Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Komposit serat alam adalah salah satu jenis komposit yang saat ini cukup
mendapatkan perhatian yang cukup besar. Sifatnya yang ramah lingkungan
menjadikan kelas komposit ini cukup menjanjikan dijadikan bahan bangunan
berbasis green building. Komposit yang umum dipasaran biasanya berpenguat
serat buatan seperti serat Aramid, Carbon dan Glass. Serat buatan tersebut
memiliki harga yang relatif mahal susah terurai di alam dan bersifat polutan.
Berdasarkan hal tersebut, rekayasa material penyusun koposit perlu dilakukan,
sehingga menghasilkan komposit yang lebih ramah lingkungan dengan
menggunakan serat alam sebagai penguat tanpa mengurangi ketahanan fisik dan
mekanis komposit. Salah satu serat alam yang berpotensi digunakan sebagai
penguat komposit adalah serat bambu. Serat bambu dapat dikombinasikan dengan
matriks polimer untuk membentuk komposit bambu-polimer. Salah satu komposit
yang terbentuk tersebut adalah sebagai skin pada sandwich panel.

Bambu merupakan tanaman yang cepat tumbuh dan jumlahnya melimpah


di Indonesia. Bambu dapat dipanen 3-4 tahun (Amada dkk, 1997). Serat bambu
terdiri dari cellulose, hemicellulose dan lignin. Kandungan celulose dan
hemicelulosa dalam bentuk hlolocelulosa dapat lebih dari 50% (Jain dkk, 1992).
Serat bambu secara mekanik mempunyai kekuatan tarik yang tinggi (140-800
Mpa) dan modulus elastisitas yang tinggi (33 GPa) dengan densitas yang rendah
0,6-0,8 g/cm3 (Defoirt dkk, 2010). Sehingga kekuatan tarik dan modulus
elastisitas serat bambu sangat tinggi dan sebanding dengan serat glass.
Keberadaan serat bambu yang melimpah di alam Indonesia menjadikan serat
bambu berpotensi digunakan sebagai material komposit.

Komposit sandwich merupakan jenis komposit yang sangat cocok untuk


memikul beban lentur, impact, meredam getaran dan suara. Komposit sandwich

1
dibuat untuk mendapatkan struktur yang ringan tetapi memiliki kekakuan dan
kekuatan yang tinggi. Core yang ringan berfungsi untuk mengurangi beban dari
berat sendiri komposisi sandwich. Biasanya, material yang digunakan sebagai inti
(core). Pada penelitian ini digunakan inti dari kayu sengon adalah bahan yang
ringan untuk mengurangi berat sendiri dan mempunyai berat jenis relatif kecil.

Seperti yang sudah disampaikan bahwa struktur komposit sandwich


sangat baik didalam memikul beban lentur. Untuk itu, perlu dilakukan kajian
mengenai perilaku lentur komposit sandwich panel yang terbuat dari bambu-
polyester sebagai skin dan kayu sengon sebagai core.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh orientasi serat bambu sejajar, anyam dan acak terhadap
karakteristik mekanis komposit bambu-polyester ?
b. Bagaimana perilaku lentur dan pola kegagalan panel sandwich ?
c. Berapa perbedaan kuat mekanis panel sandwich jika dibandingkan dengan
Kayu Meranti utuh yang berdimensi sama dengan sandwich ?
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui pengaruh orientasi serat bambu sejajar, anyam dan acak terhadap
karakteristik mekanis komposit bambu-polyester.
b. Mengetahui perilaku lentur dan pola kegagalan panel sandwich.
c. Mengatahui perbedaan kuat mekanis panel sandwich jika dibandingkan
dengan Kayu Meranti utuh yang berdimensi sama dengan sandwich.

I.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Memperkenalkan kepada mahasiswa teknik sipil tentang sandwich structure


yang materialnya dibuat dari bahan lokal sebagai alternatif baru.

2
b. Memberikan pertimbangan kepada pelaku dunia konstruksi mengenai
kelayakan panel sandwich untuk diaplikasikan sebagai material penyusun
konstruksi melalui sifat mekanis yang diperoleh dari hasil pengujian.
c. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan industri material berbasis
green building.

I.5 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Panel sandwich terbuat dari kayu sengon sebagai core yang diperoleh
dipasaran tanpa perlakuan khusus seperti pengawetan dan komposit serat
bambu-polyester sebagai skin.
b. Jenis bambu yang digunakan sebagai serat adalah Bambu Apus.
c. Komposit serat bambu-polyester yang diaplikasikan sebagai skin sandwich
adalah komposit yang terkuat dari konfigurasi sejajar, anyam dan acak.
d. Variasi arah serat pada skin yaitu arah memanjang (continus), anyaman
(woven), dan arah acak (discontinus).
e. Serat yang digunakan adalah serat abaka yang berdiameter tidak lebih dari 1
mm dan fraksi volume serat adalah 10%.
f. Matriks yang digunakan adalah resin polyester 157 BTQN yucalac, dengan
perbandingan catalis dan resin adalah 1:100, catalis yang digunakan adalah
Mepoxe.
g. Perekat skin dengan core adalah lem epoxy, perbandingan hardener dengan
lem adalah 1:1 berdasarkan berat.
h. Skin yang berupa komposit serat bambu-polyester dibuat dengan metode
hand lay-up.
i. Komposit serat bambu diuji kuat tarik dan kuat lentur menggunakan 3 benda
uji untuk masing-masing konfigurasi serat pada setiap pengujian.
j. Komposit sandwich diuji kuat lentur dengan menggunakan 5 benda uji.
k. Sistem pembebanan uji lentur adalah dengan metode four point bending.

3
I.6 Hipotesis
Adapun hipotesis yang diambil pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Konfigurasi serat bambu sejajar, anyam dan acak memengaruhi karakteristik


mekanis komposit bambu-polyester.
b. Komposit serat bambu yang diaplikasikan sebagai skin (penguat) komposit
sandwich dengan core kayu sengon memengaruhi karakteristik mekanis
komposit sandwich.

Anda mungkin juga menyukai