KRISTALOGRAFI
Kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air serta
menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang-bidangnya mengikuti
hukum geometri, jumlah dan kedudukan dari bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus air, mengandung
pengertian:
Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses-
proses fisika.
Menuruti hukum-hukum pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti hukum
geometri, mengandung Pengertian:
Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap.
Macam bentuk dari bidang kristal tetap.
Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Kristalografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal
terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
Sifat Geometri
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal; yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar
yang membatasinya.
Struktur Dalam
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
Parameter dan Parameter Rasio.
Ketentuan:
Sumbu : a = b = c Menurut Herman
Sudut : = = = 900 Mauguin
Karena Sb a = Sb b = Sb c, maka disebut juga
Sb a. Bagian pertama:
menerangkan nilai sumbu a
Cara Menggambar:
a+ / b¯= 300 (Sb a, b, c), mungkin
a : b¯: c = 1 : 3 : 3 bernilai 4 atau 2 dan ada
tidaknya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan
4 2
dengan : , 4 , ❑ , ,2
m 4 m
Angka menunjukan nilai sumbu dan hutuf “m” menunjukan adanya bidang simetri
yang tegak lurus sumbu a tersebut.
Bagian Kedua: menerangkan sumbu simetri bernilai 3. apakah sumbu simetri yang
bernilai 3 itu, juga bernilai 6 atau hanya bernilai 3 saja. Maka
❑
bagian kedua selalu di tulis: 3 atau 3
2
dengan : , 2, m , atau tidak ada
m
Menurut Schoenflish
Bagian pertama: Menerangkan nilai c. Untuk itu ada 2 kemungkinan yaitu sumbu c
bernilai 4 atau bernilai 2.
Jika sumbu c bernilai 4 dinotasikan dengan huruf O (octaeder),
karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c
bernilai 4 adalah bentuk kristal Octahedron.
Jika sumbu c bernilai 2 dinotasikan denga huruf T (tetraeder),
karena contoh bentuk kristal yang paling ideal untuk sumbu c
bernilai 2 adalah bentuk kristal Tetrahedron.
Bagian kedua: Menerangkan kandungan bidang simetrinya, apabila kristal tersebut
mempunyai:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika mimiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
Dinotasikan dengan v
- Bidang simetri vertikal (v)
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
C+ Sumbu : a = b = d c
Sudut :1 = 2 = 3 = 900
Sudut :1 = 2 = 3 = 1200
d+ Cara menggambar:
Sama dengan sistem Hexagonal, perbedaannya
b+
a+
17o 39o hanya pada Sumbu c bernilai 3. Penarikan
Sumbu a sama dengan pada Sistem Hexagonal.
Bagian pertama: menerangkan nilai sumbu c, dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus dengan sumbu c. Bagian ini dinotasikan dengan : 3, 6, 3, 6, 6
m
Bagian Kedua: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus. Bagian ini dinotasikan dengan :
2
, 2, m atau tidak ada.
m
Bagian Ketiga: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet
2
tersebut. Bagian ketiga dinotasikan dengan : , 2, m, atau tidak
m
ada.
Menurut Schoenflish
C+ Ketentuan:
Sumbu : a b c
Sudut = = = 900
Sumbu c adalah sumbu terpanjang
Sumbua adalah sumbu terpendek
β α b+ Sumbu a disebut Brachy
30o
γ Sumbu b disebut Macro
a+
Sumbu c disebut Basal
Bagian pertama: menerangkan nilai sumbu a dan ada tiaknya bidang yang tegak lurus
2
terhadap sumbu a tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : , 2, m
m
Bagian Kedua: menerangkan ada tidaknya nilai sumbu b dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu b tersebut. Bagian ini
2
dinotasikan dengan : , 2, m.
m
Bagian Ketiga: menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang
tegak lurus terhadap sumbu tersebut. Bagian ketiga dinotasikan
2
dengan : : ,2
m
Menurut Schoenflish
1. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus (sumbu lateral) dengan sumbu c,
Notasi : D bila sumbu bernilai 2
C bila tidak bernilai
2. Menerangkan nilai sumbu c
Notasi : dituliskan sebelah kanan agak ke bawah dari notasi D atau C
3. Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Notasi : h bila mengandung horizontal
v bila mengandung bidang vertikal atau diagonal
d bila mengandung bidang diagonal
C+ Ketentuan:
Sumbu : a = b c
Sudut : = = = 900
Karena Sb a = Sb b disebut juga Sb a
Sb c bisa lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a
atau b.
Bila Sb c lebih panjang dari Sb a dan Sb b disebut
bentuk Columnar
α Bila Sb c
β b+ lebih
30o pendek
γ
a+ dari Sb a
dan Sb b
disebut
SIMBOL KRISTALOGRAFI
Menurut Herman Mauguin
Bagian pertama: menerngkan nila sumbu c, mungkin bernilai 4 atau tidak bernilai dan
ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus sumbu c.Bagian ini
4 ❑
dinotasikan dengan : , ,4
m 4
Bagian Kedua: menerangkan ada tidaknya sumbu lateral dan ada tidaknya bidang
simetri yang tegak lurus terhadap sumbu lateral tersebut.Bagian ini
2
dinotasikan dengan: , 2, 2 atau tidak ada.
m
Bagian Ketiga: menerangkan ada tidaknya sumbu simetri intermediet dan ada
tidaknya bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu inetrmediet
tersebut.Bagian ketiga dinotasikan dengan : 2 , 2, m , atau tidak ada
Contoh :
4 2 2 4 2 2
- Klas Ditetragonal bipyramidal…………… m m m m m m
- Klas Tetragonal trapezohedral……………4 2 2 4 2 2
- Klas Ditetragonal pyramidal……………… 4 mm 4 mm
Menurut Schoenflish
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di
sebelahkanan agak bawah dari notasi D atau C. Contoh: D 2, C2, D3,
C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Klasifikasi Kristal
Terdapat 32 klas Kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut.
Sistem Tetragonal mempunyai tujuh kelas yaitu: tetragonal pyramidal,
tetragonal trapezohedral, tetragonal bipyramidal, ditetragonal pyramidal, ditetragonal
bipyramidal, tetragonal tetrahedral, tetragonal scalenohedral,
Ketentuan:
Ada 4 sumbu yaitu a, b, c, d
C+
Sumbu a : = b = d c
Sudut :1 = 2 = 3 = 900
Sudut :1 = 2 = 3 = 1200
Sb a, b, dan d terletak dalam bidang
horisontal dan membentuk 600.
d+
Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek
dari Sb a.
b+ Cara menggambar:
17o 39o
a+ a+ / b¯ = 170
b+ / d¯ = 390
b:d:c:=3:1:6
Simbol Kristalografi
Menurut Herman Mauguin
❑ ❑
Bagian pertama: menerangkan nila sumbu c, (mungkin bernilai 6, 6 , 3 , 3 ) ada
4 ❑ ❑ ,3
tersebut. Bagian ini dinotasikan dengan : , ,6 ,
m 6 3
Bagian Kedua: menerangkan sumbu lateral (sumbu a, b, d) dan ada tidaknya bidang
simetri vertikal yang tegak lurus.Bagian ini dinotasikan dengan :
2
, 2, m atau tidak ada.
m
Bagian Ketiga: menerangkan ada tiaknya sumbu simetri intarmediet dan ada tidaknya
bidang simetri yang tegak lurus terhadap sumbu intermediet
2
tersebut.Bagian ketigadinotasikan dengan : : , 2, m, atau tidak ada
m
Contoh :
6 2 2 6 2 2
- Klas Dihexagonal bipyramidal……….. m m m m m m
Menurut Schoenflish
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral
(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C. Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Klasifikasi Kristal
Terdapat 32 klas Kristal yang terbagi dalam beberapa kelompok sistem kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut.
Sistem Heksagonal mempunyai tujuh kelas yaitu: trigonal bipyramidal,
ditrigonal bipyramidal, hexagonal pyramidal, hexagonal trapezohedral, hexagonal
bipyramidal, dihexagonal pyramidal, dihexagonal bipyramidal,
C+ Ketentuan:
Sumbu : a b c
Sudut : = = 900 900
Sumbu a disebut Clino
Sumbu b disebut Ortho
Sumbu c disebut Basal
β α b+ Cara menggambar
a+ / b¯ = 450
45o γ a:b:c=1:4:6
a+ Sb c adalah sumbu terpanjang
Sb a adalah sumbu terpendek
Menurut Schoenflish
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral
(sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C. Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Bagian ketiga: Menerangkan kandungan bidang simetrinya.
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
- Bidang simetri diagonal (d)
Jika memiliki:
- Bidang simetri horisontal (h)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan h
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d)
- Bidang simetri vertikal (v) Dinotasikan dengan v
Jika memiliki:
- Bidang simetri diagonal (d) Dinotasikan dengan d
Orthoclase (KAlSi3O8)
B.
G. Sistem Triklin
Ketentuan:
Sumbu : a b c
Sudut : 900
Semua Sb a, b, c saling berpotongan dan
membuat sudut miring tidak sama besar.
Sb a disebut Sb Brachy
Sb b disebut Sb Macro
Sb c disebut Sb Basal
Cara menggambar:
a+ / c¯ = 450
b+ / c¯ = 800
Menurut Schoenflish
Sistem Tetragonal, Kexagonal, Trigonal, Orthorombic, Monoklin, Dan Trinklin
Bagian petama: Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus sumbu c, yaitu sumbu
lateral (sumbu a, b, d) atau sumbu intermediet. Ada 2 kemungkinan:
Jika sumbu tersebut bernilai 2 di notasikan dengan D
(Diedrish).
Jika sumbu tersebut tidak bernilai dinotasikan dengan C
(Cyklich).
Bagian kedua: Menerangkan nilai sumbu c. Nilai sumbu c ini di tuliskan di sebelah
kanan agak bawah dari notasi D atau C.
Contoh: D2, C2, D3, C3 dan sebagainya.
Klasifikasi Kristal
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomali atau
suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral,
walaupun tidak termasuk didalam suatu definisi. Sehingga sebenarnya dapat
dibuat suatu definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi
tidak menghilangkan suatu ketentuan umum bahwa mineral mempunyai sifat
sebagai : bahan alam, mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsur
tunggal atau senyawa.
Larutan larutan air yang terdapat dikulit bumi berasal dari salah satu dari dua
kemungkinan :
1. Air permukaan,yang selama perjalanannya melalui batuan batuan akan
melarutkan mineral mineral yang mudah larut dan disebut air meteorick atau air
tanah. Larutan ini umumnya bersifat cair dan dingin. Mineral mineralnya kelak
akan di endapkan didekat atau pada permukaan tanah
2. Air yang terdapat dibagian lebih dalam disebut air magmatis, ialah sisa cairan
yang berasal dari intrusi intrusi batuan yang besar. Pengendapan mineral dari air
magmatis ini cukup dalam letaknya.
1. Penguapan Larutan
Anhidrit dan halite umumnya berasal dari larutan larutan yang mengandung
kedua bahan tadi . Pengendapannya sering berupa lapisan lapisan yang tebal,
seperti di Kansas, Iowa, Michigan. Dipulau Jawa seperti di daerah Tegalombo
(kabupaten Pacitan),disekitar Cepu,di pegunungan Pamotan dll.
Air yang mengandung banyak Gas CO2 Bila mengenai batuan batuan kapur, maka
CaCO3 akan larut dalam bentuk Asam Bikarbonat CaH2 (Co3)2 yang merupakan
persenyawaan yang tidak mantap. karena pengaruh beberapa faktor seperti suhu,
udara dll, maka gas CO2 dalam larutan akan keluar yang menyebabkan perubahan
karbonat ke bentuk yang lebih sukar larut ialah karbonat biasa mengikuti :
CaCo3 + H2O+CO2 CaH2 (CO3) 2
Didaerah daerah kapur maka sering terjadi pelarutan CaCO3 yang banyak dan
selanjutnya diendapkan di gua gua dalam bentuk stalakmit dan stalaktit. Bentuk
bentuk ini kita jumpai umpamanya di daerah gua tabuhan (Punung,
Wonogiri),gua Cermin (Wonosari),daerah Nusa Kambangan dll.
Sering pula terjadi pengendapan didekat mata air atau tepi kali yang disebut Tuff
kapur.Travertin terjadi dengan jalan yang sama tetapi lebih padat. umpama dapat
di gunung kapur (dekat Bogor).
Larutan air magma tebentuk dalam keadaan dengan tekanan dan suhu yang tinggi,
sehingga banyak bahan yang terlarut didalamnya. bila suhu dan tekanan
berkurang maka diendapkanlah mineral mineral hidrotermal sumber sumber air
panas dan geyser geyser terdapat didaerah daerah dimana terdapat intrusi intrusi
magma yang mendekati permukaan bumi. Maka air tanah yang bergerak ini akan
mengalami penaikan suhu dan tekanan sehingga akan lebih banyak bahan bahan
mineral yang terlarut didalamnya dari pada keadaan biasa, dimana suhu dan
tekanan sesampainya dipermukaan tanah seperti biasa itu. Maka didaerah daerah
ini akan banyak diendapkan Tuff kapur dan Travertin, sintersilisium atau geyser
Larutan yang mengandung ZnSO4 bila melalui daerah kapur akan menyebabkan
terbentuknya ZnCO3 (mineral Smithsonit) dan CaSO4 (anhidrit atau gypsum).
Umumnya suatu larutan melarutkan sesuatu mineral, selanjutnya mengendapkan
mineral lain ditempatnya. Maka mineneral galenit (PbS) dan siulfida lain
diendapkan dari larutan dan sekaligus menempati /mengganti batuan kapurnya
dimana larutan saling berhubungan.
Tekstur atau struktur mineral yang terganggu, umumnya dipertahankan oleh
mineral yang menggantikannya. Contoh lain adalah pengisian bahan bahan
silisium (silikasi) kayu kayu, dimana larutan silisium mengganti bahan selulosa
dengaan opal, tetapi dengan strukturnya seperti kayu. keadaan ini umpamanya
kita jumpai di kali Baksoka (Punung Wonogiri). Proses ini disebut metasomatis
dan penting sekali pada pembentukan mineral mineral bijih.
Air yang mengandung H2S akan memberikan sulfide sulfida bila berhubungan
dengan larutan dari daerah tambang yang mengandung Zn,Cu,Fe dll.
Moluska moluska, crikoida crikoida dll akan menyerap CaCO3 dari air laut dan
mengeluarkannya lagi dalam bentuk bahan bahan pelindungnya, dalam bentuk
aragonite atau kalsit .Radiolaria, Diatome dan bunga bunga karang (spons )
mengeluarkan bahan silisium dan membentuk diatome. Umpama kita dapatkan
didaerah sangiran (Kaliyoso Surakarta), Bumiayu dll. juga dikeluarkan dalam
bentuk batu api, beberapa jenis kalsedon dll.
Limonit dan belerang dapat terjadi karena pengaruh bakteri dalam air yang
mrngandung besi atau sulfat (di danau danau pegunungan Dieng), begitupula
pengedapan NaNO3 dianggap sebagai pekerjaan makhluk makhluk juga (Chili)
Banyak mineral mineral (bijih bijih) yang penting seperti magnetit, ilminite,
Chromit, Pyrrotit, chalcopyrite dll berasal dari magma, ini disebut mineral mineral
primer. Banyak bahan bahan yang mudah menguap telarut alam magma seperti uap
air, chlor, Fluor, Sulfur, Borium, CO2 dll. Adanya bahan bahan ini akan menurunkan
suhu penghabluran dan menurunkan kekentalan atau viskositas magma dan mereka
ini dapat ikut menjadi persenyawaan persenyawaan yang sedang terbentuk karenanya,
baik besar maupun susunan mineral. Gas gas yang keluar dapat memberikan mineral
mineral baru. Dari penyelidikan penyelidikan mikroskop terhadap banyak batuan
batuan, ternyata bahwa sering menunjukan adanya urutan urutan tertentu dalam
pembentukan mineral magmatis. Deretan yang disederhanakan ini akan terdiri :
a. Bagian bagian tambahan/asesoris
Apatit Ca5,(F,Cl,OH)(PO4) 3CaF2
Zirkon ZrSiO4
Magetite Fe3O4
Hematit Fe2O3
Pyrite FeS2
b. Silikat silikat dengan kadar Fe, Mg yang tinggi :
Piroksin Piroksin, Amphibole amphibole,olivine dan Biotite.
c. Silikat silikat dengan kadar Ca yang tinggi :
Bagian anortit dari deret plagioklas
d. Silikat silikat yang kaya akan alkali :
Orthoklas dan bagian albite dari deret plagioklas atau pengganti feldspar seperti
leucite dan nephelin.
e. Kadang kadang kuarsa kalau dalam magma masih cukup asam silikat :
Karenanya maka mineral mineral ubahan yang menghablur lebih dahulu ini akan
selalu mendapat kesempatan untuk mendapatkan bentuknya sendiri, mereka ini
berbentuk sempurna atau idiomorf.
Termasuk disini tidak hanya mineral mineral yang langsung menghablur dari
uap atau gas, tetapi juga sebagai hasil interaksi gas yang lain atau gas dengan batuan
batuan. Contoh yang umum dari sumblimasi ialah pembentukan salju, sebagai hasil
penghabluran uap air, yang langsung terjadi seperti halite, salmoniak (NH4Cl),
belerang, asam borat, ferri klorida dll.
Didekat lubang kepundan sering kita jumpai hematite dalam lubang lubang lahar
sebagai hasil interaksi ferri klorida dan uap air menurut ;
2FeCl3 + 3H2O Fe2O3 + 6 HCl
yang lebih penting lagi ialah mineral mineral yang terbentuk sebagai hasil reaksi gas
gas (Cl,B,S,H2O dll) dangan batuan yang berdekatan (intrusi intrusi magma
granitik ). Mineral yang terbentuk dengan jalan ini disebut sebagai hasil proses
pneumatolistis. Sebagai contoh ialah pembentukan kasiterit (SnO2) yang sering
bersama sama dengan florit CaF2, menurut reaksi :
SnF4 + 2H2O SnO2 + 4HF
4HF + 2CaCO3 2CaF2 + 2H2O + 2CO2
batu kapur fluorit
Uap air dan SnF4 yang mudah menguap itu mengadakan interaksi, maka terbentuklah
kasiterit dan asam fluor dan asam ini yang merupakan bahan chemis larutan, maka
akan merubah sifat, struktur dan susunan mineral baru bila ia berhubungan dengan
bahan atau batuan lain. Mineral mineral lain yang terjadi sebagai hasil pneumatolisis
ialah trauomalin topas, apatit,skapolite dan phologobit.
Karena faktor faktor tertentu seperti panas uap air, tekanan dan pengaruh
chemis larutan maka batuan beku maupun batuan endapan akan mengalami
perubahan. Kalau perubahan hanya dibagian luar saja maka disebut metamorfime
local, termal atau kontak. Tipe metamorfisme ini jelas didekat batholit batholit, stok,
tiang tiang intrusi/dyke dll, ialah dimana batuan batuan yang tua terutama yang tidak
mudah terkena pengaruh intrusi batuan.
Perubahan ini dapat pula meliputi daerah yang luas yang umumnya karena
pengaruh pengaruh orogenetis atau pembentukan pegunungan pegunungan.
Perubahan perubahan ini sebagai akibat metamorfisme regional atau dynamic
metamorfisme.
Yang dipengaruhi di sini meliputi daerah yang luas dan struktur batuan yang
mengalami perubahan dengan jelas. Tetapi disini tidak terbentuk begitu banyak
mineral mineral seperti pada metamorfisme local atau metamorfisme kontak tadi.
Pada metamorfisme regional bahan bahan bitumitus yang lunak akan diubah
menjadi arang yang keras atau antrasit, endapan endapan batuan kapur dirubah
menjadi marmer atau pualam, batuan granit menjadi gneis dll.Batuan pesir kuarsa
akan menjadi kuarsit, Shale menjadi slate atau “micaschist” dll. Contohnya ialah
di daerah kali luk kulo (Kebumen)
Mineral dapat terdapat secara tersebar diantara mineral/batuan yang lain atau
terikat sebagai kristal kristal atau kerak pada mineral atau batuan lain bila tersebar
mereka ini memberikan bentuk bentuk kristalnya meskipun dalam bentuk butir butir,
umpama mineral pyrite dalam batuan kuarsa. Pecahan pecahan atau celah celah yang
terisi mineral disebut urat urat atau vein dan kalau terikat macam macam mineral
yang diendapkan secara berlapis disebut urat yang berlapis lapis. Bangun serta sifat
fisis yang umum bagi urat urat tergantung dari bentuk celah dimana mineral mineral
di endapkan. Dalam batuan yang padat dan homogen seperti granit maka celah tadi
cukup teratur dan halus permukaannya. Bila batuan mudah pecah atau berbutir butir
seperti pada schist, maka kita dapatkan celah celah saja, sedangkan pada batuan
batuan yang mudah larut/lapuk seperti pada batuan kapur, maka bentuk celah tidak
teratur lagi. Urat yang khas terdiri atas endapan endapan mineral yang mengisi celah
celah dengan batas batasnya yang jelas (berlapis lapis)
Kandungan mineral dalam urat urat tergantung dari susunan chemis larutan
darimana mieral mineral di hablurkan. Banyak sekali macam macam urat sehinga
pengumpulan atau asosiasi mineral akan bermacam macam juga. Tetapi terdapat
mineral mineral tertentu dan pengumpulan pengumpulan yang sering terdapt
didalamnya.
Sulfida sulfida merupakan mineral yang umum dalam urat urat. Mineral mineral urat
yang umum ialah :Pyrit (FeS2), Chalcosit (CuFeS2), galenit (PbS), sphalerit (ZnS),
Chalcosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), markasit (FeS2), arsenopyrit (FeAs2), stibnite
(Sb2S3), tetrahydrit (Cu6Sb2S7) dll.
Selain itu terdapat juga mineral mineral bukan logam yang kurang penting
dalam arti komersial yang disebut mineral mineral tambahan, seperti kuarsa(SiO 2),
kalsit (CaCO2), dolomite (CaMgCo2) 2, siderite (FeCO2), barit (BaSO4), fluorit (CaF2),
rhodocrosit (Mn3) dll.
Lindgren 1928 menggolongkan mineral mineral urat mengingat derajat/urutan
suhu dalam pembentukannya. Mengingat bahwa bertambah dalam letak endapan
bertambah tinggi suhunya maka endapan endapan dapat digolongkan menjadi :
1. Eendapan hypotermal, dimana terdapat suhu dan tekanan yang tinggi (3000 –
5000c), seperti pada pembentukan mineral mineral emas (Au), kalsitetit
(FeSnO2), wolfranit ((Fe,Mn)WO4), schelit (CaWO4), megnetit(Fe3O4), dll
2. Endapan Mesotermal, dimana mendapat suhu dan tekanan yang sedang (2000
– 3000c), seperti pada pembentukan galenit (PbS), sfalerit, arsenopyerit,
tetrahedrit, enargit (Cu2As4) dll
3. Endapan Epithermal, endapan dekat permukan bumi dengan suhu dan tekanan
yang rendah (500 – 1500c), seperti pembentukan cinnabar (HgS), stibnite
(Sb2S3), pyrite, markasit dll
Urat Pb Zn
Mineral mineral Pb dan Zn kadang kadang bersama sama terutama pada endapan
endapan yang terdapat dalam batuan kapur. Mineral mineral utama dari endapan
ini ialah galenit, sfaelerit, markasit, chalchopyrit, smitsonit (ZnCO 3), calamin atau
smitsonit (ZnCo3) dll
Urat Cu Fe
Sulfida sulfida Cu dan Fe agak umum bersama sama dan mineral mineral utama
dalam urat urat ini ialah pyrite, chalchopyrit, chalcocit, bornit, tetrahedrit, enargit
dl
2.4 MINERAL URAT PRIMER DAN SEKUNDER PERKAYAAN SEKUNDER
Mineral mineral urat primer ialah yang pertama utama terbentuk di edapan
dari larutan yang naik sedangkan yang sekunder berasal dari primer karena pengaruh
dari larutan atau air yang mengandung O2 dari permukaan air tanah yang meresap ke
bawah. Mineral mineral primer yang penting ialah pyrite, chalchopyrit, sfalerit dan
galenit.
Karena pengaruh oksidasi ini terbentuk senyawa senyawa yang mengalami
oksidasi dan terjadi mineral mineral baru karena kehilangan oksigen dalam air dalam
jarak yang pendek saja, maka mineral mineral; sekunder tadi hanya terdapat di bagian
teratas dari urat urat saja. Bersama sama dengan pembentukan mineral mineral
sekunder tadi, terdapat penghanyutan logam logam yang penting kebawah kedalam
urat urat tadi, ialah karena pelarutan/ pelapukan dibagian atas dan diendapkan
dibagian yang lebih dalam, sehingga dapat terjadi perkayaan sekunder karenanya.
Jadi daerah mineral mineral sekunder ini merupakan daerah perkayaan juga.
Hal ini penting, karena 30 – 100 m dibawah atau dari bagian atas urat tadi merupakan
bagian terkaya dari suatu endapan. Bijih bijih dibawahnya berubah ke bagian yang
tidak mengalami perubahan dan perkayaan dan umumnya terlalu merugikan untuk
dapat dipertambangkan.
Dipandang dari sudut ekonomis maka mineral mineral merupakan bahan yang
sangat penting karena bahan yang sehari hari yang berupa bahan bahan yang organik
umumnya berupa mineral atau bahan yang berasal dari mineral
2 kaya akan O2
1
Keterangan :
- 1 dan 2 daerah reduksi
- 3 dan 4 daerah oksidasi
- 3 daerah oksidasi terkuat
- 2 daera reduksi terkuat.
Cara Penyelidikan
1. WARNA (COLOUR)
2. Perawakan kristal (crystal habit)
3. Kilap (luster)
4. Kekerasan (hardness)
5. Gores (streak)
6. Belahan (cleavage)
7. Pecahan (fracture)
8. Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
9. Berat jenis (specific gravity)
10. Rasa dan bau (teste and odour)
11. Kemagnetan
12. Derajat ketransparanan
13. Nama mineral dan Rumus Kimia.
1. WARNA (COLOUR)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan
sebagian dipantulkan (refleksi). Warna penting untuk membedakan antara
mineral akibat pengotoran dan warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama
pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-
elemen utama pada mineral disebut dengan nama Idiochromatic.
Misal : Sulfur berwarna kuning, Pyrite berwarna kuning Loyang, Magnetite
berwarna hitam
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut
dengan nama Allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah :
- abu-abu
- biru bervariasi
- kuning
- coklat gelap
- merah muda
Kuarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna
berubah-ubah menjadi :
- violet (amethyst)
- merah muda
- coklat-hitam
Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada
mineral disebut dengan nama Chromophores.
Misal : Ion-ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores
dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan
biru.
a. Komposisi Kimia.
b. Struktur kristal dan ikatan atom.
c. Pengotoran dari mineral.
Macam-macam kilap :
4. KEKERASAN (HARDNESS)
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahnmineral
terhadap goresan(scratching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan
jalan menggoreskan permukaan moneral yang rata pada mineral standart dari skala
Mohsyang sudah di ketahui kekerasannya.
Misal suatu mineral di gores dengan Kalsit (H = 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Fluorite (H = 4), maka mineral tersebut
mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.Dapat pula penetuan kekerasan relatif
mineral dengan mempergunakan alat-alat sederhana yang sering tersapat di sekitar
kita.
Misal: - Kuku jari manusia H = 2,5
- Kawat tembaga H=3
- Pecahan kaca H = 5,5
- Pisau baja H = 5,5
- Kikir baja H = 6,5
- Lempeng baja H=7
Bila mana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
5. GORES (STREAK).
Gores adalahmerupakan warna asli dari mineral apbila mineral tersebut di
tumbuk sampai halus. gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena stabil
dan penting untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya
berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan
keping porselin, tetapi apabila mineral mempuntyai kekerasan lebih dari 6, maka
dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh: - Quartz = putih/ tak berwarna.
- Gypsum = putih/ tak berwarna.
- Calcite = tak berwarna.
Mineral bukan logam ( non metalic mineral) dan berwarna gelap akan memberikan
gores yang lebih terang daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh: - Leucite = warna abu-abu/ gores putih.
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu/ gores putih.
Mineral yang mempunyai kilap metalic kadang-kadang mempunyai warna gores
yang lebih gelap dari warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Pyrite = warna kuning loyang / gores hitam.
- Copper = warna merah tembaga/ gores hitam.
- Hematite = warna abu-abu kehitaman/ gores merah.
Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : - Cinnabar = warna dan gores merah.
- Magnetite = waran dan gores hitam.
- Azurite = warna dan gores biru.
6. BELAHAN (CLEAVAGE)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan
selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan
merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Belahan tersebut akan
menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian kristal
dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan
dapat dibagi menjadi:
a. Sempurna ( Perfect )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : - Calcite
- Muscovite
- Galena
- Halite
b. Baik ( Good )
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah tidak melaui bidang belahannya.
Contoh : - Feldspar.
- Hyperstene.
- Diopsite.
- Augite.
- Rhodonite.
c. Jelas ( Distinct )
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : - Staurolite.
- Scapolite.
- Hornblende.
- Anglesite.
- Feldspar.
- Scheelite.
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk
membentuk belahan dan pecahan sama besar.
Contoh : - Beryl.
- Corondum.
- Platina.
- Gold.
- Magnetite.
Yaitu apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata.
Contoh : - Apatite.
- Cassiterite.
- Native sulphur.
7. PECAHAN (FRACTURE)
Yang perlu dicatat padapraktikum mineral fisik ini adalah sifat dari mineral
yang diselidiki apakah paramagnetit (magnetit) ataukah diamagnetit (non-
magnetit).
- Paramagnetit (magnetit) : Mineral tersebut mempunyai gaya tarik terhadap
magnet.
- Diamanetit (non-magnetit) : Adalah mineral tersebut mempunyai gaya tolak
terhadap magnet.
Dalam menentukan nama mineral dan rumus kimia dilakukan setelah diskripsi
diatas selesai. Caranya dengan mencocokkan diskripsi diatas dergan tabel
determinan yang telah disediakan di laboratorium.
BAB V
MINERAL PEMBENTUK BATUAN (ROCK FARMING MINERAL)
A. Quartz (Kuarsa)
B. Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1. Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
2. Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar
ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan
Plagioklas.
C. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan
mineral ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam
suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar
dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid
adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang
umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal
hexagonal, walaupun bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain.
Warna dari mineral ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai
kekerasan nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai
2,65. Kilap pada nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap
minyak. Belahan permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal
besar. Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya
adalah trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal
dengan nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5
sampai dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite
umumnya adalah putih keabu-abuan.
A. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan
ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal
dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0.
mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan
pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
B. Piroksin
C. Amphibole (Horblende)
D. Mica