku-siku dan sama kaki
(Hk0)

Gambar1.2. Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu


Kristalografi

Soal pra praktikum


Buatlah sketsa mineral yang mempunyai sistem Kristal Reguler !
A. Sistem Reguler
(Cubic = Isometric = Tesseral = Tessuler)

Ketentuan:
Sumbu : a = b = c Menurut Herman
Sudut : =  =  = 900 Mauguin
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga
Sb a. Bagian pertama:
menerangkan nilai sumbu a
Cara Menggambar:
a+ / b¯= 300 (Sb a, b, c), mungkin
a : b¯: c = 1 : 3 : 3 bernilai 4 atau 2 dan ada
tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan

4 2
dengan : , 4 , ❑ , ,2
m 4 m
Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf “m” menunjukan adanya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian Kedua: menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang
bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka


bagian kedua selalu di tulis: 3 atau 3

Bagian Ketiga: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet (diagonal)


bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri diagonal yang tegak
lurus terhadap sumbu diagonal tersebut.Bagian ketiga dinotasikan

2
dengan : , 2, m , atau tidak ada
m

Menurut Schoenflish

Bagian pertama: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
 Jika sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder),
karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c
bernilai 4 adalah bentuk kristal Octahedron.
 Jika sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder),
karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c
bernilai 2 adalah bentuk kristal Tetrahedron.
Bagian kedua: Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika mimiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
Dinotasikan dengan v
- Bidang simetri vertikal (v)
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Mineral dengan sistem kristal Isometric:


Almandine (Fe3Al2(SiO4)3), Aluminium (Al), Bornite (Cu5FeS4), Chromite (FeCr2O4),
Chromium (Cr), Cobalt (Co), Copper (Cu), Galena (Pbs), sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl),
Halite (NaCl), Iron-Nickel (Fe-Ni), Leucite (KAlSi 2O6), Magnetite (Fe3O4),
Manganese (Mn), Platinum (Pt), Pyrite (FeS2), Pyrope (Mg3Al2(SiO4)3), Silicone (Si),
native Silver (Ag), Sodalite (Na4Al3(SiO4)3Cl), Sphalerite ((Zn, Fe)S), Spinel
(MgAl2O4, Magnesium Aluminum Oxide), Uraninite (UO2, Uranium Oxide).
Almandine (Fe3Al2(SiO4)3) Bornite (Cu5FeS4)

Intan (C) Nikel (Ni)


B. SISTEM TRIGONAL
(Rhombohedral)

C+ Sumbu : a = b = d  c
Sudut :1 = 2 = 3 = 900
Sudut :1 = 2 = 3 = 1200

d+ Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal, perbedaannya
b+
a+
17o 39o hanya pada Sumbu c bernilai 3. Penarikan
Sumbu a sama dengan pada Sistem Hexagonal.

Dalam sistem regular terdapat ketentuan sebagai berikut :


1. Keadaan sebenarnya
 Jumlah sumbu ada 4, yaitu a = b = d  c
 Sudut : 1 = 2 = 3 = 900, sudut : 1 = 2 = 3 = 1200
 Nilai sumbu c adalah 3
2. Penggambarannya :
 Sudut a+ dengan b- = 170, sudut b+ dengan d- = 390
 Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6

Menurut Herman Mauguin

Bagian pertama: menerangkan nilai sumbu c, dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu c. Bagian ini dinotasikan dengan : 3, 6, 3, 6, 6
m
Bagian Kedua: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini dinotasikan dengan :

2
, 2, m atau tidak ada.
m
Bagian Ketiga: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet

2
tersebut. Bagian ketiga dinotasikan dengan : , 2, m, atau tidak
m
ada.

Menurut Schoenflish

1. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c,


Notasi : D bila sumbu bernilai 2
C bila tidak bernilai
2. Menerangkan nilai sumbu c
Notasi : dituliskan sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C
3. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Notasi : h bila mengandung horizontal
v bila mengandung bidang vertikal atau diagonal
d bila mengandung bidang diagonal

Mineral dengan sistem kristal Trigonal:


Amethyst (SiO2), Arsenic (As), Bismuth (Bi), Calcite (CaCO3), Cinabar (HgS),
Corundum (Al2O3), Dolomite (CaMg(CO3)2), Hematite (Fe2O3), Ilmenite (FeTiO3),
Jarosite (KFe3(SO4)2(OH)6), Magnesite (MgCO3), Rhodochrocite (MnCO3), Ruby
(VARIETY OF: Corundum , Al2O3), Sapphire (VARIETY OF: Corundum , Al2O3),
Siderite (FeCO3).
Amethyst (SiO2) Corundum (Al2O3)

Calcite (CaCO3) Hematite (Fe2O3)


C. SISTEM ORTHOROMBIK

(prismatic, rhombic, trimetric)

C+ Ketentuan:
Sumbu : a  b  c
Sudut  =  =  = 900
Sumbu c adalah sumbu terpanjang
Sumbua adalah sumbu terpendek
β α b+ Sumbu a disebut Brachy
30o
γ Sumbu b disebut Macro
a+
Sumbu c disebut Basal

Penggambarannya: sudut a+ dengan b- = 30o; Perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6

Menurut Herman Mauguin

Bagian pertama: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus

2
terhadap sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : , 2, m
m
Bagian Kedua: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini

2
dinotasikan dengan : , 2, m.
m
Bagian Ketiga: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Bagian ketiga dinotasikan

2
dengan : : ,2
m
Menurut Schoenflish

1. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus (sumbu lateral) dengan sumbu c,
Notasi : D bila sumbu bernilai 2
C bila tidak bernilai
2. Menerangkan nilai sumbu c
Notasi : dituliskan sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C
3. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Notasi : h bila mengandung horizontal
v bila mengandung bidang vertikal atau diagonal
d bila mengandung bidang diagonal

Mineral dengan sistem kristal Orthorhombic:


Adamite (Zn2AsO4(OH)), Andalusite (Al2SiO5), Aragonite (CaCO3), Arsenopyrite
(FeAsS), Barite (BaSO4), Cordierite (Mg2Al4Si5O18), Forsterite ((Mg,Fe)2SiO4),
Geothite (FeO(OH)), Hypersthene ((Mg, Fe)SiO3), Natrolite (Na2Al2Si3O10-2H2O),
Peridot (VARIETY OF: Olivine , (Mg, Fe)2SiO), Sillimanite (Al2 SiO5), Stibnite
(Sb2S3), Sulfur (S).

Aragonite (CaCO3) Sulfur (S).


Geothite FeO(OH) Barite (BaSO4),
D. Sistem Tetragonal
(quadratic)

C+ Ketentuan:
Sumbu : a = b  c
Sudut : =  =  = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a
atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut
bentuk Columnar
α Bila Sb c
β b+ lebih
30o pendek
γ
a+ dari Sb a
dan Sb b
disebut

SIMBOL KRISTALOGRAFI
Menurut Herman Mauguin
Bagian pertama: menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.Bagian ini

4 ❑
dinotasikan dengan : , ,4
m 4
Bagian Kedua: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.Bagian ini

2
dinotasikan dengan: , 2, 2 atau tidak ada.
m
Bagian Ketiga: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet
tersebut.Bagian ketiga dinotasikan dengan : 2 , 2, m , atau tidak ada
Contoh :
4 2 2 4 2 2
- Klas Ditetragonal bipyramidal…………… m m m  m m m
- Klas Tetragonal trapezohedral……………4 2 2  4 2 2
- Klas Ditetragonal pyramidal……………… 4 mm  4 mm

- Klas Tetragonal scalenohedral………… .. 42m  42m


4 4
−−
- Klas Tetragonal bipyramidal…...………… m  m

- Klas Tetragonal pyramidal…………………4  4 −−

- Klas Tetragonal Bisphenoidal…….………. 4  4 −−

Menurut Schoenflish
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di
sebelahkanan agak bawah dari notasi D atau C. Contoh: D 2, C2, D3,
C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Klasifikasi Kristal

Terdapat 32 klas Kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut.
Sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas yaitu: tetragonal pyramidal,
tetragonal trapezohedral, tetragonal bipyramidal, ditetragonal pyramidal, ditetragonal
bipyramidal, tetragonal tetrahedral, tetragonal scalenohedral,

Cara Menggambar Sistem Kristal Tetragonal:


Tetragonal Prisma Orde I
a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
b. Membuat garis a-/b+ = 30o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-
d. Membuat proyeksi garis yang merupakan pencerminan 1 bagian a+, a-
e. Menuju bagian ketiga dari sumbu b+
f. Menuju bagian ketiga dari sumbu b-
g. Membuat proyeksi bidang dari horizontal seperti langkah kedua tadi
h. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c+
i. Memproyeksikan bidang menuju bagian ketiga dari sumbu c-

Chalcopyrite (CuFeS2), Crystobalite (SiO2), Hausmannite ((Mn+2) (Mn+3)2O4),


Pyrolucite (MnO2), Rutile (TiO2).
Hausmannite Mn3O4 Chalcopyrite (CuFeS2)
E. Sistem Heksagonal

Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
C+
Sumbu a : = b = d  c
Sudut :1 = 2 = 3 = 900
Sudut :1 = 2 = 3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang
horisontal dan membentuk  600.
d+
Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek
dari Sb a.
b+ Cara menggambar:
17o 39o
a+ a+ / b¯ = 170
b+ / d¯ = 390
b:d:c:=3:1:6

Simbol Kristalografi
Menurut Herman Mauguin
❑ ❑
Bagian pertama: menerangkan nila sumbu c, (mungkin bernilai 6, 6 , 3 , 3 ) ada

tidaknya bidang simetri horisontal yang tegak lurus sumbu c

4 ❑ ❑ ,3
tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : , ,6 ,
m 6 3
Bagian Kedua: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus.Bagian ini dinotasikan dengan :

2
, 2, m atau tidak ada.
m
Bagian Ketiga: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet

2
tersebut.Bagian ketigadinotasikan dengan : : , 2, m, atau tidak ada
m

Contoh :
6 2 2 6 2 2
- Klas Dihexagonal bipyramidal……….. m m m  m m m

- Klas Dihexagonal trapezohedral…...... 6 2 2  6 2 2


- Klas Dihexagonal pyramidal…............ 6 m m  6 m m
6 6
−−
- Klas Hexagonal bipyramidal…........... m  m

- Klas Hexagonal pyramidal…...............6 6−−

Menurut Schoenflish
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral
(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C. Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Klasifikasi Kristal
Terdapat 32 klas Kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut.
Sistem Heksagonal mempunyai tujuh kelas yaitu: trigonal bipyramidal,
ditrigonal bipyramidal, hexagonal pyramidal, hexagonal trapezohedral, hexagonal
bipyramidal, dihexagonal pyramidal, dihexagonal bipyramidal,

Cara Menggambar Sistem Kristal Hexagonal:


Hexagonal Prisma Orde I dan Hexagonal Bipyramid Orde I
a. Membuat perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
b. Membuat garis a-/b+ = 30o
c. Memberi keterangan pada garis-garisnya seperti tanda a+, a-, b+, b-
d. Buat garis yang sejajar dengan sumbu b hingga memotong sumbu a
e. Buat garis yang sejajar dengan sumbu a ke garis atau titik yang memotong
sumbu b pada langkah b.
f. Buat garis-garis tersebut hingga membentuk suatu bidang yang berbentuk segi
enam.
g. Hubungkan setiap titik-titik pada garis tersebut sehingga membentuk bidang
alas dan atap berbentuk segi enam pada bangun tersebut
h. Untuk membuat kristal Hexagonal Bipyramid Orde I kita dapat memodifikasi
dari gambar Hexagonal Prisma Orde I yaitu dengan menghubungkan titik-titik
sudut dari bidang bidang segi enam pada bagian tengah kristal ke titik pusat
bidang alas dan atap.

Mineral dengan sistem kristal Hexagonal:


Apatite (Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)), Aquamarine (variasi dari Beryl: Be 3Al2Si6 O18),
Graphite (C), Molybdenite (MoS2), Nepheline ((Na, K)AlSiO4), Titanium (Ti).

Apatit Ca5(PO4)3(OH,F,Cl) Tumbled Blue Apatite

Rough Golden Apatite Crystal Rough Natural Blue Apatite


F. Sistem Monoklin
(obliq, monosymetric, clinorhombic, hemiprismatic, monoclinohedral)

C+ Ketentuan:
Sumbu : a  b  c
Sudut : =  = 900 900
Sumbu a disebut Clino
Sumbu b disebut Ortho
Sumbu c disebut Basal

β α b+ Cara menggambar
a+ / b¯ = 450
45o γ a:b:c=1:4:6
a+ Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek

Menurut Herman Mauguin


Hanya ada satu bagian, yaitu menerangkan nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus sumbu b tersebut.

Menurut Schoenflish
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral
(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C. Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Mineral dengan sistem kristal Monoklin:


Acanthite/argentite (Ag2S), Actinolite (Ca2(Mg, Fe)5Si8O22(OH)2), Aegirine
(NaFeSi2O6), Artinite (Mg2CO3(OH)2 - 3H2O), Augite ((Ca, Na)(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2
O6), Biotite (K (FE, Mg)3 AlSi3 O10 (F, OH)2), Chlorite ((Fe, Mg,
Al)6(Si,Al)4O10(OH)8), Diopside (CaMgSi2O6), Epidote(Ca2(Al, Fe)3(SiO4)3(OH)),
Glaucophane (Na2 (Mg, Fe)3Al2Si8O22(OH)2), Gypsum (CaSO4-2(H2O)), Hornblede
Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2,, Hydroboracite (CaMgB6O11 - 6H2O), Jadeite
(Na(Al, Fe)Si2O6), Malachite (Cu2(CO3)(OH)2), Montmorillonite ((Na, Ca)(Al,
Mg)6(Si4O10)3(OH)6 - nH2O), Muscovite (KAl2(AlSi3O10)(F, OH)2), Orthoclase
(KAlSi3O8), Phlogopite (K Mg3AlSi3O10(OH)2), Psilomelane (No fixed formula, but
sometimes Ba(Mn+2)(Mn+4)8O16(OH)4 is used, Barium Manganese Oxide
Hydroxide), Sanidine (KAlSi3O8), Sphene (CaTiSiO5, Calcium Titanium Silicate),
Talc (Mg3Si4O10(OH)2), Tremolite (Ca2Mg5Si8O22(OH)2, Calcium Magnesium Silicate
Hydroxide), Tridymite (SiO2).
Hornblede Ca2(Mg, Fe, Al)5 (Al, Si)8O22(OH)2 Jadeite (Na(Al, Fe)Si2O6)

Orthoclase (KAlSi3O8)

B.
G. Sistem Triklin

(anorthic, asymmetric, clinorhombohedral)

Ketentuan:
Sumbu : a  b  c
Sudut : 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal

Cara menggambar:
a+ / c¯ = 450
b+ / c¯ = 800

PENENTUAN KLAS SIMETRI

Menurut Herman Mauguin


Sistem ini hanya ada 2 klas simetri, yaitu:

1. Mempunyai titik simetri.................klas pinacoidal, notasi : 1

2. Tidak mempunyai unsur simetri.................klas assymetric, notasi : 1

Menurut Schoenflish
Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Trinklin

Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C.
Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.

Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.


Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d

Klasifikasi Kristal

Sistem Triklin mempunyai dua kelas yaitu: pinacoidal, pedial


Mineral dengan sistem kristal Triklin:
Albite (NaAlSi3 O8), Andesine (Na(70-50%) Ca(30-50%) (Al, Si)AlSi2 O8), Anorthite
(CaAl2 Si2 O8), Bytownite (Ca(70-90%) Na(30-10%) (Al, Si)AlSi 2 O8), Kaolinite
(Al2Si2O5(OH)4), Kyanite (Al2 SiO5), Labradorite (Ca(50-70%) Na(50-30%) (Al,
Si)AlSi2 O8), Microclin (KAlSi3 O8), Oligoclase (Na(90-70%) Ca(10-30%) (Al,
Si)AlSi2 O8), Rhodonite ((Mn, Fe, Mg, Ca)5(SiO3)5), Turqouise
(CuAl6(PO4)4(OH)8*5(H2O), Hydrated Copper Aluminum Phosphate).
Turqouise (CuAl6(PO4)4(OH)8*5(H2O)

Kyanite (Al2 SiO5)


BAB II
MINERALOGI FISIK

Maksud dan Tujuan


1. Mengidentifikasi secara fisik dari mineral
2. Mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral 

Alat-alat yang dipergunakan


1. Skala kekerasan Mohs
2. Keping porselin
3. Loupe
4. Timbangan analitik
5. Piknometer
6. Magnit

2.1 Definisi Mineral


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara
terjadinya dan kegunaannya.
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959
“Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun teratur”.
2. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
“Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik”.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
“Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu atau dalam batas-batas tertentu
dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil suatu
kehidupan”.

Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomali atau
suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral,
walaupun tidak termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat
dibuat suatu definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi
tidak menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral mempunyai sifat
sebagai : bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur
tunggal atau senyawa.

2.2 Batasan-batasan definisi mineral :


1. Suatu bahan alam :
2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :
3. Pada umumnya anorganik
4. Homogen :
Mineralogi dibagi menjadi 2 bagian :
1. Mineralogi fisik
2. Mineralogi kimiawi

2.3 Cara terjadi dan terdapatnya mineral – mineral

Mineral mineral umumnya terbentuk mengikuti empat cara :


1. Terbentuk dari larutan larutan
2. Terbentuk dari magma
3. terbentuk karena sublimasi
4. terbentuk karena metamorfisme
yang terpenting ialah pembentukan dari larutan larutan dan magma – magma. Kristal
kristal mineral yang baik umumnya berasal dari proses penghabluran larutan larutan
magma.

2.2.1 Terbentuk dari larutan larutan

Larutan larutan air yang terdapat dikulit bumi berasal dari salah satu dari dua
kemungkinan :
1. Air permukaan,yang selama perjalanannya melalui batuan batuan akan
melarutkan mineral mineral yang mudah larut dan disebut air meteorick atau air
tanah. Larutan ini umumnya bersifat cair dan dingin. Mineral mineralnya kelak
akan di endapkan didekat atau pada permukaan tanah
2. Air yang terdapat dibagian lebih dalam disebut air magmatis, ialah sisa cairan
yang berasal dari intrusi intrusi batuan yang besar. Pengendapan mineral dari air
magmatis ini cukup dalam letaknya.

Cara pembentukan mineral yang terpenting yang berasal dari larutan :

1. Penguapan Larutan

Anhidrit dan halite umumnya berasal dari larutan larutan yang mengandung
kedua bahan tadi . Pengendapannya sering berupa lapisan lapisan yang tebal,
seperti di Kansas, Iowa, Michigan. Dipulau Jawa seperti di daerah Tegalombo
(kabupaten Pacitan),disekitar Cepu,di pegunungan Pamotan dll.

2. Pengeluaran gas yang berkerja sebagai pelarut :

Air yang mengandung banyak Gas CO2 Bila mengenai batuan batuan kapur, maka
CaCO3 akan larut dalam bentuk Asam Bikarbonat CaH2 (Co3)2 yang merupakan
persenyawaan yang tidak mantap. karena pengaruh beberapa faktor seperti suhu,
udara dll, maka gas CO2 dalam larutan akan keluar yang menyebabkan perubahan
karbonat ke bentuk yang lebih sukar larut ialah karbonat biasa mengikuti :
CaCo3 + H2O+CO2 CaH2 (CO3) 2
Didaerah daerah kapur maka sering terjadi pelarutan CaCO3 yang banyak dan
selanjutnya diendapkan di gua gua dalam bentuk stalakmit dan stalaktit. Bentuk
bentuk ini kita jumpai umpamanya di daerah gua tabuhan (Punung,
Wonogiri),gua Cermin (Wonosari),daerah Nusa Kambangan dll.
Sering pula terjadi pengendapan didekat mata air atau tepi kali yang disebut Tuff
kapur.Travertin terjadi dengan jalan yang sama tetapi lebih padat. umpama dapat
di gunung kapur (dekat Bogor).

3. Penurunan suhu dan tekanan

Larutan air magma tebentuk dalam keadaan dengan tekanan dan suhu yang tinggi,
sehingga banyak bahan yang terlarut didalamnya. bila suhu dan tekanan
berkurang maka diendapkanlah mineral mineral hidrotermal sumber sumber air
panas dan geyser geyser terdapat didaerah daerah dimana terdapat intrusi intrusi
magma yang mendekati permukaan bumi. Maka air tanah yang bergerak ini akan
mengalami penaikan suhu dan tekanan sehingga akan lebih banyak bahan bahan
mineral yang terlarut didalamnya dari pada keadaan biasa, dimana suhu dan
tekanan sesampainya dipermukaan tanah seperti biasa itu. Maka didaerah daerah
ini akan banyak diendapkan Tuff kapur dan Travertin, sintersilisium atau geyser

4. Interaksi larutan larutan

Keadaan ini terjadi seperti di laboratorium laboratorium, dimana dapat terjadi


endapan kalau kita mecampurkan dua macam larutan. Larutan CaSO 4 akan
bertemu dengan BaCO3 yang mudah larut ini, dengan langsung akan terbentuk
BaSO4 (mineral barit).
Keadaan seperti diatas serinmg terjadi dengan memberikan endapan endapan
mineral sebagai akibat pencampuran air magmatis yang satu dengan yang lain,
atau air magmatis dengan air permukaan dll.

5. Interaksi larutan dengan bahan padat

Larutan yang mengandung ZnSO4 bila melalui daerah kapur akan menyebabkan
terbentuknya ZnCO3 (mineral Smithsonit) dan CaSO4 (anhidrit atau gypsum).
Umumnya suatu larutan melarutkan sesuatu mineral, selanjutnya mengendapkan
mineral lain ditempatnya. Maka mineneral galenit (PbS) dan siulfida lain
diendapkan dari larutan dan sekaligus menempati /mengganti batuan kapurnya
dimana larutan saling berhubungan.
Tekstur atau struktur mineral yang terganggu, umumnya dipertahankan oleh
mineral yang menggantikannya. Contoh lain adalah pengisian bahan bahan
silisium (silikasi) kayu kayu, dimana larutan silisium mengganti bahan selulosa
dengaan opal, tetapi dengan strukturnya seperti kayu. keadaan ini umpamanya
kita jumpai di kali Baksoka (Punung Wonogiri). Proses ini disebut metasomatis
dan penting sekali pada pembentukan mineral mineral bijih.

6. Interaksi Gas gas dengan larutan larutan

Air yang mengandung H2S akan memberikan sulfide sulfida bila berhubungan
dengan larutan dari daerah tambang yang mengandung Zn,Cu,Fe dll.

7. Pengaruh atau pekerjaan makhluk-makhluk dalam larutan

Moluska moluska, crikoida crikoida dll akan menyerap CaCO3 dari air laut dan
mengeluarkannya lagi dalam bentuk bahan bahan pelindungnya, dalam bentuk
aragonite atau kalsit .Radiolaria, Diatome dan bunga bunga karang (spons )
mengeluarkan bahan silisium dan membentuk diatome. Umpama kita dapatkan
didaerah sangiran (Kaliyoso Surakarta), Bumiayu dll. juga dikeluarkan dalam
bentuk batu api, beberapa jenis kalsedon dll.
Limonit dan belerang dapat terjadi karena pengaruh bakteri dalam air yang
mrngandung besi atau sulfat (di danau danau pegunungan Dieng), begitupula
pengedapan NaNO3 dianggap sebagai pekerjaan makhluk makhluk juga (Chili)

2.2.2 Terbentuk dari magma

Banyak mineral mineral (bijih bijih) yang penting seperti magnetit, ilminite,
Chromit, Pyrrotit, chalcopyrite dll berasal dari magma, ini disebut mineral mineral
primer. Banyak bahan bahan yang mudah menguap telarut alam magma seperti uap
air, chlor, Fluor, Sulfur, Borium, CO2 dll. Adanya bahan bahan ini akan menurunkan
suhu penghabluran dan menurunkan kekentalan atau viskositas magma dan mereka
ini dapat ikut menjadi persenyawaan persenyawaan yang sedang terbentuk karenanya,
baik besar maupun susunan mineral. Gas gas yang keluar dapat memberikan mineral
mineral baru. Dari penyelidikan penyelidikan mikroskop terhadap banyak batuan
batuan, ternyata bahwa sering menunjukan adanya urutan urutan tertentu dalam
pembentukan mineral magmatis. Deretan yang disederhanakan ini akan terdiri :
a. Bagian bagian tambahan/asesoris
Apatit Ca5,(F,Cl,OH)(PO4) 3CaF2
Zirkon ZrSiO4
Magetite Fe3O4
Hematit Fe2O3
Pyrite FeS2
b. Silikat silikat dengan kadar Fe, Mg yang tinggi :
Piroksin Piroksin, Amphibole amphibole,olivine dan Biotite.
c. Silikat silikat dengan kadar Ca yang tinggi :
Bagian anortit dari deret plagioklas
d. Silikat silikat yang kaya akan alkali :
Orthoklas dan bagian albite dari deret plagioklas atau pengganti feldspar seperti
leucite dan nephelin.
e. Kadang kadang kuarsa kalau dalam magma masih cukup asam silikat :

Karenanya maka mineral mineral ubahan yang menghablur lebih dahulu ini akan
selalu mendapat kesempatan untuk mendapatkan bentuknya sendiri, mereka ini
berbentuk sempurna atau idiomorf.

2.2.3 Terbentuk karena sublimasi

Termasuk disini tidak hanya mineral mineral yang langsung menghablur dari
uap atau gas, tetapi juga sebagai hasil interaksi gas yang lain atau gas dengan batuan
batuan. Contoh yang umum dari sumblimasi ialah pembentukan salju, sebagai hasil
penghabluran uap air, yang langsung terjadi seperti halite, salmoniak (NH4Cl),
belerang, asam borat, ferri klorida dll.
Didekat lubang kepundan sering kita jumpai hematite dalam lubang lubang lahar
sebagai hasil interaksi ferri klorida dan uap air menurut ;
2FeCl3 + 3H2O Fe2O3 + 6 HCl
yang lebih penting lagi ialah mineral mineral yang terbentuk sebagai hasil reaksi gas
gas (Cl,B,S,H2O dll) dangan batuan yang berdekatan (intrusi intrusi magma
granitik ). Mineral yang terbentuk dengan jalan ini disebut sebagai hasil proses
pneumatolistis. Sebagai contoh ialah pembentukan kasiterit (SnO2) yang sering
bersama sama dengan florit CaF2, menurut reaksi :
SnF4 + 2H2O SnO2 + 4HF
4HF + 2CaCO3 2CaF2 + 2H2O + 2CO2
batu kapur fluorit

Uap air dan SnF4 yang mudah menguap itu mengadakan interaksi, maka terbentuklah
kasiterit dan asam fluor dan asam ini yang merupakan bahan chemis larutan, maka
akan merubah sifat, struktur dan susunan mineral baru bila ia berhubungan dengan
bahan atau batuan lain. Mineral mineral lain yang terjadi sebagai hasil pneumatolisis
ialah trauomalin topas, apatit,skapolite dan phologobit.

2.2.4 Terbentuk karena metamorfisme

Karena faktor faktor tertentu seperti panas uap air, tekanan dan pengaruh
chemis larutan maka batuan beku maupun batuan endapan akan mengalami
perubahan. Kalau perubahan hanya dibagian luar saja maka disebut metamorfime
local, termal atau kontak. Tipe metamorfisme ini jelas didekat batholit batholit, stok,
tiang tiang intrusi/dyke dll, ialah dimana batuan batuan yang tua terutama yang tidak
mudah terkena pengaruh intrusi batuan.
Perubahan ini dapat pula meliputi daerah yang luas yang umumnya karena
pengaruh pengaruh orogenetis atau pembentukan pegunungan pegunungan.
Perubahan perubahan ini sebagai akibat metamorfisme regional atau dynamic
metamorfisme.

1. Metamorfisme local atau metamorfisme kontak

Banyak mineral-mineral terjadi karena metamorfisme kontak


wollastonit,vesuvianit dan epidot umumnya terbentuk kalau batuan kapur yang
tidak murni mengalami metamorfosa karena persinggungan atau kontak.
Bila terdapat banyak unsure Mg hasilnya ialah Diopsite,Tremolite, Spinal,
Phrogopit, Chondrodit an Olivine bersama sama kalsit dan dolomite. Andalusit
dan Corderite terjadi dengan jalan yang sama kalau pengaruh intrusi mengenai
“sheles”.

2. Metamorfisme regional atau metamorfisme dinamis

Yang dipengaruhi di sini meliputi daerah yang luas dan struktur batuan yang
mengalami perubahan dengan jelas. Tetapi disini tidak terbentuk begitu banyak
mineral mineral seperti pada metamorfisme local atau metamorfisme kontak tadi.
Pada metamorfisme regional bahan bahan bitumitus yang lunak akan diubah
menjadi arang yang keras atau antrasit, endapan endapan batuan kapur dirubah
menjadi marmer atau pualam, batuan granit menjadi gneis dll.Batuan pesir kuarsa
akan menjadi kuarsit, Shale menjadi slate atau “micaschist” dll. Contohnya ialah
di daerah kali luk kulo (Kebumen)

2.3 TERDAPATNYA MINERAL

Mineral dapat terdapat secara tersebar diantara mineral/batuan yang lain atau
terikat sebagai kristal kristal atau kerak pada mineral atau batuan lain bila tersebar
mereka ini memberikan bentuk bentuk kristalnya meskipun dalam bentuk butir butir,
umpama mineral pyrite dalam batuan kuarsa. Pecahan pecahan atau celah celah yang
terisi mineral disebut urat urat atau vein dan kalau terikat macam macam mineral
yang diendapkan secara berlapis disebut urat yang berlapis lapis. Bangun serta sifat
fisis yang umum bagi urat urat tergantung dari bentuk celah dimana mineral mineral
di endapkan. Dalam batuan yang padat dan homogen seperti granit maka celah tadi
cukup teratur dan halus permukaannya. Bila batuan mudah pecah atau berbutir butir
seperti pada schist, maka kita dapatkan celah celah saja, sedangkan pada batuan
batuan yang mudah larut/lapuk seperti pada batuan kapur, maka bentuk celah tidak
teratur lagi. Urat yang khas terdiri atas endapan endapan mineral yang mengisi celah
celah dengan batas batasnya yang jelas (berlapis lapis)
Kandungan mineral dalam urat urat tergantung dari susunan chemis larutan
darimana mieral mineral di hablurkan. Banyak sekali macam macam urat sehinga
pengumpulan atau asosiasi mineral akan bermacam macam juga. Tetapi terdapat
mineral mineral tertentu dan pengumpulan pengumpulan yang sering terdapt
didalamnya.
Sulfida sulfida merupakan mineral yang umum dalam urat urat. Mineral mineral urat
yang umum ialah :Pyrit (FeS2), Chalcosit (CuFeS2), galenit (PbS), sphalerit (ZnS),
Chalcosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), markasit (FeS2), arsenopyrit (FeAs2), stibnite
(Sb2S3), tetrahydrit (Cu6Sb2S7) dll.
Selain itu terdapat juga mineral mineral bukan logam yang kurang penting
dalam arti komersial yang disebut mineral mineral tambahan, seperti kuarsa(SiO 2),
kalsit (CaCO2), dolomite (CaMgCo2) 2, siderite (FeCO2), barit (BaSO4), fluorit (CaF2),
rhodocrosit (Mn3) dll.
Lindgren 1928 menggolongkan mineral mineral urat mengingat derajat/urutan
suhu dalam pembentukannya. Mengingat bahwa bertambah dalam letak endapan
bertambah tinggi suhunya maka endapan endapan dapat digolongkan menjadi :
1. Eendapan hypotermal, dimana terdapat suhu dan tekanan yang tinggi (3000 –
5000c), seperti pada pembentukan mineral mineral emas (Au), kalsitetit
(FeSnO2), wolfranit ((Fe,Mn)WO4), schelit (CaWO4), megnetit(Fe3O4), dll
2. Endapan Mesotermal, dimana mendapat suhu dan tekanan yang sedang (2000
– 3000c), seperti pada pembentukan galenit (PbS), sfalerit, arsenopyerit,
tetrahedrit, enargit (Cu2As4) dll
3. Endapan Epithermal, endapan dekat permukan bumi dengan suhu dan tekanan
yang rendah (500 – 1500c), seperti pembentukan cinnabar (HgS), stibnite
(Sb2S3), pyrite, markasit dll

Sedangkan pengumpulan mineral mineral urat

 Urat urat kuarts yang mengandung emas ;


Au murni umumnya terapat dalam urat kwarts, berupa butiran butiran kecil yang
tersebar atau terkumpul dan kadang kadang bersama dengan sulfida sulfida
tertentu seperti pyrite, chalcopyrite, dan arsenopyrit (seperti pada pertambangan
di Cikotok, Jawa Barat)

 Urat tembaga yang mengandung Au dan Ag


Kandungan Au dan Ag dalam urat ini bersama sama dengan macam macam
sulfida Cu. Umumnya kadar kedua logam rendah. Mineral mineral yang utama
ialah chalcopyrite, tetrahydrit, bornit, chalcosit, pyrite dan macam macam mineral
Ag yang lebih jarang terdapatnya.

 Urat timah hitam yang mengandung Ag :


Mineral mineral Pb dan Ag sering bersama sama pengumpulannya. Urat urat ini
mengandung mineral mineral seperti galenit, argentit (Ag2S), tetrahedrit, sfalerit,
pyrite, kalsit, dolomite, rhodochrosit dll

 Urat Pb Zn
Mineral mineral Pb dan Zn kadang kadang bersama sama terutama pada endapan
endapan yang terdapat dalam batuan kapur. Mineral mineral utama dari endapan
ini ialah galenit, sfaelerit, markasit, chalchopyrit, smitsonit (ZnCO 3), calamin atau
smitsonit (ZnCo3) dll

 Urat Cu Fe
Sulfida sulfida Cu dan Fe agak umum bersama sama dan mineral mineral utama
dalam urat urat ini ialah pyrite, chalchopyrit, chalcocit, bornit, tetrahedrit, enargit
dl
2.4 MINERAL URAT PRIMER DAN SEKUNDER PERKAYAAN SEKUNDER

Mineral mineral urat primer ialah yang pertama utama terbentuk di edapan
dari larutan yang naik sedangkan yang sekunder berasal dari primer karena pengaruh
dari larutan atau air yang mengandung O2 dari permukaan air tanah yang meresap ke
bawah. Mineral mineral primer yang penting ialah pyrite, chalchopyrit, sfalerit dan
galenit.
Karena pengaruh oksidasi ini terbentuk senyawa senyawa yang mengalami
oksidasi dan terjadi mineral mineral baru karena kehilangan oksigen dalam air dalam
jarak yang pendek saja, maka mineral mineral; sekunder tadi hanya terdapat di bagian
teratas dari urat urat saja. Bersama sama dengan pembentukan mineral mineral
sekunder tadi, terdapat penghanyutan logam logam yang penting kebawah kedalam
urat urat tadi, ialah karena pelarutan/ pelapukan dibagian atas dan diendapkan
dibagian yang lebih dalam, sehingga dapat terjadi perkayaan sekunder karenanya.
Jadi daerah mineral mineral sekunder ini merupakan daerah perkayaan juga.
Hal ini penting, karena 30 – 100 m dibawah atau dari bagian atas urat tadi merupakan
bagian terkaya dari suatu endapan. Bijih bijih dibawahnya berubah ke bagian yang
tidak mengalami perubahan dan perkayaan dan umumnya terlalu merugikan untuk
dapat dipertambangkan.

Mineral mineral urat primer dengan mineral sekundernya yang penting ;

1. Mineral mineral besi :


Umumnya pyrite, kadang kadang markasit juga. Dioksidasikan akan
menghasilkan limonit Fe4O3(OH) 6. endapan limonit didekat permukaan
umumnya disebut ”gossan”. Dari kerak yang berwarna kuning tadi dapat
dipkai sebagai petunjuk dalam mecari tambang tambang.

2. Mineral mineral tembaga ;

Yang penting chalchopyrit. Mineral mineral sekundernya bornit dan chalcosit.


Chalcvhopyrit dipermukaan karena pengaruh oksidasi akan menjadi chalantit
CuSO4.5H2O, yang merupakan larutan dan dihanyautkan kebawah. Disini
berhubungan dengan chalchopyrit yang belum berubah, bereaksi dan akan
memperkaya daerah ini berubah menjadi bornit Cu5FeS4. selanjutnya lebih
banyak Cu Sulfat bereaksi dengan bornit dan perkayaan yang lebih tinggi
terjadi menjadi chalcosit Cu2S. disini terjadi pergantian antara ion ion
logamnya, Fe dalam sulfida larut dalam bentuk sulfatnya, jadi mengganti
kedudukan Cu yang selanjunya diendapkan. Bila endapan Cu ini terjadi
didaerah kapur umumnya didapat pula macam macam karbonat dari oksidasi
oksidasi Cu terbentuk dibagian atas endapan. Mineral mineral sekundernya
ialah chalcosit, bornit Cu, cuprit Cu2O, malachite (CuOH)2CO3, azurite
Cu(CuOH)(CO3) 2, chirysokolla CuSiO3, 2H2O, chalcantit dll.

3. Mineral mineral timah hitam :

Mineral primernya ialah galenit. Mineral sekundernya ialah bentuk bentuk


oksidatifnya seperti cerrusit PbCO3, anglecit PbSO4, pyromorfit Pb4(Pb,Cl)
(PO4) 4, wulfenite PbMO4 dll.

4. Mineral mineral seng (Zn) ;

Mineral mineral primernya ialah sfalerit. Mineral mineral sekundernya ialah


smithsonit, calamine dll.

5. mineral mineral perak :

sebagian besar sulfide sulfide Ag merupakan mineral mineral primernya.


Mineral sekundernya ialah cerragyrit AgCl, embolit Ag(Cl.Br) dll.

Geode atau sangkar kristal merupakan pengumpulan mineral mineral pula,


berupa lubang lubang atau bulatan yang dibatasi bahan bahan mineral yang umumnya
terdiri atas kristal kristal yang baik. Seperti geode kalsit, geode kuarts dll. Ukurannya
bermacam macam dari diameter beberapa cm sampai bermeter meter ukuran kecil
kecil umpamanya terdapat di pantai pantai Nusa Kambangan, daerah Cepu, ditanah
tanah konsesi permigas besar (lemigas) dll
2.5 GUNA MINERAL

Dipandang dari sudut ekonomis maka mineral mineral merupakan bahan yang
sangat penting karena bahan yang sehari hari yang berupa bahan bahan yang organik
umumnya berupa mineral atau bahan yang berasal dari mineral

Mengingat kegunaanya mineral mineral dapat kita golong golongkan sebagai


berikut :
 mineral mineral permata
 mineral mineral perhiasan
 untuk penggosok
 untuk campuran campuran dalam indusri
 untuk semen, kapur dll
 untuk bahan bahan tahan api
 untuk barang keramik, gelas atau email
 untuk pupuk
 untuk bahan bahan optic dan alat alat pengetahuan
 untuk zat warna/pigmen alam
 untuk sumber sumber unsure/bijih
 untuk industri kimia
BAB III
MINERALOGI KIMIAWI

3.1. Mineralogi Kimiawi

Kimiawi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimiawi dari mineral.


Meliputi perubahan yang terjadi bila dipanasi oleh api oksidasi maupun api
reduksi mengenai perubahan warna, sublimasi, pengembunan, penggarangan dan
lain-lain, serta mempelajari sistematika mineral kedalam golongan-golongan atas
dasar senyawa kimianya.

Pertanyaan pra paktikum


Buatlah sketsa struktur nyala api reduksi dan nyala api oksidasi beserta
keterangannya pada lembar kerja yang telah disediakan?

A. Maksud dan tujuan


1. Mengetahui sifat-sifat kimia yang penting dari setiap
mineral dengan metode yang sesuai.
2. Melengkapi data yang diperoleh dari penyelidikan
secara fisis.

B. Alat-alat yang dipergunakan


1. Pipa tiup
2. Lampu spirtus
3. Kawat platina
4. Jarum preparat
5. Gelas arloji
6. Keping gips
7. Bor tangan
8. Buluh tertutup
9. Magnet
C. Nyala Api
a. Struktur nyala api.
1. Kerucut gelap terdiri dari gas belum
terbakar, berwarna biru sampai gelap.
2. Daerah tidak bersinar/bercahaya.
4 3. Daerah yang bersinar kuat memiliki
nyala api berwarna kuning cerah.
3 4. Kerucut luar, nyala api tak bercahaya

2 kaya akan O2

1
Keterangan :
- 1 dan 2 daerah reduksi
- 3 dan 4 daerah oksidasi
- 3 daerah oksidasi terkuat
- 2 daera reduksi terkuat.

b. Nyala api reduksi


Dengan memasukkan pipa tiup ke dalam
nyala api.
A : Daerah untuk meletakkan mineral yang A
akan dipanasi api reduksi\

c. Nyala api oksidasi


Dengan memasukkan pipa tiup ke dalam
nyala api.
B : Daerah untuk meletakkan mineral yang B
akan dipanasi api oksidasi
D. Pembagian Penyidikan
a. Penyelidikan basah dengan regensia
1. Mutiara borax
Alat-alat : - lampu spirtus
- pipa tiup
- kawat platina
- jarum preparat
- gelas arloji
Regensia : - HCl encer
- Soda
- tepung borax Na2B4O7
Bahan : - pyrolusite (MnO2)
- prusi (CuSO4)
- Magnetit (Fe3O4)
- Kalium bichromat

Cara Penyelidikan

1. Bersihkan kawat platina dengan jalan


memasukkannya ke dalam lampu spirtus, supaya cepat bersih, masukkan
ke dalam HCl encer, kemudian dipanaskan. Begitu berulang-ulang sampai
bersih (berwarna putih).
2. Masukkan kawat platina ke dalam tepung borax
3. Panaskan ke dalam api oksidasi sampai terbentuk
manik-manik (mutiara borax) yang berwarna jernih tanpa noda sedikitpun.
4. Masukkan mutiara borax (dalam keadaan panas) ke
dalam bubuk mineral yang akan diselidiki.
5. Panaskan dengan api oksidasi.
6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada
waktu dingin.
7. Buatla mutiara borax lagi dan masukkan ke dalam
tepung mineral yang akan diselidiki.
8. Panasi dengan api reduksi.
9. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada
waktu dingin.
10. Cocokkan dengan tabel Kranss, maka dapat diketahui
unsur yang diselidiki.

Tabel Bead Coloration Kranss


No Oksidasi Borax Bead
Nyala api oksidsi Nyala api reduksi
dari
1. Mn Violet kemerahan Tak berwarna
2. Co Biru Biru
3. Cu Biru hijau Merah Opaq
4. Ni Coklat kemerahan Abu-abu Opaq
5. Fe Kuning Hijau pucat
6. Cr Hijau kekuningan Hijau pucat
7. U Kuning Hijau pucat tak berwarna
8. V Hijau kekuningan Hijau cerah
9. Ti Tak berwarna Violet Kecoklatan
10 Mo Tak berwarna Coklat
.
11 W Tak berwarna Kuning-Coklat kemerahan
.
12 Si Tak berwarna Tak berwarna
.

Pertanyaan pasca praktikum


Buatlah sketsa struktur nyala api reduksi dan nyala api oksidasi beserta
keterangannya serta buatlah tabel hasil resume praktikum yang telah dilaksanakan!
BAB IV
PENDESKRIPSIAN MINERAL

4.1 Sifat – sifat yang diselidiki

1. WARNA (COLOUR)
2. Perawakan kristal (crystal habit)
3. Kilap (luster)
4. Kekerasan (hardness)
5. Gores (streak)
6. Belahan (cleavage)
7. Pecahan (fracture)
8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
9. Berat jenis (specific gravity)
10. Rasa dan bau (teste and odour)
11. Kemagnetan
12. Derajat ketransparanan
13. Nama mineral dan Rumus Kimia.

1. WARNA (COLOUR)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan
sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara
mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama
pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-
elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning Loyang, Magnetite
berwarna hitam
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut
dengan nama Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah :
- abu-abu
- biru bervariasi
- kuning
- coklat gelap
- merah muda
Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna
berubah-ubah menjadi :
- violet (amethyst)
- merah muda
- coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada
mineral disebut dengan nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores
dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan
biru.

Faktor yang dapat mempengaruhi warna :

a. Komposisi Kimia.
b. Struktur kristal dan ikatan atom.
c. Pengotoran dari mineral.

2. PERAWAKAN KRISTAL (CRYSTAL HABIT)


Perawakan kristal (crystal habit), bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang
yang membangunnya, termaksud bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang ersebut.
Kita perlu mengenal beberapa perawakan kristal yang terdapat pada jenis mineral
tertentu, sehingga perawakan kristal dapat dipakai untuk penentuan jenis mineral,
walaupun perawakan kristal bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh : - Mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang
mendaun(foliated)
- Amphibol, selalu menunjukkan perawakan kristal meniang
(columnar)
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan (Richard Pearl, 1975) yaitu;
A.Elongated habits (meniang / berserabut)
B.Flattened habits (lembaran tipis)
C.Rounded habits (membutir)
3. KILAP (LUSTER)

Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah


mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan
(refraksi).Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila
makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang
dipantulkan.Nilai ekonomik mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.

Macam-macam kilap :

a. Kilap Logam ( Metallic Luster )


Mineral- mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih,
Contoh : Galena, Native metal, Sulphide, Pyrite.

b. Kilap Sub-metalik ( Sub Metallic Luster )


Terdapat pada mineral yang mempunyai indeks bias antara 2,6 sampai 3.
Contoh : - Cuprite (n = 2.85)
- Cinnabar (n = 2.90)
- Hematite (n = 3.00)
- Alabandite (n = 2.70)

c. Kilap Bukan Logam ( Non Metallic Luster )


Mineral-mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan
indeks bias kurang dari 2,5.
Gores dari mineral-mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.

Macam-macam kilap bukan logam :

1. Kilap kaca (vitreous luster).


Kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau gelas.
Contoh: - Quartz - Carbonates - Sulphates
- Spinel - Silicates - Fluoriote
- Garnet - Leucite - Corondum
- Halite yang segar

2. Kilap intan (adamantite luster)


Kilap yang sangat cemerlang yang di timbulkan oleh intan atau permata.
Contoh: - Diamond - Sphalerite
- Cassiterite - Zircon
- Sulfur - Rutile.
3. Kilap lemak (greasy luster)
Contoh: - Nepheline yang sudah teralterasi.
- Halite yang sudah terkena udara.
4. Kilap lilin (waxy luster)
Merupakan kilap seperti lilin yang khas. Kilap dengan permukaan yang
licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.
Contoh: - Serphentine
- Cerargyrite.
5. Kilap sutera (silky luster).
Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang paralel atau
berserabut (paralel fibrous structure).
Contoh : - Asbestos - Serpentinite
- Selenite (variasi Gypsum) - Hematite.
6. Kilap mutiara (pearly luster)
Kilap yang di timbulkan oleh mineral transparan yang berbentuk lembaran
dan menyerupai mutiara.
Contoh: - Talc - Gypsum
- Mika
7. Kilap tanah (earthy luster).
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk
tidak dipantulkan kembali.
Contoh: - Kaolin - Diatomea
- Montmorilonite - Pyrolusite
- Chalk - Variasi Ochres

4. KEKERASAN (HARDNESS)
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahnmineral
terhadap goresan(scratching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan
jalan menggoreskan permukaan moneral yang rata pada mineral standart dari skala
Mohsyang sudah di ketahui kekerasannya.

Skala kekerasan relatif mineral dari Mohs :


1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO2 2H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclas K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10 Diamond C

Misal suatu mineral di gores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.Dapat pula penetuan kekerasan relatif
mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering tersapat di sekitar
kita.
Misal: - Kuku jari manusia H = 2,5
- Kawat tembaga H=3
- Pecahan kaca H = 5,5
- Pisau baja H = 5,5
- Kikir baja H = 6,5
- Lempeng baja H=7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

5. GORES (STREAK).
Gores adalahmerupakan warna asli dari mineral apbila mineral tersebut di
tumbuk sampai halus. gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena stabil
dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya
berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan
keping porselin, tetapi apabila mineral mempuntyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh: - Quartz = putih/ tak berwarna.
- Gypsum = putih/ tak berwarna.
- Calcite = tak berwarna.
Mineral bukan logam ( non metalic mineral) dan berwarna gelap akan memberikan
gores yang lebih terang daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh: - Leucite = warna abu-abu/ gores putih.
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu/ gores putih.
Mineral yang mempunyai kilap metalic kadang-kadang mempunyai warna gores
yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam.
- Copper = warna merah tembaga/ gores hitam.
- Hematite = warna abu-abu kehitaman/ gores merah.
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : - Cinnabar = warna dan gores merah.
- Magnetite = waran dan gores hitam.
- Azurite = warna dan gores biru.

6. BELAHAN (CLEAVAGE)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan
selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Belahan tersebut akan
menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal
dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan
dapat dibagi menjadi:

a. Sempurna ( Perfect )

Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : - Calcite
- Muscovite
- Galena
- Halite

b. Baik ( Good )

Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah tidak melaui bidang belahannya.
Contoh : - Feldspar.
- Hyperstene.
- Diopsite.
- Augite.
- Rhodonite.

c. Jelas ( Distinct )

Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : - Staurolite.
- Scapolite.
- Hornblende.
- Anglesite.
- Feldspar.
- Scheelite.

d. Tidak jelas ( Indistict )

Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : - Beryl.
- Corondum.
- Platina.
- Gold.
- Magnetite.

e. Tidak sempurna ( Imperfect )

Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh : - Apatite.
- Cassiterite.
- Native sulphur.

7. PECAHAN (FRACTURE)

Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas


dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi:
a. Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang. Contoh : Quarz, Cerrusite, Anglesite, Obsidian., Rutile,
Zincite.
b. Hacly : Pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak
beraturan atau seperti tak bergerigi.Contoh : Copper, Platinum,
Silver, Gold.
c. Even : Pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan masih mendekati bidang datar. Contoh : Muscovite,
Talc, Biotite.
d. Uneven : Pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahnya
kasar dan tidak teratur. Kebanyakan mineral mempunyai pecahan
uneven.Contoh : - Calcite, Marcasite, Choromite, Orthoclas,
Rutile, Rhodonite.
e. Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil dan tajam
menyerupai benang atau berserabut.Contoh :Fluorite, Anhydrite,
Antigoite.
f. Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.Contoh : - Kaolin,
Muscovite, Biotite, Talc.

8. DAYA TAHAN TERHADAP PUKULAN (TENACITY)

Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,


pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
a. Brittle : Apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
Contoh : - Calcite
- Quartz
- Marcasite
- Hematite
b. Sectile : Apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung.
Contoh : - Gypsum
- Cerargyrite
c. Malleable : Apabila mineral di tempa dengan palu akan menjadi pipih.
Contoh : - Gold
- Copper
d. Ductile : Dapat di tarik/diulur seperti kawat. Apabila mineral ditarik dapat
bertambah panjang dan apabila di lepaskan maka mineral akan
kembali seperti semula.
Contoh : - Silver.
- Copper.
- Olivine.
- Cerrargyrite.
e. Flexible : Apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
Contoh : - Talc.
- Gypsum.
- Mica.
f. Elastic : Dapat merenggang bila di tarik, dan kembali seperti semula bila
dilepaskan.
Contoh : - Muscovite
- Hematite tipis.

9. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)

Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral di


bandingkan dengan berat air pada volume yang sama.
Berat mineral
BJ =
Volume mineral.

Dalam penentuan berat jenis dipergunakan alat-alat :


1. Piknometer.
2. Timbangan analitik.
3. Gelas ukur.
10. RASA & BAU (TASTE & ODOUR)

Disamping dari sifat-sifat yang sudah di bahas diatas, beberapa mineral


mempunyai rasa dan bau.

11. SIFAT KEMAGNETAN.

Yang perlu dicatat padapraktikum mineral fisik ini adalah sifat dari mineral
yang diselidiki apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (non-
magnetit).
- Paramagnetit (magnetit) : Mineral tersebut mempunyai gaya tarik terhadap
magnet.
- Diamanetit (non-magnetit) : Adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak
terhadap magnet.

12. DERAJAT KETRANSPARANAN

Sifat transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral


tersebut men-transmit sinar cahaya (berkas sinar).Sesuai dengan itu, variasi jenis
mineral dapat dibedakan atas :
a. Opaque mineral : Mineral yang tidak tembus cahaya meskipun dalam bentuk
helaian yang amat tipis.
Mineral-mineral ini permukaannya mempunyai kilauan metalik dan
meninggalkan berkas hitam atau gelap (logam-logam mulia, belerang, ferric
oksida).
b. Transparant mineral : Mineral-mineral yang tembus pandang seperti kaca
biasa (batu-batu kristal dan Iceland Spar).
c. Translucent mineral : Mineral yang tembus cahaya tetapi tidak tembus
pandang seperti kaca frosted (Calsedon, Gypsum, dan kadang-kadang Opal).
d. Mineral-mineral yang tidak tembus pandang (non-transparant) dalam bentuk
pecahan-pecahan (fragmen) tetapi tembus cahaya pada lapisan yang tipis
(feldspar, karbonat-karbonat dan silikon).

13. NAMA MINERAL DAN RUMUS KIMIA

Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah diskripsi
diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas dergan tabel
determinan yang telah disediakan di laboratorium.
BAB V
MINERAL PEMBENTUK BATUAN (ROCK FARMING MINERAL)

Menurut W.T Huang (1962) komposisi mineral pembentuk batuan


dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral, yaitu:
1. Mineral Utama (Essensial Mineral)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya sangat menentukkan dalam penamaan batuan. mineral utama dapat
dilihat dari deret bowen series(1928).

Deret Bowen menggambarkan secara umum urutan kristalisasi suatu mineral


sesuai dengan penurunan suhu [bagian kiri] dan perbedaan kandungan magma
[bagian kanan], dengan asumsi dasar bahwa semua magma berasal dari magma induk
yang bersifat basa.
Bagan serial ini kemudian dibagi menjadi dua cabang; kontinyu dan diskontinyu.
 Continuous branch [deret kontinyu]
Deret ini dibangun dari mineral feldspar plagioklas. Dalam deret kontinyu,
mineral awal akan turut serta dalam pembentukan mineral selanjutnya. Dari bagan,
plagioklas kaya kalsium akan terbentuk lebih dahulu, kemudian seiring penurunan
suhu, plagioklas itu akan bereaksi dengan sisa larutan magma yang pada akhirnya
membentuk plagioklas kaya sodium. Demikian seterusnya reaksi ini berlangsung
hingga semua kalsium dan sodium habis dipergunakan. Karena mineral awal terus
ikut bereaksi dan bereaksi, maka sangat sulit sekali ditemukan plagioklas kaya
kalsium di alam bebas.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning pada plagioklas
[plagioklas kaya kalsium dikelilingi plagioklas kaya sodium].

 Discontinuous branch [deret diskontinyu]


Deret ini dibangun dari mineral ferro-magnesian sillicates. Dalam deret
diskontinyu, satu mineral akan berubah menjadi mineral lain pada suhu tertentu
dengan melakukan melakukan reaksi terhadap sisa larutan magma. Bowen
menemukan bahwa pada suhu tertentu, akan terbentuk olivin, yang jika diteruskan
akan bereaksi kemudian dengan sisa  larutan magma, membentuk pyroxene. Jika
pendinginan dlanjutkan, akan dikonversi ke pyroxene,dan kemudian biotite [sesuai
skema]. Deret ini berakhir ketika biotite telah mengkristal, yang berarti semua besi
dan magnesium dalam larutan magma telah habis dipergunakan untuk membentuk
mineral.
Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada tidak sempat
bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan terbentuk rim [selubung] yang tersusun
oleh mineral yang terbentuk setelahnya. Berdasarkan warna mineral, dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu,
1. Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar dan Feldspatoid
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai
berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.

1.1. Felsic Mineral

A. Quartz (Kuarsa)

Mineral kuarsa memiliki sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan


kombinasinya. Rumus kimia tau komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis
dari mineral ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada
kuarsa dapat jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi
dari gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor
dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan
dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada kuarsa.
Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang berkaitan dengan
gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk
batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan
warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang
juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian
disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna
yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak
bersih.

B. Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1. Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
2. Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar
ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan
Plagioklas.

 Orthoclase (Potassium feldspar(K Al Si3O8))


Orthoklas adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium
feldspars) adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk
kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis
mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin,
mempunyai kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan
sebagai bahan baku dalam industri keramik.

 Plagioklas feldspar(Na, Ca)Al Si3O8 


Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung
Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-
orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76.
plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk
kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.

C. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan
mineral ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam
suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar
dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid
adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang
umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.

 Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal
hexagonal, walaupun bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain.
Warna dari mineral ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai
kekerasan nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai
2,65. Kilap pada nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap
minyak. Belahan permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal
besar. Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.

 Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya
adalah trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal
dengan nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5
sampai dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite
umumnya adalah putih keabu-abuan.

1.2. Mafic Mineral

A. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)

Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan
ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal
dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0.
mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan
pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
B. Piroksin

Piroksin merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki


hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun
mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan
monoklin. Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya
dan tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg
dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan silicon.
Komposisi kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana symbol
W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti
X = Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan
beku vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam
batuan plutonik, piroksin adalah Augite.

C. Amphibole (Horblende)

Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau


kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada
berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.

D. Mica

Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang


bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon
(Si) dan air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap
SiO4 mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan
valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
Rumus umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na
dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al.

2. Mineral Tembahan ( Accessory Minerals)

Adalah mineral-mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam


jumlah yang sedikit (kurang dari 5%). kehadirannya tidak menentukan nama batuan.
Contoh dari mineral tambahan ini antara laian : Zirkon, Magnesit, Hematit, Pyrit,
Rutil Apatit, Garnet,Sphen.

3. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)


Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan,
reaksi hidrotermal maupun hasil metamorfosisme terhadap mineral utama. contoh
dari mineral sekunder antara lain; Serpentin, Kalsit, Serisit, Kalkopirit, Kaolin, Klorit,
Pirit.

Anda mungkin juga menyukai