Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR SEMI PADAT

EVALUASI SEDIAAN OVULA

DISUSUN OLEH :

Moch Ikrar Oktavian (1041811078)


Mohammad Yoga Arighi (1041811079)

KELOMPOK PRAKTIKUM J

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

“YAYASAN PHARMASI SEMARANG”

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. Dasar Teori
Ovula berbentuk bulat dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air. Untuk suppositoria
vagina khususnya vaginal insert atau tablet vaginal, kadang juga disebut pessaries yang
diolah secara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh kedalam saluranvagina dengan bantuan
alat khusus (Ansel, 1989).
Sediaan ovula (supositoria vagina) bertujuan untuk melawan infeksi yang terjadi
pada sekitar alat kelamin wanita, dan untuk memperbaiki dan mengembalikan pada
keadaan normal dari mukosa vagina. Dalam membasmi infeksi vagina, biasanya
organisme yang patogen meliputi Trichomonas vaginalis, Candida (Monolia)
albicansatau jenis lain dan Hemophilus vaginalis (Ansel, 1989: 596).
Tergantung pada basis berat untuk vagina ini berbeda-beda (Ansel, 2008). Berat
suppositoria vaginal kira-kira 3-5 gram, berbentuk bulat atau bulat telur (Lachman, 2008)
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot sekitar 5 gram (FI IV, 1995).
Sifat ovula yang ideal adalah :
 Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh
 Tidak toksik dan tidak merangsang
 Dapat bercampur atau kompatibel dengan bahan obat
 Dapat melepas obat dengan segera
 Mudah dituang dalam cetakan dan dapat mudah dilepas dari cetakan
 Stabil terhadap pemanasan diatas suhu lebur
 Mudah ditangani
 Stabil selama penyimpanan (H. A. Syamsuni. 2006).

B. Data Pengamatan Sampel Sediaan Ovula


1. Formulasi :
Ovula basis gelatin gliserin
Metronidazole 100 mg
Basis
Gelatin 4%
Gliserin 11 %
Air ad 100 %
2. Bobot ovula

No Bobot Ovula (gram)


1 3,11
2 3,13
3 3,15
4 3,07
5 3,10
6 3,15
7 3,17
8 3,15
9 3,11
10 3,15
3. Uji Organoleptis
Uji organoleptic yang digunakan pada sampel didapatkan data yaitu :
Warna : Putih Bening
Bau : Khas
Bentuk : Bulat Telur
4. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur yang dilakukan menghasilkan data bahwa ovula hancur pada 10,10
menit
5. Uji Kekerasan
Didapatkan data pada uji kekerasan ovula hancur pada saat diberi beban 4 kg
C. Analisa Data
1. Organoleptis
Pengujian ini dilakukan dengan cara tiga dari setiap formula suppositoria dibelah secara
vertikal dan horizontal kemudian diamati secara visual pada bagian internal dan eksternal
untuk melihat tekstur, bentuk, dan warnanya. (Nuryanti, dkk. 2016)
Pada uji organoleptic yang digunakan pada sampel didapatkan data yaitu :
Warna : Putih Bening
Bau : Khas
Bentuk : Bulat Telur
2. Uji Keseragaman Bobot
Ovula ditimbang sebanyak 20 buah lalu ditentukan bobot rataratanya. Persyaratan uji
keseragaman bobot ini mengacu pada persyaratan uji keseragaman bobot tablet yaitu jika
ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 Ovula yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%) dan
tidak satu ovulapun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga
yang ditetapkan di kolom B (10%) seperti pada Tabel 2 (Depkes RI, 1979).

No Bobot Ovula (gram) Rentang 5% Rentang 10% Keterangan


1 3,11 Masuk Rentang
2 3,13 Masuk Rentang
3 3,15 Masuk Rentang
4 3,07 Masuk Rentang
5 3,10 2,97255 - 3,28545 2,8161 – 3,4419 Masuk Rentang
6 3,15 gram gram Masuk Rentang
7 3,17 Masuk Rentang
8 3,15 Masuk Rentang
9 3,11 Masuk Rentang
10 3,15 Masuk Rentang
3,11+3,13+3,15+3,07+3,10+ 3,15+3,17+3,15+3,11+ 3,15
X̅ = =¿ 3,129 gram
10

Kesimpulan : Dari data perhitungan didapatkan hasil bahwa seluruh ovula yang
diujikan memasuki rentang bobot sehingga dapat dikatakan sampel ovula memenuhi
syarat uji keseragaman bobot
3. Uji Waktu Hancur
Syarat : Pada uji waktu hancur digunakan alat Desintegration tester. Waktu yang
diperlukan ovula untuk larut sempurna pada media bersuhu 36-37oC tidak lebih dari 60
menit untuk basis larut dalam air. (Depkes RI, 1995)
Hasil : Dari percobaan didapatkan hasil bahwa ovula hancur sempuran pada waktu
10,10 menit
Kesimpulan : Hal ini menunjukkan bahwa sampel ovula telah memenuhi persyaratan
uji waktu hancur dikarenakan sampel hancur pada waktu 10,10 menit dimana itu berarti
kurang dari 60 menit.
4. Uji Kekerasan
Syarat : Suppositoria diuji menggunakan alat uji kekerasan suppositoria yang diberikan
beban 600 g pada alat uji sebagai masa dan pada saat yang sama stopwatch dijalankan.
Setiap interval 1 menit beban ditambahkan 200 g selama suppositoria belum hancur.
Stopwatch dihentikan bila suppositoria sudah hancur (beban telah sampai pada batas
yang ditentukan), dengan syarat kekerasan suppositoria dengan basis oleum cacao yang
berkisar antara 1800 - 2000 gram (Sriwidodo, 2009)
Hasil : Pada pengujian didapatkan hasil bahwa sampel ovula hancur ketika diberi beban
4 kg
Kesimpulan : Menurut persyaratan hal ini menunjukan sampel tidak memenuhi
persyaratan dan sebaiknya ovula berbasis gilserindan gelatin tidak perlu dilakukan
pengujian kekerasan.
D. Pembahasan
Ovula
Ovula berbentuk bulat dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air. Untuk suppositoria
vagina khususnya vaginal insert atau tablet vaginal, kadang juga disebut pessaries yang
diolah secara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh kedalam saluranvagina dengan bantuan
alat khusus (Ansel, 1989).
Tergantung pada basis berat untuk vagina ini berbeda-beda (Ansel, 2008). Berat suppositoria
vaginal kira-kira 3-5 gram, berbentuk bulat atau bulat telur (Lachman, 2008) Umumnya
berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot sekitar 5 gram (FI IV, 1995).
Metronidazole
Metronidazol (2–metil–5-nitroimidazol-1-etanol) adalah antimikroba dengan aktivitas
yang sangat baik terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Spektrum antiprotozoanya
mencakup Trikomonasi, Gardnerella, Vaginalis, Entamoeba histolytica dan Guardian
lamblia. Aktivitas antibakteri anaerobnya sangat bermanfaat untuk sepsis pada kasus bedah
dan ginekologis terutama Bacteroides fragilis (Amir syarif, 1980; ISO, 2008). Metronidazol
adalah senyawa nitroimidazol (turunan 5-nitroimidazol) yang lebih aktif terhadap amubiasis
sistemik dari pada amubiasis usus karena sebagian besar obat diabsorpsi melalui usus halus
sehingga kemungkinan gagal untuk mencapai kadar terapetik dalam usus besar (Siswandono,
2000).
Gelatin
Gelatin merupakan produk hasil hidrolisis parsial kolagen yang berasal daritulang, kulit,
dan jaringan ikat hewan dan mengandung protein yang sangat tinggi, tetapi rendah kadar
lemaknya (Kurniadi, 2009).
Bentuk kering stabil pada udara. Larutan juga stabil pada udara bila disimpan pada
uadara sejuk dan steril. Pada temperatur di atas 50 OC larutan gelatin mengalami
depolimerisasi perlahan. Depolimerisasi bertambah pada suhu di atas 65 OC. gelatin dapat
disterilisasi secara panas kering. Ruahan disimpan pada wadah kedap udara di kondisi kering
dan sejuk.
Bereaksi dengan asam, basa, dan protein, aldehid, gula aldehid, polimer anionik dan
kationik, elektrolit, ion logam, plastisizer, pengawet dan surfaktan. Mengendap dengan
adanya alkohol, kloroform, eter, garam merkuri, assam tanat. Gel mencair oleh bacteri bila
tidak diawetkan (HOPE 5th ed, 2006, hal 295-296)
Gliserol
Cairan kental higroskopis, bening, tidak berwarna, tidak berbau. Rasa manis 0,6 kali
daripada gula. Larut dalam air, metanol, etanol, dalam eter (1:500), etil asetat (1:11). Sedikit
larut dalam aseton, parktis tidak larut dalam benzen, kloroform, minyak.
Higroskopis. Gliserin murni cenderung tidak teroksidasi oleh udara atmosfer pada
kondisi penyimpanan biasa tetapi terdekomposisi oleh pemanasan dan berubah menjadi
senyawa akrolein yang toksik. Campuran gliserin dengan air, etanol 95%, dan propilen glikol
secara kimia stabil. Dapat mengkristal bila disimpan pada temperatur rendah dan kristal tidak
akan mencair walaupun dipanaskan sampai 20 oC. Harus disimpan pada wadah kedap udara,
pada tempat kering dan sejuk. (Rowe, et al. 2009)
Sebelum dapat digunakan suatu sediaan ovula harus memenuhi beberapa persyaratan,
diantaranya adalah :
1. Uji Organoleptis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana keadaan fisik dari ovula
yang sudah dibuat. Pengujiaannya dilakukan dengan cara tiga dari setiap formula
suppositoria dibelah secara vertikal dan horizontal kemudian diamati secara visual
pada bagian internal dan eksternal untuk melihat tekstur, bentuk, dan warnanya.
(Nuryanti, dkk. 2016) Pada sampel sediaan didapatkan hasil bahwa ovula yang
terbentuk memiliki bentuk bulat telur dengan warna putih bening dengan bau khas.
2. Uji Keseragaman Bobot
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ovula yang telah dibuat telah
seragam bobotnya. Berdasarkan FI III, pengujian ini dilakukan mengacu pada
pengujian keseragaman bobot tablet yaitu, Ovula ditimbang sebanyak 10 buah lalu
ditentukan bobot rataratanya. Lalu untuk persyaratan uji keseragaman bobot yaitu jika
ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 Ovula yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A (5%)
dan tidak satu ovulapun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
dari harga yang ditetapkan di kolom B (10%) seperti pada Tabel 2.
Pada pengujian didapatkan bahwa berat rata-rata dari 10 ovula yaitu 3,129 gram,
dengan rentang syarat kolom A yaitu 2,97255 - 3,28545 gram dan pada kolom B yaitu
2,8161 – 3,4419 gram. Masing-masing penimbangan ovula semua berat telah
memasuki rentang persyaratan hal ini berarti sampel ovula telah memenuhi
persyaratan uji keseragaman bobot.
3. Uji Waktu Hancur
Uji waktu hancur dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh ovula
untuk hancur sempurna ketika digunakan. Pengujian ini menggunakan alat yang
bernama Desintegration Tester, yaitu 2 ovula dimasukan ke dalam masing-masing
cakram berlubang bawah dari alat logam dan masukkan alat logam tersebut ke dalam
tabung transparan dan kaitkan pada tabung. Lalu alat itu diberi air paling sedikit 12
liter air bersuhu 36o-37o, dilengkapi dengan pengaduk lambat dan alat penopang agar
bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan air. (Depkes, 1979) Persyaratan
untuk ovula yaitu kecuali dinyatakan lain waktu hancurnya tidak lebih dari 60 menit.
Pada pengujian didapatkan hasil bahwa ovula hancur sempurna pada menit ke
10,10 hal ini berarti bahwa sampel sediaan yang telah dibuat telah memenuhi syarat
uji waktu hancur karena telah hancur sempurna pada waktu tidak lebih dari 60 menit.

4. Uji Kekerasan
Uji kekerasan ovula dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan sediaan ovula
yang telah dibuat. Kekerasan ovula diuji dengan menggunakan Erweka Suppository
Hardness Tester. Suppositoria diuji menggunakan alat uji kekerasan suppositoria
yang diberikan beban 600 g pada alat uji sebagai masa dan pada saat yang sama
stopwatch dijalankan. Setiap interval 1 menit beban ditambahkan 200 g selama
suppositoria belum hancur. Stopwatch dihentikan bila suppositoria sudah hancur
(beban telah sampai pada batas yang ditentukan). Cara penentuan beban
kekerasannya yaitu, jika waktu yang dibutuhkan oleh ovula hancur setelah
penambahan beban terakhir kurang dari 20 detik maka beban terakhir tidak dihitung.
Jika dibutuhkan waktu antara 20 sampai 40 detik, maka beban terakhir dihitung 100
gram saja. Sementara jika waktu yang dibutuhkan lebih dari 40 detik, maka beban
terakhir dihitung penuh 200 gram. Untuk persyaratannya yaitu, syarat kekerasan
suppositoria dengan basis oleum cacao yang berkisar antara 1800 - 2000 gram
(Sriwidodo, 2009)
Pada pengujian didapatkan hasil kekerasan sampel yaitu 4 kg, hal ini melampaui
dari persyaratan yaitu 1800 – 2000 gram sehingga tidak memenuhi persyaratan
kekerasan. Sebaiknya pada formula ovula metronidazole kali ini tidak dilakukan
pengujian kekerasan, hal ini karena basis yang digunakan yaitu gelatin tergliserinasi.
Pada basis ini tidak dilakukan pengujian kekerasan dikarenakan basis ini terlalu lunak
dan basis ini menyerap yang berasal dari sifat gliserin yang higroskopis.
E. Kesimpulan
Dari hasil seluruh pengujian dapat disimpulkan bahwa ovula metronidazole dengan basis
gelatin tergliserinasi telah memenuhi pengujian organoleptis, keseragaman bobot, waktu
hancur. Tetapi pada percobaan terdapat satu uji yang sekiranya tidak diperlukan tetapi tetap
dilakukan yaitu pengujian kekerasan, dimana seharusnya ovula dengan basis gelatin
tergliserinasi tidak perlu dilakukan uji kekerasan.
F. Daftar Pustaka
1. Amir Syarif, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Gaya Baru: Jakarta.
2. Ansel, H.C.,. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4.1998.Jakarta.Universitas
Indonesia.
3. Dirjen POM.(1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Depkes RI
4. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
5. Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K., 2008, Teori dan Praktek Industri Farmasi
Edisi III, 1119-1120, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
6. Nuryanti, Harwoko, Rani, S. J., & Ade R. N. A., 2016. Formulasi dan Evaluasi
Suppositoria Ekstrak Terpurifikasi Daun Lidah Buaya (Aloe vera). Acta Pharmaciae
Indonesia 4(1) 37-44; ISSN: 2337-8433
7. Rowe, R.C., Paul, J.S., dan Marian, E.Q. (2009). Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. Chicago, London: Pharmaceutical Press.
8. Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234, 239,
Airlangga University Press, Surabaya.
9. Sriwidodo, Soebagio, B., dan Maranata, R, 2009, Uji Pelepasan Flukonazole dari Sediaan
Suppositoria dengan Basis Hidrofilik, Basis Lipofilik, dan Basis Amfifilik secara In
Vitro, Tesis, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Jatinagor
10. Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta. 29 – 31.

Semarang, 5 Desember 2020


Dosen Pembimbing Praktikan

apt. Lilies Wahyu Ariani, M.Sc. Moch Ikrar Oktavian


(1041811078)

apt. Tris Harni Pebriani, M.Farm.Sci. Mohammad Yoga Arighi


(1041811079)

Anda mungkin juga menyukai