Anda di halaman 1dari 4

PENGAJUAN ALTERNATIF JUDUL SKRIPSI

Nama :
NIM :

Masalah Penelitian :
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional,
telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk serta meningkakan umur harapan hidup manusia.
Akibatnya, jumlah penduduk yang lanjut usia meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada
tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000).
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia
jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tesebut terdapat 16,3 juta orang (11%)
orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan kurang lebih 6,3 juta orang (4,3 %)
berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 orang (13,06 %)
tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus. Pada
tahun 2000 diperkiraan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99 % dari seluruh
penduduk Indonesia atau mencapai 22.277.700 jiwa dengan umur harapan hidup
65-70 tahun dan pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan meningkat
menjadi 29.120.000 lebih (11,09%) dengan umur harapan hidup 70-75 tahun
(Nugroho, 2000).
Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan
lingkungan sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan dukungan keluarga
tersebut bersifat reproksitas (timbal balik atau sifat dan frekuensi hubungan timbal
balik), umpan balik (kualitas dan kuantitas komunikasi) dan keterlibatan
emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam hubungan sosial.
Berbagai bentuk kehidupan keluarga sekarang menunjukkan berbagai kemampuan
untuk menyediakan dukungan yang diperlukan selama masa dimana
permintaannya besar (Friedman, 1998).
Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik,
mental, psikososial maupun spiritual. Perubahan fisik yang terjadi seperti
penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari atau sering di
sebut aktivitas sehari-hari, perubahan mental seperti mudah curiga pada orang lain
dan sering terjadi depresi, perubahan psikososial seperti menghadapi masa
pensiun dan masa kesepian, perubahan spiritual seperti lebih bertindak bijak dan
lebih mendekatkan diri pada Tuhan (Hurlock, 2000).
Kemandirian lansia pada aktifitas kehidupan sehari-hari berdasarkan pada
evaluasi fungsi mandiri atau tergantung dari klien dalam mandi, berpakaian, pergi
kekamar mandi, berpindah, kontinen, dan makan. Devinisi khusus dari
kemampuan fungsional tergantung pada indeks. Kemandirian berarti tanpa ada
pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti secara
spesifik. Ini didasarkan pada status aktual dan bukan pada kemampuan. Seorang
klien yang menolak untuk melakukan empat fungsi dianggap sebagai tidak
melakukan fungsi, mekipun ia dianggap mampu melakukan aktifitas sehari-hari
(lueckenotte, 1998).
Berbagai proses dan fungsi keluarga mempengaruhi psikodinamika
interaksi keluarga pada semua usia. kebutuhan psikologi anggota keluarga oleh
anggota keluarga yang lain. Pada keluarga lansia, orang lain yang dekat sering
kali mengisi fungsi afektif tersebut, terutama jika anggota keluarga lansia tersebut
tinggal seorang diri. Bagian dari dukungan sosial adalah cinta dan kasih sayang.
Cinta dan kasih sayang harus dilihat secara terpisah sebagai bagian dari asuhan
dan perhatian dalam fungsi afektif keluarga (Stanley, 2007).
Berbagai perubahan tersebut di atas sering membuat lansia mengalami
problem dalam menghadapi kehidupan sehingga dukungan keluarga sangat di
butuhkan (Hurlock, 2000). Dukungan keluarga bagi lansia sangat diperlukan
selama lansia masih mampu memahami makna dukungan keluarga tersebut
sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Dalam kehidupan sehari - hari
jika lansia karena berbagai alasan sudah tidak mampu memahami makna
dukungan keluarga, maka yang diperlukan bukan hanya dukungan keluarga
namun layanan atau pemeliharaan secara sosial (social care) sepenuhnya, jika
yang terakhir ini tidak ada yang melaksanakan berarti lansia tersebut menjadi
terlantar dalam kehidupannya (Kuntjoro, 2002). Diantara lain bentuk dukungan
keluarga menurut Friedman (1998) adalah Dukungan emosional, dukungan
penghargaan (penilaian), dukungan instrumental, dukungan informatif.
Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga dan
dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah
ketentraman hidupnya. Dengan adanya dukungan keluarga tersebut tidaklah
berarti bahwa setelah memasuki masa tua seorang lansia hanya bisa duduk, diam,
tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun
kejiwaannya lansia justru harus tetap melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna
bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh berdiam diri dirumah, dan semua dilayani
orang lain. Hal ini justru akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan,
sehingga bisa menyebabkan para lansia tersebut cepat meninggal dunia. Dalam
rangka membantu agar lansia tetap dapat beraktifitas dibutuhkan dukungan
keluarga (Kuntjoro, 2002).

Judul Skripsi :
“Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kemampuan Aktifitas Sehari-Hari Pada Lansia”

Menyetujui,
Pembimbing I

Fitriani, S. Kep., M. Kes


DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,W. (2000). Keperawatan Gerontik, Edisi-2. Jakarta:EGC

Friedmen, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktik. Jakarta: EGC

Stanhope. (1997). Perangkat Pengkajian Intervensi Dan Penyuluhan. Jakarta:


EGC.

Stanly, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Sri, Zainudin Kuntjoro. 2004. Masalah Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta. Kompas.

Anda mungkin juga menyukai