STEREOKIMIA
DI SUSUN
OLEH
NINDI ANJARWATI MOHAMAD
(442417016)
i
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stereokimia adalah studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga
dimensi, artinya bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul diatur
dalam ruang satu terhadap ruang yang lainnya. Stereokimia ini sangat
penting. Karena sterokimia ini, sebuah struktur yang memiliki rumus
molekul sama hanya karena susunannya berbeda akan mengakibatkan
fungsi yang berbeda pula, hal ini sering terjadi di dunia kesehatan. pada
produk hasil sintesis. produk berupa rasemat, yaitu dua produk isomer
yang berlawanan strukturnya.adapun pada pembahasan proyeksi ini
disebut proyeksi Fischer.Contohnya 2,3-dihidroksipropanal (biasa disebut
gliseraldehida) dan 2,3,4-trihidroksibutana (eritrosa). Gliseraldehida
mempunyai satu atom karbol kiral (karbon 2), sementara eritrosa
mempunyai dua karbon kiral (karbon 2 dan 3). Sering sulit menghayati
molekul tiga dimensi dari dalam suatu gambar, oleh karena itu dalam
makalah ini akan dibahas sub bab dari stereokimia.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Isomer
Isomer adalah molekul yang memiliki formula molekul yang sama tetapi
memiliki pengaturan yang berbeda pada bentuk 3D. Tidak termasuk pengaturan
berbeda yang diakibatkan rotasi molekul secara keseluruhan ataupun rotasi pada
ikatan tertentu (ikatan tunggal).
3
Isomer rantai muncul karena susunan yang berbeda dari atom karbon yang
mengarah ke rantai linear dan bercabang. Isomer rantai memiliki rumus molekul
yang sama tetapi berbagai jenis rantai yaitu, linier dan bercabang.
Isomer rantai memiliki sifat kimia yang hampir sama tetapi sifat fisik yang
berbeda. Sebagai contoh, isomer rantai bercabang memiliki titik didih lebih
rendah daripada rekan-rekan linier mereka. Hal ini karena, yang linier memiliki
luas permukaan lebih banyak kontak dan karenanya kekuatan tarik antarmolekul
yang maksimum.
b. Isomer posisi
Pada isomer posisi, kerangka utama karbon tetap tidak berubah. Namun
atom-atom yang penting bertukar posisi pada kerangka tersebut.
Sebagai contoh, ada dua isomer struktur dengan formula molekul C3H7Br.
Pada salah satunya bromin berada diujung dari rantai. Dan yang satunya lagi pada
bagian tengah dari rantai.
c. Isomer fungsional
Pada variasi dari struktur isomer ini, isomer mengandung grup fungsional
yang berbeda- yaitu isomer dari dua jenis kelompok molekul yang berbeda.
Sebagai contoh, sebuah formula molekul C3H6O dapat berarti propanal (aldehid)
atau propanon (keton).
4
2.2.2 Isomer Geometri
a. Isomer Cis-Trans
b. Isomer Optik
Ciri senyawa yang mempunyai isomer optik yaitu dapat memutar bidang
polarisasi cahaya (eksperimen) dan mempunyai atom C asimetris/atom C kiral
yaitu atom C yang mengikat empat gugus yang berbeda.
5
Sebagai contoh senyawa 2 – butanol :
Atom C kedua mengikat 4 gugus berbeda yaitu : - CH3, - H, - OH, dan – C2H5.
2.3 Proyeksi
6
Dalam menggambarkan suatu proyeksi Fischer, diandaikan bahwa
molekul itu diulur (streched) sepenuhnya dalam bidang kertas dengan semua
subtituennya eklips, tanpa mempedulikan konformasi apapun yang disukai.
Rumus-rumus eritrosa tersebut di atas menunjukkan konformasi yang digunakan
untuj proyeksi Fischer. Menurut perjanjian, gugus karbonil (atau gugus
berprioritas tata nama tertinggi) diletakkan pada atau di dekat ujung teratas. Jadi
karbon teratas adalah karbon 1. Tiap titik potong garis horizontal dan vertikal
menyatakan sebuah atom karbon kiral. Tiap garis horizontal melambangkan suatu
ikatan ke arah pembaca, sementara garis vertikal melambangkan ikatan ke
belakangmenjauhi pembaca, sepasang enantiomer mudah dikenali bila digunakan
proyeksi Fischer.
Proyeksi Fischer adalah suatu cara singkat dan mudah untuk memaparkan
molekul kiral. Oleh adanya keterbatasan proyeksi ini, seperti misalnya
keterbatasan dalam hal rotasi tersebut di atas, maka proyeksi Fischer harus
diterapkan dengan hati-hati. Disarankan agar mengubah dulu proyeksi Fischer ke
rumus dimensional atau bola-dan-pasak (atau menggunakan model molekul) bila
akan melakukan manipulasi ruang.
2.4 Konformasi
Konformasi adalah suatu penataan ruang tertentu dari atom – atom dalam
molekul. Struktur etana dapat digambarkan dalam dua konformasi (bentuk) yang
ekstrim. Konformer – konformer hanya berbeda dalam rotasi atom – atom
7
sekeliling ikatan tunggal. Sesungguhnya terdapat sejumlah yang tidak terbatas
konformasi yang mungkin bagi suatu molekul. Salah satunya konformasi eklips
(eclipsed conformation), dimana ikatan – ikatan C-H dari atom karbon yang satu
tepat dibelakang ikatan C-H pada atom karbon yang lain jika dilihat sepanjang
sumbu ikatan C-C. Pada konformasi stagger (staggered conformation), dapat
melihat seluruh ikatan molekul jika dilihat sepanjang ikatan C-C.Struktur atau
susunan yang mungkin dari atom-atom akibat adanya rotasi ikatan tunggal
• Staggered
• Eklips
• Gauche
2.4.1Konformasi Alkana
Proyeksi Newman :
Untuk menggambarkan konformasi yang bebeda, ikatan karbon harus dilihat dari
salah satu ujung rantai
8
Contoh:
Eclipsed Staggered
9
2.5 Senyawa Optis Aktif
Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang
polarisasi, dan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran (
vibrasi ) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain. Untuk mengetahui
besarnya polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka besarnya
perputaran itu bergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Struktur Molekul
2. Temperatur
3. Panjang Gelombang
4. Banyakanya Molekul pada Jalan Cahaya
5. Jenis Zat
6. Konsentrasi
10
Polarisasi bidang dilakukan dengan melewatkan cahaya biasa menembus
sepaang kristal kalsit atau menembus suatu lensa polarisai. Jika cahaya
terpolarisasi bidang dilewatkan suatu larutan yang mengandung suatu enantiomer
tunggal maka bidang polarisasi itu diputar kekanan atau kekiri. Perputaran cahaya
terpolarisasi bidang ini disebut rotasi optis. Suatu senyawa yang memutar bidang
polarisasi suatu senyawa terpolarisasi bidang dikatakan bersifat aktif optis. Karena
inilah maka enantiomer kadang – kadang disebut isomer optis.
Hasil Senyawa yang dilihat dengan Polarimeter. (1) dan (3) Senyawa yang
menempati diatas atau dibawah area nol optis polarimeter. (2) Senyawa yang
menempati area nol optis polarimeter.
11
2.5.2 Percobaan Pasteur
Pada percobaan ini Pasteur juga menemukan bahwa suatu senyawa dapat memutar
pada bidang polarisasi kea rah kanan ( Dextro) maupun kea rah kiri ( Levo).
2. Jika (1) tdk bisa, maka urutkan prioritas berdasarkan nomor atom kedua
substituen
•S = sinister = bila arah perputaran ke kiri atau berlawanan arah jarum jam
12
2.6 Senyawa Meso
Senyawa Meso adalah suatu senyawa akiral yang memiliki dua senyawa
kiral sebagai penyusunnya.
Zat yang optis ditandai dengan adanya atom C asimetris atau atom C kiral
dalam senyawa organik, contohnya gula (sukrosa) yang merupakan salah satu
bahan optik aktif, memutar bidang polarisasi ke kanan (dextrorotatory).Umumnya
sudut pemutaran bidang polarisasi gula digunakan untuk menunjukan kadar gula
berdasarkan skala gula internasional.
13
Tahun 1932 telah ditetapkan standar internasional untuk analisa kadar gula
oleh International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis. Untuk
26,000 gram sukrosa murni yang dilarutkan dalam air hingga 100 mL, pemutaran
bidang polarisasi sama dengan 34,6260 diukur menggunakan tabung 200 mm dan
cahaya lampu natrium. Standar ini sama dengan 1000 Z. Dengan demikian 10 Z
sama dengan sudut pemutaran bidang polarisasi 0,346260, dan 10 pemutaran
bidang polarisasi sama dengan 2,88800 Z. Hubungan ini dapat digunakan untuk
menentukan kandungan gula di dalam cuplikan yang tidak diketahui, dengan
menggunakan cuplikan seberat 26,000 gram dan mengukur sudut bidang
polarisasi dengan cara yang sama.
Prinsip dasar polarimetris ini adalah pengukuran daya putar optis suatu zat
yang menimbulkan terjadinya putaran bidang getar sinar terpolarisir. Pemutaran
bidang getar sinar terpolarisir oleh senyawa optis aktif ada 2 macam, yaitu :
1. Dexro rotary (+), jika arah putarnya ke kanan atau sesuai putaran
jarum jam.
2. Levo rotary (-), jika arah putarnya ke kiri atau berlawanan dengan
putaran jarum jam.
Sinar mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi warna
dan panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis.
2.8 Polarimeter
Polarimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya
putaran optik yang dihasilkan oleh suatu zat yang bersifat optis aktif yang terdapat
14
dalam larutan. merupakan alat yang didesain khusus untuk mempolarisasi cahaya
oleh suatu senyawa optis aktif.
15
4. Wadah sampel ( tabung polarimeter ). Wadah sampel ini berbentuk silinder
yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua ujungnya berukuran besar dan
yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai ukuran panjang 0,5 ; 1 ;dm.
Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada
gelembung udara yang terperangkap didalamnya.
5. Detektor, pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah
mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik
Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-hati dan tidak bileh ada
gelembung udara yang terperangkap didalamnya. Detektor, pada polarimeter
manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata, sedangkan polarimeter
lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.
2.8.1 Polarisasi
Polarisasi oleh refleksi telah ditemukan pada 1808 oleh Etienne malus
(1775-1812). Malus, yang telah melakukan percobaan pembiasan ganda bekerja
pada saat bekerja pada teori efek, mengamati dari pengaturan cahaya matahari,
tercermin dari jendela yang dekat jendela, melalui kristal dari Islandia Spar.
Polarimetri adalah suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut
putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan
optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir
tersebut. Polarisasi adalah pembatasan arah getaran (vibrasi) dalam sinar/radiasi
elektromagnetik yang lain.
Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1,00 gram zat dalam 1,00
mL larutan yang barada dalam tabung dengan panjang jalan cahaya 1,00 dm, pada
temperatur dan panjang gelombang tertentu. Panjang gelombang yang lazim
digunakan ialah 589,3 nm, dimana 1 nm = 10 -9m. Sudut putar jenis untuk suatu
senyawa (misalnya pada 25o C) Macam macam polarisasi antara lain, polarisasi
dengan absorpsi selektif, polarisasi akibat pemantulan, dan polarisasi akibat
pembiasan ganda:
1. Polarisasi dengan absorpsi selektif, dengan menggunakan bahan yang akan
melewatkan (meneruskan) gelombang yang vektor medan listriknya sejajar
dengan arah tertentu dan menyerap hampir semua arah polarisasi yang lain.
16
2. Polarisasi akibat pemantulan, yaitu jika berkas cahaya tak terpolarisasi
dipantulkan oleh suatu permukaan, berkas cahya terpanyul dapat berupa cahaya
tak terpolarisasi, terpolarisasi sebagian, atau bahkan terpolarisasi sempurna.
Kiral adalah senyawa atau ion yang tidak dapat ditindihkan dengan
bayangan cerminnya. Kiral berasal dari bahasa yunani “cheir” yang artinya
tangan. Kiralitas adalah suatu keadaan yang menyebabkan 2 molekul dengan
struktur yang sama tetapi berbeda susunan ruang dan konfigurasinya. Atom yang
menjadi pusat kiralitas dikenal dengan istilah atom kiral. Penyebab adanya
kiralitas adalah adanya senyawa karbon yang tidak simetri.
17
Perbedaan antara glukosa, fruktosa, dan galaktosa adalah sifat keoptisannya.
Glukosa dan galaktosa merupakan diastereoisomer karena putaran optiknya
berbeda. Keduanya merupakan epimer; dua molekul stereoisomer/
diastereoisomer yang berbeda pada satu atom C kiral. Glukosa dan fruktosa
merupakan diastereoisomer (isomer gugus fungsi)
Untuk mendapatkan banyaknya struktur dengan posisi gugus yang berbeda dapat
ditentukan dengan rumus 2n dimana n adalah jumlah atom C kiral. Untuk
menggambarkan struktur karbohidrat menggunakan notasi Fischer, C kiral cukup
menggunakan perpotongan garis.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga.
H.,Stanlaey Pine, etc. 1988. Kimia Organik 1. Bandung: Penerbit ITB.
Parlan dan Wahjudi. 2003. Common Textbook Kimia Organik 1. Malang: JICA.
Petrucci, Ralp H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan modern Edisi Keempat
Jilid 3. Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. ITB. Bandung.
20
Contoh Soal dan Jawaban
CH3CH2CHCH
a. CH3
OH
b. CH3
Jawaban :
CH3CH2CCH2CH3
a. O
CH2OH
b.
a. 1,2-dikloroetena
b. 2-butuna
Jawaban:
21
b. 2-butuna tidak memiliki isomer geometri cis-trans karena bentuk
geometri molekulnya yang linear dan masing-masing atom C pada ikatan
rangkap tiga hanya dapat mengikat satu gugus atom.
Jawaban :
3-metil-3-heksanol
CH3-CH2-C(CH3)(OH)-CH2-CH2-CH3
CH3-CH2-CH(CH3)-CH2-COOH
Pada senyawa asam 3-metil pentanoat, atom C kiral terdapat pada atom
nomor 3, atom C tersebut mengikat 4 gugus yang berbeda, yakni gugus -
CH2-CH3 ; gugus – CH3 ; atom– H dan gugus – CH2-COOH
22
Jawaban :
Molekul M dan N, keduanya memiliki dua atom C kiral, jadi aka nada 2
macam konfigurasi R\S-nya.
Molekul M :
Bagian Atas : urutan prioritas F > CNFC > CHHH > H ; posisi H
horizontal , konfigurasi kebalikan arah putar R ; Konfigursi sebenarnya
adalah S.
Bagian Bawah : Urutan prioritas F > N > CFCH > CHHH ; posisi CHHH
(prioritas terendah) horizontal, konfigurasi kebalikan arah putar R ;
konfigurasi sebenarnya S.
Molekul N :
Bagian atas : : urutan prioritas F > CNFC > CHHH > H ; posisi H
horizontal , konfigurasi kebalikan arah putar S; Konfigursi sebenarnya
adalah R.
Bagian Bawah : Urutan prioritas F > N > CFCH > CHHH ; posisi CHHH
(prioritas terendah) horizontal, konfigurasi kebalikan arah putar R ;
konfigurasi sebenarnya S.
CH2CH3
F
C C
H
a. Cl
CH3
H3C
C C
Cl
b. Cl
Jawaban :
a. (E) 2-kloro-1-fluoro-1-butena
23
b. (Z) 2,3-dikloro-2-butena
24