Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Dosen Pengampuh : Nurdin S.Kep.,Ns.,M.Kep

ASKEP KRITIS
(ATRIUM SEPTAL DEFECT )

OLEH :KELOMPOK 8

Itri Marwani : P201701130


Rahmawati Idris : P201701122
Andriani : P201701

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


KENDARI
2020
A. Definisi
Defek septum atrium (atrium septal defect) merupakan suatau keadaan
dimana adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. (Arif mutaqqin, 2009, 186).
Defek septum atrium (DSA) adalah kelainan jantung bawaan yang
sering ditemukan. Apabila terdapat DSA darah mengalir dari atrium kiri ke
atrium kanan melalui lubang.

B. Etiologi
Penyebab dasar ASD masih belum diketahui walaupun berbagai
penelitian mengisyaratkan adanya peran faktor genetik dan neurobiologis
sebagai etiologi ASD. Pada sekitar 15% kasus ASD dapat ditemukan
beberapa sindrom monogenik seperti sindrom Phelan-McDermid, Rett, X
fragile, dan sklerosis tuberosa. Namun, pada sebagian besar kasus, pola
perubahan genetik terkait ASD biasanya poligenik dan berhubungan
dengan polimorfisme nukleotida tunggal Berbagai faktor risiko prenatal,
perinatal, dan neonatal mungkin pula berperan dalam meningkatkan
peluang munculnya fenotip ASD. Faktor risiko tersebut termasuk
prematuritas, hipoksia perinatal, infeksi maternal, defisiensi vitamin D
maternal, paparan sejumlah obat tertentu selama kehamilan, riwayat
berat lahir sangat rendah, dan obesitas maternal

C. Faktor resiko
1. Factor prenatal
 Ibu menderita penyakit infeksi
 Ibu alkoholisme
2. Factor genetic
 Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
 Ayah/ibu menderita penyakit jantung bawaan
3. Factor lingkungan
 Paparan lingkungan yang tidak baik, misalnya menghirup
asap rokok
 Rubella , infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama
dapat menyebabkan penyakit jantung bawaan (Cludino,
2019)

D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dari DSA tergantung usia pasien, letak dan
anomali.Pada kebanyakan anak-anak dengan septum atrium (DSA) tanpa
gejala. Biasanya asimptomatis pada umur decade pertama dan kedua.
Defek yang sangat besar dapat menyebabkan gagal jantung kongestif
dengaan gejala sesak napas, mudah lelah, dan pertumbuhan terganggu.
Kadang pasien dewasa menunjukan gejala emboli paradoksial, berdebar
karena aritmia supraventricular atau infeksi saluran pernapasan berulang.
(Kurniawati & Baskoro W & Elfira, 2016)

E. Klasifikasi
1. Ostium sekundum (85%)
2. Ostium primum (10%)
3. Sinus venosus (5%)
4. Defek sinus coronaris (Wardhana, W & Elfira 2017)

F. Komplikasi
1. Hipertensi pulmonal
2. Sindroma eisenmenger
3. Aritmia
4. Gagal jantung
5. Endocarditis infektif (Menur, 2017)

G. Patofisiologi
DSA kecil menyebabkan pirau kecil dan tidak menyebabkan gangguan
hemodinamik. Defek yang lebih besar menyebabkan pirau besar,
menyebabkan overload di atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis. Puncak pirau kiri ke kanan tergantung ukuran DSA,
complains relative kedua ventrikel, dan resistensi vascular paru dan
sisitemik. Apabila dibiarkan tanpa pengobatan, terjadi hipertensin
pulmonal, gagal jantung kanan, komplains ventrikal kanan menurun dan
potensial terjadi pirau kanan ke kiri. Namun sindrom eishmenger
berkaitan dengan DSA jarang pada populasi dewasa (5%).(Kurniawati &
Baskoro W & Elfira, 2016)

H. Pemeriksaan diagnostik
1. EKG
2. Pemeriksaan radiologi thorax/ foto thorax
3. Echocardiografi (Wardhana, W & Elfira 2017)

I. Penatalaksanaan
1. Operasi jantung terbuka
DSA umumnya ditutup dengan cara operasi jantung terbuka. Ahli
bedah menutup secara langsung lubang DSA dengan menjahit
lubang
2. Amplatzer septal occluder
Banyak DSA dapat ditutup dengan amplatzer septal occlude
(ASO) saat kateterisasi jantung tergantung ukuran dan letaknya.
3. Kateterisasi jantung
J. Penyimpangan KDM

Atrial Septal Defect


Defek antara atrial dextra dan atrial sinistra

Tekanan atrial sinistra > tekanan atrial dextra

Aliran darah dari Volume atrial


Volume atrial
atrial sinistra ke dextra
sinistra menurun
atrial dextra meningkat

Volume Volume
sekuncup vemtrikel dextra
menurun meningkat

Penurunan Peningkatan
curah aliran darah
jantung pulmonal
Suplai oksigen
menurun

Edema paru
Suplai oksigen
dan nutrisi ke
jaringan menuru
Hipoksia
jaringan

Volume paru
menurun

Gangguan Lemah, letih,


pertumbuhan lemas
dan Gangguan
perkembangan pertukaran
gas
Intoleransi
aktivitas

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter
tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel
maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan
pada tungkai dan berkeringat banyak.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Anak mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan
pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung
pada derajat dari defek yang terjadi.
2) Riwayat kesehatan lalu
a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Rubella), mungkin ada riwayat
pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit
DM pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c) Riwayat Neonatus
- Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea
- Anak rewel dan kesakitan
- Tumbuh kembang anak terhambat
- Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegali
- Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
- Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang
yang mengalami kelainan defek jantung
- Penyakit keturunan atau diwariskan
- Penyakit congenital atau bawaan
c. Sistem yang dikaji :
1) Pola Aktivitas dan latihan
- Keletihan/kelelahan
- Dispnea
- Perubahan tanda vital
- Perubahan status mental
- Takipnea
- Kehilangan tonus otot
2) Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
- Riwayat hipertensi
- Endokarditis
- Penyakit katup jantung.
3) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Ansietas, khawatir, takut
- Stress yang b/d penyakit
4) Pola nutrisi dan metabolic
- Anoreksia
- Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
5) Pola persepsi dan konsep diri
- Kelemahan
- Pening
6) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga
2. Pengkajian fisik
a. Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent
ventrikel kanan dan pulsasi arteri pulmonal yang terpalpasi.
Bunyi jantung 1 normal/split, dengan aksentuasi penutupan
katup trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup pulmonal dapat
menyebabkan terdengarnya murumur midsistolik. Splitting
bunyi jantung 2  melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi.
Murmur middiastolik rumbling, terdengar paling keras di SIC IV
dan sepanjang linea sternalis kiri, menunjukan peningkatan
alisan yang melewati katup tricuspid. Pada pasien dengan
kelainan ostium primum, thrill pada apex dan murmur
holosistolic menunjukan regurgitasi mitral/tricuspid  atau VSD.
b. Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular
pulmonal meningkat menghasilkan berkurangnya pirau kiri ke
kanan. Baik itu aliran balik pulmonal dan murmur tricuspid
intensitasnya akan berkurang, komponen bunyi jantung ke 2
dan ejeksi sistolik akan meningkat, murmur diastolic akibat
regurgitasi pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing
finger berhubungan dengan terjadinya pirau kanan ke kiri.
c. Pada orang dewasa  dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil
pemeriksaan dapat dipusingkan dengan mitral stenosis dengan
hipertensi pulmonal karena murmur diastolik tricuspid dan bunyi
jantung 2 yang melebar.
B. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama,
konduksi jantung, menurunnya preload
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya
suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema paru

C. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1 Penurunan Setelah  Auskultasi nadi apical, kaji
curah dilakukan frekuensi, irama jantung.
jantung b.d asuhan  Catat bunyi jantung.
perubahan keperawatan  Palpasi nadi perifer. Untuk
dalam diharapkan mengetahui fungsi pompa
rate, klien jantung yang sangat
irama, memperlihatka dipengaruhi oleh CO dan
konduksi n pengisisan jantung.
jantung, peningkatan  Pantau tekanan darah.
menurunn curah jantung  Pantau keluaran urine, catat
ya preload dengan kriteria penurunan keluaran, dan
hasil: kepekatan atau konsentrasi
- denyut urine.
jantung
 Kaji perubahan pada
kuat,
sensori contoh: letargi,
teratur,
bingung, disorientasi,
dan
cemas dan depresi.
dalam
 Berikan istirahat semi
batas
recumbent (semi-fowler)
normal pada tempat tidur.
 Kolaborasi dengan dokter
untuk terapi, oksigen, obat
jantung, obat diuretic dan
cairan.
2 Intoleransi setelah  Taksiran tingkat, kelelahan,
aktivitas dilakukan kemampuan untuk
b.d asuhan melakukan ADL
hipoksia keperawatan  Berikan periode dan
diharapkan istirahat dan tidur yang
klien cukup
menunjukkan  Hindari suhu lingkungan
perbaikan yang ekstrim
curah
jantung yang
terlihat dari
aktivitas klien
3 Gangguan Setelah  Kaji tingkat tumbuh
pertumbuh dilakukan kembang anak
an dan asuhan  Berikan asupan makanan
perkemba keperawatan bernutrisi
ngan b.d diharapkan  Berikan stimulasi tumbuh
tidak tumbuh kembang, kativitas bermain
adekuatny kembang klien dan aktivitas lain sesuai
a suplai sesuai dengan dengan usia anak.
oksigen kriteria hasil:  Libatkan keluarga agar
dan zat tetap memberikan stimulasi
- Anak akan
nutrisi ke selama dirawat
tumbuh
jaringan.  Memantau masa tumbuh
sesuai
kebang anak
dengan
 Agar anak bisa tumbuh dan
kurva
berkembang sebagaimana
pertumbu
mestinya
han berat
 Anggota keluarga sangat
dan tinggi
besar pengaruhnya
badan
terhadap proses
pertumbuhan dan juga
perkembangan anak-anak

4 Kerusakan Setelah  Berikan bronkodilator sesuai


pertukaran dilakukan yang diharuskan
gas b.d asuhan - Dpt diberikan peroral,
edema keperawatan IV, inhalasi
paru diharapkan - Observasi efek
perbaikan samping:takikardi,disrit
pertukanran mia,eksit asi sistem
gas klien saraf
dengan kriteria pusat,mual,muntah
hasil:  Evaluasi tindakan
- Melaporka nebuliser,inhaler dosis
n terukur
penuruna - kaji penurunan sesak
n dispnea napas,penurunan
- Menunjuk mengi,kelonggaran
an sekresi,penurunan
perbaikan ansietas
dalam laju - pastikan bahwa
aliran tindakan dilakukan
ekspirasi sebelum makan untuk
- Menggun menghindari mual dan
akan muntah
peralatan  Intruksikan dan berikan
oksigen dorongan pada pasien
dengan untuk pernapasan
tepat diafragmatik dan batuk
ketika yang efektif
dibutuhka  Berikan oksigen dg
n metoda yang diharuskan
- Menunjuk - jelaskan pentingnya
an gas- tindakan ini pada
gas darah pasien
arteri - evaluasi
yang efektifitas;amati
normal tanda-tanda hipoksia
- analisa gas darah
arteri bandingkan
dengan nilai-nilai
dasar.
- lakukan oksimetri
nadi untuk memantau
saturasi oksigen
 jelaskan bahwa tidak
merokok dianjurkan pada
pasien atau pengunjung

D. Evaluasi
Proses : langsung setelah setiap tindakan
Hasil : tujuan yang diharapkan
Daftar pustaka

Kurniawati, J. & Baskoro, R. 2016. “Penanganan Perioperatif pasien dengan


Atrial Septal Defect”. Jurnal komplikasi anastesi. Vol, 3. No,2.
Menur, A. 2017. “Komplikasi pada Pasien Atrial Septal Defect Dewasa dengan
Survivalitas Alami”. Jurnal Chest & Critical Care Medicine. Vol, 4. No, 2.
Mutaqqin, A. 2009. “Pengantar Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan
system Kardiovaskuler”. Jakarta : Salemba medika.
Wardhana,W & Elfira, C. 2017. “Penangan Perioperatif Pasien Penyakit Jantung
Kongenital Dewasa dengan ASD, Suspek Hipertensi Pulmonal”. Jurnal
Anestesiologi Indonesia. Vol, IX. No, 2.

Yurizali ,B. & Hanif, A. 2019. “Complete Atrioventricular Septal Defects dengan
Polistemia sekunder”. Junal Kesehatan Andalas. Vol, 8. No, 2.

Anda mungkin juga menyukai