TINJAUAN PUSTAKA
gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar hutang dan lain
perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan
dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil
produksinya. Uang yang masuk yang bersumber dari hasil penjualan barang
selanjutnya. Dengan demikian, uang atau dana tersebut akan berputar secara terus-
memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar yang
dimiliki suatu perusahaan atau setelah aktiva lancar dikurangi dengan utang
lancar. Atau dengan kata lain modal kerja merupakan investasi yang ditanamkan
dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat berharga,
15
kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula
dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari”.
capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar, sedang untuk modal
kerja sebagai aktiva lancar digunakan istilah modal kerja bruto (gross working
capital)”.
yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang
dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam
pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang
16
hutang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana
periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang digunakan selama
Berdasarkan konsep di atas, definisi modal kerja adalah modal kerja neto
(net working capital) atau sering disebut modal kerja saja, yang merupakan selisih
antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan
sejumlah dana yang diinvestasikan oleh perusahaan dalam bentuk aktiva lancar
seperti kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan dikurangi hutang lancar
17
aktiva lancar
pada waktunya,
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang
dibutuhkan.
18
dua, yaitu :
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital), yaitu jumlah modal kerja
usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja
Modal kerja yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital), yaitu modal kerja yang
19
Dari penjelasan tentang jenis modal kerja di atas, jelaslah jika perusahaan
keadaan yang berlaku dan juga sesuai dengan situasi yang terjadi.
kerja atau working capital, sering pula disebut sebagai gross working capital atau
modal kerja kotor didefinisikan sebagai item-item pada aktiva lancar, yakni kas
(inventory)”.
Menurut Brealey et al. (2008: 138) modal kerja secara kolektif terdiri dari
asset lancar dan kewajiban lancar. Dimana salah satu aset lancar yang penting
piutang, akan tetapi bersamaan dengan itu juga risiko tidak tertagihnya piutang
elemen utama modal kerja yang selalu dalam keadaaan berputar. Pengelolaan
20
keuntungan perusahaan.
Aset lancar lainnya adalah kas dan sekuritas (surat berharga) yang dapat
dipasarkan. Kas dan surat berharga merupakan aktiva yang paling likuid bagi
kas dan surat berharga. Sedangkan kewajiban lancar yang termasuk dalam modal
kerja terdiri dari utang usaha dan pinjaman jangka pendek lainnya.
Pada dasarnya kebutuhan modal kerja perusahaan terdiri dari dua bagian
pokok, yaitu :
1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang
harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan
keuangan, dan
pemegang saham perusahaan. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai
atau berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan
karena akan semakin besar kemampuan untuk memperoleh kredit dan semakin
21
berasal dari :
Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba
securities atau efek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang yang segera
unsure modal kerja yaitu bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas.
Hasil penjualan aktiva tetap investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva
Perusahaan dapat mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para
dapat juga mengeluarkan obligasi dalam bentuk utang jangka panjang lainnya
22
1. Volume Penjualan
3. Aktivitas Perusahaan
memiliki piutang dagang. Hal ini akan mempengaruhi tingkat perputaran dan
jumlah modal kerja perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan
akan dijual.
23
bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai.
mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan
yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar
Setiap aktivitas atau tindakan akan diukur kinerjanya atas dasar suatu
kriteria tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang biasa digunakan
untuk mengukur kinerja suatu aktivitas atau tindakan tersebut salah satunya
adalah efisiensi. Efisiensi secara umum merupakan suatu ukuran yang dinilai dari
segi besarnya penggunaan sumber dan biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan
yang dijalankan. Efisiensi juga merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dengan
24
direalisasikan.
efisiensi adalah rasio keluaran terhadap masukan atau jumlah keluaran per unit
hubungan antara input dan output yang merupakan ukuran apakah penggunaan
barang dan jasa yang dibeli atau dipakai oleh organisasi untuk mencapai output
tertentu.
25
ataupun kekurangan.
kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal. Efisiensi modal kerja
karena semakin efisien penggunaan modal kerja maka hal tersebut menunjukkan
jangka panjang dan untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan yang
dalam hal ini memperbesar kekayaan bagi para pemilik. Apabila manajer
keuangan tidak dapat mengelola modal kerja secara efisien, maka tidak akan ada
jangka panjang.
Efisiensi modal kerja suatu perusahaan dapat dilihat dari rasio yang
26
antara modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang
dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Dari
hubungan antara penjualan dengan modal kerja tersebut dapat diketahui juga
apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau bekerja dengan
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 ℎ
Working Capital Turnover = atau
𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 −𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 ℎ
Working Capital Turnover =
𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾
yang ditanam dalam persediaan dan piutang atau dapat juga menggambarkan tidak
tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan
piutang yang tinggi. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya
hutang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutang
dapat diubah menjadi uang kas. Sedangkan perputaran modal kerja yang rendah
27
2008:182).
Siklus modal kerja atau periode perputaran modal kerja dimulai saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat kembali lagi menjadi
kas. Semakin pendek periode perputaran modal kerja, maka kreditur atau
lebih tinggi dibandingkan dengan periode perputaran modal kerja yang panjang.
perputaran modal kerjanya relatif lebih pendek, sebab semakin pendek periode
penggunaan hutang dan ekuitas ini tergambar dalam struktur modal. Terdapat
dengan modal sendiri. Dalam neraca, struktur modal tercermin pada hutang
hubungan campuran antara hutang dan modal sendiri dalam struktur keuangan
28
operasinya dan juga akan berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika
profitabilitas.
dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu hutang
beban bunga yang dapat menghemat pajak. Artinya beban bunga dapat
dikurangkan dari pendapatan sehingga laba sebelum pajak menjadi lebih kecil dan
29
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan
Miller (teori MM) yang muncul pada tahun 1958. Mereka berpendapat bahwa
didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, yaitu (Brigham dan
Houston, 2001:31):
d. Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perseroan
penggunaan hutang
Preposisi I: Jika tidak ada pajak nilai perusahaan tidak tergantung pada
Atau dengan kata lain, nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan
nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini
30
karena keuntungan dari biaya hutang yang lebih kecil (murah) ditutup
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis, kemudian pada tahun 1963
biaya bunga hutang adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak.
Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari
lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal
hutang lebih kecil dibandingkan dengan biaya modal saham), sehingga akan
31
meningkat).
praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena
semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga
hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang
reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari
memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan
32
dengan nilai perusahaan. Teori ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan
Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai
titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai
perusahaan.
(berupa suku bunga dan biaya kebangkrutan) yang timbul sebagai akibat
tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah. Dalam pecking order
theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik perusahaan
33
perusahaan.
kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah
risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi
deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan
tersedia.
sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Konsep leverage menjadi hal
yang penting dalam penentuan struktur modal perusahaan, karena konsep leverage
34
jangka pendek maupun jangka panjang). Rasio leverage sering disebut juga rasio
solvabilitas.
1. Jika investasi oleh pemegang saham tidak mencukupi, maka perusahaan dapat
tetap beroperasi dengan cara berhutang dan dengan begitu para pemegang
2. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar
rasio leverage maka semakin tinggi pula risiko kerugian yang dihadapi, tetapi
35
pula. Sebaliknya, apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang rendah maka
perusahaan tentunya memiliki risiko kerugian yang rendah pula, akan tetapi hal
tinggi.
leverage), dan total leverage. Penggunaan ketiga leverage tersebut dengan tujuan
agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber
penerimaan yang lebih besar dari biaya seluruh operasi yang bersifat tetap dan
36
yang tersedia bagi para pemegang saham biasa atau sampai dengan pendapatan
finansial yang sifatnya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Kewajiban-
kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan
tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang
dicapai perusahaan. Kewajiban finansial yang yang sifatnya tetap yaitu bunga atas
hutang dan dividen untuk saham preferen. Jadi financial leverage dapat
terhadap pendapatan per lembar saham biasa (EPS). Oleh karena itu total leverage
Ada beberapa macam rasio leverage, antara lain: debt ratio (debt to assets
ratio), debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interest earned
ratio. Namum, konsep leverage pada penelitian ini hanya berfokus pada debt to
37
yang dibelanjai (dibiayai) dengan utang, atau beberapa bagian dari aktiva yang
(2005:209) rasio ini menekankan pada peran penting pendanaan hutang bagi
Semakin tinggi rasio ini, maka pendanaan dengan utang semakin banyak
sebanding dengan resiko insolvabilitas yang besar, dan perusahaan akan semakin
Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai dari
utang. Pada umumnya kreditur lebih menyukai rasio leverage yang rendah karena
semakin rendah rasio ini, maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian
kreditur dalam peristiwa likuidasi. Akan tetapi, di sisi lain, pemegang saham lebih
menginginkan rasio leverage yang lebih besar, karena dengan rasio leverage yang
tinggi perusahaan akan dikenakan pajak yang rendah dan hal tersebut akan
meningkatkan laba setelah pajak. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus (Kasmir,
2010:122):
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷
Debt to Assets Rasio =
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
38
investor dan meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, umur perusahaan
survive dan menjadi bukti bahwa perusahaan mampu bersaing atau mampu
yang masih baru. Dengan begitu, calon investor tidak perlu mengeluarkan biaya
tersebut.
perusahaan tersebut atau dalam dunia bisnis. Sedangkan menurut Harianto dan
menjalankan operasinya.
yang telah lama berdiri umumnya memiliki profitabilitas yang lebih stabil
39
umur yang singkat. Perusahaan yang telah lama berdiri akan meningkatkan
akan dijadikan proses belajar oleh perusahaan untuk semakin baik dan lebih
efisien dalam mengelola bisnisnya. Selain itu, perusahaan yang telah lama berdiri
yang telah lama berdiri lebih mampu menghasilkan laba yang tinggi dibandingkan
keluarga dalam perusahaan dimana hal tersebut sudah menjadi karakteristik yang
umum dari suatu perusahaan keluarga. Hasil penelitian dari Claessens et al.
merupakan jenis paling umum dari kendali atas perusahaan. Indonesia merupakan
keluarga. Menurut Anderson & Reeb (dalam Gunawan dan Juniarti, 2014:43)
40
adalah ada atau tidaknya kepemilikan saham minimal 10% yang dimiliki oleh
yang tidak dimiliki oleh keluarga. Menurut Jip dan Juniarti (2014) kelebihan
perusahaan ke depannya.
41
profitabilitas.
keluarga yang lebih besar atau sama dengan 10%. Pemilihan batas 10%
kontrolnya dan presentase ini sudah cukup besar untuk melakukan pengendalian.
family control diwakilkan dengan nilai dummy 1, dan yang kedua perusahaan
42
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang utama adalah
memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Dengan laba yang maksimal
manajemen perusahaan dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, selain itu rasio ini
perusahaan”.
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
43
bersih.
lebih dikenal dengan nama Return on Total Assets. ROI atau ROA
menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI
aktivitasnya.
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
d. Rasio Laba Per Lembar Saham (EPS), merupakan rasio untuk mengukur
44
Dengan begitu rasio ini menghubungkan antara keuntungan yang diperoleh dari
operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk
(Syamsuddin, 2007:63) :
rasio industri, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efisiensi
di atas rata-ratanya.
45
d. Analisa ROI juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-
e. ROI selain berguna untuk kepentingan kontrol, juga berguna untuk keperluan
beda.
b. Kelemahan lainnya terletak pada fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi
nilainya berbeda dengan kalau dibeli pada waktu tidak inflasi, dan hal tersebut
c. Dengan menggunakan analisa rate of return atau ROI saja tidak akan dapat
46
Tabel 2.1
Rincian Penelitian Terdahulu
Teknik
Nama/ Variabel
No Judul Analisis Hasil Penelitian
Tahun Penelitian
Data
1. Muhammad Impact of Dependen: Statistik 1. Corporate cash ratio
Musa Working Gross Deskriptif (CR), leverage, dan
Tsagem, Capital Operating dan sales growth
Norhani Management, Profit (GOP) Analisis berpengaruh positif
Aripin, dan Ownership Regresi signifikan terhadap
Rokiah Ishak Structure and Independen: Berganda Gross Operating
(2015) Board Size on 1. Cash Profit (GOP).
the conversion 2. Account receivable
Profitability of cycle (CCC) period (ARP),
Small and 2. Account Account payable
Medium-Sized receivable period (APP), Cash
Entities in period conversion efficiency
Nigeria (ARP) (CCE), board size,
3. Inventory firm size, firm age,
holding family ownership dan
period GDP growth
(IHP) berpengaruh negatif
4. Account signifikan terhadap
payable Gross Operating
period Profit (GOP).
(APP) 3. Cash conversion
5. Corporate cycle (CCC) dan
cash ratio Inventory holding
(CR) period (IHP)
6. Cash berpengaruh positif
conversion tidak signifikan
efficiency terhadap Gross
(CCE) Operating Profit
7. Board size (GOP).
8. Family
ownership
Variabel
Kontrol:
1. Firm size
2. Leverage
3. Sales
growth
4. Firm age
5. GDP
growth
47
48
49
50
tersebut mampu bertahan dari segala tantangan dalam berbisnis. Untuk itu,
perbandingan antara laba dengan aktiva, atau dengan kata lain kemampuan
perusahaan, baik perusahaan skala besar maupun skala kecil. Modal kerja akan
penggunaan modal kerja harus tepat dan efisien. Untuk menguji efisiensi
penggunaan dari modal kerja tersebut, dapat diukur dengan rasio perputaran
modal kerja (Working Capital Turnover), yaitu rasio antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Dari hubungan antara penjualan netto dengan modal kerja
bersih tersebut dapat diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal
kerja yang tinggi atau bekerja dengan modal kerja yang rendah (Djarwanto, 2010:
159) .
51
yang tinggi.
digunakan sebagai modal kerja dibiayai oleh hutang dengan tujuan untuk
penelitian ini diukur dengan debt to assets ratio, dimana semakin tinggi rasio ini
maka semakin banyak modal yang berasal dari pinjaman. Leverage memperbesar
laba tetapi juga memperbesar kerugian manajerial, sebab kebijakan leverage yang
terlalu tinggi akan menyebabkan tingginya beban bunga yang harus ditanggung
profitabilitas.
Pada umumnya, perusahaan yang telah lama berdiri lebih diminati oleh
investor. Para investor berasumsi bahwa perusahaan yang telah lama berdiri lebih
dana dan modal kerja secara lebih efisien. Ketika perusahaan yang telah lama
berdiri mampu mengelola modal kerjanya secara efisien maka hal ini akan
diungkapkan Arrow dan Javanovic (dalam Hariyanto dan Juniarti, 2014:144) yang
mengatakan bahwa seiring waktu, perusahaan belajar untuk semakin baik dan
lebih efisien serta memiliki keunggulan kompetitif dalam inti bisnisnya dan
kemakmuran organisasi.
dimana ketika kendali dalam sebuah perusahaan mayoritas dipegang oleh anggota
52
perusahaan yang memiliki kendali keluarga yang baik dan jauh dari masalah
agensi dapat menaikkan nilai perusahaan yang kemudian akan menarik minat
sebagai berikut :
Return on
Investment
Umur Perusahaan
Family Control
Sumber : Djarwanto (2010), Hariyanto dan Juniarti (2014), Syamsuddin (2007), Subramanyam
dan Wild (2010)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah working capital
53