Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSIONAL SENYAWA ORGANIK


Tujuan Percobaan
1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik.
2. Mempelajari uji kimia untuk mengidentifikasi gugus fungsional senyawa organik.

Pendahuluan
Senyawa organik merupakan senyawa yang terdiri dari ikatan hidrokarbon (hidrogen dan
karbon). Senyawa ini dapat dibedakan atas hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Alkana
di golongkan sebagai senyawa hidrokarbon jenuh, sedangkan alkena, alkuna dan senyawa
aromatik termasuk senyawa hidrokarbon tak jenuh. Alkana memiliki ikatan tunggal, kovalen, dan
non polar. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan alkana tidak reaktif. Alkana tidak bereaksi dengan
kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau pereduksi, karena sifatnya yang tidak bereaksi ini,
alkana dapat digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi atau untuk melakukan reaksi-reaksi kimia
zat lain. Alkana bereaksi dengan beberapa pereaksi seperti oksigen dan halogen. Alkana dan
halogen tidak akan bereaksi jika di simpan pada suhu rendah dalam kamar gelap
(Rasyid, Muhaidah, 2009).
Alkohol merupakan senyawa yang tersusun atas C,H dan O dengan struktur yang khas.
Rumus umum senyawa alkohol adalah ROH, dengan ketentuan R adalah gugus alkil, gugus alkil
tak jenuh, gugus alkil terdistribusi dan mungkin pula rantai siklik. Sifat alkohol ditentukan oleh
dua unit strukturnya, yaitu R (gugus alkil yang bersifat lipofilik) dan gugus OH (hidroksil) yang
bersifat hidrofilik. Kedua unit struktur ini mempengaruhi sifat fisika alkohol, yaitu dalam hal
kelarutan dalam air, titik didih dan viskositasnya. Selain alkohol, fenol juga memiliki gugus OH.
Gugus OH alkohol terikat pada rantai alifatik sedangkan pada golongan fenol terikat langsung
pada golongan aromatik (Parlan, 2003).
Aldehid dan keton merupakan dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik yang
mengandung gugus karbonil. Suatu keton menghasilkan dua gugus alkil yang terikat pada karbon
karbonilnya. Aldehid dan keton lazim terdapat dalam sistem mahluk hidup. Banyak aldehid dan
keton mempunyai bau khas, yang membedakannya umumnya aldehid berbau menyengat dan
keton berbau harum (Fessenden, 1982).
Identifikasi gugus aldehida dapat dilakukan dengan melakukan Tes Tollens. Tes tollen ini
menggunakan reagen Tollen. Tes ini didasarkan pada oksidasi suatu aldehid oleh larutan ion
perak (Ag+) dalam basa amonia. Larutan ini mengandung ion kompleks [Ag(NH3)2]+. Oksidasi
terhadap aldehid diikuti dengan reduksi ion perak menjadi logam perak yang tampak sebagai
cermin perak (Fessenden, 1982).
Tes Fehling juga dapat mendeteksi aldehid. Tes Fehling dilakukan menggunakan larutan
Fehling, dimana larutan ini mengandung ion kompleks tembaga(II) yang disiapkan dengan
mencampurkan larutan Fehling A yang mengandung tembaga sulfat, ke dalam larutan Fehling B
yang mengandung natrium hidroksida dan garam Rochelle (natrium kalium tartarat). Selama
oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, ion tembaga(II) direduksi menjadi tembaga(I) yang
mengendap sebagai tembaga (I) oksida yang berwarna merah (Fessenden, 1982).
Asam karboksilat adalah karbon yang memiliki gugus fungsional COOH. Gugus fungsi ini
dinamakan karboksil, karena terdiri dari gugus karbonil dan hidroksil. Asam karboksilat dapat
bereaksi dengan alkohol yang dapat membentuk air dan ester. Ester adalah senyawa yang
dianggap turunan dari asam karboksilat dengan menggantikan hidrogen dari gugus hidroksilnya
suatu hidrokarbon. Ester mengalami hidrolisis dan menghasilkan asam karboksilat dan alkohol
(Parlan, 2003).

Material Safety Data Sheet (MSDS)


1. Bromin
Bromin merupakan bahan kimia cair dengan rumus molekul Br 2. Bahan ini berwarna merah
kecoklatan dengan berat molekul 159,808 g/mol. Bahan ini memiliki titik didih 58,78C
(137,8F), titik leleh -7,25C (18,9F) dan temperatur kritis 315C (599F). Bromin memiliki
massa jenis 3,11 g/cm3 dan tekanan uap 23,3 kPa pada suhu 20C. Bahan ini larut dalam air dan
detil eter. Bahan ini bersifat reaktif terhadap reduktor, material yang mudah terbakar serta
material organik. Potensi bahaya kesehatan pada bromin adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit,
bagian pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu
yang lama. Kulit yang terkena bahan ini harus segera dibasuh dengan air yang banyak selama 15
menit lalu diolesi dengan emolien. Baju dan sepatu yang terkontaminasi harus dicuci terlebih
dahulu sebelum diguanakan kembali.
2. Besi Klorida
Besi klorida merupakan bahan kimia padat dengan rumus molekul FeCl 3. Bahan ini
mempunyai pH 2 (asam) dengan berat molekul 162,21 g/mol. Besi klorida memiliki titik didih
316C (600,8F) dan titik leleh 306C (582,8F). Besi klorida memiliki massa jenis 2,9 g/cm 3.
Bahan ini larut dalam air dingin. Bahan ini tidak bersifat korosif pada peralatn gelas. Potensi
bahaya kesehatan pada bromin adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian pernafasan
maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Mata
yang terkena bahan ini harus segera dibasuh dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit,
dapatkan bantuan medis bila diperlukan.
3. Kalium permanganat
Kalium permanganat merupakan bahan kimia padat dengan rumus molekul KMnO 4. Bahan
ini tak berbau, memiliki rasa manis dan berwarna ungu gelap. Kalium permanganat memiliki
berat molekul 158,03 g/mol. Bahan ini memiliki massa jenis 2,7 g/cm 3 pada suhu 15C. Bahan ini
mudah larut dalam etanol dan aseton, sadikit larut dalam air dingin maupun panas, dan larut
dalam asam sulfat. Bahan ini bersifat reaktif terhadap senyawa organik, logam dan asam. Potensi
bahaya kesehatan pada kalium permanganat adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian
pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang
lama. Kulit yang terkena kontak serius harus dibasuh dengan sabun desinfektan lalu diolesi
dengan krim antibakeri, perhatian medis harus segera didapatkan dalam kasus ini.
4. Natrium Iodida
Natrium iodida merupakan bahan kimia padat dengan rumus molekul NaI . Bahan ini tak
berbau, memiliki warna putih dan memiliki rasa pahit. Natrium iodida memiliki berat molekul
149,89 g/mol dengan ph 7 (netral). Bahan ini memiliki titik leleh 651C (1203,8F). Natrium
iodida memiliki massa jenis 3,67 g/cm 3 . Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan panas serta
sedikit larut dalam metanol dan aseton. Bahan ini bersifat reaktif terhadap oksidator dan asam dan
bersifat sangat korosif pada aluminium, seng dan tembaga. Potensi bahaya kesehatan pada
natrium iodida adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian pernafasan maupun pencernaan
jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Korban yang tidak sengaja
menelan NaI, tidak boleh dipaksa muntah kecuali mendapat arahan medis. Pakaian yang
mengikat seperti, ikant pinggang, dasi dan kerah baju harus dilinggarkan. Bantuan medis harus
segera didapatkan untuk kasus yang dianggap serius.

5. Perak Nitrat
Perak nirat merupakan bahan kimia padat dengan rumus molekul AgNO 3. Bahan ini
berwarna putih dan memiliki rasa pahit dengan berat molekul 169,87 g/mol. Bahan ini memiliki
titik didih 440C (824F) dan titik leleh 212C (413,6F) . Bahan ini mudah larut dalam air dingin
dan panas, larut dalam dietil eeter dan sedikit larut dalam aseton. Bahan ini bersifat reaktif
terhadap reduktor, material yang mudah terbakar, material organik dan alkali. Potensi bahaya
kesehatan pada Perak nirat adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian pernafasan maupun
pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Kulit yang
terkena bahan ini harus segera dibasuh dengan air yang banyak selama 15 menit lalu diolesi
dengan emolien. Baju dan sepatu yang terkontaminasi harus dicuci terlebih dahulu sebelum
diguanakan kembali.
6. Fehling A
Larutan fehling A merupakan larutan dengan ph 7 (netral). Fehling A memiliki titik didih
100C (212F). Bahan ini memiliki massa jenis 0,62 g/cm 3 dan tekanan uap 17,535 kPa pada
suhu 20C. Bahan ini larut dalam air dan metanol. Fehling A sedikit reaktif terhadap logam dan
alkali. Potensi bahaya kesehatan pada fehling A adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian
pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang
lama. Mata yang terkena bahan ini harus segera dibasuh dengan air mengalir selama kurang lebih
15 menit, dapatkan bantuan medis bila diperlukan.
7. Fehling B
Lurutan fehling B merupakan larutan dengan ph 7 (netral). Fehling A memiliki titik didih
100C (212F). Bahan ini memiliki massa jenis 0,62 g/cm 3 dan tekanan uap 17,535 kPa pada
suhu 20C. Bahan ini mudah larut dalam air dingin. Fehling B sedikit korosif terhadap peralatan
gelas. Potensi bahaya kesehatan pada fehling B adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian
pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang
lama. Kulit yang terkena kontak serius harus dibasuh dengan sabun desinfektan lalu diolesi
dengan krim antibakeri, perhatian medis harus segera didapatkan dalam kasus ini.
8. Natrium hidroksida
Natrium hidroksida merupakan bahan kimia padat dengan rumus molekul NaOH . Bahan ini
berwarna putih dan tidak memiliki bau dengan berat molekul 40 g/mol. Bahan ini memiliki titik
didih 1388 C (2530,4 F) dan titik leleh 323 C (613,4 F). Bahan ini larut dalam air dingin.
Natrium hidroksida bersifat reaktif terhadap logam, agen oksidasi, agen reduksi, asam dan alkali.
Potensi bahaya kesehatan pada natrium hidroksida adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit,
bagian pernafasan maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu
yang lama. . Kulit yang terkena kontak serius harus dibasuh dengan sabun desinfektan lalu
diolesi dengan krim antibakeri, perhatian medis harus segera didapatkan dalam kasus ini
(Anonim, 2016).
9. Aseton
Aseton merupakan bahan kimia cair dengan rumus molekul C 3H6O. Bahan ini memiliki
aroma seperti buah dan memiliki rasa yang manis serta tidak berwarna. Bahan ini memiliki berat
molekul 58,08 g/mol, titik didih 56,2 C (133,2 F) dan titik leleh -95,35 C (-139,6 F). Aseton
mempunyai tekanan uap 24 kPa pada suhu 20 C. Bahan ini larut dalam air dingin maupun air
panas. Aseton bersifat reaktif terhadap agen oksidasi, agen reduksi, asam dan alkali. Potensi
bahaya kesehatan pada aseton adalah terjadinya iritasi pada mata, kulit, bagian pernafasan
maupun pencernaan jika terkena kontak secara terus menerus dan dalam waktu yang lama. Mata
yang terkena kontak serius harus dibasuh dengan air selama 15 menit, perhatian medis harus
segera didapatkan dalam kasus ini (Anonim, 2016).
10. Kloroform
Kloroform memiliki rumus kimia CHCl 3. Bahan ini berfase cair, berbau agak manis, tak
berwarna, dan memiliki rasa agak manis. Kloroform mudah larut dalam minyak dan sangat
sedikit larut dalam air dingin. Bahan ini reaktif dengan logam, alkali, dan tidak reaktif dengan
kaca. Bahan ini berbahaya pada kasus kontak dengan mata, kulit, menelan, dan menghirup.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila terkena mata yaitu dibasuh dengan air mengalir
minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).
11. Metanol
Metanol memiliki rumus molekul CH 3 OH . Bahan ini berbentuk cair, berbau seperti
alkohol, tidak berwarna, memiliki titik didih 64,5℃ , dan memiliki berat molekul sebesar 32,04
g/mol. Bahan ini mudah larut dalam air dingin dan air panas. Bahan ini dapat menyebabkan
kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan mata. Pertolongan pertama yang bisa diberikan jika
terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).
12. 2-butanol
2-butanol memiliki rumus molekul C 4 H 9 OH . Bahan ini berbentuk cair, tidak berwarna,
memiliki berat molekul 74,12 g/mol, dan memiliki titik didih sebesar 99,5 ℃ . Bahan ini mudah
larut dalam metanol, dietil eter, dan sangat sedikit larut dalam air dingin dan air panas. Bahan ini
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan mata. Pertolongan pertama
yang bisa diberikan jika terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal selama 15 menit
(Anonim, 2016).
13. Fenol
Fenol memiliki rumus molekul C 6 H 5 OH . Bahan ini berbentuk padat, berbau seperti bahan
bakar, memiliki berat molekul 94,11 g/mol, tidak berwarna sampai berwarna pink, memiliki titik
didih 182℃ dan memiliki titik leleh 42℃ . Bahan ini reaktif dengan agen oksidasi, besi, asam,
dan alkali. Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan mata.
Pertolongan pertama yang bisa diberikan jika terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal
selama 15 menit (Anonim, 2016).
14. Tert-butanol
Tert-Butanol memiliki rumus kimia (CH 3)3 COH . Bahan ini berbentuk cair,
berbausepertikamper, memiliki berat molekul 74.12g / mol, dan memiliki titik didih 82,41 °C.
Bahan ini mudah larut dalam minyak, larut dalam air dingin, air panas, ester, alifatik, dan
aromatik hidrokarbon, alkohol, dan eter. Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung,
selaput lendir, dan mata. Pertolongan pertama yang bisa diberikan jika terkena mata yaitu dibilas
dengan air minimal selama 15 menit (Anonim, 2016).
15. 2,4-dinitrofenilhidrazin
2,4-dinitofenilhidrazin memiliki rumus kimia C 6 H 6 N 3 O 2 . Bahan ini berbentuk padat,
memiliki berat molekul 198,14 g /mol dan memiliki titik leleh 200℃ . Bahan ini larut dalam air
dingin, reaktif dengan agen oksidasi dan mudah terbakar (pada tumpahan dalam jumlah besar).
Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal, jantung, selaput lendir, dan mata. Pertolongan
pertama yang bisa diberikan jika terkena mata yaitu dibilas dengan air minimal selama 15 menit
(Anonim, 2016).
16. Toluena
Rumus molekul Toluena adalah C 7H8. Toluena adalah bahan yang mudah terbakar. Sifat
fisik toluena berwujud cair, berbau manis pedas seperti benzena, tidak berasa dan tidak berbau.
Sifat kimianya memiliki titik didih sebesar 110,6 C, titik leleh -95 C, berat 0,8636 , tekanan uap
3,8 kPa, larut dalam dietil eter dan aseton. Toluena merupakan bahan kimia yang berbahaya bagi
kulit, mata, menelan dan inhalasi. Cara penanganannya ketika terkena mata siram dengan air
yang banyak minimal 15 menit (Anonim, 2016).
17. Etanol
Etanol rumus kimianya adalah CH 3CH2OH. Etil alkohol berwujud cair, barbau seperti
alkohol, berasa pedas, dan tidak berwarna. Sifat – sifat lain dari etanol adalah titik didih sebesar
78,5 C, titik lelehnya -114,1 C, berat jenis 0,789, tekanan uap 5,7 kPa, serta mdah larut dalam
air dingin dan air panas. Bahan ini berbahaya untuk kulit, mata, menelan dan inhalasi.
Penanganan untuk bahan yang tidak sengaja tertelan diusahakan tidak memaksakan memuntah
kecuali diarahkan oleh tenaga medis. Pakaian ketat dikendurkan seperti kerah, dasi, ikat
pinggang, atau pinggang (Anonim, 2106).
18. Benzal dehid
Benzal dehid memiliki wujud cair, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sifat
kimia benzaldehid yaitu berat molekul sebesar 106,13 g/mol, titik didih 179 C, titik cair -26 C,
bertekanan uap 0,1 kPa, berat jenis 1,04, serta densitas uapnya 3,66. Bahan ini sangat berbahaya
dalam kasus menelan, berbahaya untuk kulit, mata dan inhalasi. Pertolongan yang dapat diberikan
pertama kali pindahkan lebih dulu korban ke udara segar. Oksigen diberikan jika sulit bernapas
dan jika tidak bisa bernapas, berikan pernapasan buatan.
19. Kloro benzena
Rumus dari Klorobenzena yaitu C6H5Cl. Sifat fisiknya yaitu berwujud cair yang mudah
terbakar, tidak berwarna dan termasuk senyawa organik aromatik. Klorobenzena memiliki berat
molekul 112,56 g / mol, titik didih sebesar 132 C, titik leleh -45,6 C, berat jenisnya 1,105
g/mol, tekanan uap 8,8 mmHg, dan sedikit larut dalam air. Bahaya bahan ini adalah ketika
terkena mata, kulit, menelan, dan inhalasi. Evakuasi korban ke daerah aman secepatnya bila
terkena klorobenzena, jangan memberi apapun dan jangan memaksakan memuntah kembali
kecuali diarahkan oleh tenaga medis (Anonim, 2016).

20. Alkohol
Alkohol berwujud cair, larut dalam air berupa cairan bening dan berbau alkohol. Ciri ciri
lain dari alkohol memilki titik didih sebesar 84 C, tidak ada titik leleh, tekanan uap 4,3 kPa dan
berat jenis 0,82. Bahan ini mudah terbakar, jadi sebaiknya dijauhkan dari panas dan sumber api.
Pakaian yang terkena alkohol segera cuci dengan bersih.

Prinsip Kerja
1. Prosedur kerja Uji kimia ketidak jenuhan
a. Reaksi dengan brom
Percobaan ini didasarkan pada pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal bromin.
Reaksi positif terjadi jika ada perubahan warna yang menandakan sampel bereaksi dengan
reagen.
b. Oksidasi dengan KMnO4
Percobaan ini didasarkan pada terjadinya reaksi oksiasi senyawa dengan ikatan rangkap
oleh KMnO4. Reaksi positif terjadi jika ada perubahan warna yang menandakan sampel
bereaksi dengan reagen.
2. Uji adanya halogen
a. Reagen: AgNO3
Percobaan ini didasarkan pada adanya reaksi antara ion halogen dengan AgNO 3 yang
ditandai dengan terbentuknya endapan putih AgCl.
b. Reagen: larutan NaI
Percobaan ini didasarkan pada adanya reaksi antara ion halogen dengan NaI yang ditandai
dengan terbentuknya endapan putih.
3. Uji adanya OH alkohol
Reagen yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan asam kromat. Larutan asam
kromat digunakan sebagai reagen karena dapat mengoksidasi alkohol. Tabung I berisi larutan
metanol yang ditambahkan larutan asam kromat menghasilkan larutan berwarna yang berubah
dari kuning menjadi biru kehijauan.
4. Uji aldehida dan keton
a. Reagen: fenilhidrazin,
Percobaan ini menggunakan reagen fenilhidrazin. Reagen tersebut digunakan karena dapat
bereaksi dengan gugus karbonil dan dapat membedakan aldehida dan keton dengan
mengamati hasil reaksinya Test positif jika terbentuk endapan kunig-merah.
b. Tes Fehling
Pengujian yang kedua menggunakan larutan fehling A dan B. Tujuannya adalah membedakan
antara aldehid dan keton berdasarkan tingkat oksidasinya
c. Tes Tollen
Uji aldehida dan keton menggunakan reagen tollen. Uji tollens ini bertujuan untuk
membedakan antara aldehid dan keton dari tingkat oksidasi kedua senyawa.
5. Uji Fenol
Pada percobaan ini kita menggunakan FeCl 3 sebagai reagen yangbertujuan untuk menguji
keberadaan gugus hidroksil yang terikat pada suatu karbon tak jenuh. Uji positif pada reaksi
ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi orange kehijauan.

Alat
Gelas ukur , tabung reaksi, pemanas listrik, pipet tetes, batang pengaduk, pipet volume 10 mL,
penangas air, beaker glass , penjepit kayu, bunsen.

Bahan
Br, toluena, aseton, etanol, ensaldehida, AgNO 3, klorobenzena, kloroform, metanol, 2-butanol,
tert`butanol, 2,4-dinitofenilhidrazin, KmnO 4, NaI, alkohol, asetilfenon, fehling A, fehling B,
NaOH, FeCl3,Fenol.

Prosedur Kerja
6. Prosedur kerja Uji kimia ketidak jenuhan
c. Reaksi dengan brom
Empat tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena, aseton,
etanol, bensaldehida dimasukkan ke dalam tabung reaksi bersih dan kering, ditambahkan 2
ml n-oktanol, campuran dikocok perlahan-lahan dan ditambahkan tetes demi tetes larutan
brom sampai tidak terjadi perubahan warna dan dicatat jumlah tetesnya untuk setiap
sampel.
d. Oksidasi dengan KMnO4
Reagen: larutan 2% KMnO4
Empat tetes heksena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya toluena, aseton,
etanol, bensaldehida dilarutkan ke dalam sesedikit mungkin aseton atau air di dalam tabung
reaksi kering dan bersih, kemudian ditambahkan tetes demi tetes larutan KMnO 4 sampai
terjadi endapan hitam (atau larutan menjadi keruh) dan dicatat jumlah tetesnya.
7. Uji adanya halogen
c. Reagen: 2% AgNO3 dalam etanol 95%
Tiga tetes klorobensena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida dimasukkan di dalam
tabung reaksi kering dan bersih dan ditambahkan 2 mL reagen AgNO 3. Sampel didiamkan
beberapa menit , bila belum terjadi endapan. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas
air (50-60oC). Waktu yang diperlukan untuk terjadinya endapan untuk setiap sampel
dicatat.
d. Reagen: larutan 15% NaI
Tiga tetes klorobensena atau sampel lainnya yang disediakan, misalnya n-butil
klorida, kloroform, bensil klorida, bensoil klorida, t-butil bromida ditambahkan ke dalam 2
mL reagen NaI di dalam tabung reaksi kering dan bersih, campuran dikocok dalam tabung
reaksi dan biarkan sekitar 3 menit. Bila tidak terjadi perubahan, dimasukkan tabung reaksi
dalam penangas air pada suhu 50C dan dicatat waktu yang diperlukan untuk
terbentukknya endapan.
8. Uji adanya OH alkohol
4 tetes sampel yang disediakan, yaitu metanol, etanol, 2-butanol, ter-butanol, dan kloroform
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian ditambahkan 1 tetes
aseton, dan 1 tetes larutan asam kromat yang dibuat dengan 5 gram CrO 3 yang dilarutkan
dalam 15 ml air dan 5 ml H2SO4 pekat. Campuran dikocok dan diamati perubahan yang
terjadi. Test positif jika terjadi perubahan warna dari kuning ke biru kehijauan atau
terbentuk endapan. .
9. Uji aldehida dan keton
d. Reagen: fenilhidrazin, dietilen glikol atau DMF, HCl pekat.
Dua tetes sampel (aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon,
atau yang lain), 2 ml etanol 95 %, dan 1 ml larutan fenilhidrazin dimasukkan kedalam
tabung reaksi.sampel dikocok secara kuat-kuat. Campuran dipanaskan dengan pembakar
spiritus jika tidak terjadi endapan. Test positif jika terbentuk endapan kunig-merah,
perubahan warna terhadap sampel aldehida dan keton dicatat.
e. Tes Fehling
Reagen:
Fehling A: 34,64 g CuSO4.5H2O dalam 500 mL larutan
Fehling B: 65 g NaOH dan 173 g KNa tartarat dalam 500 mL larutan
Satu mL sampel (aseton, bensaldehida, butiraldehida, asetofenon, atau yang lain)
dikmasukkan kedalam tabung reaksi . Kemudian ditambahkan 1 mL reagen Fehling A dan
1 mL reagen Fehling B. Tabung reaksi dipanaskan di dalam penangas air mendidih selama
sekitar 5 menit, diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.
f. Tes Tollen
Reagen: larutan 5% AgNO3, larutan 5% NaOH, larutan NH3 encer (pengenceran 10 kali
ammonia pekat).
Satu mL sampel, misalnya aseton, bensaldehida, butiraldehida, atau asetofenon
dimasukankedalam tabung reaksi yang kering dan bersih. Kemudian dtambahkan 1 mL
larutan 5% AgNO3 , 1 mL larutan 5% NaOH dan 5 tetes ammonia. Tabung reaksi
dipanaskan dalam penangas air mendidih selama sekitar 5 menit, dimati dan dicatat
perubahan yang terjadi pada sampel aldehida dan keton.
10. Uji Fenol
Dua tetes sampel, misalnya 2-butanol,etanol, dan fenol dimasukkan kedalam tabung
reaksi yang kering dan bersih. Kemudian setiap tabung reaksi ditambahkan 1 tetes larutan
FeCl3 5 % . Campuran dikocok secara kuat-kuat, diamati dan dicatat terjadinya perubahan
berwarna yang terjadi pada setiap sampel. Perubahan warna dari oranye ke kehjauan akan
pudar terhadap perubahan waktu.

Waktu yang dibutuhkan


No Rincian Waktu(menit)
1 Persiapan 15
2 Uji kimia ketidak jenuhan 30
3 Uji adanya halogen 30
4 Uji adanya OH alkohol 30
5 Uji aldehida dan keton 20
6 Uji fenol 10
Total 135

Nama Praktikan
Rozin Rozaina
171810301015

Anda mungkin juga menyukai