Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

CEDERA KEPALA

DISUSUN OLEH

NAMA:NIA RISKI ASPRIYANTI

KELAS: 5 B

NIM:PO.71.20.3.18.046

Dosen Pembimbing : H. Jhon feri S.Kep,Ns, M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Cedera kepala adalah trauma yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan
otak. cedera kepala sering dan penyakit neurologik yang serius diantara penyakit
neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil kecelakaan jalan raya.
Cedera kepala adalah cedera kepala dengan GCS (Glasgow Coma Scale) antara 9
sampai 13.

Cedera kepala sedang adalah cedera kepala dengan Glasgow coma scale antar 9
sampai 12 dengan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit, tetapi kurang
dari 24 jam serta dapat mengalami fraktur tengkorak (Wijaya dan putri, 2013).

B. Etiologi
Penyebab dari cedera kepala antara lain:
1. Kecelakaan sepeda motor atau lalu lintas
2. Jatuh, benturan dengan benda keras
3. Karena pukulan dengan benda tajam, tumpul dan perkelahian
4. Cedera karena olahraga.
Berbagai macam penyebab dari cedera kepala diantaranya karena adanya
percepatan mendadak yang memungkinkan terjadinya benturan atau karena
perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala membentur objek yang tidak
bergerak. Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan pada sisi yang berlawanan.

C. Manifestasi klinis
Gejala-gejala yang sering muncul pada cedera local tergantung pada jumlah dan
distribusi area otak. Nyeri yang menetap dan setempat, biasanya menunjukan adanya
fraktur.

1. Fraktur kubah krinal menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur, dan atas alas an
ini diangosa yang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar-x
2. Fraktur dasar tengkorak
Cenderung melintas sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi tengah
telingah temporal, dimana daapat menimbulkan tanda seperti :
- Hemoragi dari hidung, faring, atau teliga dan darah terlihat dibawah
konjungtiva.
- Ekimosis atau memar, mungkin terlihat diatas mastoid.
3. Laserasi atau kontusio otak ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah
4. Penurunan kesadaran
5. Sakit kepala
6. Mual, muntah
7. Pingsan
D. Patofisologi
Sebagian besar cedera otak tidak disebbkan oleh cedera langsung terhadap
jarigan otak, tetapi terjadi sebagian akibat kekuatan luar yang membentur sisi luar
tengkorak kepala atau dari gerakan otak itu sendiri dalam rongga tengkorak. Pada
cedera deselarasi, kepala biasannya membentuk suatu objek, sehingga terjadi deselarasi
tengkorang yang berlangsung tiba-tiba. Orak tetap akan bergerak kearah depan,
membentur bagian dalam tengkorak tepat dibawah titik bentur kemudian berbalik arah
membentur sisi yang berlawanan dengan titik bentur awal. Oleh sebab itu, cedera dapat
terjadi pada daerah benturan (coup) atau pada sisi sebaliknya( contra coup).
Patofisologi cedera kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses yaitu cedera
kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer merupakan suatu
proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan
member dampak cedera jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat
cedera kepala primer, misalnya akibat hipoksemia, iskemia, dan pendarahan.
Pendarahan serebral menimbulkan hematoma, misalnya pada epidural hematoma yaitu
berkumpulnya antara periosteum tengkorak durameter, subdural hematoma akibat
berkumpulnya darah pada ruang antara dura meter dengan sub arakhnoiddan intra
serebral hematoma adalah berkumpulnya darah didalam serebral. Kematian pada cedera
kepala disebabkan karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi auto
regulasi menimbulkan perfusi jaringan serbral dan berakhir pada iskemia jaringan otak.
E. Woc

Kecelakaan, terjatuh,
Terkenapeluru trauma persalinan,
bendatajam penyalahgunaanobat/
alkohol
Trauma tajam CEDERA KEPALA Trauma tumpul

Ekstrakranial / TulangKranial Intra Kranial/


kulitkepala JaringanOtak

Breathing Blood Brain


Penumpukandara Bladder Bone
Pendarahan, Pendarahan h di otak
hematoma,
Alirandarahke Penurunankesadar
kerusakanjari Perdarahan Gangguansara
otak ansensori
ngan fmotorik
MK :Gangguan
Perfusi
Jaringan
MK
Serebal
:Gangguan
Persepsi MK
sensori :Gangguan
Mobilitas
MK :Pola Nafas Fisik
TidakEfektif MK :Perubahan
Pola Eliminasi
Urine

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
a) CT Scan
 hematom serebral
 edema serebral
 perdarahan intra cranial
 fraktur tulang tengkorak
b) MRI :dengan atau tanpa menggunakan kontras
c) EEG :Memperlihatkan keberadaan atau perkembangan gelombang patologis.
d) Angiografi serebral :menunjukkan kelainan sirkulasi serebral
2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Elektrolit serum :cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi
Natrium, retensi Na berakhir dapat beberapa hari, di ikuti dengan diuresis Na.
b) Hematologi :leukosit,Hb,albumin,protein serum,globulin.
c) CSS :menentukan kemungkinan adanya Perdarahan sub arakhnoid
(warna,komposisi dan tekanan)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Pedoman resusitasi dan penilaian awal
 menilai jalan nafas :bersihan jalan nafas
 menilai sirkulasi :frekuensi denyut jantung dan tekanan darah
 obati kejang :kejang konvoisi dapat terjadi dan harus di obati
2. Pedoman penatalaksanaan
 cairan IV NaCl 0,9%
 CT Scan
 pada pasien dengan GCS kurang, hiperventilasi, monitol 20%
3. Penatalaksanaan khusus cedera kepala ringan pasien umumnya dapat di pulangkan
kerumah tanpa pemeriksaan CT Scan bila pemeriksaan neurologis dalam batas
normal,poto servikal normal.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi ,nama ,alamat ,umur , pekerjaan, agama ,suku, No RM,
tanggal masuk RS ,dan diagnosis medis
2. Riwayat Kesehatan
- keluhan utama :biasanya klien dating ke RS karena terjadinya penurunan
kesadaran akibat trauma pada kepala
- Riwayat Penyakit Sekarang: biasanya klien dating ke RS karena mendapat trauma
kepada kepala baik oleh benda tumpul ataupun tajam dengan keluhan pusing atau
sampai terjadi penurunan kesadaran
- Riwayat penyakit dahulu :Apakah sebelumnya klien pernah mengalami cidera
kepala, riwayat hipertensi, riwayat DM dan apakah klien mempunyai alergi obat.
3. pemeriksaan Fisik
- Kepala :Terdapat memantau luka robekan pada kulit klien ,ada benjolan pada
kepala ,ada nyeri tekan pada kepala .
- Wajah :Mengkaji apakah terdapat memar diwajah , kelainan pada mata ,hidung,
telinga,dan mulut ,apakah terdapat massa ,lesi dan nyeri tekan.
- Abdomen :Apakah ada benjolan (kelainan pada abdomen ) lesi atau luka dan
nyeri tekan.
- Ekstremitas :Mengkaji apakah ada fraktur ,keutuhan kulit ,ada lesi meraba akral .
4. Pemeriksaan penunjang
- CT -scan kepala :Melihat adanya hematom serebral ,edema serebral ,
perdarahan,intraksional dan fraktur tulang tengkorak
- MRI :Sama dengan CT -Scan dengan tau tanpa menggunakan kontras
- EEG :Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis .
- Fungsi Lumbal ,CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subaroknoid.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d gangguan neurologis ( cedera kepala)
2. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala

C. Intervensi Keperawatan
Dx.1 pola nafas tidak efektif b.d gangguan neurologis (cedera kepala)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan pola nafas tidak
efektif teratasi dengan kriteria hasil :

SLKI :pola nafas

Kriteria hasil
Dispnea 1 2 3 4 5√
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5√

Intervensi:

SIKI :pemantauan respirasi dan manajemen jalan nafas

1. Monitor frekuensi nafas


2. Monitor pola nafas (seperti :bradipnea, lakipnea, kussmaul)
3. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
4. Monitor saturasi oksigen
5. Berikan oksigen, jika perlu

Dx. 2 resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan resiko perfusi
serebral tidak efektif teratasi dengan criteria hasil :

SLKI : status neurologis

Kriteria hasil
Tingkat 1 2 3 4 5√
kesadaran
Tekanan darah 1 2 3 4 5√
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5√
Frekuensi nafas 1 2 3 4 5√

Intervensi : SIKI : pemantauan neurologis Dan pencegahan perdarahan

1. Monitor tingkat kesadaran


2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor status pernafasan
4. Monitor tanda dan gejala perdarahan
5. Pertahankan bed rest selama perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, A.s danyessie, M.p (2013). Keperawatan medical bedah.Yogyakarta :Nuha Medika.
PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia definisi tindakan keperawatan.
Jakarta Selatan : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia definisi dan criteria hasil keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia definisi dan indicator diagnostik
ed.1. Jakarta Selatan :DPP PPNI.

https ://Id. Scribd.com/doc/205973252/Askep-cks. diakses di Lubuklinggau pada tanggal 14


Maret 2020.

Anda mungkin juga menyukai