Anda di halaman 1dari 13

1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman
dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam
tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah dengan judul “Arsitektur Tradisional Sumatera Barat Rumah Adat


Gadang” dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Arsitektur Tradisional.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah Arsitektur Tradisional. Penulis juga berharap agar
isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan


penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah. Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan. Terima
kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan membaca makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb

Palu, 01 Desember 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN ...........................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................................4
1.3.1 Tujuan......................................................................................................4
1.3.2 Manfaat...................................................................................................4
BAB 2 ISI ................................................................................................................5
2.1 Gambaran Umum Rumah Adat Gadang.........................................................5
2.2 Pola Peruangan Rumah Adat Gadang.............................................................6
2.3 Bentuk umum Rumah Adat Gadang...............................................................7
2.4 Struktur dan Konstruksi Rumah Adat Gadang................................................8
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah Gadang merupakan rumah komunal masyarakat Minangkabau, rumah


ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah
Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama lain dengan Rumah
Baanjuang. Oleh karena itu, baik dari gaya, hiasan bagian dalam dan luar serta fungsi
sosial budaya Rumah Gadang mencerminkan kebudayaan dan nilai ke
Minangkabauan. Rumah Gadang berfungsi sebagai rumah tempat tinggal bagi
anggota keluarga satu kaum, yang mana merupakan perlambangan kehadiran satu
kaum dalam satu nagari, serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan seperti
tempat bermufakat keluarga kaum dan melaksanakan upacara. Bahkan sebagai
tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Rumah Gadang biasanya dibangun di
atas sebidang tanah milik keluarga induk di dalam suku atau kaum yang secara turun
temurun dan hanya dimiliki atau diwarisi kepada perempuan pada kaum tersebut.

Di halaman depan Rumah Gadang biasanya terdapat dua buah bangunan


rangkiang, yang digunakan untuk menyimpan padi. Kata “Gadang” dalam bahasa
Minangkabau artinya besar. Maka Rumah Gadang biasa memiliki ukuran besar dan
sering digunakan untuk menyelesaikan urusan besar, seperti musyawarah adat dan
upacara perkawinan.

Rumah Gadang memiliki bentuk seperti rumah panggung dan persegi panjang.
Lantainya terbuat 2 dari kayu. Atapnya menonjol dan mencuat ke atas. Biasanya
dicat dengan warna coklat tua. Arsitektur Rumah Gadang yang unik ini menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya.

4
Rumah Gadang menurut adat dimiliki oleh kaum perempuan yang akan terus
diwariskan oleh seorang ibu kepada anak perempuannya di bawah kewenangan
pemimpin kaum atau suku yang lazim disebut Mamak Kaum. Berdasarkan adat
Minangkabau, setiap Rumah Gadang didiami oleh keluarga besar pihak istri yang
terdiri atas nenek, anak-anak perempuan dan cucu perempuan. Makanya, sistem
kekerabatan suku Minangkabau adalah matrilineal. Artinya mengikuti garis
keturunan ibu.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana gambaran umum tentang Rumah Adat Gadang ?


 Bagaimana Pola peruangan mengenai Rumah Adat Gadang ?
 Bagaimana gambaran Bentuk Rumah adat Gadang ?
 Bagaimana Struktur dan Konstruksi Rumah Adat Gadang ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

 Untuk mengetahui gambaran umum tentang Rumah Adat Gadang


 Untuk Mengetahui Pola Peruangan mengenai Rumah Adat Gadang
 Untuk Mengetahui gambaran Bentuk Rumah Adat Gadang
 Untuk Mengetahui Struktur dan Konstruksi Rumah Adat Gadang

1.3.2 Manfaat

Manfaat diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pembaca


mengenai Arsitektur Tradisional

5
BAB 2
ISI

2.1 Gambaran Umum Rumah Adat Gadang

Rumah Gadang atau rumah Godang adalah nama untuk rumah adat
tradisional Minangkabau yang banyak dijumpai di provinsi Sumatera
Barat. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat
setempat dengan nama rumah Bagonjong atau Rumah Baanjuang.
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri. Contohnya saja seperti jumlah kamar
yang bergantung pada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya.
Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga
induk dari suku atau kelompok tertentu secara turun menurun dan hanya
dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan kelompok tersebut.
Rumah Gadang, di samping sebagai tempat tinggal, juga dapat
berfungsi sebagai tempat musyawarah keluarga, tempat mengadakan
upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan merupakan representasi
dari budaya matrilineal. Rumah Gadang sangat dimuliakan dan bahkan
dipandang sebagai tempat suci oleh masyarakat Minangkabau. Status
rumah Gadang yang begitu tinggi ini juga melahirkan berbagai macam
tata krama. Setiap orang yang ingin naik ke rumah Gadang harus terlebih
dahulu mencuci kakinya.
Bentuk rumah Gadang sendiri dapat diibaratkan seperti bentuk
kapal. Kecil di bawah dan besar di atas. Bentuk atapnya mempunyai
lengkung ke atas, kurang lebih setengah lingkaran, dan berasal dari
daun Rumbio (nipah). Bentuknya menyerupai tanduk kerbau dengan

6
jumlah lengkung empat atau enam, dengan satu lengkungan ke arah
depan rumah.

2.2 Pola Peruangan Rumah Adat Gadang

Rumah Gadang didasarkan kepada peritungan jumlah ruang, dalam


bilangan yang ganjil, dimulai dari tiga. Jumlah ruangan biasanya ada tujuh
tetapi ada juga yang jumlah ruangannya tujuh belas. Secara melebar sebuah
Rumah Gadang dibagi dalam didieh, biasanya mempunya tiga didieh.
Sebuah didieh digunakan sebagai biliek (ruang tidur), sebuah ruangan
yang dibatasi oleh empat dinding yang bersifat khusus dan pribadi. Ukuran
yang sesungguhnya diserahkan kepada rasa keindahan masing-masing orang.
Jadi ukuran suatu Rumah Gadang adalah relatif, dengan berpedoman kepada
petatah-petitih.
Permukiman masyarakat Minangkabau dikenal sebagai nagari. Nagari
memiliki teritorial beserta batasnya serta mempunyai struktur politik dan
aparat hukum tersendiri. Nagari terbentuk setelah melalui tahapan
penggabungan satuan permukiman dengan lingkup yang lebih kecil.
Permukiman terkecil disebut dengan taratak. Taratak berasal dari kata
“tatak”, yang berarti membuat daerah baru untuk dijadikan sebagai tempat
tinggal. Taratak dihuni oleh beberapa keluarga dalam satu suku yang sama.
Gabungan dari beberapa taratak akan membentuk dusun. Dalam dusun,
sudah mulai dibuka lahan pertanian.
Perluasan dusun akan membentuk koto. Koto dihuni oleh berbagai
kelompok suku. Seiring perkembangan koto, maka muncul kebutuhan untuk
membentuk nagari sebagai sistem pemerintahan.
Tipologi Rumah Gadang berbentuk persegi panjang yang tidak simetris
dan sedikit melengkung. Orientasi Rumah Gadang ini ada yang Timur-Barat

7
ada yang Utara-Selatan, namun harus tidak membelakangi Gunung Merapi.
Rumah Gadang ini menggunakan sistem rumah panggung.

2.3 Bentuk umum Rumah Adat Gadang

Ketika kita membicarakan tentang arsitektur rumah Gadang, pasti


yang akan pertama kali terbayang adalah bentuk atapnya yang runcing.
Atap ini disebut sebagai atap gonjong. Ciri khas bentuk atap gonjong ini
selalu ada di setiap rumah khas Minangkabau, bahkan pada rumah
modern mereka. Dahulunya atap rumah Gadang dibuat dari bahan ijuk
yang dapat tahan hingga puluhan tahun. Namun, belakangan atap rumah
banyak berganti dengan atap seng.
Bentuk gonjong yang runcing diibaratkan seperti harapan untuk
mencapai Tuhan dan dindiang, yang secara tradisional terbuat dari
potongan anyaman bambu, melambangkan kekuatan dan utilitas dari
masyarakat Minangkabau yang terbentuk ketika tiap individu menjadi
bagian masyarakat yang lebih besar dan tidak berdiri sendiri.
Ada pula yang mengatakan bahwa atap gonjong merupakan simbol
dari tanduk kerbau, simbol dari pucuk rebung, simbol kapal, dan simbol
dari bukit. Kerbau karena kerbau dinilai sebagai hewan yang sangat erat
kaitannya dengan nama Minangkabau. Pucuk rebung karena rebung
merupakan bahan makanan adat. Kapal karena orang Minangkabau
dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar.
Bukit karena daerah Minangkabau yang berbukit.
Pilar rumah Gadang yang ideal disusun dalam lima baris yang
berjajar sepanjang rumah. Baris ini membagi bagian interior menjadi
empat ruang panjang yang disebut Lanjar. Lanjar di belakang rumah
dibagi menjadi kamar tidur (Ruang). Menurut adat, sebuah rumah
Gadang harus memiliki minimal lima Ruang, dan jumlah ideal adalah

8
sembilan. Lanjar lain digunakan sebagai area umum yang disebut labuah
gajah (jalan gajah) yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari dan acara
seremonial.

2.4 Struktur dan Konstruksi Rumah Adat Gadang

Rumah Gadang atau Rumah Besar menjadi sebuah perlambang


kehadiran satu kaum dalam satu Nagari dan kediaman keluarga
Minangkabau sebagai pusat kehidupan dan kerukunan. Rumah Gadang
sendiri merupakan rumah tinggal keluarga besar yang biasanya memiliki
Rangkiang atau tempat penyimpanan padi di halaman rumahnya. Dua
bangunan ini merupakan bangunan yang terpisah, namun memiliki gaya atap
yang sama-sama bergonjong.
Sistem struktur pada Rumah Gadang menggunakan sistem rangka kayu.
Hampir semua pertemuan struktur menggunakan sambungan sendi karena
memakai sistem tumpang tindih dan coakan. Untuk mengokohkannya pun
menggunakan sistem pasak. Ukuran yang dipakai dalam menentukan
panjang pada Rumah Gadang adalah satuan eto. Eto adalah panjang antara
jari tengah hingga siku yaitu sekitar 45 cm. Orang Minang menyebut rumah
dibagi menjadi ‘ruang’ sebagai panjangnya, dan ‘lanjar atau labu gadang’
sebagai lebarnya. Setiap Rumah Gadang memiliki jumlah ruang dalam
bilangan ganjil: 3,5,7,9,11, bahkan ada yang sampai 17. Susunan ruang yang
ada di Rumah Gadang dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
Tipologi Rumah Gadang berbentuk persegi panjang yang tidak simetris
dan sedikit melengkung. Orientasi Rumah Gadang ini ada yang Timur-Barat
ada yang Utara-Selatan, namun harus tidak membelakangi Gunung Merapi.
Rumah Gadang ini menggunakan sistem rumah panggung. Di bawah lantai
panggung dulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan alat-alat
pertanian, tempar bertenun atau tempat ternak. Seluruh kolong ditutup

9
dengan sasak yang berkisi jarang. Sasak ini menggunakan material anyaman
bambu. Pondasi yang digunakan pada Rumah Gadang memakai umpak batu
kali.
Tiang-tiang pada Rumah Gadang akan langsung bertumpu pada batu
ini. Batu yang dipilih pun batu yang salah satu sisinya memiliki permukaan
datar sehingga dapat ditancapkan ke tanah. Lantai Rumah Gadang
menggunakan papan kayu yang dari tengah ke bagian pinggir semakin lama
semakin naik seperti lantai perahu. Pada bagian bawah papan lantai ini
terdapat balok-balok kayu penahan beban lantai. Dinding Rumah Gadang
juga terbuat dari kayu berupa papan dan tadiah (gedek). Dindingdinding ini
biasanya diukir sesuai dengan selera pemilik Rumah Gadang. Pada beberapa
kasus juga ada yang memakai anyaman bambu sebagai dinding.
Pada bangunan ini tidak ada yang disebut jendela, semua bukaan
disebut pintu. Ada yang disebut pintu di badan rumah dan ada pintu naik ke
rumah. Biasanya letak pintu berada pada bagian tengah muka bangunan dan
samping kiri kanan. Langit-langit memiliki material yang sama. Ratarata
memiliki sistem penopang seperti pada lantai. Sehingga pada bagian atas
langit-langit dibuat loteng sebelum atap.
Ruangan ini biasa dipakai untuk menyimpan benda-benda. Kemudian
baru penutup atap yang digunakan berupa ijuk yang diikatkan ke tali rotan
pada reng-reng bambu. Tiang Rumah Gadang berbentuk dasar bulat yang
biasanya dibuat bersegi-segi. Tiang-tiang ini menggunakan hasil hutan
Minangkabau.
Jenis kayu yang paling sering digunakan adalah jenis Joar yang sudah
berusia 15 tahun. Setiap penempatan tiang ini memiliki nama yang
menunjukkan fungsi ruang tersebut: tapi, temban, tengah, dalam, panjang
simajolelo, dan tiang tuo. Tiang tuo merupakan tiang yang dituakan karena

10
pada tiang tersebut berhubungan seluruh tiang-tiang bangunan Rumah
Gadang.
Untuk mengambil Tiang Tuo ini terdapat prosesi upacara adat yang
dilakukan oleh keluarga yang mau membangun Rumah Gadang sesuai
dengan arahan dari musyawarah yang dilakukan oleh pemuka adat dari suatu
Nagari.

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai