Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

OLEH :

AINUN NARIYAH
PO713201181002

Pembimbing

Rahman, A.Kep, S.Pd, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI D3 KEPERAWATAN
2020-2021
I. Kasus (Masalah Utama)

Harga Diri Rendah

II. Proses Terjadinya Masalah (Etiologi)


a. Faktor Predisposisi
1) Faktor biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf
pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti :
 Hambatan perkembangan otak khususnya korteks
frontal, - temporal, dam limbik (sistem kesadaran
dan emosi)
 Pertumbuhan dan perkembangan individu

Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat


mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang
dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin
besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran
negatif dan tidak berdaya.

2) Psikologis
Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat berpengaruh

terhadap respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan

yang dapat mempengaruhi adalah penolakan dan

kekerasan dalam kehidupan klien.

3) Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan,

kerusuhan, dan kerawanan), kehidupan terisolasi disertai

dengan stres yang menumpuk.

4) Faktor yang mempengaruhi harga diri

Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak

realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang

lain, dan ideal diri yang tidak realistis

5) Faktor yang mempengaruhi pasien

Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan

jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap

kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan

rasional, sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang

hangat, kurang ekspresif dibandimg wanita. Sesuai

dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan

tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik

diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang

berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang

suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan

menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran tidak

sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan

masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang

berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai

sejumlah peran.
6) Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya
dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu
curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan
dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal
sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya. Kontrol orang
tua yang berat pada anak remaja akan menimbulkan
perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan
faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja
ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh
kelompoknya.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah
hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan
atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya

c. Perilaku
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan
kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien
suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan
orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.

d. Mekanisme Koping
Klien lebih sering menghayal, disasosiasi, isolasi, proyeksi,
mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain

e. Sumber Koping

f. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2016) dan Yosep (2015), pohon masalah

pada pasien dengan harga diri rendah adalah sebagai

berikut: isolasi sosial : menarik diri

Efek :

Core Problem :
gangguan konsep diri : harga diri rendah

Causa : Koping individu tidak efektif


A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Isolasi Social : Menarik Diri

 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

 Koping Individu tidak efektif

B. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa : Harga Diri Rendah

Intervensi Keperawatan pada Pasien :


a. Tujuan
Tujuan umum : Klien memiliki

konsep diri yang positif Tujuan

Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang di milikinya.

3. Klien dapat menilai kemapauan yang digunakan.

4. Klien dapat menetapkan dan merencanakan

kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan


kemampuannya.

b. Tindakan keperawatan
1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang
masih dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek
positif yang masih dimilikiya, perawat dapat melakukan hal-hal
berikut ini :
 Diskusikan tentang jumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan
dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negatif.

2. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-


cara berikut :
 Diskusikan dengan pasien mengenai
kemampuannya yang masih dapat
digunakan saat ini.
 Bantu pasien menyebutkannya dan beri
penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respon yang kondusif dan
upayakan menjadi pendengar yang aktif

3. Membantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemapuan yag akan


dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
 Diskusikan dengan pasien kegiatan yang
akan dipilih sebagai kegiatan yang akan
pasien lakukan sehari-hari
 Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien
lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal

4. Latih kemampuan yang dimiliki pasien dengan cara berikut :


 Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan.
 Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien

5. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih


 Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan yang dapat dialakukan pasien setiap
hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi
dan perubahan setiap kegiatan
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
 Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan

Intervensi Keperawatan Pada Keluarga

a. Tujuan
Tujuan Umum : Keluarga diharpakan dapat merawat pasien dengan harga
diri rendah di rumah dan menjadi system pendukung yang efektif bagi
pasien.

Tujuan Khusus :
• Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien.
• Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang
masih dimiliki pasien.
• Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
• Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.

b. Tindakan Keperawatan

1. Diskusikan masalah yang di hadapi keluarga dalam merawat pasien.


2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri
rendah yang ada pada pasien.
3. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang
dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya.
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5. Demostrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.

6. Beri kesempatan pada keluarga untuk


mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah seperti yang telah perawat
demostrasikan sebelumnya.

7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

Pasien Keluarga
No
SPIP SPIK
1 Identifikasi kemampuan melakukan Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
kegiatan dan aspek positif yang dimiliki dalam merawat pasien
pasien (buat daftar kegiatan)
2 Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
dilakukan saat ini (pilih dari daftar terjdinya harga diri rendah (gunakan booklet)
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini
3 Bantu pasien memilih salah satu kegiatan Diskusikan kemampuan atau aspek positif
yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih pasien yang pernah dimiliki sebelum dan setelah
sakit
4 Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara Jelaskan cara merawat harga diri rendah terutma
melakukannya) memberikan pujian semua hal yang positif pada
pasien
5 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk Latih keluarga memberi tanggung jawab
dilatih dua kali per hari kegiatan pertama yang dipilih pasien: bimbing
dan beri pujian
Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
SPIIP SPIIK
1 Evaluasi kegiatan pertama yang telah Evaluasi kegiatan keluarga daam membimbing
diltih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama yang
dipilih dan dilatih pasien. Beri pujian
2 Bantu pasien memilih kegitan kedua yang Bersama keluarga melatih pasien dalam
akan dilatih melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien
3 Latih kegiatan kedua (alat dan cara) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
4 Masukkan pada jadual kegiatan untuk
latihan: dua kegiatan masing masing dua

C. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien (Keliat, dkk 2015).

Evaluasi dibagi 2 :
1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan.

2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon


klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan dengan
perawatan SOAP. Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan
kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu : Dapat menunjukkan
peningkatan harga diri.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2016. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Hawari, D. 2016. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa:


Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Townsed, M. C. 2016. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi

3. Jakarta: EGC. Yosep, I. 2015. Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Refika Aditama.

Damaiyanti, Mukripah dan Iskandar. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung


: PT. Refika Aditama.

Dermawan, D., R. (2013). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan


Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Fajriah (2015). Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Isolasi Sosial.


Fitria, N. (2016). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP dan SP): Untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Keliat, Ana, Budi., dkk. (2015) Modul Unit Perawatan Intensif Psikiatri. Penerbit
: RSJD AHM Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai